PENDAHULUAN
Dari berbagai faktor yang berperan pada kematian ibu dan bayi,
kemampuan kinerja petugas kesehatan berdampak langsung pada
peningkatan kualitas pelayanan kesehatan maternal dan neonatal terutama
kemampuan dalam mengatasi masalah yang bersifat kegawatdaruratan.
Semua penyulit kehamilan atau komplikasi yang terjadi dapat dihindari
apabila kehamilan dan persalinan direncanakan, diasuh dan dikelola secara
benar. Untuk dapat memberikan asuhan kehamilan dan persalinan yang cepat
tepat dan benar diperlukan tenaga kesehatan yang terampil dan profesional
dalam menanganan kondisi kegawatdaruratan.
1
1.2 Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Kasus gawat darurat obstetri adalah kasus obstetri yang apabila tidak
segera ditangani akan berakibat kematian ibu dan janinnya. Kasus ini menjadi
penyebab utama kematian ibu janin dan bayi baru lahir. (Saifuddin, 2002).
Kasus gawat darurat neonatus ialah kasus bayi baru lahir yang apabila
tidak segara ditangani akan berakibat pada kematian bayi. Kegawatdaruratan
neonatal adalah situasi yang membutuhkan evaluasi dan manajemen yang
tepat pada bayi baru lahir yang sakit kritis ( usia 28 hari) membutuhkan
pengetahuan yang dalam mengenali perubahan psikologis dan kondisi
patologis yang mengancam jiwa yang bisa saja timbul sewaktu-waktu
(Sharieff, Brousseau, 2006).
Pasien yang tiba-tiba dalam keadaan gawat atau akan menjadi gawat dan
terancam nyawanya dan atau anggota badannya (akan menjadi cacat) bila
tidak mendapatkan pertolongan secepatnya.
3
b. Pasien Gawat Tidak Darurat
4
Sangat penting untuk diingat bahwa persalinan merupakan proses yang
normal, serta merupakan suatu kejadian yang sehat. Akan tetapi, potensi
komplikasi yang mengancam nyawa juga kan selalu ada sehingga bidan harus
mengamati ibu an bayi dengan ketat sepanjang kelahiran.
Jika dilihat dari data-data di atas, maka sangat penting bagi bidan untuk
mengetahui bagaimana cara mendeteksi dini penyulit dan komplikasi selama
masa kehamilan dan masa persalinan, sebagai upaya menurunkan angka
mortalitas dan morbiditas pada ibu dan bayi.
1. Trimester I
2. Trimester II
3. Trimester III
4. Trimester IV
5
Sama seperti trimester I,II, dan III, ditambah deteksi kelainan letak atau
kondisi yang memerlukan kelahiran di rumah sakit.
1. Perdarahan pervaginam
6
PENYULIT PERSALINAN
a. Distosia
b. Atonia uteri
c. Retensio Plasenta
g. Inversio Uteri
h. Syok Obstetrik
7
2. Masalah dan penyulit pada kala I s.d. kala IV persalinan.
8
Tabel 1.2 Masalah dan penyulit pada kala II persalinan
No. Temuan-temuan Anamnesis dan/atau Pemeriksaan
1. Dalam 2 jam ibu dipimpin meneran bayi tidak lahir/tidak ada kemajuan penurunan
kepala (kemungkinan disproporsi kepala-panggul).
2. Antisipasi kemungkinan terjadinya distosia bahu.
Kepala bayi tidak melakukan putar paksi luar
Kepala bayi keluar kemudian tertarik lagi ke dalam vagina (kepala kura-kura)
Bahu bayi tidak lahir
3. Tanda dan gejala syok
Nadi cepat dan lemah (> 110x/menit)
Tekanan darah rendah (sistolik >90x/menit)
Pucat
4. Tanda atau gejala dehidrasi
Nadi cepat (>110x/menit)
Urine pekat
Produksi urine pekat
5. Tanda atau gejala infeksi
Nadi cepat (>110x/menit)
Suhu >38C
Menggigil
Air ketuban atau cairan vaginan berbau
6. Tanda atau gejala preeklamsia ringan
Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
Proteinuria 2+
9
No. Temuan-temuan Anamnesis dan/atau Pemeriksaan
1. Tanda atau gejala retensio plasenta
Plasenta tidak lahir dalam waktu >30 menit
2. Tanda atau gejala avulsi (putus) tali pusat
Tali pusat putus dan plasenta tidak lahir
3. Tanda atau gejala atonia uteri
Perdarahan pascasalin
Uterus lembek
4. Tanda atau gejala robekan vagina, perineum/serviks:
Perdarahan pascasalin
Plasenta lengkap
Uterus berkontraksi
5. Tanda atau gejala bagian plasenta yang tertahan:
Bagian permukaan plasenta yang menempel pada ibu hilang
Bagian selaput ketuban hilang/robek
Perdarahan pascasalin
Uterus berkontraksi
6. Tanda atau gejala kandung kemih penuh
Bagian bawah uterus sulit dipalpasi
Tinggi fundus di atas pusat
Uterus terdorong/condong ke satu sisi
7. Tanda dan gejala syok
Nadi cepat dan lemah (> 110x/menit)
Tekanan darah rendah (sistolik >90x/menit
Pucat
8 Tanda atau gejala dehidrasi
Nadi cepat (>110x/menit)
Suhu >38C
Menggigil
Air ketuban atau cairan vaginan berbau
9. Tanda atau gejala infeksi
Nadi cepat (>110x/menit)
Suhu >38C
Menggigil
Air ketuban atau cairan vaginan berbau
10. Tanda atau gejala preeklamsia ringan
Tekanan darah diastolik 90-110 mmHg
Proteinuria 2+
11. Tanda atau gejala preeklamsia berat
Tekanan darah diastolik 110mmHg atau lebih
Tekanan darah diastolik 90mmHg atau lebih dengan kejang
Nyeri kepala
10
Gangguan penglihatan
Kejang (eklamsia)
Tabel 1.3 Masalah dan penyulit pada kala III dan IV persalinan
11
Involusio uterus (tanda normal: uterus berkontraksi, fundus bawah
umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau)
6 minggu setelah Suhu tubuh, nadi, tekanan darah, tanda anemia, tanda
persalinan edema/tromboflebitis.
Puting susu, pengeluarannya, nyeri tekan, abses, pembengkakan.
Tabel 1.4 Monitoring masa nifas
1. Afiksia
6. Denyut jantung tidak ada atau lambat (bradikardi) (kurang dari 100 kali
per menit).
2. Hipotermia
Hipotermia sedang terjadi apabila ditemukan suhu tubuh bayi sekitar 36-
36,5 derajat celcius serta kaki atau tangan teraba dingin yang dapat disertai
adanya gerakan pada bayi yang kurang normal.
12
Hipotermia berat apabila ditemukan adanya suhu tumuh yang kurang dari
36 drajat celcius, seluruh tubuh teraba dingin, dan disertai salah satu tanda
seperti mengantuk atau letargis atau terdapat bagian tubuh bayi berwana
merah dan mengeras (sklerema).
3. Tetanus Neonatorum
Awalnya kekakuan tubuh yang terjadi bersifat periodik, dan dipicu oleh
rangsangan-rangsangan sensoris (suara atau sentuhan). Kemudian kejang
akan terjadi secara spontandan akhirnya terus menerus. Spasme dan kejang
berulang atau terus menerus yang terjadiakan mempengaruhi sistem saraf
simpatik sehingga terjadi vasokonstriksi pada saluran napas dan akan terjadi
apneu dan bayi menjadi sianosis. Hal ini merupakan penyebab kematian
terbesar pada kasus tetanus neonatorum.
Pada saat spasme dan kejang berlangsung, kedua lengan biasanya akan
fleksi pada siku dan tertarik ke arah badan, sedangkan kedua tungkai
dorsofleksi dan kaki akan mengalami hiperfleksi. Spasme pada otot punggung
menyebabkan punggung tertarik menyerupai busur panah (opisthotonos).
13
2.3 Penyebab Kegawatdaruratan
a) Kecelakaan (Accident)
1. Tempat kejadian
d. kecelakaan di sekolah
2. Mekanisme kejadian
3. Waktu kejadian
14
c) Bencana Alam
Peristiwa atau rangkaian peritiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia. Kerugian
harta benda, kerusakan Iingkungan, kerusakan sarana dan prasarana umum
serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan dan penghidupan
masyarakat dan pembangunan nasional yang memerlukan pertolongan dan
bantuan merupakan akibat dari peristiwa tersebut.
2. Pernapasan.
3. Kardiovaskuler.
4. Hati
5. Ginjal
6. Pancreas
1. Trauma/cedera3
2. lnfeksi
3. Keracunan (poisoning)
4. Degenerasi (failure)
5. Asfiksia
7. Shock
15
8. perdarahan akut
9. tumor / kanker
A. Neonatal
1) Asfiksia
2) Hipotermia
Hipotermia adalah kondisi dimana suhu tubuh < 360C atau kedua
kaki dan tangan teraba dingin.
3) Hipertermia
4) Hiperglikemia
16
Hiperglikemia atau gula darah tinggi adalah suatu kondisi dimana
jumlah glukosa dalam plasma darah berlebihan.
5) Tetanus neonaturum
B. Maternal
1) Perdarahan
a) Abortus
b) Molahidatidosa
17
ovarial,kehamilan intraligamenter, kehamilan servikal, dan
kehamilan abdominal primer atau sekunder.[7]
d) Plasenta previa
g) Ruptur Uteri
18
2) Syok sepsis
4) Persalinan macet
19
2.4 Wewenang dan Peran Bidan dalam Kegawatdaruratan Maternal dan
Neonatal
20
b. Dalam menjalankan kewenangan yang diberikan, bidan harus:
e) Mencegah infeksi pada bayi baru lahir antara lain melalui perawatan
tali pusat secara higienis, pemberian imunisasi dan pemberian asi
eksklusif.
21
3) Penyuluhan kepada ibu tentang pemberian asi eksklusif untuk bayi di
bawah 6 bulan dan makanan pendamping asi (mpasi) untuk bayi di atas
6 bulan.
3) Resusitasi pada bayi baru lahir dengan asfiksia. Bidan diberi wewenang
melakukan resusitasi pada bayi baru lahir yang mengalami asfiksia,
yang sering terjadi partus lama, ketuban pecah dini, persalinan dengan
tindakan dan pada bayi dengan berat badan lahir rendah, utamanya bayi
prematur. Bayi tersebut selanjutnya perlu dirawat di fasilitas kesehatan,
khususnya yang mempunyai berat lahir kurang dari 1750 gram.
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Berbagai tanda dan gejala yang menandai adanya kondisi gawat darurat
adalah kejang, panas, sianosis, perut kembung, nadi cepat, tekanan darah
menurun. Penyebab-penyebab kegawatdaruratan antara lain kecelakaan
(accident), bencana alam, kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah
besar, shock, perdarahan akut, tumor / kanker.
3.2 SARAN
23
DAFTAR PUSTAKA
10. http://www.catatanbidan.com/2016/11/materi-partus-macet-definisi-
etiologi.html (diakses pada tanggal 30 agustus 2017 pukul 16.44 wib).
24