A. Pengaruh Budidaya Pertanian Terhadap komposisi Bahan Pangan Hasil
Pertanian pada Bahan Pangan Nabati 1. Peranan faktor lingkungan a. Karoten Warna lebih cepat berkembang padan wortel yang ditumbuhkan pada suhu 15-210C dibandingkan suhu yang tinggi atau lebih rendah. Suhu optimum untuk pertumbuhan tercepat bervariasi menurut spesies tanaman, dan suhu ini tidak selalu merupakan suhu optimum untuk kandungan zat gizi terbesar dari jaringan tanaman. b. Suhu Suhu optimum untuk laju pertumbuhan maksimum setiap spesies tanaman biasanya bukan merupakan suhu optimum untuk sintesis dan penyimpanan zat gizi dalam jaringan. Kondisi suhu yang dapat memacu penyimpanan suatu zat gizi tertentu sampai mencapai maksimum sering berbeda dengan suhu untuk zat gizi lain. Penelitian yang telah dilakukan bahwa terjadi penurunan kadar asam askorbat pada daun yang belum dipetik dari tanaman bayam, tomat, dll yang ditempatkan dalam keadaan gelap pada suhu 5 dan 150C. Kadar asam askorbat pada semua daun menurun bila daun ditempatkan dalam gelap, namun penurunannya lebih lambat pada suhu 50C dibandinkan dengan 150C . c. Jumlah dan Intentitas cahaya Cahaya mempengaruhi susunan sayuran dan buah. Penelitian yang dilakukan terhadap tanaman tomat menunjukkan bahwa, tomat yang ditumbuhkan di luar mengandung asam askorbat lebih besar daripada yang ditumbuhkan di bawah naungan. Beberapa sayuran yang diteliti pada sore hari mengandung asam askorbat lebih besar daripada pagi hari. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan terdapat hubungan yang erat antara penyinaran matahari dengan kadar asam askorbat dalam tanaman. Jumlah dan intensitas cahaya mempengaruhi susunan tanaman, terutama asam askorbatnya. 2. Pengaruh kesuburan tanah Pengaruh yang kecil terhadap susunan tanaman pernah dilaporkan. Hubungan antara kesuburan tanah dengan gizi tanaman masih ada kesimpang siuran, hal ini disebabkan oleh keterkaitan yang rumit antara unsur dalam tanah. Pemberian satu macam unsur dapat mempengaruhi ketersediaan unsur lain 3. Pengaruh lokasi Sejumlah penelitian memperlihatkan bahwa lokasi tumbuh dapat mempengaruhi kandungan zat gizi tanaman tetapi pada umumnya pengaruhnya kecil. 4. Pengaruh pupuk Nitrogen Dari hasil penelitian pengaruh nitrogen terhadap beberapa komponen gizi seperti, asam askorbat, karoten, tiamin, dan mineral besi terbukti bahwa pupuk nitrogen pada tanah berpengaruh nyata terhadap kuantitas hasil tanaman, namun tidak berpengaruh nyata terhadap susunan zat gizi. 5. Pengaruh pupuk kalsium Jumlah kalsium (Ca) dan magnesium (Mg) dalam tanah berpengaruh penting terhadap pH tanah. Akar tanaman yang tumbuh pada tanah yang kekurangan kalsium ukurannya pendek dan membesar seperti umbi serta kurang mampu menyerap dan mengasimilasi senyawa nitrat. Akibatnya gula akan terakumulasi dalam jaringan. Dari beberapa penelitian melaporkan bahwa tidak ada pengaruh kalsium terhadap kandungan gizi tanaman pangan. Dari beberapa penelitian yang telah dilaporkan pengaruh pupuk terhadap kadar zat gizi umumnya bertentangan satu sama lain, umumnya pengaruh yang nyata adalah pada peningkatan produksi sedangkan pengaruhnya terhadap zat gizi tidak nyata. 6. Pengaruh derajat kemasakan Dari beberapa hasil penelitian dilaporkan bahwa beberapa hasil tanaman pangan mencapai nilai tertinggi pada saat belum masak. Selain itu tingkat kadar suatu zat gizi mencapai maksimum berbeda-beda, bergantung kepada macam zat gizi dan spesies tanaman.
B. Pengaruh Budidaya Pertanian Terhadap komposisi Bahan Pangan Hasil
Pertanian pada Bahan Pangan Hewani 1. Peranan genetik Hewan pemamah biak cenderung lebih banyak mengandung lemak jenuh dibandingkan dengan golongan hewan lain, tetapi kejenuhan lemak dari golongan hewan bukan pemamah biak sangat tergantung kepada kadar lemak jenuh pakannya. Perbedaan cita rasa daging sangat dipengaruhi oleh faktor lipid. Sebaran daging dan lemak, akumulasi lemak pada umur tertentu dari ternak yang diberi pakan secara normal, proporsi daging dan tulang, dan warna lemak, sangat dipengaruhi oleh faktor genetiknya. 2. Umur, Jenis Kelamin, dan Musim a. Daging sapi Dengan bertambah umur sapi, warna daging bertambah gelap, cita rasanya bertambah, keempukannya berkurang, sedangkan karkas jenis pejantan dewasa, daging lehernya tebal. Pada waktu tertentu sapi muda yang diberi pakan rumput, disembelih pada musim panas atau awal musim gugur, karkas yang dihasilkan jarang melampaui mutu kelas baik, dengan lemak berwarna kekuningan karena pigmen karotenoidnya dari rumput yang dimakannya. b. Daging babi Babi yang tumbuh menjadi dewasa dan bertambah berat cederung menjadi gemuk. Menurut sejarah babi yang dipasarkan pada musim panas memperlihatkan proporsi babi ternak yang lebih tinggi, dibandingkan yang dipasarkan pada musim lainnya. Hal ini terutama berlaku untuk babi betina tua. Karkas babi jantan cenderung kurang berlemak dibandingkan dengan jenis betina ataupun babi kebiri c. Daging unggas Pada waktu yang lalu, produksi ayam muda berlebihan pada musim panas dan gugur, sedangkan kalkun muda hanya berlebihan pada musim gugur dan dingin. Ayam betina tua dipasarkan pada akhir musim bertelur di musim panas dan gugur, tetapi akhir-akhir ini perubahan menurut musim tersebut tidak tampak lagi. Ayam betina muda menjadi gemuk sewaktu menginjak dewasa, sedangkan dalam masa bertelur lemak yang tersedia dijadikan kuning telur. 3. Gangguan Antemortem Pada Mutu Daging Gangguan pada hewan yang disebabkan oleh panik, takut, dan lelah sebelum disembelih dapat mempengaruhi mutu daging. Glikolisis berlebihan tepat sebelum penyembelihan dapat mempercepat penghentian glikolisis sesudah kematian, dan cepatnya rigormortis (kaku jaringan). Beberapa peneliti melaporkan, bahwa setiap perlakuan yang menyebabkan cepatnya hilangnya ATP, cepatnya proses rigormortis, cepatnya penurunan pH, bertambah banyaknya kehilangan glikogen, berakibat mengerasnya daging. Cairan daging banyak hilang saat pemotongan. Hal ini disebabkan akibat pascamortem yang terjadi secara cepat, yaitu penurunan pH sampai dibawah 6.0 dalam waktu 45 menit pertama Mineral Obat-obatan dan Pestisida dalam Produksi Ternak. 4. Kekurangan fosfor dan kobalt Banyak daerah Amerika Serikat menghasilkan hijauan yang kekurangan mineral esensial untuk gizi hewan. Hewan pemamah biak yang hidup dari pakan yang kurang pospor dan kobalt menjadi kurus dan dagingnya bermutu rendah. 5. Tembaga, molibdat, sulfat dan mangan Metabolisme dan retensi tembaga. Molibdat, dan sulfat, serta mungkin juga mangan, saling berkaitan. Dari laporan hasil penelitian bahwa kadar molibdat pada jaringan domba meningkat tajam apabila molibdat dalam pakannya dinaikkan pada kadar sulfat pakan yang rendah. Kenaikan kadar molibdat ini tidak terjadi bila kadar sulfat cukup. Molibdat dalam pakan menghambat akumulasi tembaga dalam hati, penghambatan ini bertambah dengan kenaikan sulfat dan berkurang denga kenaikan mengan. Kadar mangan dalam telur sangat tergantung pada kadar mangan dalam pakannya. 6. Seng (Zn) Seng merupakan mineral penting dalam pakan. Dari penelitian dilaporkan adanya hubungan timbal balik antara kadar Zn dan Ca dalam pakan babi terhadap akumulasi Zn dalam daging. Dari hasil penelitian dilaporkan bahwa ayam yang diberi pakan utama biji wijen yang berkadar Zn rendah memberikan telur yang berkadar Zn 17,7 ppm dalam kuning telurnya, sedangkan dalam tulang pahanya 90 ppm. Ayam yang diberi pakan utama kasein dan tambahan Zn memberikan hati yang berkadar 140 ppm, tulang paha 327 ppm, dan kuning telur 35,5 ppm. 7. Selenium Kadar selenium yang terkandung dalam daging domba, babi, dan unggas sangat dipengaruhi oleh kadar dan bentuk Se pada pakannya. Pakan yang diberi Se (selenit) tambahn meningkatkan kadar SE dalam daging, tetapi jumlahnya lebih rendah daripada yang diakibatkan oleh pakan yang berkadar Se alami tinggi. 8. Arsen Beberapa senyawa arsen tertentu banyak dipakai sebagai perangsang pertumbuhan babi dan unggas Arsen terakumulasi dalam daging yang dimakan tetapi jumlahnya tidak membahayakan manusia. Residu arsen dalam hati kadang-kadang lebih tinggi daripada otot. Senyawa arsen dipakai sebagai pengering kapas, juga untuk pembasmi gulma di perkebunan kapas. Dengan memberi makan sapi yang sedang menyusui dengan tingkat arsenat 0, 0.5, 0.25, dan 1.25 ppm dalam pakannya yang mengandung biji kapas. Yang ingin diuji apakah residu asam arsenat dalam pakan tersebut dapat menyebabkan kenaikan residu arsenat dalam air susu. Dari percobaan diperoleh hasil bahwa kadar maksimum arsen dalam susu 0.09 ppm. Sedangkan residu arsenat dalam hati adalah berturut-turut sesuai dengan perlakuan, 0, 0.25, 0.50, 1.30. Arsen jarang terdapat dalam daging sapi di pasaran. 9. Timbal Timbal merupakan pencemar umum dalam pakan hewan, hal ini disebabkan adanya kontaminasi dengan cat, baterei bekas, dan bahan lain yang mengandung timbal. 10. Merkuri Pada umumnya terdapat dalam jumlah yang sangat kecil dalam bahan hewani. Kadar mercuri yang berlebihan dalam air tawar dapat terjadi akibat pencemaran fungisida bermercuri yang dibunakan di paberik pulp dan kertas.