Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH BAHASA INDONESIA

MENGGUNAKAN BAHASA INDONESIA DALAM RAGAM ILMU

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 7

SUKMAWATI 201601074

NUNUNG PUSPITASARI 201601079

NURUL WAHYUNI 201601054

STIKES PELAMONIA KESDAM VII/ WIRABUANA

S1 ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

TAHUN AJARAN 2016/2017


KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta hidayah-Nya, sehingga makalah mengenai MENGGUNAKAN
BAHASA INDONESIA DALAM RAGAM ILMU dapat terselesaikan.
Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata
kuliah BAHASA INDONESIA, selain itu juga diharapkan memberikan
wawasan kepada rekan-rekan mahasiswa khususnya mahasiswa S1 STIKES
ADMINISTRASI RUMAH SAKIT Pelamonia Kesdam VII Wirabuana.
Dalam kesempatan ini penyusun mengucapkan terimah kasih kepada
semua pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu-persatu yang membantu
memberi bimbingan serta saran-saran kepada penyusun.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa isi maupun penyajian makalah ini
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini dan semonga
makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Penyusun

Kelompok 7
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................
1. Latar belakang..............................................................................
2. Rumusan masalah........................................................................
3. Tujuan...........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN............................................................................
A. Pnggunaan Bahasa Indonesia dalam Ragam
Ilmu...................................................
BAB III PENUTUP....................................................................................
1. Kesimpulan....................................................................................
2. Saran.............................................................................................
BAB IV DAFTAR PUSTAKA.....................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia, namun tidak semua orang menggunakan tata cara atau aturan-aturan
yang benar, salah satunya pada penggunaan bahasa Indonesia itu sendiri yang
tidak sesuai dengan Ejaan maupun Kamus Besar Bahasa Indonesia oleh karena itu
pengetahuan tentang ragam bahasa cukup penting untuk mempelajari bahasa
Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat digunakan
dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia tidak akan
hilang.
Bahasa Indonesia wajib dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak hanya
pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib mempelajari
bahasa Indonesia. Dalam bahasan bahasa Indonesia dimana ragam bahasa yaitu
variasi bahasa Indonesia yang digunakannya berbeda-beda. Ada ragam bahasa
lisan dan ada ragam bahasa tulisan. Disini yang lebih lebih ditekankan adalah
ragam bahasa lisan , karena lebih banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari.
Misalkan ngobrol, puisi, pidato,ceramah,dll.

2. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1).Apakah yang dimaksud dengan Bahasa Indonesia ragam ilmu?


2).Apa saja macam-macam ragam bahasa?
3).Bagaimana cara menggunakan ragam bahasa yang baik dan benar?
3. Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk mengetahui tentang ragam bahasa
Indonesia dan macam-macam ragam bahasa Indonesia ditinjau dari berbagai
aspek. Dan memenuhi tugas bahasa Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Karakteristik Bahasa Indonesia Ragam Ilmu


Bahasa Indonesia ragam ilmu merupakan salah satu bahasa Indonesia yang
digunakan dalam menulis karya ilmiah. Sebagai bahasa yang digunakan untuk
memaparkan fakta, konsep, prinsip, teori atau gabungan dari keempatnya, bahasa
Indonesia diharapkan bisa menjadi media yang efektif untuk komunikasi ilmiah,
baik secara tertulis maupun lisan. Selanjutnya, bahasa Indonesia ragam ilmiah
memiliki karakteristik cendikia, lugas dan jelas, menghindari kalimat
fragmentaris, bertolak dari gagasan, formal dan objektif, ringkas dan padat, dan
konsisten.

1. Cendikia
Bahasa Indonesia bersifat cendikia artinya Bahasa Indonesia itu mampu
digunakan secara tepat untuk mengungkapkan hasil berpikir logis, yakni mampu
membentuk pernyataan yang tepat dan sesksama. Hal ini sejalan dengan pendapat
Soedradjad (2010) bahwa bahasa yang cendekia mampu membentuk pernyataan
yang tepat dan seksama, sehingga gagasan yang disampaikan penulis dapat
diterima secara tepat oleh pembaca

2. Luas dan jelas


Sifat lugas dan jelas dimaknai bahwa bahasa Indonesia mampu menyampaikan
gagasan ilmiah secara jelas dan tepat. Untuk itu, setiap gagasan diungkapkan
secara langsung sehingga makna yang ditimbulkan adalah makna lugas.
Pemaparan bahasa Indonesia yang lugas akan menghindari kesalahpahaman dan
kesalahan menafsirkan isi kalimat. Penulisan yang bernada sastra pun perlu
dihindari. Gagasan akan mudah dipahami apabila dituangkan dalam bahasa yang
jelas dan hubungan antara gagasan yang satu dengan yang lain juga jelas. Kalimat
yang tidak jelas umumnya akan muncul pada kalimat yang sangat panjang.
3. Menghindari kalimat fragmentaris
Bahasa Indonesia ragam ilmiah juga menghindari penggunaan kalimat
fragmentaris. Kalimat fragmentaris adalah kalimat yang belum selesai. Kalimat
terjadi antara lain karena adannya keinginan penulis menggunakan gagasan dalam
beberapa kalimat tanpa menyadari kesatuan gagasan yang diungkapkan.
4. Formal
Bahasa yang digunakan dalam komunikasi ilmiah bersifat formal. Tingkat
keformalan bahasa dalam tulisan ilmiah dapat dilihat pada lapis kosa kata,
bentukan kata, dan kalimat. Bentukan kata yang formal adalah bentukan kata yang
lengkap dan utuh sesuai dengan aturan pembentukan kata dalam bahasa Indonesia.
Kalimat formal dalam tulisan ilmiah dicirikan oleh kelengkapan unsur wajib
(subyek dan predikat), ketepatan penggunaan kata fungsi atau kata tugas,
kebernalaran isi, dan tampilan esei formal.

5. Obektif dan konsisten


Sifat objektif tidak cukup dengan hanya menempatkan gagasan sebagai
pangkal tolak, tetapi juga diwujudkan dalam penggunaan kata seperti kosa kata,
bentuk kata, dan struktur kalimat. Sementara sifat konsisten yang ditampakkan
pada penggunaan unsur bahasa, tanda baca, tanda-tanda lain dan istilah yang
sesuai dengan kaidah dan semuanya digunakan secara konsisten.

6. Bertolak dari gagasan


Bahasa ilmiah digunakan dengan orientasi gagasan. Bahasa Indonesia ragam
ilmiah mempunyai sifat bertolak dari gagasan. Artinya, penonjolan diadakan pada
gagasan atau hal yang diungkapkan dan tidak pada penulis. Implikasinya, kalimat-
kalimat yang digunakan didominasi oleh kalimat pasif sehingga kalimat aktif
dengan penulis sebagai pelaku perlu dihindari.

7. Ringkas dan padat


Sifat ringkas dan padat direalisasikan dengan tidak adanya unsur-unsur bahasa
yang mubazir. Itu berarti menuntut adanya penggunaan bahasa yang hemat. Ciri
padat merujuk pada kandungan gagasan yang diungkapkan dengan unsur-unsur
bahasa. Karena itu, jika gagasan yang terungkap sudah memadai dengan unsur
bahasa yang terbatas tanpa pemborosan, ciri kepadatan sudah terpenuhi.
Keringkasan dan kepadatan penggunaan bahasa tulis ilmiah juga ditandai dengan
tidak adanya kalimat atau paragraph yang berlebihan dalam tulisan ilmiah.
Setiap ragam bahasa memiliki ciri khasnya masing-masing. Menurut Nazar
(2004: 9), ciri ragam Bahasa Indonesia Ilmiah sebagai berikut:
1. Kaidah bahasa Indonesia yang digunakan harus benar sesuai dengan kaidah pada
bahasa Indonesia baku, baik kaidah tata ejaan maupun tata bahasa (pembentukan
kata, frasa, klausa, kalimat, dan paragraf).
2. Ide yang diungkapkan harus benar, sesuai dengan fakta yang dapat diterima akal
sehat (logis).
3. Ide yang diungkapkan harus tepat dan hanya mengandung satu makna. Hal ini
tergantung pada ketepatan memilih kata dan penyusunan struktur kalimat. Jadi,
kalimat yang digunakan efektif.
4. Kata yang dipilih harus bernilai denotatif yaitu makna yang sebenarnya.
5. Ide diungkapkan dalam kalimat harus padat isi/ bernas. Oleh sebab itu,
penggunaan kata dalam kalimat seperlunya, tetapi pemilihannya tepat.
6. Pengungkapan ide dalam kalimat ataupun alinea harus lugas yaitu langsung
menuju pada sasaran.
7. Unsur ide dalam kalimat ataupun alinea diungkapkan secara runtun dan
sistematis.
8. Ide yang diungkapkan dalam kalimat harus jelas sehingga tidak menimbulkan
salah tafsir.

B. Berbagai Ragam Bahasa


Ragam bahasa yang digunakan dalam suasana akrab (santai) biasanya
mempunyai kelainan jika dibandingkan dengan bahasa yang dipakai dalam
suasana resmi. Dalam suasana akrab, penutur bahasa biasanya sering
menggunakan kalimat-kalimat pendek, kata-kata dan ungkapan yang maknanya
hanya dipahami dengan jelas oleh peserta percakapan itu. Sebaliknya, dalam
suasana resmi, seperti dalam pidato resmi, ceramah ilmiah, perkuliahan, dalam
rapat resmi biasanya digunakan kalimat-kalimat panjang, pilihan kata, dan
ungkapan sesuai dengan tuntunan kaidah bahasa yang benar. Brenstein
menamakan kedua ragam bahasa yang terakhir ini masing-masing sebagai ragam
ringkas (restricted code) dan ragam lengkap (elaborate code).
1.Ragam lisan dan ragam tulisan
Ragam suatu bahasa dapat juga dibedakan berdasarkan jenis kesatuan
dasarnya (Halim, 1998). Dilihat dari wujud kesatuan dasar ini ragam bahasa dapat
pula dibedakan antara ragam lisan dan ragam tulisan. Kesatuan dasar ragam
tulisan adalah huruf. Tidak semua bahasa terdiri atas ragam lisan dan tulisan,
tetapi pada dasrnya semua bahasa memiliki ragam lisan.
a. Ragam Bahasa Lisan
Ragam bahasa lisan adalah bahan yang dihasilkan alat ucap (organ of speech)
dengan fonem sebagai unsur dasar. Dalam ragam lisan, kita berurusan dengan tata
bahasa, kosakata, dan lafal. Dalam ragam bahasa lisan ini, pembicara dapat
memanfaatkan tinggi rendah suara atau tekanan, air muka, gerak tangan atau
isyarat untuk mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa lisan:
1) Memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal tidak dinyatakan secara lengkap;
3) Terikat ruang dan waktu; dan
4) Dipengaruhi oleh tinggi rendahnya suara.
Kelebihan ragam bahasa lisan adalah dapat menatap langsung ekspresi orang
sebagai lawan pembicara.
b. Ragam Bahasa Tulis
Ragam bahasa tulis adalah bahasa yang dihasilkan dengan memanfaatkan
tulisan dengan huruf sebagai unsur dasarnya. Dalam ragam tulis, kita berurusan
dengan tata cara penulisan (ejaan) di samping aspek tata bahasa dan kosa kata.
Dengan kata lain dalam ragam bahasa tulis, kita dituntut adanya kelengkapan
unsur tata bahasa seperti bentuk kata ataupun susunan kalimat, ketepatan pilihan
kata, kebenaran penggunaan ejaan, dan penggunaan tanda baca dalam
mengungkapkan ide.
Ciri-ciri ragam bahasa tulis:
1) Tidak memerlukan kehadiran orang lain;
2) Unsur gramatikal dinyatakan secara lengkap;
3) Tidak terikat ruang dan waktu; dan
4) Dipengaruhi oleh tanda baca atau ejaan.
Kekurangan ragam bahasa tulis adalah sering terjadi kesalahan tanggapan
antara pembaca dan penulis. Selain itu, ragam bahasa tulis dapat menyebabkan
kurang jelasnya penyampaian makna yang dimaksud.
Hubungan antara lisan dan ragam tulisan adalah timbal balik. Ragam
tulisan melambangkan ragam lisan dengan pengertian bahwa kesatuan ragam
tulisan melambangkan ragam tulisan, yaitu huruf melambangkan kesatuan-
kesatuan dasar lisan, yaitu bunyi bahasa dalam bentuk yang dapat dilihat.
Hubungan perlambangan antara kedua ragam bahasa itu tidak jarang
menimbulkan kesan bahwa struktur lisan sama benar dengan struktur ragam
tulisan. Dalam kenyataan, kedua ragam bahasa itu pada dasarnya berkembang
menjadi dua sistem bahasa yang terdiri atas perangkat kaidah yang tidak
seluruhnya sama. Ini berarti bahwa kaidah yang berlaku bagi ragam lisan belum
tentu berlaku juga bagi ragam tulisan, kaidah yang mengatur menghilangkan
unsur-unsur tertentu dalam kalimat ragam lisan, misalnya tidak berlaku
seluruhnya bagi ragam tulisan, yang menuntut adanya kalimat-kalimat dalam
bentuk selengkap mungkin.
Dalam hubungan dengan bahasa Indonesia, perbedaan antara kaidah ragam
lisan dan kaidah ragam tulisan telah berkembang sedemikian rupa, sehingga kedua
ragam itu memrlukan pembakuan yang berbeda, sesuai dengan perkembangannya
sebagai bahasa perhubungan antar daerah dan antar suku selama berabad-abad di
seluruh Indonesia (Teew, 1961; Halim, 1998).
2. Ragam Baku dan Nonbaku
Dalam pembicaraan seorang penutur selalu mempertimbangkan kepada
siapa ia berbicara, dimana, tentang masalah apa, kapan dan dalam suasana
bagaimana. Dengan adanya pertimbangan semacam itu, timbullah ragam
pemakaian bahasa sesuai dengan fungsi dan situasinya (Suwito, 1983).
Situasi di kantor, di depan kelas, dalam ruangan rapat resmi, dalam
berdiskusi, berpidato, memimpin rapat resmi, dan sebagainya merupakan
situasi/suasana resmi (formal). Dalam situasi/suasana seperti ini hendaknya
dipakai ragam resmi atau formal yang biasa disebut dengan istilah ragam bahasa
baku atau dengan singkat ragam baku. Ragam baku ini selain digunakan dalam
suasana seperti yang telah disinggung di atas, juga digunakan dalam surat
menyurat resmi, administrasi pemerintahan, perundang-undangan Negara, dan
dalam karya-karya ilmiah. Sebaliknya, situasi di dalam rumah tangga, di pinggir
jalan, di warung-warung, di pasar, di lapangan olahraga, dan sebagainya
merupakan situasi/suasana yang tak resmi (informal). Dalam suasana seperti ini
hendaknya kita menggunakan ragam bahasa tak resmi (informal) yang biasanya
disebut dengan istilah ragam bahasa takbaku (nonbaku) atau dengan singkat
ragam takbaku (nonbaku). Jadi, pemakaian bahasa di luar suasana formal (resmi)
dan hanya berfungsi sebagai alat komunikasi antarsahabat, antaranggota keluarga
di rumah, dan antarpembeli kesemuanya digolongkan ke dalam ragam takbaku.
Yang dimaksud dengan bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang
dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam
bahasa ini lazim digunakan dalam:
a. Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas,
pengumuman-pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-
undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
b. Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karang ilmiah, buku pelajaran, dan
sebagainya.
c. Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan
sebagainya.
d. Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan
(2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4)
didukung oleh ragam bahasa lisan.
Ragam bahasa baku dapat ditandai dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Penggunaan Kaidah Tata Bahasa
Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten.
b. Penggunaan Kata-Kata Baku
Kata-kata yang dipakai adalah kata-kata umum dan sudah lazim digunakan atau
yang frekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau
masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan
pertimbangan- pertimbangan khusus.
c. Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan bahasa Indonesia
yang disempurnakan (EYD). EYD mengatur mulai dari penggunaan huruf,
penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan,
sampai pada penggunaan tanda baca.
d. Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah
ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia
adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.
e. Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan
denganlisan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di
maksud pembicara atau penulis.
Secara keseluruhan ragam baku itu hanya ada satu dalam sebuah bahasa,
dengan kata lain ragam-ragam selebihnya (termasuk dialek) merupakan ragam
nonbaku. Dari sudut kebahasaan, terdapat perbedaan antara ragam baku dan
nonbaku antara lain tata bunyi, tata bentukan, kosa kata, dan tata kalmat. Dalam
BI ejaan yang diakui baku adalah EYD, sehingga penulisan yang tidak sesuai
dengan EYD adalah ejaan nonbaku. Sayangnya dalam BI belum ada pengaturan
yang tuntas mengenai pelafalan, sehingga batas antara baku dan nonbaku masih
agak kabur meski tetap ada batas-batas tertentu yang memisahkan keduanya.
Kalau diperhatikan pemakaian kedua ragam bahasa itu, ragam baku adalah
ragam bahasa yang dilambangakan dan diakui oleh sebagian besar warga
masyarakat pemakaiannya. Sebagai kerangka rujukan, ragam baku berisi rujukan
yang menentukan benar tidaknya pemakaian bahasa, baik ragam lisan maupun
ragam tulisan, sedangkan ragam takbaku selalu ada kecenderungan untuk
menyalahi norma/kaidah bahasa yang berlaku.
3. Ragam Bahasa Berdasarkan Bidang Fungsional
a. Ragam Bahasa Ilmiah
Ciri bahasa indonesia ragam ilmiah:
1) Bahasa Indonesia ragam baku;
2) Pengunaan kalimat efektif;
3) Menghindari bentuk bahasa yang bermakna ganda;
4) Pengunaan kata dan istilah yang bermakna lugas dan menghindari pemakaian
kata dan istilah yang bermakna kias;
5) Menghindari penonjolan persona dengan tujuan menjaga objektivitas isi tulisan;
dan
6) Adanya keselarasan dan keruntutan antarproposisi dan Antaralinea.
b. Ragam Bahasa Sastra
Berbeda dengan ragam bahasa ilmiah, ragam bahasa sastra banyak
mengunakan kalimat yang tidak efektif. Pengambaran yang sejels-jelasnya
melalui rangkaian kata bermakna konotasi sering dipakai dalam ragam bahasa
sastra. Hal ini dilakukan agar tercipta pencitraan di dalam imajinasi pembaca.
c. Ragam Bahasa Iklan
Bergaya bahasa hiperbola, berpersuasif, dan berkalimat menarik, ciri-ciri
ragam bahasa iklan. Selain itu, ragam bahasa iklan bernada sugestif dan
propogandis.
d. Ragam Bahasa Bidang-bidang Tertentu
Ragam bahasa ini digunakan pada bidang-bidang tertentu seperti transportasi,
komputer, ekonomi, hukum, dan psikologi.diagnosis, infus, dan USG adalah
contoh istilah dalam bidang kedokteran.

C. Pengguna bahasa yang baik dan benar


1. Pengguna Bahasa yang Baik
Pengguna bahasa yang baik (sesuai aspek komutatif) adalah sesuai dengan
sasaran kepada siapa bahasa tersebut di sampaikan. Hal ini harus disesuiakan
dengan unsur-unsur,agama,status sosial,ingkungan sosial,dan sudut pandang
khalayak sasaran kita. Dengan kata lain, bahasa yang kita gunakan sesuai dengan
lawan bicara,sehingga tidak menimbulkan kesalah pahaman ketika
berkomunikasi.
2. Pengguna Bahasa yang Benar
Bahasa yang benar berkaitan dengan aspek kaidah, yaitu peratran bahasa (tata
bahasa,piihan kata,tanda baca dan ejaan). Bahasa yang benar mengacu pada
kaidah penulisan dan penguapan Bahasa Indonesia seperti yang tertera dalam
kamus Bahasa Indonesia,dan terdapat pula di EYD (Ejaan Yang Disempurnakan).
Dari 2 hal diatas dapat di tarik sebuah kesimpulan bahwa bahasa yang baik
dan benar adalah bahasa yang tidak menyinggung lawan bicara,dan tiap katanya
adalah bagian dari kata-kata dalam kamus besar Bahasa Indonesia.
BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan
Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian, yang berbeda-beda
menurut topik yang dibicarakan, menurut hubungan pembicara, kawan bicara,
orang yang dibicarakan, serta menurut medium pembicara. Dalam konteks ini
ragam bahasa meliputi bahasa lisan dan bahasa baku tulis. Pada ragam bahasa
baku tulis diharapkan para penulis mampu menggunakan bahasa Indonesia yang
baik dan benar serta menggunakan Ejaan bahasa yang telah Disempurnakan
(EYD), sedangkan untuk ragam bahasa lisan diharapkan para warga negara
Indonesia mampu mengucapkan dan memakai bahasa Indonesia dengan baik serta
bertutur kata sopan sebagaimana pedoman yang ada.

2 .Saran
Sebaiknya kita atau siapa pun penduduk di Indonesia menggunakan ragam bahasa
yang baik dan benar sehingga keberadaan ragam bahasa itu sendiri tidak punah
bertentangan. dengan adanya bahasa- bahasa yang terkadang jauh dari aturan
bahasa yang ada di Indonesia bahkan
DAFTAR PUSTAKA

R,A.Subantari, dkk. 1998. Bahasa Indonesia dan Penyusunan Karangan Ilmiah.


Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati

Poewadarminta. 1998. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Darwidjowijojo,Soejono. 1996. Bahasa Indonesia Kita. Bandung: ITB Bandung

Anda mungkin juga menyukai