Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN JURNAL READING

SENSITIVITAS DAN SPESIFIKASI URINALISIS UNTUK MENDIAGNOSIS


UTI PADA PASIEN DENGAN UROLITIASIS DI RUMAH SAKIT UMUM
SARDJITO

Kelompok 3

Tutor : dr. Rusdi Effendi, SpKJ


Anggota Kelompok :
Alfira Pangestika 2015730005
Anastasya Auliyanisa 2015730006
Bella Mesantika 2015730019
Dzulfikar A. Maulana 2015730034
Imam Fahrizal 2015730059
Jamila Fitri Ratna Juwita 2015730064
Jullinar Aulia Hasna 2015730067
Mahda Lathifa 2015730082
Muhammad Fadel Aulia Rizki 2015730090
Ulayya Ghina Nabilla 2015730129
Yusuf Wahyu Dwi Utomo 2015730135

Fakultas Kedokteran dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta


Tahun Ajaran 2016 2017
PENDAHULUAN
Infeksi saluran kemih (isk) adalah penyakit yang paling sering terjadi dan merupakan
penyakit yang membutuhkan penanganan khusus. Namun saat ini patogenesis dari
pembentukan batu sudah mulai ditemukan.
Prevalensi dari frekuensi pada populasi batu ginjal di US meningkat secara signifikan dari
3,2-5,2% di 2 dekade ini atau antara 1970an sampai pertengahan 1990. Di Indonesia sendiri,
berdasarkan data yang di publish, jumlah pasien dari batu ginjal sejak 1997-2002 meningkat
182 pasien menjadi 847 pasien. Vesikolitiasis, walaupun berkurang di 2 dekade ini, masih
bisa ditemukan di negara berkembang banyak terjadi pada anak-anak. Pada BPH, pasien
biasanya disertai neurogenik kantung kemih.
Kejadian penting yg mempengaruhi terjadinya infeksi saluran kemih ini adalah adanya
obstruksi atau statis pada sistem urin. Dikasus lain, seperti BPH disebutkan 45% diiringi
dengan infeksi saluran kemih, pd penyempitan uretra sebanyak 8% dan diverticulum uretra
sebanyak 2% yang akan mengiringj infeksi saluran kemih.
Nefrolitiasis bisa menjadi hasil dari infeksi saluran kemih. Studi menunjukkan adanya
beberapa bakteri yang memainkan peranan penting pada pembentukan batu kemih, terutama
batu ginjal. Total 15% dari infeksi batu kemih. Proses infeksi ini khususnya disebabkan
produksi bakteri urease dimana tidak hanya diproduksi infeksi batu tp juga pada bentuk batu
lainnya seperti batu kalsium oksalat. Oleh karena itu penting untuk bisa menetapkan diagnose
infeksi saluran kemih pada pasien batuh kemih sehingga penanganannya dpt dilakukan secara
komprehensif yang dimulai dengan mengatasi penyebabnya.
Urinalisis sebagai modalitas untuk diagnosis Infeksi Saluran Kemih adalah salah satu metode
paling awal dan paling sering digunakan. Modalitas ini sederhana, cukup murah, cepat
digunakan dan efektif untuk mengidentifikasi keberadaan bakteri, endapan urin dan
leukositosis pada urine. Keuntungan lain dari metode ini mencakup sejumlah kecil sampel
dan dapat digunakan sebagai pedoman untuk penilaian awal pasien. Alasan lain mengapa
dokter cenderung menggunakan urinalisis adalah pemeriksaan standar emas kultur urin yang
lebih lama, lebih kompleks, dan lebih mahal.
Pemeriksaan urinalisis memiliki sensitivitas 76% dan spesifisitas 86% pada diagnosis cedera
ginjal akut (ACI) dan mampu membedakan ACI dengan nekrosis tubular akut atau ATN.
Namun dalam beberapa penelitian, ada perbedaan dalam temuan mengenai sensitivitas dan
spesifisitas urinalisis untuk membantu menegakkan diagnosis.
Kultur urine sebagai standart yang bagus untuk diagnosis ISK juga memiliki kelemahan
karena sensitivitas dan spesifisitas benar-benar bergantung pada ambang jumlah koloni
kuman dan pengambilan sampel. Pemeriksaan kultur urin yang dianjurkan untuk dilakukan
selama perawatan kurang memuaskan.
OBJEKTIF

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai diagnostik pemeriksaan urinalisis untuk
diagnosis ISK pada pasien dengan batu saluran kemih
BAHAN DAN METODE

Penelitian ini merupakan penelitian retrospektif dengan desain cross sectional. Penelitian ini
memiliki bentuk spesifik sebagai studi diagnostik untuk membandingkan metode diagnostik
dengan pemeriksaan gold standart. Variabel bebas dalam penelitian ini meliputi nilai
bakteriuria, esterase leukosit, eritrosituria dan nitrit dalam urinalisis dan hasil uji kultur urine.
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian batu kencing. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan tabel 2x2 tanpa analisis, dengan menggunakan uji Chi-
kuadrat. Maka perhitungan sensitivitas (SEN), spesifisitas (SPF), nilai prediksi positif (PPV),
nilai prediksi negatif (NPV), dan akurasi (ACC), akan dilakukan.

HASIL
Subjek yang terlibat dalam studi ini merupakan pasien pada klinik urologi dan pasien rawat
inap di RS sardjito dengan sampel total 186 pasien. Subjek adalah pasien yang didiagnosis
dengan batu saluran kemih, tidak perduli batu mereka apakah itu nephrolithiasis,
uretrolithiasis, vesicolithiasis yang diikuti oleh infeksi saluran kemih (UTI). Diagnosis UTI
berdasarkan hasil kultur urin.
Data karateristrik subjek penelitian berisi umur, jenis kelamin, hasil kultur urin, tipe bakteri,
dan urinalisis yang melingkupi bacteriuria, eritrosituria, nitrit, dan leukosit esterase.
Tabel 2 menunjukkan bahwa parameter esterase leukosit memiliki nilai sensitivitas tertinggi
yaitu sebesar 82,70% diikuti oleh eritrosituria (57,11%), bakteriuria (37,59%), dan nitrit
(13,53%). Spesifisitas tertinggi adalah nitrit (62,26%) diikuti oleh bakteriuria 56,60%,
Ritrosituria (50,94%), dan esterase leukosit (33,96%)
DISKUSI
Urinalisis adalah penelitian yang sangat berguna dalam diagnosis ISK dan banyak digunakan
sebagai panduan dalam memberikan terapi empiris pada kasus ISK.
Dalam penelitian ini, 72,6% pasien adalah laki-laki. Ini konsisten dengan data yang
mengkonfirmasikan bahwa kejadian toko obat kencing pada laki-laki mencapai 70-81% dan
47,60% pada wanita. Hal ini disebabkan oleh faktor testostorone dan estrogen sebagai
penghambat pembentukan batu pada wanita.
Pasien di studi ini mempunyai jarak umur yang bervariasi, dari mulai anak usia 1 tahun
hingga umur 80 tahun. Proses pembentukan batu kemih pada anak bisa jadi karena cystinuria,
Cacat bawaan ditandai dengan kelainan metabolisme asam amino yang merangsang
terbentuknya batu cystin. Kelainan ini umumnya disebabkan oleh mutasi pada gen SLC3A1
yang terletak pada gen kromosom 2p21 dan SLC7A9 yang terletak pada kromosom 19q12.
Adanya kasus batu ginjal pada anak karena faktor keturunan mencapai 40%.
Kasus batu saluran kemih yang ditemukan di usia tua, lebih dari 50 tahun adalah 34,4%, dan
pada pasien berusia lanjut mencapai lebih dari 10%. Batu saluran kemih akan lebih parah jika
ditemukan pasien yang lebih tua. Tingkat keparahannya terkait dengan bertambahnya usia,
jenis kelamin perempuan, dan diabetes mellitus. Namun, batu kalsium oksalat lebih sering
terjadi pada wanita muda. Batu kalsium fosfat ditemukan di usia pertengahan. Dapat
disimpulkan bahwa usia dan jenis kelamin sangat mempengaruhi jenis batu yang akan
ditemukan
Dari kultur urin, 73,11% menunjukkan hasil dari colony forming unit (cfu) lebih dari 105 per
ml urin. Ini menunjukkan pertumbuhan dari bakteri. Tipe bakteri yang paling banyak
ditemukan adalah E.coli dari 39 pasien (20,96 %), diikuti oleh Enterbocater cloacae pada 23
pasien (12,36%), Klebsiella sp pada 20 pasien (10,75%), staphylococcus sp dan
Burkholderiacepacia pada 12 pasien (6,45%), Acinetobacter sp pada 10 pasien (5,37%),
Pseudomonas aeruginosa pada 6 pasien (3,22%), streptococcus sp pada 4 pasien (2,15%) dan
species yang lain termasuk Acinetobacter sp, Kochuria, Achromobacter dan Salmonella yang
hanya ditemukan pada 10 pasien (11,62%). Penemuan ini mendukung teori yang teradapat
pada kasus UTI baik pada laki laki maupun perempuan, penyebab paling banyak dari
mikroorganosme adalah E.coli hingga 80%. Meskipun klebsiella, Proteus, Pseudomonas dan
Enterococcus juga bisa ditemukan.
Diantara beberapa parameter untuk memprediksikan UTI dan dapat diterima dalam penelitian
ini, termasuk leukosit esterase, bakteriuria, eritroait dan nitrit. Parameter seperti leukosit
esterase memiliki nilai sensitivitas yang tinggi hingga 82,70% dan nilai spesifik adalah
33,96%. Sensitivitas dari leukosit esterase yang memiliki ketinggian yang cukup dan
proporsional untuk dapat memperoleh nilai prediksi positif, yang mana bisa dilihat dari hasil
analisis perbandingan dengan kultur urin urinalisis yaitu 75,86% sample dengan positif
leukosit esterase menujukkan pertumbuhan bakteria pada pengujian kultur. Hasil pengujian
dari leukosit esterase negatif menunjukkan tidak adanya bakteri yang tumbuh pada kultur
dengan hasil 43,9%. Ini bisa dikatakan hasil prediksi yang negatif yaitu 43,90%.
Hasil yang disebutkan di atas sesuai dengan penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa
sensitivitas dari leukosit esterase untuk mendiagnosis ISK mencapai 75-96%, namun hasil
yang berbeda pada spesifisitas yang setara dengan 94-98%. Pemeriksaan leukosit esterase
berguna untuk menunjukkan leukosituria atau pyuria dengan biaya yang relatif rendah.
Bakteriuria memiliki sensitivitas 37,59%, spesifisitas 56,60%, 68,49% nilai prediksi positif,
dan 26,54% nilai prediksi negatif. Hal itu berdasarkan hasil bakteriuria positif yang
menunjukkan pertumbuhan bakteri dalam kultur sebanyak 68,49% dan hasil bakteriuria
negatif yang tidak mengindikasikan pertumbuhan bakteri sebanyak 26,54%.
Parameter eritrosituria memiliki sensitivitas 57,14%, spesifisitas 50,94%, nilai prediksi
positif 74,75%, dan nilai prediksi negatif 32,53%.
Parameter nitrit urinalisis memiliki tingkat sensitivitas terendah yaitu hanya 13.53%, tetapi
tingkat spesifitasnya mencapai 62.26%. nilai prediksi positif dan negatif pada tes nitrit adalah
47.36% dan 22.29%. Tes nitrit telah disebutkan cenderung tidak sensitif tapi relatif spesifik.
Hasil ini menunjukkan pentingnya tes nitrit pada kasus UTI dengan hasil tes kultur negatif.
Tes nitrit juga dianggap kurang membantu. Hal tersebut dikarenakan tes nitrit hanya akan
memberikan hasil positif pada bakteri yang memproduksi nitrat reduktase. Dalam ketiadaan
enzim ini, maka nitrat akan berubah menjadi nitrit. Beberapa bakteri seperti Escherichiacoli,
Klebsiella, Proteus, Enterobacter, Citrobacter, dan Pseudomonas dapat mengubah nitrat
menjadi nitrit. Namun, mikroorganisme penyebab UTI seperti Staphylococcus,
Streptococcus, Haemophilus, dan Enterococcus tidak dapat merubah nitrat menjadi nitrit.
Hasil tes negatif palsu dapat muncul dari buang air kecil yang sering dengan paparan
organisme yang rendah terhadap nitrat. Hal ini juga sering muncul pada pasien dengan diet
rendah sayuran dan konsumsi vitamin C tinggi. Karena itu, jika pemeriksaan urinalisis tidak
ditemukan nitrit, itu tidak menunjukkan bahwa UTI tidak ada.
Hasil penelitian ini berdasarkan urutan sensitivitas dan spesifisitas menunjukkan bahwa sensit
ivitas tertinggi pada esterase leukosit (76%), eritrosituria (76%), dan nitrit (56%). Spesifisitas
tertinggi adalah pada nitrit (81%), diikuti oleh eritrosituria (61%), dan pada esterase leukosit (
60%)
Penelitian ini menghasilkan informasi yang berbeda dengan penelitian sebelumnya bahwa uri
nalisis tidak cukup efektif sebagai faktor prediktor ISK karena nilai prediktif positif dan negat
if yang terlalu rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa nilai prediksi positif untuk semua p
arameter urinalisis baik esterase leukosit dan eritrosituria melebihi 70%, sedangkan bakteriuri
a memiliki nilai prediksi positif yang cukup baik yaitu 68,49%. Hanya nitrit yang memiliki ni
lai prediksi positif sebesar 47,36% dan nilai prediksi negatif 22,29%.

Kesimpulan
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemeriksaan leukosit eterase memiliki sensitivitas y
ang besar dengan tingkat akurasi mencapai 68,81%. Pemeriksaan nitrit memiliki tingkat spesi
fitas yang besar dibandingkan dengan variabel pemeriksaan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai