Anda di halaman 1dari 14

1.

1 Pengertian Organisasi Sektor Publik


Organisasi sektor publik saat ini tengah menghadapi tekanan untuk lebih efisien,
memperhitungkan biaya ekonomi dan biaya sosial, serta dampak negatif atas aktivitas yang
dilakukan. Akuntansi sektor public pada awalnya merupakan aktivitas yang terspesialisasi
dari suatu profesi yang relatif kecil. Namun demikian, akuntansi sektor publik kini telah
mengalami proses untuk menjadi disiplin ilmu yang lebih dibutuhkan dan substansial
keberadaannya.
Istilah sektor publik sendiri memiliki arti yang bermacam-macam. Hal ini karena luasnya
wilayah publik sehingga masing-masing disiplin ilmu memiliki penafsiran yang berbeda.
Dari sudut pandang ekonomi sektor publik adalah suatu entitas yang aktivitasny
berhubungan dengan usaha untuk menghasilkan barang dan pelayanan publik dalam
rangka memenuhi kebutuhan dan hak publik.
1.2 Karakteristik Organisasi Sektor Publik
Beberapa tugas dan fungsi sektor publik sebenarnya dapat juga dilakukan oleh swsta
seperti layanan komunikasi, penarikan pajak, pendidikan, transportasi public,dan
sebagainya. Akan tetapi untuk tugas tertentu seperti fungsi birokrasi pemerintahan tidak
bias digantikan oleh sektor swasta.
Organisasi sektor publik bergerak dalam lingkungan yang sangat kompleks. Adapun
komponen lingkungan yang mempengaruhi organisasi sektor publik meliputi faktor
ekonomi, politik, kultur, dan demografi.
a. Faktor ekonomi
1) Pertumbuhan ekonomi
2) Tingkat inflasi
3) Pertumbuhan pendapatan per kapita (GNP/GDP)
4) Struktur produksi
5) Tenaga kerja
6) Arus modal dalam negeri
7) Cadangan devisa
8) Nilai tukar mata uang
9) Utang dan bantuan luar negeri
10) Insfrastruktur

1
11) Teknologi
12) Kemiskinan dan kesejangan ekonomi
13) Sektor informal
b. Faktor politik
1) Hubungan negara dan masyarakat
2) Legitimasi pemerintah
3) Tipe rezim yang berkuasa
4) Ideologi negara
5) Elit politik dan massa
6) Jaringan internasional
7) Kelembagaan
c. Faktor kultural
1) Keragaman suku, ras, agama, bahasa, budaya
2) Sistem nilai di masyarakat
3) Historis
4) Sosiologi masyarakat
5) Karakteristik masyarakat
6) Tingkat pendidikan
d. Faktor demografi
1) Pertumbuhan penduduk
2) Struktur usia penduduk
3) Migrasi
4) Tingkat kesehatan

1.3 Value for Money


Value for Money merupakan konsep pengelolaan organisasi sektor public yang
mendasarkan pada tiga elemen utama, yaitu:
a. Ekonomi
Pemerolehan input dengan kualitas dan kuantitas tertentu pada harga yang
terendah. Ekonomi merupakan perbandinganninput dengan input value yang
dinyatakan dalam satuan moneter. Ekonomi terkait dengan sejauh mana organisasi

2
sektor publik dapat meminimalisir input resources yaitu dengan menghndari
pengeluaran yang boros dan tidak efektif.
b. Efisiensi
Pencapaian output yang maksimum dengan input tertentu atau penggunaan input
yang terendah untuk mencapai output tertentu. Efisiensi merupakan perbandingan
output atau input yang dikaitkan dengan standar kinerja atau target yang telah
ditetapkan.
c. Efektifitas
Tingkat pencapaian hasil program dengan target yang ditetapkan. Secara sederhana
efektifitas merupakan perbandingan outcome dengan output.

Ada beberapa orang yang berpendapat bahwa ketiga elemen tersebut belum cukup. Perlu
ditambahkan dua elemen lain yaitu:

a. Keadilan (equity)
Keadilan mengacu pada adanya kesempatan social yang sama untuk mendapatlan
pelayanan publik yang berkualitas dan kesejahteraan ekonomi.
b. Pemerataan atau kesetaraan (equality).
Penggunaan uang public hendaknya tidak hanya terkonsentrasi pada kelompok
tertentu saja, melainkandilakukan secara merata.

Adapun beberapa istilah yang digunakan dalam value for money adalah:

a. Input
Input merupakan sumber daya yang digunakan untuk pelaksanaan suatu kebijakan,
program, aktivitas. Input dapat dinyatakan secara kuantitatif, maupun dapat
dinyatakan dengan nilai uang.
b. Output
Output merupakan hasil yang dicapai dari suatu program, aktivitas, dan kebijakan.
Pada umumnya output yang diinginkan saja yang dibiarakan, sedangkan output
yang tidak diinginkan seperti efek samping tidak dibicarakan. Ringkasnya output
adalah kenaikan nilai atau nilai tambah.
c. Sasaran antara

3
Analisis value for money memerlukan data input dan output yang memadai karena
memiliki kaitan yang sangat erat dengan output dan input. Organisasi sektor publik
menggunakan output antara (intermediate output) atau indicator kerja (
performance indocator) sebagai alat ukur output.
d. Outcome
Outcome adalah dampak yang ditimbulkan dari aktivitas tertentu. Outcome sering
dikaitkan dengan tujuan atau target yang ingin dicapai. Penetapan dan pengukuran
outcome lebih sulit dibandingkan dengan penentuan output maupun input. Hal ini
dikarenakan :
1) Outcome sering tidak dapat diekspresikan dalam cara yang sederhana yang
memudahkan proses monitoring.
2) Adanya masalah politik dalam proses penetapan outcome.
3) Dalam penentuan outcome sangat perlu untuk dipertimbangkan dimensi
kualitas. Jika input sudah dapat diturunkan, output yang dihasilkan sudah
meningkat, operasi sudah lebih ekonomis dan efisien, tetapi apa yang
dihasilkan tidak berkualitas, tentu akan merugikan organisasi.

Value for money dapat tercapai apabila organisasi telah menggunakan biaya input
paling kecil untuk mencapai output maksimum dalam rangka mencapai tujuan
organisasi. Implementasi konsep value for money sangat penting dalam organisasi
sektor publik. Adapun manfaatnya adalah :

1) Meningkatkan efektivitas pelayanan publik, dalam arti pelayanan yang


diberikan tepat sasaran.
2) Meningkatkan mutu pelayanan public.
3) Menurunkan biaya pelayanan public karena hilangnya inefisiensi dan
terjadinya penghematan dalam penggunaan input.
4) Alokasi belanja yang lebih berorientasi pada kepentingan publik.
5) Meningkatkan kesadaran akan uang publik sebagai akar pelaksanaan
akuntabilitas publik.

1.4 Membandingkan organisasi sektor publik dan sektor privat

4
Perbedaan sifat dan karakteristik sektor publik dengan sektor privat dapat dilihat
dengan membandingkan beberapa hal, yaitu: tujuan organisasi, sumber pembiayaan, pola
pertanggungjawaban, struktur organisasi, karakteristik anggaran, stakeholder yang
dipengaruhi, dan sistem akuntansi yang digunakan.

1. Tujuan organisasi

Dilihat dari tujuannya, organisasi sektor publik berbeda dengan sektor privat . Perbedaan
menonjol terletak pada tujuan memperoleh laba. Pada sektor privat terdapat tujuan untuk
memaksimumkan laba (profit motive), sedangkan pada sektor publik adalah pemberian
pelayanan publik, dan penyediaan pelayanan publik. Organisasi sektor publik juga
memiliki tujuan finansial, akan tetapi hal tersebut berbeda baik secara filosofis, konseptual,
dan operasionalnya dengan tujuan profitabilitas sektor privat.

2. Sumber pembiayaan

Pada sektor publik sumber pendanaan berasal dari pajak dan retribusi, charging for service,
laba perusahaan milik negara, pinjaman pemerintah berupa utang luar negeri dan obligasi
pemerintah, dan pendapatan lain-lain yang sah dan tidak bertentangan dengan peraturan
perundangan yang ditetapkan. Sedangkan untuk sektor privat sumber pembiayaan internal
terdiri atas bagian laba yang diinvestasikan kembali ke perusahaan (retained earnings) dan
modal pemili dan sumber pembiayaan eksternal misalnya utang bank, penerbitan obligasi,
dan penerbitan saham baru untuk mendapatkan dana dari publik.

3. Pola pertanggungjawaban

Manajemen pada sektor privat bertanggungjawab kepada pemilik perusahaan (pemegang


saham) dan kreditor atas dana yang diberikan. Pada sektor publik manajemen bertanggung
jawab kepada masyarakat karena sumber dana yang digunakan organisasi sektor publik
dalam rangka pemberian pelayanan publik berasal dari masyarakat (public funds). Pola
pertanggungjawaban di sektor publik bersifat vertikal dan horisontal.

4. Struktur organisasi

5
Secara kelembagaan, organisasi sektor publik juga berbeda dengan sektor privat. Struktur
organisasi pada sektor publik bersifat birokratis, kaku, dan hirarkis, sedangkan struktur
organisasi pada sektor privat lebih fleksibel. Salah satu faktor utama yang membedakan
sektor publik dengan sektor privat adalah adanya pengaruh politik yang sangat tinggi pada
organisasi sektor publik.

5. Karakteristik anggaran dan stakeholder

Jika dilihat dari karakteristik anggaran, pada sektor publik rencana anggaran dipublkasikan
kepada masyarakat secara terbuka untuk dikritisi dan didiskusikan.. Sementara itu,
anggaran pada sektor privat bersifat tertutup bagi publik karena anggaran merupakan
rahasia perusahaan. Dari sisi stakeholder, pada sektor publik stakeholder yaitu pada
stakeholder internal antara lain adalah lembaga negara, kelompok politik, manajer publik,
pegawai pemerintah dan pada stakeholder eksternal pada sektor publik seperti masyarakat
pengguna jasa publik, masyarakat pembayar pajak, perusahaan dan organisasi sosial
ekonomi, Bank sebagai kreditor pemerintah, Badan-badan internasional (IMF, ADB, PBB,
dan sebagainya), investor asing, dan generasi yang akan datang. Pada sektor privat ,
stakeholder internal terdiri dari manajemen, karyawan, dan pemegang saham. Sedangkan
stakeholder eksternal terdiri dari bank, serikat buruh, pemerintah, pemasok, distributor,
pelanggan, masyarakat, serikat dagang dan pasar modal.

6. Sistem akuntansi yang digunakan

Perbedaan yang lain adalah sistem akuntansi yang digunakan. Pada sektor privat sistem
akuntansi yang biasa digunakan adalah akuntansi yang berbasis akrual (accrual
accounting). Sedangkan pada sektor publik lebih banyak menggunakan sistem akuntansi
berbasis kas (cash basis accounting).

Meskipun sektor publik memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda dengan
sektor privat , akan tetapi dalam beberapa hal terdapat persamaan, yaitu:

6
1) Kedua sektor tersebut, yaitu sektor publik dan sektor privat merupakan bagian
integral dari sistem ekonomi di suatu negara dan keduanya menggunakan sumber
daya yang sama untuk mencapai tujuan organisasi.
2) Keduanya menghadapi masalah yang sama, yaitu masalah kelangkaan sumber daya
(scarcity of resources), sehingga baik sektor publik maupun sektor privat dituntut
untuk menggunakan sumber daya organisasi secara ekonomis, efektif dan efisien.
3) Proses pengendalian manajemen, termasuk manajemen keuangan, pada dasarnya
sama di kedua sektor. Kedua sektor sama-sama membutuhkan informasi yang
handal dan relevan untuk melaksanakan fungsi manajemen, yaitu: Perencanaan,
pengorganisasian, dan pengendalian.
4) Pada beberapa hal, kedua sektor menghasilkan produk yang sama, misalnya: baik
pemerintah maupun privat sama-sama bergerak di bidang transportasi massa,
pendidikan, kesehatan, penyediaan energi, dan sebagainya.
5) Kedua sektor terikat pada peraturan perundangan dan ketentuan hukum lain yang
disyaratkan.

1.5 Menjelaskan tujuan akuntansi sektor publik

Tidak ada hal yang diciptakan tanpa tujuan akuntansi keuangan, begitu pun dengan
Akuntansi Sektor Publik. Jika dilihat dari American Accounting Association (1970) dalam
Glynn , tujuan Akuntansi pada organisasi sektor publik tersebut ada 2 :

1. Tujuan pertama adalah memberikan informasi agar bisa digunakan untuk pengelolaan
secara tepat, efisien, dan bersifat ekonomis atas suatu operasi dan alokasi sumber daya
organisasi. Tujuan pertama ini terkait dengan fungsi pengendalian manajemen
(management control).
2. Tujuan kedua dari adanya Akuntansi Sektor Publik adalah sebagai sumber informasi bagi
manajer untuk melaporkan pelaksanaan tanggung jawab operasi mereka secara tepat dan
efektif program dan penggunaan sumber daya dalam status milik mereka. Hal ini
memungkinkan pegawai pemerintah melapor pada publik hasil operasi pemerintah dan
penggunaan dana publik sehingga terwujudlah tujuan akuntabilitas (accountability).

7
Ada tiga hal pokok yang berkaitan dengan akuntansi sektor publik, yaitu penyediaan
informasi, pengendalian manajemen, dan akuntabilitas. Akuntansi sektor publik dapat
dikatakan sebagai alat informasi bagi pemerintah sebagai manejemen seperti perencanaan
strategik, pembuatan program, penganggaran, evaluasi kinerja, dan pelaporan kinerja.

Informasi akuntansi sangat berguna bagi manajer untuk pengambilan keputusan dalam
alokasi sumber daya. Dengan informasi akuntansi, pemerintah dapat menentukan biaya
pelayanan yang diberikan kepada publik, menetapkan biaya standar, dan harga yang akan
dibebankan kepada publik atas suatu pelayanan.

Selain itu, informasi akuntansi dapat membantu dalam pemilihan program yang efektif
dan ekonomis serta untuk penilaian investasi. Laporan keuangan sektor publik merupakan
bagian penting dari proses akuntabilitas publik, sehingga perlu dipahami bukan hanya
akuntabilitas finansial saja, tetapi juga akuntabilitas value for money, akuntabilitas manajerial,
akuntabilitas hukum, dan akuntabilitas publik

1.6 Menjelaskan perkembangan akuntansi sektor publik

Pada tahun 1950-an dan 1960-an sektor publik memainkan peran sebagai pembuat dan
pelaksana strategi pembangunan. Istilah ektor publik mulai dipakai pertama kali pada
tahun 1952. Pada waktu itu, sektor publikbsering dikaitkan sebagai bagian dari manajemen
ekonomi makro yang terkait dengan pembangunan dan lembaga pelaksanaaan
pengbangunan.
Pada tahun 1970-an muncul kritikan dan serangan dari pendukung teori pembangunan
radikal. Berbagai kritik muncul yang mengakatakn sektor publik dianggap tidak efisien dan
jauh tertinggal dengan kemajuan dan perkembangan yang terjadi di sektor swasta dan
dianggap mengganggu pembangunan ekonomi.
Tahun 1980-an reformasi sektor publik dilakukan di negara-negara industri maju sebagai
jawaban atas berbagai kritikan yang ada. Berbagai perubahan dilakukan misalnya dengan
pendekatan New Public Management (NPM) dan reinventing government di banyak negara
terutama negara Anglo-Saxon.

8
Setelah terjadi perubahan pada sektor publik, terjadi pula perubahan pada akuntansi sektor
publik. Akuntansi sektor publik kemudian menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi.
Seperti adanya perubahan akuntansi dari berbasis kas menjadi berbasis akrual. Pemerintah
New Zealand sukses menerapkan akuntansi berbasis akrual yang diadopsi sejak tahun 1991
yang kemudian diikuti negar lainnya.
Dalam dua dasawarsa terkhir, telah terjadi perkembangan (akuntansi) sektor publik yang
pesat. Istiah akuntabilitas publik, value for money, reformasi sektor publik, privatisasi,
good public governance, telah masuk ke sektor publik. Kemudian diikuti munculnya isu
baru, seperti tuntutan reformasi sektor publik yang diorientsikan pada pembentukan
organisasi sektor publik yang ekonomis, efisien, efektif, transparan, responsif, dan
memiliki akuntabilitas publik yang tinggi.
1.7 Akuntabilitas Sektor Publik

Akuntabilitas public adalah kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk


memberikan pertanggungjawaban, menyajikan, melaporkan, dan mengungkapkan segala
aktivitas dan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya kepada pihak pemberi amanah
(principal) yang memiliki hak dan kewenangan untuk meminta pertanggungjawaban
tersebut. Akuntabilitas public terdiri dari dua macam, yaitu (1) akuntabilitas vertical
(vertical accountability) dan (2) akuntabilitas horizontal (horizontal accountability)

Pertanggungjawaban vertical ( vertical accountability) adalah pertanggungjawaban


atas pengelolaan dana kepada otoritas yang lebih tinggi, misalnya pertanggungjawaban
unit-unit kera (dinas) kepada pemerintah daerah, pertanggungjawaban pemerintah daerah
kepada pemerintah pusat, dan pemerintah pusat kepada MPR. Pertanggungjawaban
horizontal (horizontal accountability) adalah pertanggungjawaban kepada masyarakat luas.

Akuntablitas (accountability) merupakan konsep yang lebih luas dari stewardship.


Stewardship mengacu pada pengelolaan atas suatu aktivitas secara ekonomis dan efisien
tanpa dibebani kewajiban untuk melaporkan, sedangkan accountability mengacu pada
pertanggungjawaban oleh seorang steward kepada pemberi tanggung jawab.

Akuntabilitas merupakan konsep yang kompleks yang lebih sulit mewujudkan


daripada memberantas korupsi (Turner and Hulme,1997). Terwujudnya akuntabilitas

9
merupakan tujuan utama dari reformasi sector publik. Tuntutan akuntabilitas public
mengharuskan lembaga-lembaga sektor publik untuk lebih menekankan pada
pertanggungjawaban horizontal (horizontal accountability) bukan hanya
pertanggungjawaban vertical (vertical accountability). Tuntutan yang kemudian muncul
adalah perlunya dibuat laporan keuangan eksternal yang dapat menggambarkan kinerja
lembaga sektor publik.

Akuntabilitas publik yang harus dilakukan oleh organisasi sector public terdiri atas
beberapa dimensi. Ellwood (1993) menjelaskan terdapat empat dimensi akuntablitas yang
harus dipenuhi oleh oragnisasi sector public, yaitu:

1. Akuntabilitas kejujuran dan akuntabilitas hukum (accountability for probity and


legality)
Akuntabilitas kejujuran (accountability or probity) terkait dengan penghindaran
penyalanggunaan jabatan (abuse of power) sedangkan akuntabilitas hukum (legal
accountability) terkait adanya kepatuhan terhadap hukum dan peraturan lain yang
disyaratkan dalam penggunaan sumber dana publik.
2. Akuntabilitas proses (process accountability)
Akuntabilitas proses terkait dengan apaka prosedur yang digunakan dalam
melaksanakan tugas usdah cukup baik dalam hal kecukupan sistem informasi
akuntansi, sistem informasi manajemen dan prosedur administrasi.Akuntabilitas
proses termanifestasikan melalui pemberian layanan public yang cepat, responsive
dan murah biaya. Pengawasan dan pemeriksaan terhadap pelaksaan akuntabilitas
proses dapat dilakukan misalnya dengan memeriksa ada tidaknya mark up dan
pungutan-pungutan lain di luar yang ditetapkan, serta sumber-sumber inefisiensi
dan pemborosan yang menyebabkan mahalnya biaya pelayanan publik dan
kelambanan dalam pelayanan. Pengawasan dan pemeriksaan akuntabilitas proses
juga terkait dengan pemeriksaan teradap proses tender unuk melaksanakan proyek-
proyek public. Yang harus dicermati dalam pemberian kontrak tender adalah
apakah proses tender telah dilakukan secara fair melalui compulsory Competitive
Tendering (CCT), ataukah dilakukan melalui pola KKN (Korupsi, Kolusi dan
Nepotisme).

10
3. Akuntabilitas program (program accountability)
Akuntabilitas program terkait dengan pertimbangan apakah tujuan yang ditetapkan
dapat dicapai atau tidak, dan apakah telah mempertimbangkan alternative program
yang memberikan hasil yang optimal dengan biaya minimal
4. Akuntabilitas kebijakan (policy accountability)
Akuntabilitas kebijakan terkait dengan pertanggungjawaban pemerintah, baik pusat
maupun daerah, atas kebijakan-kebijakan yang diambil pemerintah terhadap
DPR/DPRD dan masyarakat luas.
Akuntasi sector public tidak bisa melepaskan diri dari pengaruh kecenderungan
menguatnya tuntutan akuntabilitas sector public tersebut. Akuntasi sector public
dituntut dapat menjadi alat perencanaan dan pengendalian organisasi sector public
secara efektif dan efesien, serta memfasilitasi terciptanya akuntabilitas public.

1.8 Otonomi Daerah

Era reformasi yang terjadi di Indonesia saat ini memberikan dampak besar terhadap
independensi masing-masing daerah untuk menjalankan proses pemerintahannya. Kata
otonomi daerah kemudian muncul untuk memenuhi tuntutan sistem yang berlaku saat ini.
Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah
hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan
pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan. Sedangkan menurut Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah
kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Sesuai dengan penjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, bahwa


pemberian kewenangan otonomi yang luas, nyata, dan bertanggungjawab.

1. Kewenangan otonomi yang Luas


Dimaksud dengan kewenangan otonomi luas adalah keleluasaan daerah untuk
menyelenggarakan pemerintahan kecuali bidang politik luar negeri, pertahanan

11
keamanan, peradilan, moneter dan fiskal, agama, serta kewenangan dibidang lainnya
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan.
2. Otonomi nyata
Otonomi nyata adalah keleluasaan daerah untuk menyelenggarakan kewenangan
pemerintah di bidang tertentu secara nyata ada dan diperlukan serta tumbuh hidup dan
berkembang di daerah.
3. Otonomi yang Bertanggungjawab
Otonomi yang bertanggungjawab adalah berupa perwujudan pertanggungjawaban
sebagai konsekuensi pemberian hak dan kewenangan kepada daerah dalam menacapai
tujuan pemberian otonomi berupa peningkatan dan kesejahteraan masyarakat yang
semakin baik, pengembangan kehidupan demokrasi, keadilan dan pemerataan, serta
pemeliharaan hubungan yang sehat antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka menjaga Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pelaksanaan otonomi daerah sebagai amanat UUD 1945 secara konstitusional maupun
legal diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui
peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran serta masyarakat. Sesuai dengan yang
tertulis pada Undang-Undang, maka daerah otonom diberikan keleluasaan untuk mengelola
sendiri pemerintahannya demi terwujudnya kesejahteraan masyarakat.

Berkaitan dengan hal ini, akuntansi sektor publik sangat erat kaitannya dengan otonomi
daerah. Keleluasaan kewenangan yang diberikan pemerintah pusat kepada pemerintah
daerah berdampak pada pengelolaan sektor publik yang dikelola dan
dipertanggungjawabkan secara langsung oleh daerah otonom. Undang-undang (UU) No. 32
tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah merupakan payung hukum Pemerintah daerah yang antara lain
adalah mengenai pola-pola aplikasi pertanggung jawaban keuangan daerah, dan tentunya
sangat terkait dengan reformasi regulasi keuangan negara, yang terdiri dari UU No. 17 tahun
2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan
UU No. 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Keuangan Negara. Reformasi regulasi keuangan
negara menjelaskan bahwa keuangan daerah termasuk keuangan negara, yaitu : Semua hak
dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai

12
dengan uang termasuk didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak
dan kewajiban daerah tersebut yang antara lain, hak daerah memungut pajak dan restribusi,
mengelola penerimaan dan mengeluarkan belanja daerah

Pemerintah pusat wajib mengetahui semua penerimaan dan pengeluaran keuangan


daerah (sektor publik) dan juga sebagai pertanggungjawaban yang utama adalah kepada
masyarakat sebagai pemilik dana, maka sektor publik dituntut dengan akuntabilitas laporan
keuangannya kepada pihak terkait untuk melaporkan laporan keuangannya kepada
masyarakat secara jelas dan mudah. Secara singkat antara otonomi daerah dan akuntansi
sektor publik memiliki kesamaan yaitu sama-sama bertujuan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat.

13
DAFTAR PUSTAKA

Prof. Dr. Mardiasmo, MBA, Ak. 2002 .Akuntasi Sektor Publik. Yogyakarta: ANDI
Yogyakarta.

Hafidtamimi.2013.Akuntansi Sektor Publik :


(https://hafidtamimi.wordpress.com/2013/06/22/akuntansi-sektor-publik-bagaimana-
nasibmu-kini/ diakses pada tanggal 17 September 2017)

14

Anda mungkin juga menyukai