Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN FIELDTRIP

MATA KULIAH : PENGANTAR ILMU REKAYASA LINGKUNGAN

Pengampu : Haryono S. Huboyo, S.T,M.T,Ph.D


Kelompok 2
Anggota Kelompok :
Aulia Nur Lutfiani 21080117120029
Herni Fitriand 21080117120031
Iguh Agung Kurniawan 21080117140077
Nadia Samiyah 21080117120040
Safira Nur Nadiyah M. 21080117120020
Wisnu Setya Wardana 21080117140076
Yusril Maula Hikam 21080117130072

DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
2017
1. Balai Pengolahan Infrastruktur Sanitasi dan Air Perkotaan (PISAMP)
Sewon, Bantul

Balai Pengolahan Infrastruktur Sanitasi dan Air Perkotaan Sewon, Bantul


sudah beroperasi sejak 1996 atas dana hibah pemerintah Jepang, Provinsi
Awalnya D.I Yogyakarta telah memiliki sebuah lembaga atau instansi yang
khusus mengurus air limbah. Instansi tersebut dinamakan Balai IPAL (Instalasi
Pengolahan Air Limbah). Balai IPAL ini terletak di Jalan Bantul KM 6, tepatnya
di Dusun Cepit, Kalurahan Pendowoharjo, Kecamatan Sewon, Kabupaten Bantul,
Propinsi DIY. Sistem IPAL ini menjangkau kurang lebih 1250 hektar daerah
pelayanan atau sekitar 110.000 penduduk dengan 18.420 sambungan yang terdiri
atas 17.330 sambungan rumah tangga dan 1.090 sambungan nonrumah tangga.
Luas lahan IPAL Sewon ini adalah 6, 7 hektar , namun sejak wilayah pelayanan
diperluas dan ditambah Instalasi Pengolahan Limbah Tinja, IPAL berganti nama
menjadi Balai Pengolahan Infrastruktur Sanitasi dan Air Perkotaan (PISAMP) .
Kini terdapat 2 pengolahan limbah di Sewon meliputi IPAL dan IPLT.

2. IPAL Sewon, Bantul, Yogyakarta


A. Gambaran Umum IPAL Sewon, Bantul

Instalasi pengolahan air limbah (IPAL) (wastewater treatment plant, WWTP),


adalah sebuah struktur yang dirancang untuk membuang limbah biologis dan
kimiawi dari air sehingga memungkinkan air tersebut untuk digunakan pada
aktivitas yang lain. Fungsi dari IPAL mencakup:

Pengolahan air limbah pertanian, untuk membuang kotoran hewan, residu


pestisida, dan sebagainya dari lingkungan pertanian.

Pengolahan air limbah perkotaan, untuk membuang limbah manusia dan limbah
rumah tangga lainnya.

Pengolahan air limbah industri, untuk mengolah limbah cair dari aktivitas
manufaktur sebuah industri dan komersial, termasuk juga aktivitas pertambangan.
Meski demikian, dapat juga didesain sebuah fasilitas pengolahan tunggal
yang mampu melakukan beragam fungsi. Beberapa metode seperti biodegradasi
diketahui tidak mampu menangani air limbah secara efektif, terutama yang
mengandung bahan kimia berbahaya.

Pengelolaan Balai IPAL melibatkan tiga unsur pemerintah daerah yakni


Kabupaten Sleman (3 kecamatan meliputi kecamatan Depok, kecamatan Ngaglik
dan kecamatan Mlati), Kota Yogyakarta (13 kecamatan), dan Kabupaten Bantul
(3 kecamatan meliputi kecamatan Banguntapan, kecamatan Kasihan dan
kecamatan Sewon) yang lebih dikenal sebagai Kartamantul. Balai IPAL ini telah
berdiri sejak 1996 atas hibah dana dari Jepang sebesar 59 M, APBN, dan APBD
dengan jumlah total dana adalah 68 milyar. Dan sejak 2008 dana
pengoperasiannya telah dibantu oleh wilayah-wilayah yang dilayani. Secara garis
besar IPAL ini memiliki tiga kemanfaatan yakni perlindungan terhadap badan-
badan air (sungai dan sumur) dari pencemaran rumah tangga, peningkatan dan
estetika lingkungan, pemanfaatan hasil IPAL berupa pupuk organik dari lumpur
air limbah.

Balai IPAL ini melibatkan beberapa instansi antara lain: Dinas Kimpraswil
Yogyakarta, Bappeda Kabupaten/Kota, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas
Kebersihan, Keindahan dan Pemakaman (DKKP), Dinas Kimpraswilhub, Kantor
Pengendalian Dampak Lingkungan. Pengoperasian Balai IPAL Sewon berada di
bawah koordinasi Sub Dinas Cipta Karya Dinas Kimpraswil DIY dengan 35
personil yang berasal dari staf pemerintah Kartamantul Propinsi DIY dan pegawai
kontrak. Sedangkan biaya operasional IPAL berasal dari APBD Kartamantul
Propinsi DIY.

2.1 Tujuan IPAL Sewon, Bantul

Balai IPAL adalah menyelenggarakan pengelolaan air limbah rumah


tangga, dengan fungsi sebagai berikut :
1. Pengelolaan sistem jaringan utama dan pengoperasian sarana dan prasarana
instalasi air limbah

2. Pelaksanaan pemantau dan pengendalian air limbah rumah tangga

3. Pelaksanaan pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan limbah rumah


tangga

4. Pelaksanaan dan pengendalian air limbah rumah tangga

2.2 Manfaat IPAL Sewon, Bantul

1. Mendukung prokasih karena masyarakat Yogyakarta sebelum ada Balai IPAL


membuan limbah rumah tangga langsung ke badan air dan sungai mengalami
pencemaran code, winongo, dan serbong.

2. Mencegah atau mengurangi pencemaran air tanah dimana pembuangan limbah


yang sembarangan dan peresapan yang tidak memenuhi syarat akan mencemari
sumber-sumber air bersih.

3. Menghemat pembuatan IPAL pribadi karena pembuatan sendiri juga terlalu


mahal, yang selanjutnya dapat disalurkan ke Balai IPAL.

4. Meningkatkan perbaikan lingkungan hidup yang sehat.


Gambar 2.1 Denah IPAL Sewon Bantul

Gambar 2.2 Peta Penyaluran Air Limbah

2.3 Unit dan Pemrosesan Tiap Unit IPAL Sewon, Bantul

Dalam pengolahan air limbah, IPAL Sewon memiliki beberapa bak dengan
fungsinya masing-masing yakni

2.3.1 Bak Inlet

Bak inlet adalah bak pertama yang menampung air limbah yang datang
dengan kapasitas 21,6 8 m dengan debit 10,7m 3/menit. Bak ini berfungsi untuk
menampung air limbah yang datang sekaligus menyaringnya dari sampah kasar.
Didalam bak inlet terdapat jeruji besi yang digunakan untuk menyaring sampah-
sampah dan juga pompa ulir yang digunakan untuk mengangkat air ke bak
selanjutnya. Penggunaan pompa ulir ini juga ditujukan untuk memisahkan air dan
pengotornya, mengurangi BOD hingga 30%, dan mencegah terbentuknya
gelembung atau busa. Didalam bak ini terdapat tiga pompa ulir, namun hanya dua
yang dioperasikan dan satu sebagai cadangan. Pompa ulir cadangan digunakan
jika pompa utama mengalami kerusakan, pompa berputar lebih cepat akibat
kelebihan muatan, atau suhu air lebih dari 52C.

2.3.2 Bak Grit Chamber

Bak grit chamber atau bak pengendap pasir adalah bak yang digunakan
untuk menyaring pengotor berupa partikel beruuran besar seperti lumpur, pasir,
atau kerikil. Bak ini berkapasitas 2m 9m 1,2m 2 bak dengan masa tinggal
60 detik. Pemisahan partikel berukuran besar ini menggunakan metode gravitasi,
air limbah yang datang kemudian didiamkan selama 60 detik agar mengendap.
Bak ini dilengkapi dengan pompa yang digunakan untuk menghisap endapan pasir
yang ada di dasar bak. Pasir yang dihisap masih mengandung air, oleh karenanya
dipisahkan terlebih dahulu menggunakan siklon pemisah. Pasir yang sudah tidak
mengandung air kemudian di salurkan ke bak penampungan pasir.

2.3.3 Kolam Fakultatif

Setelah melewati grif chumber, proses selanjutnya di Kolam Fakultatif


(laguna aerasi fakultatif). Pengolahan ini merupakan salah satu jenis pengolahan
air limbah secara biologis dengan memanfaatkan tiga jenis bakteri, yaitu bakteri
aerob, anaerob dan fakultatif (aerob-anaerob) untuk mendegradasi kandungan
bahan pencemar yang terdapat dalam air limbah. Kolam fakultatif dirangkai dalam
dua kolam pararel dan tiap kolam terdiri dari dua buah kolam/laguna, dengan
demikian semuanya berjumlah empat kolam/laguna.Waktu tinggal air limbah di
kolam fakultatif kurang lebih sekitar 5,5 hari. Kolam fakultatif dilengkapi dengan.

a. Empat buah aerartor tipe surfaceaeration dengan spesifikasi alat


diameter 2000 x 48 rpm x 30 kw. Aerator dioperasikan berdasarkan laju alir
masukan kotoran.

b. Satu buah kapal utama unit pembuangan lumpur dengan spesifikasi alat
W 2300 x L 6000 X H 1000 bertenaga mesin. Alat pembuang lumpur yang
digunakan terdiri atas sebuah unit penghisap dengan kapasitas 20 m3/jam (
kandungan 20% padatan dan 80%cairan pada sebuah kapal utama)

c. Ikan digunakan sebagai bioindikator terhadap tingkat pemulihan


kualitas air melalui proses pengolahan. Jika ikan yang dijadikan indikator mati,
maka hal itu menunjukkan bahwa kualitas air limbah masih tidak layak dibuang
ke lingkungan.

2.3.4 Kolam Maturasi (kolam pematangan)

Air limbah yang telah diolah di kolam fakultatif dialirkan ke kolam


pematangan dengan maksud untuk menstabilkan air limbah sebelum dibuang ke
badan air. Kolam pematangan terdiri dari dua sistem yang dirangkai secara paralel
dengan kolam fakultatif. Setelah penghilangan kotoran organik dan bakteri collon
bacillus, limbah olahan selanjutnya di alirkan ke sungai bedog melalui pipa beton
dan saluran terbuka.

2.3.5 Bak Pengering Lumpur

Lumpur yang terkumpul dari dalam laguna aerasi fakultatif di buang ke


tempat pengeringan dengan menggunakan unit pembuangan lumpur setahun
sekali. Tempat pengeringan lumpur keseluruhannya terdiri dari 25 kolam, dibagi
menjadi tiga bagian. Bagian No. 1 terdiri dari 9 kolam dan bagian No.2/No.3
masing-masing terdiri dari 8kolam. Kapasitas efektif dari satu kolam sekitar 240
m3. Jika konsentrasi lumpur 20 % maka kapasitas unit pembuangan lumpur adalah
20 m3/jam. Sehingga satu kolam pengering akan penuh dalam dua hari jika waktu
operasi 6 jam/hari.

Lumpur yang berada pada tempat pengeringan lumpur terbagi menjadi


lapisan atas yang jernih dan lumpur yang kental pada bagian bawah. Batang
penutup dipindahkan untuk mengeluarkan lapisan atas yang jernih dari tempat
pengeringan. Operasi seperti ini diulangi untuk mengentalkan lumpur hingga
cairan tidak dapat dipisahkan lagi. Setelah lumpur dikeringkan dengan panas
matahari sampai bisa dikeluarkan dengan pengeruk/sekop. Setelah dikeringkan di
terik matahari 2-3 bulan, lumpur kering dibawa dengan sebuah lori dan dibuang di
tempat pembuangan lumpur.

2.3.6 Kinerja IPAL Sewon, Bantul

Dari 13 kecamatan di Kota Yogyakarta, 3 kecamatan dari Kabupaten Bantul


dan 3 kecamatan dari Kabupaten Sleman, IPAL Sewon mampu mengoperasi
aliran puncak (saat ini) sejumlah 1.282 m3/jam (356 liter/detik) dari target aliran
limbah (rencana) 15.500 m3/hari (179 liter/detik) dengan kandungan BOD dalam
aliran masuk 332 mg/liter dan menghasilkan buangan dengan kandungan BOD
dalam aliran sebesar 50 mg/liter. Dalam prosesnya, IPAL Sewon menggunakan
beberapa bak yang sudah dijelaskan seperti diatas, sebelum sampai ke bak-bak
yang ada di IPAL Sewon, air limbah melalui beberapa pipa yang tersebar hampir
di seluruh Propinsi Yogyakarta dengan panjang jaringan perpipaan 234 km dan
terdiri atas :

1. Pipa Induk, terbuat dari baja atau beton berdiameter > 300 mm. Memiliki 2
jenis tutup pipa yang membedakan fungsinya yakni tutup persegi untuk
mengalirkan air hujan dan lingkaran untuk mengalirkan air limbah.

2. Pipa Glontor, berdiameter >300 mm hanya terdapat 3 sumber pipa


pengglontor di Propinsi Yogyakarta, didepan STM N 3 Yogyakarta, depan
Fakultas Kehutanan UGM dan belakang toko At-Taqrib.

3. Pipa Lateral, berdiameter 200-300 mm terbuat dari PVC ataupu beton dan
dipasang dengan kemiringan tertentu agar memudahkan proses pengaliran.

Pemantauan dilakukakn secara biologis dan kimiawi, secara biologis ikan


dijadikan alat uji coba dalam pemantauan sedangkan secara kimiawi air limbah
diambil sampelnya untuk diteliti kandungan BOD, COD, SS, suhu maupun pH
nya. Kualitas kandungan BOD hasil keluaran yang aman untuk dibuang ke
lingkungan mencapai 50 mg/liter, sedangkan untuk pH kisaran 5-9. Lumpur hasil
pengeringan dapat digunakan sebagai pupuk tanaman yang tidak dimakan karena
IPAL sendiri tidak dapat menjamin bahwa lumpur benar-benar bebas dari zat-zat
berbahaya.
Kendala yang paling menyulitkan operasi IPAL Sewon adalah saat mati
lampu, karena IPAL Sewon belum memiliki diesel sebagai cadangan listrik. Biaya
yang dibutuhkan untuk mengoperasikan total IPAL Sewon ini mencapai 500 juta
/bulan dengan 2-3 kali pembersihan kolam tiap tahunnya. Saat musim hujan tiba,
alat-alat di IPAL Sewon bekerja 2 kali lebih berat sehingga IPAL Sewon memiliki
1 cadangan tiap unitnya untuk menghindari adanya luapan.

3. Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT)

Instalasi pengolahan air yang di desain hanya menerima lumpur tinja melalui
mobil truk tinja. IPLT dirancang untuk mengolah lumpur tinja sehingga tidak
membahayakan bagi kesehatan masyarakat dan lingkungan sekitar di daerah
Yogyakarta.

3.1. Unit dan Pemrosesan Tiap UNIT IPLT

Prinsip pengelolaan IPLT menggunakan sistem kolam stabilisasi dengan


pengaliran secara gravitasi. Pengolahan lumpur tinja merupakan pengolahan
lumpur dari tangki septic yang mengandung bahan-bahan pathogen yang tinggi.
Adapun maksud dari pengolahan ini adalah : untuk mendapatkan kualitas lumpur
tinja tidak mencemari lingkungan jika di bawah atau diaplikasikan ke tanah
melainkan akan menjadi pupuk.

Untuk menurunkan kandungan bakteri-bakteri dan bahan-bahan organik


yang terkandung dalam lumpur tinja maka dibuatkan pengolahan dengan sistem
kolam stabilisasi yang terdiri dari susunan kolam dengan tujuan yang berbeda-
beda, mulai dari imhoff tank, kolam anaerob 1, kolam anaerob 2, kolam fakultatif,
kolam maturasi, dan bak pengering lumpur.

Adapun fungsi dari unit-unit IPLT :


3.1.1. Imhoff tank
Merupakan tempat pembuangan tinja yang berfungsi memisahkan
limbah padat, dan cair. Lumpur pasir yang mengendap di imhoff tank
dalam 3-5 hari di buka untuk di alirkan ke bak pengering lumpur,
sedangkan cairan lumpur tinja dialirkan ke bak anaerob.
3.1.2. Kolam Anaerob
Dalam kolam ini awalnya melalui proses aerobic yang fungsinya
untuk menurunkan atau mereduksi kandungan SS, COD dan BOD yang
relativ tinggi dengan memanfaatkan bakteri dalam suasana bantuan
oksigen. Proses aerobic ini terjadi di atas permukaan, sedangkan makin ke
dalam atau bawah dasar kolam di tempat zat padat mengendap terjadi
proses anaerob yang memanfaatkan bakteri dalam suasana tanpa oksigen.
Terdapat dua bak anaerob. Dari bak anaerob 1 ke anaerob 2 menggunakan
sistem gravitasi. Pada bak anaerob 1 lumpur tinja dibiarkan mengendap
selama 6 hari, sedangkan pada bak anaerob 2 selama 9 hari.
3.1.3 Kolam Fakultatif
Kolam Fakultatif adalah kolam penampung untuk menguraikan
kandungan bahan pencemar organik yang masih mengandung senyawa
organik 250 400 mg/l dari efluen lumpur tinja kolam anaerobik, bentuk
kolam empat persegi panjang dengan kedalaman 1 2 meter.Pada kolam
ini,terjadi proses biodegradasi secara aerobic dan anaerobic,Biodegradasi
aerobic terjadi pada permukaan sampai kedalaman kolam,Biodegradasi
anaerobic terjadi pada lumpur di dasar kolam sampai kedalaman.Kolam
ini,juga berfungsi sebagai bioreactor alami tanpa resirkulasi lumpur aktif.
3.1.4 Kolam Maturasi
Kolam Maturasi adalah kolam penampung untuk menguraikan
lebih sempurna sisa kandungan bahan pencemar organik yang masih
mengandung senyawa organik dan membunuh bakteri coli dengan bantuan
ganggang, bentuk kolam empat persegi panjang, dengan kedalaman 1 2
meter, dan kemiringan tanggul 1 : 3.Kolam ini berfungsi untuk
peningkatan kualitas efluen (penyisihan BOD),penyisihan bakteri
pathogen akibat sinar UV matahari,penyisihan nutrient (N dan P).Kolam
ini diletakkan setelah kolam fakultatif dan umumnya dibuat secara seri.

3.2 Kinerja IPLT


Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), mengolah lumpur tinja
dari septic tank individu, komunal dari swasta,pemkab/pemkot melalui
sedot tinja yang tidak bisa diakses oleh jaringan perpipaan.Pembangunan
IPLT dilaksanakan dua tahap, tahap I tahun 2014 dari dana APBD Pemda
DIY
Terdiri dari Imhof dan kolam Anaerobik I, sedangkan untuk tahap
II tahun 2015 dari dana APBN Satker PSPLP DIY.Wilayah pelayanan
IPLT Kawasan Perkotaaan Yogyakarta (KPY) adalah Sleman,Yogyakarta,
dan Bantul.IPLT mampu mengolah lumpur tinja 60 m3/hari.
Proses dari IPLT ini yang pertama adalah dari mobil tanki sedot
tinja,kualitas limbah yang dibawa dicek terlebih dahulu.Kriteria yang
diperbolehkan adalah pH berkisar antara 6-9,tidak mengandung minyak
dan lemak,dan warna dari tangki septic (hitam/coklat).Setelah lolos dari
pengecekan kualitas limbah,selanjutnya lumpur tinja dimasukkan ke dalam
bak pengumpul.Dalam bak pengumpul ini, dilakukan pengenceran yang
bertujuan mengurangi bau.sampah padat seperti kayu,plastic,dan cairan
lumpur diambil secara manual agar tidak mengganggu proses
berikutnya.Selanjutnya lumpur tinja diallirkan ke Kolam anaerobic untuk
menguraikan kandungan bahan pencemar organic yang masih
mengandung senyawa organic karbon 500 mg/l dari efluen lumpur tinja
tangka imhoff. Kolam anaerobic ini teridiri dari dua unit kolam yang
dibuat secara seri untuk selanjutnya dialirkan ke kolam fakultatif.Kolam
anaerob I selama 6 hari dan Kolam anaerob II selama 9 hari.Kolam
fakultatif berfungsi menguraikan kandungan bahan pencemar organik
yang masih mengandung senyawa organik 250 400 mg/l dari efluen
lumpur tinja kolam anaerobik selama 3 hari. Dari kolam fakultatif
selanjutnya dialirkan ke kolam maturase yang berfungsi untuk
menguraikan lebih sempurna sisa kandungan bahan pencemar organik
yang masih mengandung senyawa organik dan membunuh bakteri coli
dengan bantuan ganggang.Tahap terakhir adalah dialirkan menuju bak
pengering lumpur yang berfungsi untuk mengeringkan lumpur yang
dihasilkan dari kolam anaerobic,kolam fakultatif,dan kolam maturase
selama 14 hari.
BOD yang masuk ke IPLT ini adalah 332 mg/liter, sedangkan
BOD yang keluar adalah 30-40 mg/liter.Output dari IPLT berupa air yang
nantinya akan disalurkan ke IPAL (bak inlet) lalu diolah bersama air
limbah.Setelah diolah di IPAL,nantinya baru akan di alirkan ke
lingkungan. Kendala dari IPLT ini adalah saat listrik mati, maka IPLT
tidak bisa beroperasi. Untuk sementara ini gas metana yang dihasilkan
tinja belum dapat diolah oleh B PISAMP Sewon, karena hampir seluruh
unit dalam B PISAMP masih menggunakan bak terbuka, sedangkan untuk
memeragkap gas metaa sendiri dibutuhkan tempat yang tertutup.

4. Kesimpulan

Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL) Sewon merupakan instalasi


pengelolaan limbah terpusat yang berada di Jalan Bantul KM 6, Dusun Cepit,
Pendowoharjo, Sewon, Bantul, Yogyakarta. IPAL Sewon mengelola air yang
berasal dari aktifitas rumah tangga yaitu air buangan kamar mandi, kloset,
mencuci dan memasak hampir seluruh wilayah Yogyakarta namun karena kondisi
yang tidak memungkinkan beberapa kecamatan mengolah air limbah nya secara
komunal atas tanggung jawab pemerintah daerah tingkat 2 atau ada pula yang
mengolah air limbahnya secara individu tiap rumah. Pengolahan air limbah di
IPAL Sewon yaitu menggunakan proses fisik dan biologi. Proses pengolahan air
limbah dilakukan di kolam fakultatif 1 dan 2,kolam maturase / pematangan dan
bak pengendap lumpur. Hasil olahan limbah di buang ke sungai Bedog sesuai
dengan air golongan B yang diperuntukkakn untuk irigasi pertanian. Berdasarkan
Surat Keputusan Gibernur DIY baku mutu golongan B, yaitu BOD 30 mg/liter
dan lumpur kering dapat dimanfaatkan untuk pupuk tanaman. Mulai dari tahap
awal hingga tahap pengelolalan akhir, menunjukkan bahwa IPAL Sewon Bantul
dikategorikan IPAL yang baik dan lengkap.

Anda mungkin juga menyukai