Percobaan 3 - Protein
Percobaan 3 - Protein
IDENTIFIKASI PROTEIN
I. Tujuan Percobaan
Memahami metode identifikasi protein.
Fungsi Protein
Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat
sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit
seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahab-
perubahan kimia dalam system biologis.
Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin
mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut
oksigen dalam otot.
Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena
adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya
kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk
serabut
Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein
khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda
asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing
lain.
Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna
atau cahaya pada sel-sel mata
Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan
karakter bahan. (Lehninger, 1996)
ALAT BAHAN
ALAT BAHAN
ALAT BAHAN
ALAT BAHAN
ALAT BAHAN
ALAT BAHAN
V. Prosedur Kerja
1) Uji Biuret
1.5 mL larutan protein di tempatkan pada tabung reaksi, kemudian 0.5
mL NaOH 2.5 N di tambahkan ke tabung yang sama dan diaduk. 3 tetes
larutan tembaga sulfat 0.01 M di tambahkan ke dalam tabung dan di
aduk.
2) Pengendapan Dengan Logam
1.5 mL larutan protein di tempatkan pada tabung reaksi, kemudian di
tambahkan 5 tetes HgCl2 0.2 M. Percobaan di lakukan kembali dengan
menggunakan Pb asetat 0.2 M.
3) Pengendapan Dengan Garam
5 mL larutan protein dan ammonium sulfat di jenuhkan dengan cara di
tambahkan sedikit garam tersebut ke dalam larutan protein, di aduk
hingga larut, di tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan di aduk
lagi, dan terus di lakukan sampai garam tertinggal sedikit yang tidak
terlarut. Larutan yang telah jenuh disaring, kemudian di uji kelarutan
endapannya di air. Endapan di uji pula dengan reagen Millon dan di
filtrat dengan uji biuret.
4) Pengendapan Dengan Alkohol
3 tabung reaksi dengan isi seperti dibawah ini di siapkan:
TABUNG 1 2 3
6) Denaturasi Protein
3 tabung reaksi dengan isi seperti dibawah ini di siapkan:
TABUNG 1 2 3
Pb.Asetat
3. Pengendapan a. Uji kelarutan a. Uji kelarutan
dengan Garam endapan dalam air endapan dalam air
Endapan terlarut dalam
air. Endapan tidak
berwarna.
b. Uji endapan
dengan reagen Millon
b. Uji endapan dengan Terbentuk gumpalan
reagen Millon endapan putih, larutan
berwarna kekuningan.
c. Uji Biuret
Ditambah etanol,
terbentuk 3 lapisan.
Lapisan atas jernih,
lapisan tengah terbentuk
endapan putih, dan
lapisan bawah keruh.
Setelah dipanaskan,
Tabung 2 seluruh larutan keruh.
Tabung 2
Larutan albumin
ditambah HCl, lapisan
atas larutan albumin
yang menjadi jernih
(tidak berwarna) lebih
banyak dibandingkan
dengan tabung 1.
Ditambah etanol,
terbentuk 3 lapisan.
Lapisan atas jernih,
lapisan tengah terbentuk
endapan putih tidak
beraturan, dan lapisan
bawah keruh.
Tabung 3
Setelah dipanaskan,
terbentuk endapan putih.
Tabung 3
Larutan albumin
ditambah NaOH, lapisan
atas larutan albumin
yang menjadi jernih
(tidak berwarna) lebih
banyak dibandingkan
dengan tabung 1 dan
tabung 2.
Ditambah etanol,
terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas jernih, dan
lapisan bawah keruh.
Setelah dipanaskan,
terbentuk endapan putih
lebih sedikit
diabandingkan dengan
tabung 2.
2. HCL: albumin
ditambahkan NaOH
berubah menjadi terjadi
endapan sedikit ,setelah
ditambahkan buffer asetat
endapan tetap sedikit
2
3. NaOH: albumin
ditambahkan buffer asetat
berubah terjadi endapan
banyak
VII. Pembahasan
Pada pengujian kali ini dilakukan identifikasi protein yang dilakukan
melalui beberapa tahapan kerja. Identifikasi protein ini merupakan suatu
uji kualitatif karenakan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
keberadaan dari protein dalam suatu makanan/ sampel. Sampel yang
digunakan pada pengujian kali ini adalah albumin atau putih telur.
Digunakan putih telur ini karena diketahui bahwa kandungan dalam putih
telur ini banyak terkandung protein.
Adapun pengujian yang dilakukan untuk identifikasi protein
diantaranya :
Uji Biuret
Pada uji biuret ini akan terjadi suatu pembentukan senyawa
kompleks yang berwarna yang dibentuk oleh Cu 2+ dengan gugus CO dan
-NH pada ikatan peptide dengan suasana basa. Sehingga reaksi positif dari
pengujian dapat diketahui dengan terbentuknya warna.pada pengujian ini
digunakan protein berupa larutan albumin. Kemudian larutan albumin
tersebut di tambahkan dengan natrium hidroksida dan beberapa tetes
larutan tembaga sulfat. CuSO4 (tembaga sulfat) adalah garam organic.
Dimana tembaga sulfat ini nantinya akan berekasi dengan salah satu kutub
asam amino yang negative (-) dan larutan tersebut bereaksi pada suasana
basa. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa fungsi dari penambahan natrium
hidroksida pada uji kali ini yaitu menciptakan suasana agar menjadi alkalis
/ basa.
Warna yang terjadi setelah penambahan CuSO4 adalah warna ungu
pudar, warna tersebut muncul akibat dari reaksi ion Cu2+ dengan asam
amino dari larutan albumin. Adapun kemungkinan hasil kerja kami yang
berwarna ungu pudar adalah karena penambahan CuSO4 yang berlebih,
yang menyebabkan suasana larutan menjadi asam lagi.
Penambahan CuSO4 ini tidak boleh berlebih karena Cu merupakan
logam besar.Jika penggunaannya terlalu banyak maka albumin akan
terdenaturasi membentuk koagulan.
Uji denaturasi
Pada percobaan kali ini mengenai uji denaturasi pada protein
dengan tujuan untuk Untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap
asam amino dan protein. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan
adalah larutan albumin 1-5%. Ketika kedalam larutan protein ditambahkan
HCl 0,1 M, ion H+ dari asam kuat akan berikatan dengan gugus - COO-
+
dari asam amino sehingga membentuk suatu kation H3NRCHCOOH.
Penambahan HCl pada larutan protein ini akan membuat kesetimbangan
asam-basa bergeser sedemikian rupa sehingga muatan netto negatif pada
asam amino berkurang dan pH larutan menjadi lebih rendah. Sedangkan
pada penambahan NaOH akan membuat ion OH- dari basa bereaksi dengan
NH3+ dari asam amino pada protein sehingga membentuk suatu anion,
H2NRCHCOO-, sehingga asam amino mengemban muatan negatif netto
dengan pH larutan lebih besar daripada titik isoelektriknya.
Penambahan larutan buffer asetat yang mempunyai pH 4,7
membuat larutan protein yang mengandung asam amino berada pada titik
isoelektriknya. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat larutan buffer itu
sendiri yang dapat mempertahankan pH nya saat ditambahkan asam, basa,
atau dilakukan pengenceran. Sehingga ketika larutan buffer ini
ditambahkan kedalam asam amino, pH larutan cenderung tetap atau hanya
berkurang sangat sedikit. Hal ini ditunjukkan juga dengan data yang
terlihat pada literatur bahwa pada sampel albumin, titik isoelektriknya
adalah 4,6 sehingga ketika ditambahkan buffer asetat asam amino pada
sampel protein terutama albumin berada pada titik isoelektriknya.
Pada proses denaturasi terjadi perubahan sifat-sifat dari protein.
Karena larutan protein secara perlahan-lahan dipanaskan larutan tersebut
lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi berbentuk
seperti tali. Dimana albumin tersebut berkoagulasi menjadi padatan putih
dengan pemanasan. Produk yang dihasilkan tidak dapat melarut kembali
dengan pendinginan. Perubahan sifat fisik dapat disebabkan oleh suhu,
pemanasan, reagen yang digunakan. Perubahan kimia yang berhubungan
dengan denaturasi protein adalah protein dapat diakibatkan bukan hanya
adanya pemanasan tetapi juga pH dan pelarut organik. Protein yang
dipanaskan pada suhu minimal 60oC dan dengan penambahan asam atau
basa akan menyebabkan protein tersebut terdenaturasi. Dimana susunan
tiga dimensi khas dari rantai polipeptida terganggu dan molekul ini
terbuka menjadi struktur acak yang kita lihat seperti berbentuk tali, namun
tidak menyebabkan kerusakan pada struktur kovalennya.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum mengenai identifikasi protein ini adalah :
Uji biuret menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya warna ungu
yaitu pada campuran lar. Albumin dengan CuSO4
Pengendapan dengan logam menunjukkan reaksi positif karena
terbentuknya senyawa yang tak larut yang ditandai dengan terbentuknya
endapan putih.
Pengendapan dengan garam menunjukkan :
1. endapan + air : endapan terlarut dalam air
2.endapan + millon : terbentuk gumpalan endapan
3. uji filtrate dengan biuret : terbentuk 2 lapisan yang tidak bercampur.
Pengendapan dengan alcohol menunjukan reaksi negative karena protein
tidak larut didalam tabung 1 dan 2 yang disebabkan karena larutan berada
pada suasana asam.
Uji koagulasi : terjadi penggumpalan akibat pengaruh pemanasan. Pada air
terbentuk endapan dibawah dan sedikit larut, sedangkan pada reagen
millon albuminnya terapung.
Uji denaturasi : perubahan bentuk akibat terjadi perubahan ph yang
menunjukkan terbentuknya endapan
DAFTAR PUSTAKA