Anda di halaman 1dari 7

Pancasila Orde Lama, Baru, dan Reformasi

Pancasila Orde Lama, Orde Baru, dan Reformasi


BAB I
A. Pendahuluan
Pancasila adalah sebagai ideologi dasar bangsa Indonesia. Yaitu sebagai nilai nilai yang
mendasari segala aspek kehidupan bermasyarakat rakyat Indonesia. Terdiri dari lima sendi utama
yaitu, Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia,
kerakyatan yang dipimpin oleh khidmat kebijaksaan dalam permusyawaratan dan perwakilan,
dan yang terakhir keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pancasila yang lahir pada tanggal 1 Juni 1945 ini resmi ditetapkan sebagai dasar Negara
Indonesia ini masih terus digunakan hingga saat ini. Penerapannyapun berbeda sesuai dengan
masa yang ada. Di setiap masa, pancasila mengalami perkembangan terutama dalam mengartikan
Pancasila itu sendiri. Dalam makalah ini kita akan membahas tentang pancasila Orde Lama,
Orde Baru dan masa Reformasi yang tentunya memiliki penerapan yang berbeda beda antara
satu sama lainnya. Masa Orde Lama yaitu di masa pemerintahan presiden Soekarno, Masa Orde
Baru yaitu di masa pemerintahan presiden Soeharto, dan Masa Reformasi yaitu di masa
runtuhnya pemerintahan presiden Soeharto. Dalam masa-masa tersebut terdapat banyak hal-hal
yang belum relevan dalam penerapan pancasila tersebut. Banyak penyelewengan yang terjadi di
masa-masa ini.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah penerapan pancasila di masa orde lama?
2. Bagaimanakah penerapan pancasila di masa orde baru?
3. Bagaimanakah penerapan pancasila di era reformasi?
4. Bagaimanakah sisi gelap pelaksanaan Pancasils?

C. Tujuan
1. Mengetahui penerapan pancasila di masa orde lama.
2. Mengetahui penerapan pancasila di masa orde baru.
3. Mengetahui penerapan pancasila di era reformasi.
4. Mengetahui sisi gelap pelaksanaan Pancasila.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pancasila di Masa Orde Lama
Pada masa orde lama yaitu pada masa kekuasaan presiden Soekarno, Pancasila mengalami
ideologisasi. Pada masa ini Pancasila berusaha untuk dibangun, dijadikan sebagai keyakinan,
kepribadian bangsa Indonesia. Presiden Soekarno, pada masa itu menyampaikan ideologi Pancasila
berangkat dari mitologi atau mitos, yang belum jelas bahwa pancasila dapat mengantarkan bangsa
Indonesia ke arah kesejahteraan. Tetapi Soekarno tetap berani membawa konsep Pancasila ini untuk
dijadikan ideologi bangsa Indonesia.
Pada masa ini, Pancasila dipahami berdasarkan paradigma yang berkembang pada situasi dunia
yang ketika itu diliputi oleh kekacauan dan kondisi sosial-budaya berada di dalam suasana transisional
dari masyarakat terjajah menjadi masyarakat merdeka. Masa ini adalah masa pencarian bentuk
implementasi Pancasila terutama dalam sistem kenegaraan. Pancasila diimplementasikan dalam bentuk
yang berbeda-beda pada masa orde lama.
1. Periode 1945-1950
Pada masa ini, dasar yang digunakan adalah Pancasila dan UUD 1945 yang presidensil, namun
dalam prakteknya system ini tidak dapat terwujudkan setelah penjajah dapat diusir. Persatuan rakyat
Indonesia mulai mendapatkan tantangan, dan muncul upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai
dasar Negara dengan faham komunis oleh PKI melalui pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan
olen DI/TII yang ingin mendirikan Negara dengan agam Islam.
2. Periode 1950-1959
Pada periode ini, penerapan pancasila diarahkan sebagai ideologi liberal yang pada nyatanya tidak
dapat menjamin stabilitas pemerintahan. Walaupun dasar Negara tetap Pancasila, tetapi rumusan sila
keempat tidak berjiwakan musyawarah mufakat, melainkan suara terbanyak. Dalam bidang politik,
demokrasi berjalan lebih baik dengan terlaksananya pemilu 1955 yang dianggap paling demokratis.
3. Periode 1956-1965
Periode ini dikenal sebagai demokrasi terpimpin, akan tetapi demokrasi justru tidak berada
kekuasaan rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai pancasila tetapi kepemimpinana
berada pada kekuasaaan pribadi presiden Soekarno. Maka terjadilah berbagai penyimpangan
penafsiran terhadap Pancasila dalam konstitusi.akibatnya presiden Soekarno menjado otoriter,
diangkat menjadi presiden seumur hidup, politik konfrontasi, dan menggabungkan Nasionalis,
Agama, dan Komunis, yang ternyata tidak cocok dengan kehidupan Negara Indonesia. Terbukti
dengan adanya kemerosotan moral di sebagian masyarakat yang tidak lagi hidup bersendikan
nilai-nilai pancasila, dan berusaha untuk menggantikan Pancasila dengan ideologi lain.

Dalam mengimplementasikan pancasila, presiden Soekarno melaksanakan pemahaman


pancasila dengan paradigma yang disebut dengan USDEK. Untuk mengarahkan perjalanan
bangsa, beliau menekankan pentingnya memegang teguh UUD 1945, sosialisme ala Indonesia,
demokrasi terpimpin, ekonomi terpimpin dan kepribadian nasional. Akan tetapi hasilnya
terjadilah kudeta PKI dan kondisi ekonomi yang memprihatinkan.
2. Masa Orde Baru
Pada masa orde baru, pemerintah berkehendak ingin melaksanakan Pancasila dan UUD 1945
secara murni dan konsekuen sebagai kritik terhadap orde lama yang menyimpang dari pancasila melalui
program P4 (Pedoman Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila) atau Ekaprasetia Pancakarsa.
Orde baru berhasil mempertahankan Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara sekaligus
berhasil mengatasi paham komunis di Indonesia. Akan tetapi implementasi dan aplikasinya sangat
mengecewakan. Beberapa tahun kemudian kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan ternyata tidak sesuai
dengan jiwa Pancasila. Pancasila ditafsirkan sesuai kepentingan kekuasaan pemerintah dan tertutup bagi
tafsiran lain.
Pancasila justru dijadikan sebagai indoktrinasi. Presiden Soeharto menggunakan Pancasia
sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaannya. Ada beberapa metode yang digunakan dalam
indoktrinasi Pancasila, yaitu pertama, melalui ajaran P4 yang dilakukan di sekolah-sekolah melalui
pembekalan atau seminar. Kedua, asa tunggal, yaitu presiden Soeharto membolehkan rakyat untuk
membentuk organisasi-organisasi dengan syarat harus berasaskan Pancasila. Ketiga, stabilisasi yaitu
presiden Soeharto melarang adanya kritikan-kritikan yang dapat menjatuhkan pemerintah. Karena
presiden Soeharto beranggapan bahwa kritikan terhadap pemerintah menyebabkan ketidakstabilan di
dalam negara. Dan untuk menstabilkannya presiden Soeharto menggunakan kekuatan militer sehingga
tak ada yang berani untuk mengkritik pemerintah.
Dalam pemerintahannya presiden Soeharto melakukan beberapa penyelewengan dalam
penerapan Pancasila, yaitu diterapkannya demokrasi sentralistik, demokrasi yang berpusat pada
pemerintah . selain itu presiden juga memegang kendali terhadap lembaga legislative, eksekutif dan
yudikatif sehingga peraturan yang di buat harus sesuai dengan persetujuannya. Presiden juga
melemahkan aspek-aspek demokrasi terutama pers karena dinilai dapat membahayakan kekuasaannya.
Maka, presiden Soeharto membentuk Departemen Penerangan atau lembaga sensor secara besar-
besaran agar setiap berita yang dimuat di media tidak menjatuhan pemerintahan. Penyelewengan yang
lain adalah pelanggengan korupsi, kolusi, dan nepotisme sehingga pada masa ini banyak pejabat negara
yang melakukan korupsi. Tak hanya itu, pada masa ini negara Indonesia juga mengalami krisis moneter
yang di sebabkan oleh keuangan negara yang tidak stabil dan banyaknya hutang kepada pihak negara
asing. Demokratisasi akhirnya tidak berjalan, dan pelanggaran HAM terjadi dimana-mana yang
dilakukan oleh aparat pemerintah atau negara.
3. Era Reformasi
Eksistensi pancasila masih banyak dimaknai sebagai konsepsi politik yang substansinya belum
mampu diwujudkan secara riil. Reformasi belum berlangsung dengan baik karena Pancasila belum
difungsikan secara maksimal sebagaimana mestinya. Banyak masyarakat yang hafal butir-butir Pancasila
tetapi belum memahami makna sesungguhnya.
Pada masa reformasi, Pancasila sebagai re-interprestasi.Yaitu Pancasila harus selalu di
interprestasikan kembali sesuai dengan perkembangan zaman, berarti dalam menginterprestasikannya
harus relevan dan kontekstual dan harus sinkron atau sesuai dengan kenyataan pada zaman saat itu.
.Berbagai perubahan dilakukan untuk memperbaiki sendi-sendi kehidupan berbangsa dan
bernegara di bawah payung ideologi Pancasila. Namun, faktanya masih banyak masalah sosial-ekonomi
yang belum terjawab. Eksistensi dan peranan Pancasila dalam reformasi pun dipertanyakan. Pancasila di
masa reformasi tidak jauh berbeda dengan Pancasila di masa orde lama dan orde baru. Karena saat ini
debat tentang masih relevan atau tidaknya Pancasila dijadikan ideologi masih kerap terjadi. Pancasila
seakan tidak memiliki kekuatan mempengaruhi dan menuntun masyarakat. Pancasila tidak lagi populer
seperti pada masa lalu.Pancasila banyak diselewengkan dianggap sebagai bagian dari pengalaman
buruk di masa lalu dan bahkan ikut disalahkan dan menjadi sebab kehancuran.
Pancasila pada masa reformasi tidaklah jauh berbeda dengan Pancasila pada masa orde baru dan
orde lama, yaitu tetap ada tantangan yang harus di hadapi. Tantangan itu adalah KKN yang merupakan
masalah yang sangat besar dan sulit untuk di tuntaskan. Pada masa ini korupsi benar-benar merajalela.
Para pejabat negara yang melakukan korupsi sudah tidak malu lagi. Mereka justru merasa bangga,
ditunjukkan saat pejabat itu keluar dari gedung KPK dengan melambaikan tangan serta tersenyum
seperti artis yang baru terkenal. Selain KKN, globalisasi menjadi racun bagi bangsa Indonesia Karen
semakin lama ideologI Pancasila tergerus oleh ideologI liberal dan kapitalis. Apalagi tantangan pada
masa ini bersifat terbuka, lebih bebas, dan nyata.
4. Sisi Gelap Pelaksanaan Pancasila
Berikut ini adalah daftar penyelewengan dan penyimpangan terhadap Pancasila di masa orde
lama, orde baru dan di era reformasi:
I. Masa Orde Lama
Adanya penyelewengan pada sila keempat yang mengutamakan musyawarah dan mufakat tidak
dapat dilaksanakan, sebab demokrasi yang diterapkan pada tahun 1945-1950 adalah demokrasi
parlementer, dimana presiden hanya berfungsi sebagai kepala negara, sedang kepala pemerintahan
dipegang oleh Perdana Menteri. Sistem ini menyebabkan tidak adanya stabilitas pemerintahan.
Sistem pemerintahan tahun 1950-1959 yang liberal sehingga lebih menekankan hak-hak individual.
Anggota Konstituante hasil pemilu tidak dapat menyusun UUD seperti yang diharapkan. Hal ini
menimbulkan krisis politik, ekonomi, dan keamanan.
Pada periode 1959-1965 menerapkan demokrasi terpimpin. Demokrasi bukan berada pada kekuasaan
rakyat sehingga yang memimpin adalah nilai-nilai Pancasila tetapi berada pada kekuasaan pribadi
presiden Soekarno.
Presiden Soekarno melakukan pemahaman pancasila dengan paradigma yang di sebut dengan USDEK
dan menyebarkan Nasionalis, Agama, dan Komunis.
Adanya upaya-upaya untuk mengganti Pancasila sebagai dasar negara faham komunis oleh PKI
melalui pemberontakan di Madiun tahun 1948 dan oleh DI/TII yang ingin mendirikan negara
dengan dasar Islam.

II. Masa Orde Baru

Presiden Soeharto menjabat selama 32 tahun.


Terjadi penafsiran sepihak terhadap Pancasila oleh rezim Orde Baru melalui program P4.
Adanya penindasan ideologis, sehingga orang-orang yang mempunyai gagasan kreatif dan kritis
menjadi takut.
Adanya penindasan secara fisik seperti pembunuhan terhadap orang di Timor-Timur, Aceh,
Irian Jaya, kasus Tanjung Priok, pengrusakan/penghancuran pada kasus 27 Juli dan seterusnya.
Perlakuan diskriminasi oleh negara juga dirasakan oleh masyarakat non pribumi (keturunan) dan
masyarakat golongan minoritas. Mereka merasa diasingkan, bahkan acapkali mereka hanya
dijadikan sebagai kambing hitam jika ada masalah, atau diperas secara ekonomi.

III. Masa Era Reformasi

Menjadikan Pancasila sebagai ideologi tanpa memperhatikan kerelevannya.


Para elite politik cenderung hanya memanfaatkan gelombang reformasi ini guna meraih
kekuasaan sehingga tidak mengherankan apabila banyak terjadi perbenturan kepentingan politik.
Pemerintah kurang konsisten dalam menegakkan hukum.
Menurunnya rasa persatuan dan kesatuan yang ditandai dengan adanya konflik di beberapa
daerah.
Pergantian presiden secara singkat di era reformasi.
BAB III
PENUTUP
Setelah di atas telah banyak di jelaskan mengenai pelaksanaan Pancasila mulai dari orde
lama, orde baru sampai reformasi, telah terlihat jelas mengenai penerapan Pancasila dari waktu
ke waktu ini erat kaitannya dengan kesadaran setiap warga negara. Kesadaran untuk
melaksanakan pancasila adalah buah dari akal pikiran manusia, apabila akalnya telah tertanam
Pancasila maka untuk mengimplementasikannya akan lebih mudah dan terlaksana dengan baik.
Dan kesadaran itu akan mencapai tingkat yang sebaiknya, apabila keadaan terdorong dan taat itu
selalu ada pada kita, sehingga lambat laun melekat pada diri pribadi kita, menjadi sifat kita, lahir
batin, melekat pada akal kita, melekat pada kehendak kita, baik didalam hidup kita pribadi
maupun didalam hidup kita bersama dengan sesama warga keluarga, sesama warga masyarakat,
sesama warga negara, sesama manusia. Terdorong dan taat untuk melaksanakan Pancasila itu
juga meliputi seluruh lingkungan hidup kemanusiaan, baik badaniah maupun yang rohaniah,
yang sosial-ekonomis, sosial-politik, kebudayaan, mental, kesusilaan, keagamaan, serta
kepercayaan.
BAGAIMANA IMPLEMENTASI PANCASILA DALAM
PEMBUATAN KEBIJAKAN NEGARA DI BIDANG POLITIK,
EKONOMI SOSIAL BUDAYA DAN HANKAM

1. Dalam Bidang Poitik


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal
26, 27 ayat (1), dan pasal 28. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan kemanusiaan yang adil dan beradap yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke-4 dan
ke-2 pancasila. Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi kehidupan nasional bidang politik di Negara
Republik Indonesia.
Berdasarkan penjabaran kedua pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan negara dalam bidang
politik harus berdasar pada manusiayang merupakan subyek pendukung pancasila, sebagai mana dikatakan
oleh Noto Nagoro (1975:23) bahwa yang berketuhanan, berkemanusiaan,berpersatuan, berkerakyatan, dan
berkeadilan adalah manusia. Manusia adalah subyek negara dan oleh karena itu politik negara harus
berdasar dan merealisasikan harkat dan martabat manusia di dalamnya. Hal ini dimaksudkan agar sistem
politik negara dapat menjamin hak-hak asasi manusia.
Dengan kata lain, pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik di Indonesia harus memperhatikan
rakyat yang merupakan pemegang kekuasaan atau kedaulatan berada di tangan rakyat. Selain itu, sistem
politik yang dikembangkan adalah sistem yang memperhatikan pancasila sebagai dasar-dasar moral politik.

2. Dalam Bidang Ekonomi


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 27
ayat (2), pasal 33 dan pasal 34. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran kedaulatan
rakyat dan keadilan sosial yang masing-masing merupakan pancaran dari sila ke 4 dan sila ke-5 pancasila.
Kedua pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan sistem ekonomi pancasila dan kehidupan
ekonomi nasional. Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka pembuatan kebijakan
negara dalam bidang ekonomi di indonesia dimaksudkan untuk menciptakan sistem perekonomian yang
bertumpu pada kepentingan rakyat dan berkeadilan. Salah satu pemikiran yang sesuai dengan maksud ini
adalah gagasan ekonomi kerakyatan yang dilontarkan oleh Mubyarto, sebagaimana dikutip oleh Kaelan
(2000:239), yaitu pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan, melankan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh bangsa. Dengan kata lain, pengembangan ekonomi tidak bisa di
pisahkan dengan nilai-nilai moral kemanusiaan.

3. Dalam Bidang Sosial Budaya


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal ,
29, pasal 31, dan pasal 32. Pasal-pasal tersebut adalah penjabaran dari pokok-pokok pikiran Ketuhanan
Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradap, dan persatuan yang massing-masing merupakan
pancaran dari sila pertama, kedua, dan ke-tiga pancasila. Ketiga pokok pikiran ini adalah landasan bagi
pembangunan bidang kehidupan keagamaan, pendidikan, dan kebudayaan nasional.
Berdasarkan penjabaran pokok-pokok pikiran tersebut, maka implementasi pancasila dalam pembuatan
kebijakan negara dalam bidang sosial budaya mengandung pengertian bahwa nilai-nilai yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat indonesia harus diwujudkan dalam ptoses pembangunan masyarakat dan
kebudayaan di indonesia. Dengan demikian, pancasila sebagai sumber nilai dapat menjadi arh bagi
kebijakan negara dalam mengembangkan krhidupan sosial budaya indonesia yang beradab, sesuai dengan
sila ke-2, kemanusiaan yang adil dan beradab.
Pengembangan sosial budaya harus dilakukan dengan mengangkat nilai-nilaiyang dimliki bangsa indonesia,
yaitu nilai-nilai pancassila. Hal ini tidak dapat dilepaskan dari fungsi pancasila sebagai sebuah sistem etika
yang keseluruhan nilainya bersumber dari harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang beradap.

4. Dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan


Implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara dalam bidang politik dituangkan dalam pasal 27
ayat (3) dan pasal 30. Pasal-pasal tersebut merupakan penjabaran dari pokok pikiran persatuan yang
merupakan pancaran dari sila pertama pancasila. Pokok pikiran ini adalah landasan bagi pembangunan
bidang pertahanan dan keamanan nasional.
Berdasarkan penjabaran diatas, maka implementasi pancasila dalam pembuatan kebijakan negara pada
bidang pertahanan dan keamanan harus diawali dengan kesadaran bahwa indonesia adalah negara hukum.
Pertahanan dan keamanan negara di atur dan dikembangkan menurut dasar kemanusiaan, bukan
kekuasaandengan kata lain, pertahanan dan keamanan indonesia berbasis pada moralitas keamanan
sehingga kebijakan yang terkait dengannya harus terhindar dari pelanggaran hak-hak asasi manusia. Secara
sistematis, pertahanan keamanan negara harus berdasar pada tujuan tercapainya kesejahteraan hidup
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa (sila pertama dan kedua), berdasar pada tujuan untuk
mewujudkan kepentingan seluruh warga sebagai warga negara (sila ke tiga), harus mampu menjamin hak-
hak dasar, persamaan derajat serta kebebasan kemanusiaan (sila keempat), dan ditujukan untuk
mewujudkan keadilan dalam hidup masyarakat (sila kelima). Semua ini dimaksudkan agar pertahanan dan
keamanan dapat ditempatkan dalam konteks negara hukum, yang menghindari kesewenang-wenangan
negara dalam melindungi dan membela wilayah negara dengan bangsa, serta dalam mengayomi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai