Anda di halaman 1dari 5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesetimbangan Kompleks

Titrasi merupakan salah satu metode analitik yang didasarkan pada pengukuran volume.
Salah satu syarat agar suatu reaksi dapat digunakan dalam suatu titrasi adalahreaksi tersebut pada
dasarnya harus berlangsung sampai selesai pada titik ekivalen. Titik ekivalen merupakan titik
dalam titrasi yang mana secara stoikiometri jumlah zat yang bereaksi adalah ekivalen (analit dan
titran). Namun pada kenyataannya, kitatidak dapat mencapai titik ekivalen tersebut. Sehingga
penambahan titran dihentikan ketika telahdiperoleh titik akhir dari titrasi tersebut. Titik akhir
dari suatu titrasi diketahui dengan perubahanwarna dari indikator(Harjadi, W.1993)

Reaksi kimia yang dapat digunakan sebagai dasar dalam penentuan secara titrimetrik
diantaranya adalah pembentukan suatu zat yang dikenal sebagai senyawa kompleks, yang
mempunyai sifat larut dengan baik tetapi hanya sedikit terdisosiasi.Suatu ion atau molekul
kompleks terdiri dari satu atom atau ion pusat dan sejumlah ligan yangterikat erat dengan atom
atau ion pusat itu. Ligan merupakan donor pasangan elektron sedangkan atom atau ion pusat
adalah akseptor elektron (kation)(Harjadi, W.1993)

Molekul atau ion yang berfungsi sebagai ligan pada umumnya mempunyai atom elektro
negatif seperti nitrogen, oksigen dan halogen.Ligan yang hanya mempunyai satu pasang bebas
disebut ligan unidentat. Ligan yang mempunyai dua gugus yang mampu membentuk dua ikatan
dengan atom pusat disebut ligan bidentat. Ligan yang membentuk lebih dari dua ikatan dengan
atom pusat disebut ligan multidentat. Ligan multidentat yang membentuk ikatan koordinasi
dengan atom pusatakan menghasilkan lingkaran heterosiklik yang disebut lingkaran kelat,
molekul organiknyaadalah bahan kelat dan kompleksnya disebut kelat atau senyawa kelat. Ligan
multidentat tunggal yang membentuk ikatan koordinasi dengan dua atau lebih atom pusat disebut
kompleks polinuklir (Khopkar. 2002).
2.2 EDTA

Asam etilen diamin tetra asetat atau yang lebih dikenal dengan EDTA, merupakan salah
satu jenis asam amina polikarboksilat yang seringkali digunakan sebagai titran dalam titrasi
kompleksometri. EDTA sebenarnya adalah ligan seksidentat yang dapat berkoordinasi dengan
suatu ion logam lewat kedua nitrogen dan keempat gugus karboksil-nya atau disebut ligan
multidentat yang mengandung lebih dari dua atom koordinasi per molekul, misalnya asam 1,2-
diaminoetanatetraasetat (asametilenadiamina tetraasetat, EDTA) yang mempunyai dua atom
nitrogen penyumbang dan empat atom oksigen penyumbang dalam molekul (Khopkar. 2002).
Suatu EDTA dapat membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan sejumlah besar
ion logam sehingga EDTA merupakan ligan yang tidak selektif. Dalam larutan yang agak asam,
dapat terjadi protonasi parsial EDTA tanpa pematahan sempurna kompleks logam, yang
menghasilkan spesies seperti CuHY-. Ternyata bila beberapa ion logam yang ada dalam larutan
tersebut maka titrasi dengan EDTA akan menunjukkan jumlah semua ion logam yang ada dalam
larutan tersebut (Harjadi, W.1993).
Selektivitas kompleks dapat diatur dengan pengendalian pH, misal Mg, Ca, Cr, dan Ba
dapat dititrasi pada pH = 11 EDTA. Sebagian besar titrasi kompleksometri mempergunakan
indikator yang juga bertindak sebagai pengompleks dan tentu saja kompleks logamnya
mempunyai warna yang berbeda dengan pengompleksnya sendiri. Indikator demikian disebut
indikator metalokromat. Indikator jenis ini contohnya adalah Eriochrome black T; pyrocatechol
violet; xylenol orange; calmagit; 1-(2-piridil-azonaftol), PAN, zincon, asam salisilat, metafalein
dan calcein blue(Harjadi, W.1993).
Satu-satunya ligan yang lazim dipakai pada masa lalu dalam pemeriksaan kimia adala ion
sianida, CN-, karena sifatnya yang dapat membentuk kompleks yang mantap dengan ion perak
dan ion nikel. Dengan ion perak, ion sianida membentuk senyawa kompleks perak-sianida,
sedagkan dengan ion nilkel membentuk nikel-sianida. Kendala yang membatasi pemakaian-
pemakaian ion sianoida dalam titrimetri adalah bahwa ion ini membentuk kompleks secara
bertahap dengan ion logam lantaran ion ini merupakan ligan bergigi satu.
Kesulitan yang timbul dari kompleks yang lebih rendah dapat dihindari dengan
penggunaan bahan pengkelat sebagai titran. Bahan pengkelat yang mengandung baik oksigen
maupun nitrogen secara umum efektif dalam membentuk kompleks-kompleks yang stabil dengan
berbagai macam logam. Keunggulan EDTA adalah mudah larut dalam air, dapat diperoleh dalam
keadaan murni, sehingga EDTA banyak dipakai dalam melakukan percobaan kompleksometri.
Namun, karena adanya sejumlah tidak tertentu air, sebaiknya EDTA distandarisasikan dahulu
misalnya dengan menggunakan larutan kadmium(Harjadi, W.1993).

2.3 pH

Pengertian pH dan Rumus pH. pH merupakan singkatan potensial hidrogen, p singkatan


potensial dan H adalah singkatan dari hidrogen. pH adalah derajat keasaman yang digunakan
untuk menyatakan tingkat keasaman atau tingkat kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. pH
adalah ukuran logaritmik dari konsentrasi ion hidrogen dari larutan. Nilai pH merupakan negatif
logaritma dari konsentrasi ion hidrogen.

pH = -log [H +]

log adalah basis 10 logaritma dan [H +] adalah konsentrasi ion hidrogen dalam mol per liter

Istilah pH pertama kali dijelaskan oleh ahli biokimia Denmark SPL Sorensen pada tahun 1909.
pH adalah singkatan untuk kekuatan hidrogen di mana p adalah singkatan kata Jerman untuk
kekuasaan, potenz, dan H adalah simbol unsur untuk hidrogen. H dikapitalisasi karena standar
untuk memanfaatkan simbol unsur. Singkatan ini juga diberlakukan di Perancis, dengan pouvoir
hidrogen menerjemahkan sebagai kekuatan hidrogen ( Harjadi, W.1993).

2.3.1 Nilai pH tergantung pada suhu

Hal ini umumnya diasumsikan bahwa solusi yang netral memiliki pH 7.00. Dalam kebanyakan
kasus itu adalah pendekatan yang sangat baik, tapi itu benar hanya untuk 25 derajat C. Jika
peningkatan suhu di atas 25 derajat celcius, pH larutan netral akan menurun di bawah 7. Dan
jika penurunan suhu di bawah 25 derajat celcius, nilai pH akan meningkat di atas 7 (Rival,
Harrizul.1995).
2.3.2 Skala logaritmik

Skala pH adalah skala logaritmik yang biasanya berlangsung dari 1 sampai 14. Setiap nilai
keseluruhan pH di bawah 7 (pH air murni) adalah sepuluh kali lebih asam dari nilai yang lebih
tinggi dan masing-masing nilai keseluruhan pH di atas 7 adalah sepuluh kali lebih asam
dibandingkan satu di bawah ini. Misalnya, pH 3 adalah sepuluh kali lebih asam dari pH 4 dan
100 kali (10 kali 10) lebih asam daripada nilai pH 5. Jadi, asam kuat mungkin memiliki pH 1-2,
sementara basa yang kuat mungkin memiliki pH 13-14. Sebuah pH dekat 7 dianggap netral
(Rival, Harrizul.1995).

2.4 Titik Ekivalen

Titik ekivalen adalah angka atau volume yang menjadi tujuan utama dalam titrasi,
seharusnya angka titik ekivalen ini yang menjadi angka perhitungan, tapi sayangnya angka ini
tidak dapat diperoleh secara manual atau dalam titrasi biasa maksudnya tidak bisa diamati. Jadi
angka ini hnya teroritis pada akhirnya.

Kenapa seharusnya titik ekivalen yang ada dihitungan? Kenapa titik ekivalen adalah jumlah
titran (yang biuret) yang ekivalen (yang tepat) bereaksi dengan sampel. Jadi seharusnya
angka/volume ini yang dihitung, tapi karena tidak ada indikator yang bisa menunjukan kejadian
ini makanya tidak dapat menentukan. Kecuali menggunakan metode potensiometri (Rival,
Harrizul.1995).

Anda mungkin juga menyukai