Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Hernia adalah penonjolan isi perut dari rongga yang normal melalui suatu defek
pada fasia dan muskuloaponeuretik dinding perut, baik secara kongenital atau didapat,
yang memberi jalan keluar pada setiap alat tubuh selain yang biasa melalui dinding
tersebut. Lubang itu dapat timbul karena lubang embrional yang tidak menutup atau
melebar, akibat tekanan rongga perut yang meninggi (Mansjoer, 2002).
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis
keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan
24,1 % di Amerika Serikat. Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia
ingunalis.Untuk memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang
kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan
hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak
dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.
Insiden hernia dapat terjadi pada semua usia dan jenis kelamin. Sekitar 700.000
pembedahan herniorafi inguinal dilakukan di Amerika Serikat setiap tahunnya (Black,
2006). Hernia inguinalis lateral lebih banyak diderita oleh laki-laki daripada
perempuan. Hal ini dikarenakan pada laki-laki dalam waktu perkembangan janin
terjadi penurunan testis dari rongga perut. Jika saluran testis tidak menutup dengan
sempurna, maka akan menjadi jalan lewatnya hernia inguinalis (Oswari, 2005).
Disebutkan bahwa 1 dari 544 orang yaitu sekitar 0,18% mengalami hernia inguinalis
lateral.
Meskipun terbilang angka insiden ini rendah tetapi masalah ini bisa menjadi besar
dikarenakan hernia ini dapat menjadi kondisi kegawatan yang mengancam nyawa
apabila organ perut yang masuk ke kantong hernia tidak dapat kembali ke posisi awal
dan terjepit sehingga menimbulkan nyeri dan kerusakan organ tersebut ( Clarences,
2008).
Jika tidak dilakukan tindakan yang tepat, hernia inguinalis dapat menyebabkan
penyumbatan dan perdarahan pada saluran usus yang lama kelamaan menimbulkan

1
edema sehingga terjadi penekanan pembuluh darah dan terjadi nekrosis, bila isi perut
terjepit dapat mengakibatkan terjadinya syok, asidosis metabolik, abses (Price, 2005).
Untuk menghindari terjadinya komplikasi, maka diperlukan tindakan bedah.
Tindakan bedah pada hernia adalah herniotomi.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2
2.1 DEFINISI

Hernia inguinalis lateral merupakan penonjolan yang keluar dari rongga


peritoneum melalui anulus (cincin) inguinalis internus yang terletak di sebelah lateral
vasa epigastrika inferior, kemudian hernia masuk kedalam kanalis inguinalis dan jika
cukup panjang, menonjol keluar dari anulus inguinalis eksternus diatas krista pubis
dengan diselubungi kantung korda (Sjamsuhidayat, 2004).
Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau kelemahan yang potensial pada dinding
abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan tekanan intraabdomen yang berulang atau
berkelanjutan.

Gambar 1. Hernia Inguinalis

2.2 ANATOMI
Kanalis inguinalis merupakan saluran oblik yang melewati bagian bawah dinding
abdomen anterior. Saluran ini memungkinkan struktur-struktur yang melewati
menuju ke dan dari testis ke abdomen pada pria. Pada wanita, saluran ini dilewati oleh
ligamen rotundum uteri, dari uterus ke labium majus. Selain itu, saluran ini dilewati
nervus Ilioinguinalis pada kedua jenis kelamin.

3
Panjang kanalis inguinalis pada dewasa adalah sekitar 4 cm, terbentuk dari
annulus inguinalis profundus/interna sampai annulus inguinali superfisialis/eksterna.
Kanalis inguinalis terletak sejajar dan tepat di atas ligamen inguinalis. Pada neonatus,
annulus inguinalis interna terletak hampir tepat posterior terhadap annulus inguinalis
eksterna sehingga kanalis inguinalis pada usia ini sangat pendek.
Kemudian, annulus interna bergerak ke arah lateral akibat pertumbuhan.Annulus
inguinalis interna adalah suatu lubang berbentuk oval pada fascia transversalis,
terletak sekitar 3 cm di atas ligamentum inguinalis, pertengahan antara SIAS
dan symphisis pubis. Di sebelah medial annulus interna terdapat av. epigastrika
inferior. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica interna pada pria atau
pembungkus bagian dalam ligamen rotundum rotundum uteri pada wanita.
Annulus inguinalis externa merupakan defek berbentuk segitiga (Hesselbachs
triangle) pada aponeurosis m. obliquus externus abdominis dan dasarnya dibentuk
oleh crista pubica. Pinggir annulus merupakan origo fascia spermatica externa. Batas
lateral adalah arteri epigastrika inferior, batas medial adalah m. rectus
abdominis bagian lateral, dan batas inferior adalah ligamen inguinalis.
Kanalis inguinalis dibentuk atas dinding anterior, posterior, superior, dan inferior.
Dinding anterior dibentuk oleh aponeurosis m. obliquus eksternus abdominis yang
diperkuat pada 1/3 lateral oleh serabut-serabut m. obliquus internus abdominis.
Seluruh panjang dinding posterior kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia transversalis
yang diperkuat cojoint tendon di 1/3 medial. Cojoint tendon adalah gabungan tendon
insersi m. obliquus internus abdominisdan m. transversus abdominis yang melekat
pada crista pubica dan linea pectinea. Dasar atau dinding inferior kanalis inguinalis
dibentuk oleh ligamentum inguinalis, sedangkan atapnya dibentuk oleh m. obliquus
internus abdominis dan m.transversus abdominis.

4
Gambar 2. Hesselbachs triangle
Hernia inguinalis dapat langsung (direk) dan dapat pula tidak langsung (indirek).
Kantong dari hernia inguinalis indirek berjalan melalui anulus inguinalis profunda,
lateral terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan akhirnya kearah skrotum. Kantong
dari hernia inguinalis direk menonjol secara langsung melalui dasar kanalis
inguinalis, medial terhadap pembuluh epigastrika inferior, dan jarang turun kearah
skrotum. Hernia femoralis hampir selalu terlihat sebagai massa yang irredusibel,
meskipun kantongnya makin kososng, karena lemak dam kelenjar limfe dari kanalis
femoralis melingkari kantong. Kelenjar limfe tunggal yang membesar dapat meniru
hernia femoralis dengan sangat cepat.
Kantong hernia indirek sebenarnya adalah suatu proses vaginalis yang berdilatasi
secara persisten. Hernia ini berjalan melalui anulus inguinalis profunda dan mengikuti
selubungnya ke skrotum. Pada anulus profunda, kantong mengisi sisi anterolateral
dari korda. Lemak properitoneal sering kali berkaitan dengan kantong indirek dan
dikenal sebagai lipoma dari korda, meskipun lemak tersebut bukan tumor.
Organ-organ retroperitoneal seperti misalnya kolon sigmoid, sekum dan ureter
dapat tergelincir ke dalam kantong indirek. Dalam kantong itu, organ-organ tersebut
menjadi bagian dari dinding kantong dan rentan terhadap cedera selama perbaikan.
Kantong hernia inguinalis direk berasal dari dasar kanalis inguinalis, yaitu
segititiga Hesselbach; menonjol secara langsung dan kantong hernia ini tidak

5
mengandung aponeurosis otot obliqus eksternus. Hanya pada keadaan yang jarang,
hernia ini sedemikian besarnya sehingga mendesak keluar melalui anulus superfisialis
dan turun ke dalam skrotum. Kandung kemih sering menjadi komponen kosong dari
kantong hernia direk.
Kantong hernia femoralis berasal dari kanalis femoralis melalui suatu defek pada
sisi medial sarung femoralis (femoral sheath). Kanalis femoralis berisi satu atau dua
kelenjar limfe, yang tersebar disebut dengan Cloquet. Nodus-nodus ini didesak keluar
dari kanalis femoralis oleh suatu penonjolan peritoneal dan seringkali membentuk
massa yang dapat dipalpasi.

Gambar 3. Canalis Inguinalis

Tadi sudah disebutkan secara definisi Hernia merupakan protusi atau penonjolan
isi suatu rongga melalui defek atau bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan.
Berasal dari bahasa latin herniae, yaitu menonjolnya isi suatu rongga melalui jaringan
ikat tipis yang lemah pada dinding rongga. Dinding rongga yang lemah itu
membentuk suatu kantong dengan pintu berupa cincin. Gangguan ini sering terjadi di
daerah perut dengan isi yang keluar berupa bagian dari usus. Pada hernia abdomen,
isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik
dinding perut. Hernia terdiri atas :

1. Cincin

6
2. Kantong
3. Isi hernia

Gambar 4. Kantung Hernia

2.3 EPIDEMIOLOGI
Tujuh puluh lima persen dari seluruh hernia abdominal terjadi di inguinal (lipat
paha). Yang lainnya dapat terjadi di umbilikus (pusar) atau daerah perut lainnya.
Hernia inguinalis dibagi menjadi 2, yaitu hernia inguinalis medialis dan hernia
inguinalis lateralis. Jika kantong hernia inguinalis lateralis mencapai skrotum (buah
zakar), hernia disebut hernia skrotalis.
Hernia inguinalis lateralis terjadi lebih sering dari hernia inguinalis medialis
dengan perbandingan 2:1, dan diantara itu ternyata pria lebih sering 7 kali lipat
terkena dibandingkan dengan wanita.

2.4 ETIOLOGI

7
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anomaly congenital atau karena sebab yang
didapat. Berbagai faktor penyebab berperan pada pembentukan pintu masuk hernia
pada anulus internus yang cukup lebar, sehingga dapat dilalui oleh kantong dan isi
hernia. Selain itu diperlukan pula faktor yang dapat mendorong isi hernia melewati
pintu yang sudah terbuka cukup lebar itu.
Faktor yang dipandang berperan kausal adalah adanya prosesus vaginalis yang
terbuka, peninggian tekanan di dalam rongga perut dan kelemahan otot dinding perut
karena usia.. Anak yang menjalani operasi hernia pada waktu bayi mempunyai
kemungkinan mendapat hernia kontralateral pada usia dewasa (16%).

2.5 KLASIFIKASI

Berdasarkan terjadinya, hernia dibagi atas :

1. Hernia bawaan (kongenital)


2. Hernia kongenital sempurna
Karena adanya defek pada tempat-tempat tertentu.
3. Hernia kongenital tak sempurna
Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tetapi ia mempunyai defek
pada tempat-tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena dipengaruhi oleh kenaikan
tekanan intra abdominal.
4. Hernia yang didapat (akuisita)

Berdasarkan letaknya, hernia dibagi menjadi :

1. Hernia diafragma yaitu menonjolnya organ perut kedalam rongga dada


melalui lubang pada diafragma (sekat yang membatasi rongga dada dan
rongga perut).
2. Hernia inguinal

8
3. Hernia umbilical yaitu benjolan yang masuk melalui cincin umbilikus
(pusar)
4. Hernia femoral yaitu benjolan di lipat paha melalui anulus femoralis.

Menurut sifatnya, hernia dapat disebut :

1. Hernia reponibel; bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika
berdiri atau mengedan dan masuk lagi jika berbaring atau didorong masuk
perut, tidak ada keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus.
2. Hernia ireponibel; bila isi kantong hernia tidak dapat direposisi kembali ke
dalam rongga perut. Ini biasanya disebabkan oleh perlekatan isi kantong
pada peritoneum kantong hernia. Hernia ini disebut hernia akreta. Tidak
ada keluhan rasa nyeri ataupun tanda sumbatan usus.
3. Hernia inkarserata atau hernia strangulata; bila isinya terjepit oleh cincin
hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak dapat kembali kedalam
rongga perut. Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi.

2.6 PATOFISIOLOGI
Terjadinya hernia secara umum adalah disebabkan oleh dua faktor. Yang pertama
adalah faktor kongenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu
kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga perut melalui kanalis
inguinalis, faktor yang kedua adalah faktor yang didapat seperti hamil, batuk kronis,
pekerjaan mengangkat benda berat dan faktor usia, masuknya isi rongga perut melalui
kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari anulus ingunalis
eksternus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal
inguinalis berisi tali sperma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia.
Hernia inguinalis dapat terjadi karena anamoli kongenital atau karena sebab yang
didapat. Hernia inguinalis timbul paling sering pada pria dan lebih sering pada sisi
kanan dibandingkan pada sisi kiri. Pada orang yang sehat, ada tiga mekanisme yang
dapat mencegah terjadinya hernia inguinalis, yaitu kanalis inguinalis yang berjalan
miring, adanya struktur m.oblikus internus obdominis yang menutup annulus
inguinalis internus ketika bekontraksi, dan adanya fasia transversa yang kuat

9
menutupi trigonum Hasselbach yang umunya hampir tidak berotot. Faktor paling
kausal yaitu adanya proses vaginalis (kantong hernia) yang terbuka, peninggian
tekanan didalam rongga perut, dan kelemahan otot dinding perut karena usia.
Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga ada yang
tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara
isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan
kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah
sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia
maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan
menimbulkan gejala ileus yaitu gejala obstruksi usus sehingga menyebabkan
peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang
bisa menyebabkan Iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong
hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses
lokal atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga
menyebabkan penurunan peristaltik usus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada
keadaan strangulate akan timbul gejala ileus yaitu perut kembung, muntah dan
obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul letih berat dan kontineu, daerah benjolan
menjadi merah (Syamsuhidajat 2004).

2.7 DIAGNOSIS
Gejala dan tanda klinis hernia banyak ditentukan oleh keadaan isi hernia. Pada
hernia reponibel keluhan satu-satunya adalah adanya benjolan di lipat paha yang
muncul pada waktu berdiri,batuk, bersin, atau mengedan, dan menghilang setelah
berbaring. Keluhan nyeri jarang dijumpai ; kalau ada biasanya dirasakan di daerah
epigastrium atau paraumbilikal berupa nyeri visceral karena regangan pada
mesenterium sewaktu satu segmen usus halus masuk ke dalam kantong hernia. Nyeri
yang disertai mual atau muntah baru timbul kalau terjadi inkarserasi karena ileus atau
strangulasi karena nekrosis atau gangren.
Tanda klinis pada pemeriksaan fisik bergantung pada isi hernia. Pada inspeksi
saat pasien mengedan, dapat dilihat hernia inguinalis latelaris muncul sebagai
penonjolan di regio inguinalis yang berjalan dari lateral atas ke medial bawah.

10
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada funikulus spermatikus sebagai
gesekan dari dua lapis kantong yang memberikan sensasi gesekan dua permukaan
sutera. Tanda ini disebut tanda sarung tangan sutera, tetapi umumnya tanda ini sukar
ditentukan. Kalau kantong hernia berisi organ, tergantung isinya , pada palpasi
mungkin teraba usus ,omentum (seperti karet), atau ovarium. Dengan jari telunjuk
atau jari kelingking , pada anak dapat dicoba mendorong isi hernia dengan menekan
kulit skrotum melalui annulus eksternus sehingga dapat ditentukan apakah isi hernia
dapat direposisi atau tidak. Dalam hal hernia dapat direposisi , pada waktu jari masih
berada dalam annulus eksternus, pasien diminta mengedan. Kalau ujung jari
menyentuh hernia , berarti hernia ingunalis lateralis, dan kalau bagian sisi jari yang
menyentuhnya,berarti hernia inguinalis medialis.
Disebut juga indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran yaitu, anulus dan
kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk
lonjong, sedangkan hernia medialis berbentuk tonjolan bulat. Dan kalau sisi jari yang
menyentuhnya, berarti hernia inguinalis medialis. Dan jika kantong hernia inguinalis
lateralis mencapai skrotum, disebut hernia skrotalis. Hernia inguinalis lateralis yang
mencapai labium mayus disebut hernia labialis. Isi hernia pada bayi perempuan, yang
teraba seperti sebuah massa padat biasanya terdiri atas ovarium.
Diagnosis ditegakkan atas dasar benjolan yang dapat direposisi, atau , jika tidak
dapat direposisi, atas dasar tidak adanya pembatasan jelas di sebelah kranial dan
adanya hubungan ke cranial melalui annulus eksternus.
Hernia ini harus dibedakan dari hidrokel. Testis yang teraba dapat dipakai sebagai
pegangan untuk membedakannya.

2.8 PENATALAKSANAAN
Pengobatan konservatif terbatas pada tindakan melalukan reposisi dan pemakaian
penyangga atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi.
Reposisi ini tidak dilakukan pada hernia inguinalis strangulate, kecuali pada pasien
anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual. Tangan kiri memegang isi hernia
membentuk corong sedangkan tangan kanan mendorongnya kearah cincin hernia
dengan sedikit tekanan perlahan yang tetap sampai terjadi reposisi.

11
Pada anak-anak inkarserasi lebih sering terjadi pada umur di bawah dua tahun.
Reposisi spontan lebih sering dan sebaliknya gangguan vitalitas isi hernia jarang
terjadi dibandingkan dengan orang dewasa. Hal ni disebabkan oleh cincin hernia yang
lebih elastis pada anak-anak. Reposisi dilakukan dengan menidurkan anak dengan
pemberian sedative dan kompres es di atas hernia. Bila usaha reposisi ini berhasil,
anak disiapkan untuk operasi pada hari berikutnya. Jika reposisi hernia tidak berhasil,
dalam waktu enam jam harus dilakukan operasi segera.
Pemakaian bantalan penyangga hanya bertujuan menahan hernia yang telah
direposisi dan tdak pernah menyembuhkan sehingga harus dipakai seumur hidup.
Namun, cara yang sudah berumur lebih dari 4000 tahun ini masih saja dipakai sampai
sekarang. Sebaiknya cara ini tidak dianjurkan karena menimbulkan komplkasi, antara
lain merusak kulit dan tonus otot dinding perut di daerah yang tertekan sedangkan
strangulasi tetap mengancam. Pada anak-anak cara ini dapat menimbulkan atrofi testis
karena tekanan pada tali sperma yang mengandung pembuluh darah testis.
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia
inguinalis yang rasional. Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosis ditegakkan .
Prinsip dasar operasi hernia adalah herniotomi. Pada herniotomi dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya, kantong dibuka dan isi hernia
dbebaskan kalau ada perlekatan, kemudian direposisi. Kantong hernia dijahit- ikat
setinggi mungkin lalu di potong.

Herniotomi

1. Pasien tidur dalam posisi terlentang. Dilakukan antisepsis pada daerah sekitar lipat
paha sesisi hernia.
2. Lakukan anastesi lokal menurut Brown dengan novokain 1% pada tempat-tempat
berikut:
1. Suntikan intrakutan sampai membenjol pada tempat kira-kira dua jari medial
sias.
2. Anestesia blok pada n ilioinguinal dengan cara menusukan jarum suntik pada
daerah medial SIAS tersebut, tegak lurus tulang ileum sedalam-dalamnya

12
sampai menyentuh tulang lalu ujung jarum ditarik sedikit dan dipindahkan
kekanan dan kekiri sambil disemprotkan zat anestesik secukupnya.
3. Tanpa mencabut jarum, anestesi diteruskan membujur kearah femoral
sepanjang 5 cm dengan suntikan subkutan infiltrasi sebanyak 5 ml.
4. Arah jarum kemudian dipindahkan ke median mendatar, suntikan secara
subkutan sejauh 5 cm.
5. Suntikan subkutan infiltrasi ke arah simfisis pubis sebanyak 5-10 ml.
6. Suntikan di bawah fasia sebanyak 5-10 ml lalu jarum diangkat dari kulit.
7. Suntikan infrakutan sampai membenjol diatas tuberkulum pubikum.
8. Lalu suntikan subkutan infiltrasi pada daerah tuberkulum pubikum ke arah
lateral sampai bertemu dengan bekas suntikan yang ke arah femoral.
9. Pindahan ke arah kranial dan suntikan subkutan infiltrasi sampai bertemu
bekas suntikan yang dilakukan pada poin d.
10. Setelah diyakini anestesi berhasil, dilakukan sayatan sepanjang 10 cm
terbawah diantara kedua benjolan (poin a dan poin g) memotong kutis dan
subkutis.
11. Fasia dibersihkan lalu disayat, segera tampak aponeurosis m. Oblikus
abdominis eksternus dengan krural medial dan lateral yang merupakan cincin
luar kanalis inguinalis. Belah aponeurosis m. Abdominis oblikus eksternus
hingga anulus inguinalis ikut terbelah.
12. Kemudian funikulus spermatikus yang diselubungi m. Kremaster dicari dan
dibebaskan. Bebaskan pula ligamentum inguinale yang tebal dan mengkilat
di lateralnya dan conjoined area (karena conjoined tendon hanya terdapat 5
% populasi) di sebelah medial.
13. Funikulus spermatikus dipreparasikan lalu ditarik dengan kasa steril yang
dilingkarkan mengelilinginya ke arah lateral. Nervous ileoinguinal yang
telah dibebaskan juga diamankan ke lateral. Kantong hernia dicari dengan
bantuan dua buah pinset anatomis yang dicubitkan pada lapisan jaringan
yang meliputinya, lalu digunting dengan hati-hati dan dibebaskan lapis demi
lapis sampai akhirnya tammpak lapisan yang berwarna biru abu-abu dan

13
kuat. Ini berarti kita telah mencapai prosesus vaginalis peritonei yang
merupakan pembungkus kantong hernia.
14. Kantong hernia kemudian dibuka 3-4 cm untuk melihat isinya. Kemudian
kantong hernia dibebaskan secara melingkar penuh dengan arah melintang
pada sumbunya dari jaringan sekitarnya, yaitu m. Kremaster dan semua
jaringan ikat dan vaskuler yang meliputinya. Tindakan ini harus dilakukan
scara hati-hati untuk menghindari pendarahan. Lalu dimasukan satu jari ke
dalam kantong hernia dan dipegang dengan perantaraan sebuah kasa steril,
lalu dengan tangan yang lain dibebasan lapisan jaringan yang meliputinya
dengan kasa steril pula. Jari yang memegang kantong digeserkan sedikit
demi sedikit mengikuti arah jari yang membebaskan kantong tersebut dari
luar. Arah pembebasan harus sedemikian rupa sehingga dari medial ke lateral
dapat bertemu dalam jarak yang terpendek. Setelah berhasil, maka dinding
kantong hernia dipegang dengan beberapa klem, kemudian dinding kantong
tersebut dibebaskan lagi dari jaringan yang meliputinya sejauh mungkin ke
proksimal sampai dapat ditemukan lapisan lemak preperitoneal. Kantong
hernia dijepit pada batas ini, lalu distalnya dipotong melintang dengan
gunting.
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang factor penyebabnya adalah
prosesis vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena annulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat. Terapi
operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap. Mengingat
kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi
kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sinistra.
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi. Pada hernia ingunalis lateralis penyebab residif yang paling
sering ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, diantaranya
karena diseksi kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau
kantung hernia tidak ditemukan.

14
2.9 KOMPLIKASI

Komplikasi hernia bergantung pada keadaan yang dialami oleh isi hernia. Isi
hernia dapat tertahan dalam kantong hernia pada hernia reponibel ini dapat terjadi
kalau isi hernia terlalu besar, misalnya terdiri atas omentum, organ ekstraperitoneal
(hernia geser)
Disini tidak timbul gejala klinis kecuali benjolan. Dapat pula terjadi isi hernia
tercekik oleh cincin hernia sehingga terjadi strangulata yang menimbulkan gejala
obtruksi usus yang sederhana. Sumbatan dapat terjadi total atau parsial seperti pada
hernia Richter. Bila cincin hernia sempit, kurang elastis, atau lebih kaku seperti pada
hernia femoralis dan hernia obturatoria, lebih sering terjadi inkarserasi retrograde,
yaitu dua segmen usus terperangkap di dalam kantong hernia dan satu segmen lainya
berada dalam rongga peritoneum
Jepitan cincin hernia akan menyebabkan gangguan perfusi jaringan isi hernia.
Pada permulaan terjadi bendungan vena sehingga terjadi udem organ atau struktur di
dalam hernia dan transsudasi ke dalam kantong hernia. Timbulnya udem
menyebabkan jepitan pada cincin hernia makin bertambah sehingga akhirnya
peredaran darah jaringn terganggu. Isi hernia menjadi nekrosis dan kantong hernia
akan berisi transudat berupa cairan serosanguinus. Kalau isi hernia terdiri atas usus,
dapat terjadi perporasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses lokal, fistel, atau
peritonitis jika terjadi hubungan dengan rogga perut.
Gambaran klinis hernia inkarserata yang mengandung usus dimulai dengan
gambaran obstruksi usus dengan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam
basa. Bila terjadi stranggulasi karena gangguan vaskularisasi, terjadi keadaan toksik
akibat gangren dan gambaran klinis menjadi kompleks dan sangat serius. Penderita
mengeluh nyeri lebih hebat di tempat hernia. Nyeri akan menetap karena rangsangan
peritoneal.
Pada pemeriksaan lokal ditemukan benjolan yang tidak dapat dimasukan kembali
disertai nyeri tekan dan, tergantung keadaan isi hernia, dapat dijumpai tanda
peritonitis atau abses lokal. Hernia strangulata merupakan keadaan gawat darurat.
Oleh karena itu, perlu mendapat pertolongan segera.

15
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen, sesudah
appendicitis. Hernia didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ
atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding.
Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh, kebanyakan
defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya di daerah inguinal.
Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak
pada laki-laki. Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis tidak
menutup (tetap terbuka). Komplikasi yang terjadi adalah inkarserasi dan
strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi penanganan segera adalah dengan
operasi.

16
DAFTAR PUSTAKA

1. Sjamsuhidayat.R & Wim de jong. Buku ajar ilmu bedah. Edisi revisi. Jakarta :
penerbit buku kedokteran EGC, 1997. h523-538
2. Sari DK, Mirzanie H, Leksana, Slamet AW. Chirurgica (re-package edition).
Jakarta: Tosca Enterprise. 2005. Bab-IV. h1-7.
3. Grace PA, Borley NR. At a glance: ilmu bedah. Ed. III. Jakarta: Erlangga. 2002.
h118-119.
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhini WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Ed. III jilid 2. Jakarta: Media Aescupalis. 2000. h313-317
5. Sabiston. Buku ajar bedah (Essentials of surgery). Bagian 2, cetakan I : Jakarta,
penerbit buku kedokteran EGC. 1994.
6. Suwardi, ref bedah Hernia dan penangannya , cirebon, 2010.
7. http://www.medicastore.com/
8. http://www.pubmed.com/

17

Anda mungkin juga menyukai