Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ANALITIK
JUDUL PERCOBAAN :
PENETAPAN KADAR KALSIUM DENGAN METODE AAS
Disusun oleh
Kelompok 5
1. Farhan Irfandi K. 24030116140107
2. Hana Maria N. A. 24030116140109
3. Zia Uzlifatul F. A. 24030116140112
4. Lista Ariyani 24030116130113
5. Aulia Ekadenti 24030116140114
6. Harizatuz Zakiyah 24030116140115
Asisten
Rissa Kharismawati
24030114120062
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2017
Abstrak
Telah dilakukan percobaan dengan judul Penetapan Kadar Kalsium dengan Metode
AAS yang bertujuan untuk mempelajari pengaruh fosfat dari alumunium terhadap
absorbansi oleh kalsium dan menentukan kadar kalsium dalam sampel cair(larutan) dengan
metode kurva standar dan adisi standar. Metode yang digunakan adalah Atomic Absorption
Spectrometry (AAS). Prinsip yang digunakan adalah berdasarkan pada unsur-unsur logam
dalam larutan dijadikan atom-atom di dalam nyala. Hasil yang didapatkan adalah kadar
kalsium 15,2 ppm dengan kurva kalibrasi perhitungan manualnya y = 0,022x + 0,02 dan pada
perhitungan dengan excel didapatkan y = 0.022x+ 0.011. Kadar kalsium 15,88 ppm dengan
persamaan kurva adisi perhitungan y = 0,008x + 0,158 dan dengan excel sebesar y = 0.012x +
0.077. Semakin besar konsentrasinya kalsium, maka nilai absorbannya semakin besar. Efek
penambahan fosfat, alumunium, natrium dan etanol menurunnya nilai absorbansi. Penambahn
Strontium akan meningkatkan nilai absorbansi.
I. Tujuan percobaan
I.1. Mempelajari pengaruh fosfat dan alumunium terhadap absorbansi radiasi oleh
kalsium.
I.2. Menentukan kadar kalsium dalam sampel cair (larutan) dengan metode kurva
standar dan adisi standar.
2.1. Kalsium
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat dalam tubuh. Sekitar 99
persen total kalsium dalam tubuh ditemukan dalam jaringan keras yaitu tulang dan gigi
terutama dalam bentuk hidroksiapatit, hanya sebagian kecil dalam plasma cairan
ekstravaskuler (Syafiq, 2007). Fosfor merupakan mineral kedua terbanyak di dalam
tubuh. Sebagian besar terdapat dalam bentuk kalsium fosfat yaitu bagian dari kristal
hidroksiapatit di dalam tulang dan gigi yang tidak larut. Proses ini diawali dengan
kalsium membentuk hidroksiapatit yang memberikan kekuatan dan kekakuan pada
tulang (Waluyo, 2009). Hasil penelitian Meikawati (2009) yang dilakukan pada remaja
membuktikan bahwa asupan fosfor berhubungan dengan kepadatan tulang. Tubuh
memerlukan kalsium karena setiap hari tubuh kehilangan mineral tersebut melalui
pengelupasan kulit, kuku, rambut, dan juga melalui urine dan feses. Kehilangan
kalsium harus diganti melalui makanan yang dikonsumsi oleh tubuh. Jika jumlah
kalsium yang dibutuhkan oleh tubuh tidak sesuai maka dapat menimbulkan penyakit
yang disebut dengan osteoporesis. Osteoporosis adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan tulang menjadi keropos lalu terkelupas. Karena kekurangan kalsium, tulang
menjadi rapuh (Sumarianto, 1985). Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Rahmawati
(2006), yang membuktikan pada mahasiswi bahwa ada hubungan bermakna antara
intake kalsium dengan status osteoporosis.
2.3. Absorpsi
Suatu berkas radiasi elektromagnetik bila dilewatkan melalui sempel kimia
sebagian akan terabsorpsi. Energi elektromagnetik ditransfer ke atom atau molekul dalam
sampel, berarti patikel dipromosikan dari tengkat energi yang lebih rendah ke tingkat
energi yang lebih tinggi, yaitu ke tingkat tereksitasi. Pada temperature kamar, biasanya
berada pada tingkat dasar. Absorpsi meliputi transisi dari tingkat dasar ke tingkat yang
lebih tinggi. (Khopkar, 2003)
Po = Pa + Pt + Pr
Lambert (1960) dan Beer (1852) dan juga Bouger menunjukkan hubungan :
Pt
T 10 abc
Po
b jarak tempuh optik c konsentrasi
Pt
Log T log abc
Po
1 Po
Log log abc A
T Pt
A absorbansi a absorpsivitas (Khopkar, 2003)
2.8. Spektroskopi
Spektroskopi adalah studi mengenai antaraksi antara energi cahaya dan materi.
Warna-warna yang nampak dan fakta bahwa orang bias melihat merupakan akibat-akibat
dari absorpsi energi oleh senyawa organik maupun anorganik. Yang merupakan perhatian
primer bagi ahli senyawa organik ialah fakta bahwa panjang gelombang pada mana suatu
senyawa organik menyerap energi cahaya bergantung pada struktur senyawa tersebut.
(Fessenden, 1986)
2.9. Spektrofotometri
Spektrofotometri ialah alat yang terdiri dari spectrometer dan fotometer.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengatur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Jadi
spectrometer digunakan untuk mengukur energi secara relative jika energi tersebut
ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang.
(Khopkar,2003)
Ag 328,1 0,029
Al 309,3 0,75
As 193,7 0,60
Au 242,8 0,11
B 249,8 8,40
Ba 553,6 0,20
Be 234,9 0,016
Bi 223,1 0,20
Ca 442,7 0,013
Cd 218,8 0,011
Co 240,7 0,053
Cr 357,9 0,055
Cs 852,1 0,04
Cu 324,7 0,04
(Khopkar, 2003)
a. Unit atomisasi
b. Sumber energi
c. Sistem pengukur fotometrik
Atomisasi dapat dilakukan baik dengan nyala atau tungku. Untuk mengubah unsur
metalik menjadi uap atau hasil disosiasi diperlukan energi panas. Temperatur harus benar-
benar terkendali dengan sangat hati-hati agar atomisasi sempurna. Ionisasi harus dihindari
dan ia dapat terjadi bila temperatur terlalu tinggi. Bahan bakar dan gas oksidator
dimasukkan dalam kamar pencampur kemudian dilewatkan melalui bayfle menuju ke
pembakar. Nyala akan dihasilkan sampei dihisap masuk kekamar pencampur. Hanya
tetesan kecil yang dapat melalui bayfle. Tapi hal ini tak sesempurna ini, karena kadang
kala nyala tersedot balik kedalam kamar pencampur sehingga hasilkan ledakan.
(Khopkar, 2003)
2.14.3. NaCl
Sifat Fisik: Zat padat berwarna putih, mudah rapuh, larut dalam air.
Sifat Kimia: Larutannya merupakan elektrolit kuat yang terionisasi
sempurna oleh air. (Arsyad,2001)
2.14.4. Na2HPO4
Sifat fisik : Titik didih 280 C ,Titik lebur 44.1 C ,Pada temperature
1.040 C -mengalami disosiasi.
Sifat kimia : Fosfat berada dalam air alam atau limbah sebagai senyawa
ortofosfat, polifosfat, dan fosfat organic, Fosfor bersifat
sebagai zat padat. (Arsyad,2001)
2.14.5. Etanol
Sifat fisik : tak berwarna , titik didih >76o C, masa jenis 0,806
Sifat kimia : kelarutan dan kereaktifan stabil. (Arsyad,2001)
III.1.2.Bahan
- Larutan Mg 500 ppm
- SrCl2 4 %
- Phosphat 100 ppm
- Larutan NaCl 2000 ppm
- Larutan Al 100 ppm
- Air kran
- Akuades
Pengenceran Pengenceran
dengan dengan akuades
akuades
Pengambilan Pengambilan 5
10 mL Ca2+ 10 mL PO43- 20 ppm
ppm
Pengenceran
dengan
akuades
50 mL Ca2+ 10 ppm
Pengambilan 5
mL Ca2+ 5 ppm
5 mL Ca2+ 10 ppm
Pencampuran ke
dalam botol vial
Pengukuran
absorbansi dengan
AAS
Perbandingan
dengan Ca2+ 5 ppm
Hasil
2. Efek fosfat 2
2 mL Ca2+ 50 ppm + 5 mL SrCl2 4% + 3 mL akuades
Labu Ukur 10 mL
Hasil
Botol Vial
Pengukuran absorbansi dengan
AAS
Perbandingan dengan Ca2+ 5 ppm
Hasil
4. Efek Natrium
5 mL Ca2+ 10 ppm + 5 mL Na+ 2000 ppm
Botol Vial
Hasil
5. Efek Aluminium
5 mL Ca2+ 10 ppm + 5 mL Al3+ 20 ppm
Botol Vial
Hasil
Botol Vial
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
f. Air Kran
10 mL air kran
Botol Vial
Hasil
Botol Vial
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
c. Larutan Ca2+15 ppm
2 mL air kran + 5 mL Ca2+ 30 ppm + 3 mL akuades
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
Labu Takar
Hasil
f. Larutan Ca2+0 ppm
2 mL air kran + 8 mL akuades
Labu Takar
Hasil
Blanko 0
5 0,130
10 0,242
15 0,356
20 0,483
25 0,561
Blanko 0
Pada percobaan yang berjudul Penetapan Kadar Kalsium Dengan Metode AAS
memiiki tujuan mempelajari pengaruh fosfat dan alumunium terhadap adsorpsi oleh
kalsium dan menentukan kadar kalsium dalam sampel cair ( Larutan ) dengan metode
kurva standar dan adisi standar. Metode yang digunakan pada perobaan ini adalah metode
AAS ( Atomic Absorption Spectrometry) dengan prinsip percobaan unsur-unsur logam
dalam larutan dijadikan atom-atom di dalam nyala.akan diperoleh hasilnya yaitu kadar
kalsium yang didapatkan dari kurva standa dan kurva standar adisi. Dengan semakin
besar nilai konsentrasi kalsium, maka nilai absorbansinya semakin besar. Dan efek
penambahan fosfat, alumunium, natrium, dan etanol menurunkan nilai absorbansi.
Penambahan Sr akan meningkatkan nilai absorbansinya.
VI. Pembahasan
Percobaan yang berjudul Penetapan kadar kalsium dengan metode AAS yang
bertujuan untuk mempelajari pengaruh fosfat dan alumunium terhadap absorbansi radiasi
oleh kalsium dan menentukan kadar kalsium dalam sampel cair (larutan) dengan metode
kurva standar dan adisi standar. Metode yang digunakan dalam percobaan ini adalah
atomic absorption spectrometry (AAS). Prinsip dalam percobaan ini adalah unsur-unsur
logam dalam larutan dijadikan atom-atom didalam nyala. Elektron-elektron dalam atom
netral menempati tingkat-tingkat energi tertentu (menempati tingkat energi terendah).
Oleh karena adanya kalor dari nyala (merupakan salah satu komponen dari spektrometer)
menyebabkan elektron pada kulit terluar dieksitasi ke tingkat energi yang lebih tinggi.
Elektron yang tereksitasi tidak berada dalam keadaan stabil dan akan kembali ke tingkat
energi dasar dengan memancarkan energi berupa sinar yang dipancarkan oleh atom-atom
yang tereksitasi. Absorbansi merupakan banyaknya cahaya yang diserap oleh suatu
larutan. (Underwood, 2001).
A = .b .c
dimana A adalah absorbansi larutan, adalah ekstingsi molar, b adalah tebal larutan, dan c
adalah konsentrasi. Kenaikan tersebut juga dapat dilihat dari grafik dimana kurva
berbentuk linier hubungan antara absorbansi dengan konsentrasi. (Svehla, 1990)
(Svehla, 1990)
M M+ e-
(Svehla, 1990)
(Svehla, 1990)
(Svehla, 1990)
Karena adanya interferensi inilah maka absorbansi dari larutan Ca2+ berkurang atau
mengalami penurunan. Nilai absorbansinya yaitu 0.033 A, sedangkan pada Ca 2+ 5 ppm
kalibrasi didapatkan nilai absorbansi 0.0130 A.
Air kran mengandung banyak kontaminan, seperti klor, magnesium, fosfat, dll.
Dari percobaan kadar kalsium dalam air kran dapat diketahui melalui pengukuran
absorbsinya. Hasil yang diperoleh adalah, bila nilai absorbansi Ca meningkat maka
konsentrasi kalsium juga meningkat. (Miller, 2000)
Dalam penentuan kadar kalsium ini digunakan dua metode yang pertama adalah
metode kalibrasi. Metode kalibrasi dapat digunakan untuk pengukuran absorbansi pada
larutan jika tidak ada gangguan atau interferensi. Dalam percobaan ini digunakan larutan
Ca dengan variasi konsentrasi. Dari variasi konsentrasi tersebut kemudian diukur
absorbansinya yang kemudian data yang diperoleh dapat dibuat grafik yang disebut grafik
kalibrasi yang persamaan grafiknya dapat digunakan untuk menghitung kadar Ca dalam
suatu sampel.
Kemudian metode yang kedua adalah metode adisi standar, yaitu penambahan
larutan standar ke dalam sampel. Volume sampel tetap sedangkan volume dari larutan
standar berbeda. Dengan diperoleh data konsentrasi Ca yang ditambahkan dan
absorbansinya kita dapat membuat grafik adisi standar yang persamaan grafiknya dapat
digunakan untuk menghitung kadar Ca dalam sampel.
Dari kedua metode tersebut yang lebih baik adalah dengan menggunakan metode
adisi (Diganti kalibrasi karena di grafik kalian nilai R 2 lebih besar yang kalibrasi sehingga
metode menurut grafik excel kalian metode yg terbaik itu kalibrasi, tapi di literatur adisi
kenapa kalian kalibrasi = berarti ada sesuatu yg salah atau faktor yg berpengaruh pada hal
tersebut yang membuat beda dengan literatur! Jelaskan!), karena pada grafik kurva adisi
menunjukkan kurva yang lebih linier dibandingkan dengan grafik kurva kalibrasi. Hal ini
menunjukkan bahwa analit analit berada pada sampel sehingga keakuratannya lebih
baik dibandingkan dengan grafik kurva kalibrasi. Metode adisi juga mampu
meminimalkan kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan kondisi lingkungan (matriks)
sampel dan standar. Selain itu karena jika perbandingan respon atau konsentrasi antara
sampel dan larutan standar tidak sama, misalnya disebabkan oleh matriks atau komposisi
yang berbeda antara sampel dan standar maka penggunaan kurva kalibrasi untuk
menentukan konsentrasi sampel aka memberikan hasil yang tidak akurat.
Hasil yang diperoleh pada metode kalibrasi yaitu nilai absorbansi 5 ppm; 10 ppm;
15 ppm; 20 ppm; dan 25 ppm berturut-turut adalah 0.130 A; 0.242 A; 0.356 A; 0.483 A
dan 0.561 A. sedangkan untuk hasil dari metode adisi stadar yaitu nilai absorbansi 0.128
A untuk 10 ml air kran + 0 ppm Ca2+; 0.198 A untuk 5 ppm Ca2+;0.247 A untuk 10 ppm
Ca2+;0.289 A untuk 15 ppm Ca2+;0.328 A untuk 20 ppm Ca2+ dan 0.361 A untuk 25 ppm
Ca2+.
VII.1. Kesimpulan
1. Fosfat , natrium, alumunium , solvent organik mempunyai efek untuk
menurunkan nilai absorbansi Ca2+ sedangkan stronsium menaikkan nilai
absorbansi Ca2+.
2. Kadar kalsium yang didapat melalui metode kurva kalibrasi standar adalah
15,2 ppm dan melalui metode adisi standar adalah 15,88 ppm.
VII.2. Saran
1. Lakukan percobaan sesuai prosedur.
2. Lebih berhati-hati bila sedang praktikum supaya tidak ada alat lab yang
pecah.
DAFTAR PUSTAKA
Arsyad, M., Natsir. 2001. Kamus Kimia Arti dan Penjelasan Istilah. Jakarta: Gramedia.
Day, R.A & Underwood, A.L. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi 6. Jakarta: Erlangga.
Day, R.A dan Underwood, A.L.2001. Analisis Kimia Kuantitas. Jakarta: Erlangga.
Fessenden, R . J dan Fessenden, J. S , 1986. Kimia Organik. Edisi Ketiga. Jilid 2.
Jakarta: Erlangga.
Keenan.1999. Kimia Untuk Universitas. Jakarta: Erlangga.
Khopkar. 2003. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Miller J.N. and Miller J.C. 2000. Statistic and chemometriks for analytical chemistry, 4th
edition. Prentice hell. Harlow.
Skoog et al. 2004. Fundamental of analytical chemistry 8th edition. Belmout (US).
Brooks/cole.
Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro, Edisi ke-5.
Jakarta : PT Kalman Media Pustaka.
Thanh, Nguyen Mau. 2015. Using AAS method to determine and evaluate the iron and zinc
content in oysters in nhat le river in quan hau town quang binh provinc. Vietnam:
Journal of Science.
Gmez-Nieto et al.2017.Micro-sampling method based on high-resolution continuum source
graphite furnace atomic absorption spectrometry for calcium determination
in blood and mitochondrial suspensions.Talanta
Sowmya, R., et.al. 2013. Detection of calcium based neutralizers in milk and milk products
by AAS. J Food Sci Technol
R.M. de Oliveira et al. 2015.Evaluation of sample preparation methods for the determination
of As, Cd, Pb, and Se in rice samples by GF AAS.Microchemical Journal
Felipe Manfroi Fortunato. 2015. Internal standard addition calibration: Determination of
calcium and magnesium by atomic absorption spectrometry. Journal of
Microchemical Journal 122 (2015) 6369
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Asisten
Rissa Kharismawati
24030114120062
LAMPIRAN
m =
= 160,475 132,9
6875 5625
= 27,575
1250
m = 0,022
Penentuan konstanta C
y = mx + C
0,130 = 0,022 (5) + C
0,130 = 0,11 + C
C = 0,02 , sehingga persamaannya y = 0,022x + 0,02
m =
= 116,9 106,725
6875 5625
= 10,175
1250
m = 0,008
Penentuan konstanta C
y = mx + C
0,198 = 0,008 (5) + C
0,198 0,04 = C
C = 0,158 , sehingga persamaannya menjadi y = 0,008x + 0,158
LAMPIRAN
Pada hasil grafik percobaan di atas diperoleh bahwa jika konsentrasi Ca 2+ semakin tinggi
maka nilai hasil absorbansinya juga meningkat. Diperoleh persamaan garis y= 0.0221x+
0.0235 dan nilai R2 = 0.9955, nilai R mendekati 1 maka data yang dihasilkan berpeluang
besar diindikasikan sebagai data yang tepat.
LAMPIRAN