Anda di halaman 1dari 20

PERCOBAAN 3

IDENTIFIKASI PROTEIN

I. Tujuan Percobaan
Memahami metode identifikasi protein.

II. Prinsip Percobaan


Uji Biuret : pembentukan senyawa kompleks koordinat yang berwarna
yang dibentuk oleh Cu+ dengan gugus CO dan NH pada ikatan peptida
dalam larutan suasana basa.
Pengendapan dengan logam : pembentukan senyawa tak larut antara
protein dan logam berat.
Pengendapan dengan garam : pembentukan senyawa tak larut antara
protein dan ammonium sulfat.
Pengendapan dengan alkohol : pembentukan senyawa tak larut antara
protein dan alkohol.
Uji koagulasi : perubahan bentuk yang ireversibel dari protein akibat dari
pengaruh pemanasan.
Denaturasi protein : perubahan pada suatu protein akibat dari kondisi
lingkungan yang sangat ekstrim.

III. Teori Dasar


Kata protein sebenarnya berasal dari kata Yunani yang berarti
pertama yang paling penting, asal dari kata protos. Protein terdiri dari
bermacam-macam golongan makromolekul heterogen. (Hart, 1987).
Protein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai berat
molekul besar antara ribuan hingga jutaan satuan (g/mol). Protein tersusun
dari atom-atom C,H,O dan N ditambah beberapa unsur lainnya seperti P
dan S. Atom-atom itu membentuk unit-unit asam amino. Urutan asam
amino dalam protein maupun hubungan antara asam amino satu dengan
yang lain, menentukan sifat biologis suatu protein. (Girinda, 1990).
Struktur protein distabilkan oleh 2 macam ikatan yang kuat
(peptida dan sulfida) dan dua macam ikatan yang lemah (hidrogen dan
hidrofobik). Ikatan peptida adalah struktur primer protein yang berasal dari
gabungan asam amino L-alfa oleh ikatan alfa-peptida. Bukti utama untuk
ikatan peptida sebagai ikatan struktur primer dituliskan sebagai berikut:
a. Protease adalah enzim yang menghidrolisis protein, menghaslkan
polipeptida sebagai produknya. Enzim ini juga menghidrolisis ikatan
peptida protein.
b. Spektrum inframerah protein menunjukkan adanya banyak ikatan peptide.
c. Dua protein, insulin dan ribonuklease telah disintesis hanya dengan
menggabungkan asam-asam amino dengan ikatan peptida.
d. Protein mempunyai sedikit gugus karboksil dan gugus amina yang dapat
dititrasi.
e. Protein dan polipeptida sintetik bereaksi dengan pereaksi biuret,
membentuk warna merah lembayung. Reaksi ini spesifik untuk 2 ikatan
peptida atau lebih.
f. Penyediaan difraksi sinar X pada tingkat kekuatan pisah 0,2mm telah
menyajikan identifikasi ikatan peptida pada protein mioglobin dan
hemoglobin. (Winarno, 1997)

Pembagian tingkat organisasi struktur protein ada empat kelas


yakni struktur primer, struktur sekunder, dan struktur tersier. Sedangkan
klasifikasi protein dibagi berdasarkan sifat biologisnya, berdasarkan sifat
kelarutannya dan gugus prostetiknya (Harper, 1980).
Pada struktur primer ini ikatan antar asam amino hanya ikatan
peptida (ikatan kovalen). Struktur ini dapat digambarkan sebagai rumus
bangun yang biasa ditulis untuk senyawa organik. Pada ikatan ini tidak
terdapat ikatan atau kekuatan lain yang menghubungkan asam amino
dengan satu dan lainnya. Pada struktrur sekunder dimana rantai asam
amino bukan hanya dihubungkan oleh ikatan peptida tetapi juga diperkuat
oleh ikatan hidrogen. Karena ikatan peptida adalah planar maka dalam satu
molekul protein dapat berotasi hanya C -N dan C -C terhadap sumbu
(struktur primer), sehingga memungkinkan suatu protein yang disebut -
heliks. Struktur tersier terbentuk karena terjadinya pelipatan (folding)
rantai -heliks, konformasi , maupun gulungan rambang suatu
polipeptida, membentuk protein globular, yang struktur tiga dimensinya
lebih rumit daripada protein serabut. Struktur kuartener terbentuk dari
beberapa bentuk tersier dan bisa terdiri dari promoter yang sama atau yang
berlainan. Agregasi dari banyak polipeptida dapat membentuk sebuah
protein tunggal yang fungsional (Wibowo, 2009).
Kunci ribuan protein yang berbeda strukturnya adalah gugus pada
molekul unit pembangunan protein yang relatif sederhana dibangun dari
rangkaian dasar yang sama, dari 20 asam amino mempunyai rantai
samping yang khusus, yang berikatan kovalen dalam urutan yang khas.
Karena masing-masing asam amino mempunyai rantai samping yang
khusus yang memberikan sifat kimia masing-masing individu, kelompok
20 unit pembangunan ini dapat dianggap sebagai abjad struktur protein.
(Lehninger, 1996).

Fungsi Protein
Sebagai Enzim
Hampir semua reaksi biologis dipercepat atau di bantu oleh suatu senyawa
makromolekul spesifik yang disebut enzim, dari reaksi yang sangat
sederhana seperti reaksi transportasi karbondioksida yang sangat rumit
seperti replikasi kromosom. Protein besar peranannya terhadap perubahab-
perubahan kimia dalam system biologis.
Alat Pengangkut dan Penyimpanan
Banyak molekul dengan MB kecil serta beberapa ion dapat diangkut atau
dipindahkan oleh protein-protein tertentu. Misalnya hemoglobin
mengangkut oksigen dalam eritrosit, sedangkan mioglobin mengangkut
oksigen dalam otot.
Pengatur Pergerakan
Protein merupakan komponen utama daging, gerakan otot terjadi karena
adanya dua molekul protein yang saling bergeseran.
Penunjang Mekanik
Kekuatan dan daya tahan robek kulit dan tulang disebebkan adanya
kolagen, suatu protein berbentuk bulat panjang dan mudah membentuk
serabut
Pertahanan Tubuh atau Imunisasi
Pertahanan tubuh biasanya dalam bentuk antibody, yaitu suatu protein
khusus yang dapat mengenal dan menempel atau mengikat benda-benda
asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus, bakteri, dan sel-sel asing
lain.
Media Perambatan Impuls Saraf
Protein yang mempunyai fungsi ini biasanya berbentuk reseptor, misalnya
rodopsin, suatu protein yang bertindak sebagai reseptor penerima warna
atau cahaya pada sel-sel mata
Pengendalian Pertumbuhan
Protein ini bekerja sebagai reseptor (dalam bakteri) yang dapat
mempengaruhi fungsi bagian-bagian DNA yang mengatur sifat dan
karakter bahan. (Lehninger, 1996)

IV. Alat dan Bahan


1. Uji Biuret

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Natrium hidroksida 2.5 N


Pipet tetes Larutan protein
Gelas ukur Larutan CuSO4 0.01 M
2. Pengendapan Dengan Logam

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Larutan Protein


Pipet tetes Merkuri (III) asetat/HgCl 0.2 M
Gelas ukur Timbal asetat 0.2M
3. Pengendapan Dengan Garam

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Larutan protein


Pipet tetes Larutan (NH4)2SO4
Batang pengaduk Reagen Millon
Kertas saring Reagen uji biuret
Gelas ukur
4. Pengendapan Dengan Alkohol

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Larutan albumin


Pipet tetes Buffer asetat 1 M
Gelas ukur Asam klorida 0.1 M
Natrium hidroksida 0.1 M
Etil alkohol 95%
5. Uji Koagulasi

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Asam asetat 1 M


Pipet tetes Larutan protein
Gelas ukur Reagen Millon
Stopwatch Air
Batang pengaduk
6. Denaturasi Protein

ALAT BAHAN

Tabung reaksi Larutan albumin


Pipet tetes Buffer asetat pH 4.7 (1 M)
Gelas ukur HCl 0.1 M
Stopwatch NaOH 0.1 M
Termometer
pH meter

V. Prosedur Kerja
1) Uji Biuret
1.5 mL larutan protein di tempatkan pada tabung reaksi, kemudian 0.5
mL NaOH 2.5 N di tambahkan ke tabung yang sama dan diaduk. 3 tetes
larutan tembaga sulfat 0.01 M di tambahkan ke dalam tabung dan di
aduk.
2) Pengendapan Dengan Logam
1.5 mL larutan protein di tempatkan pada tabung reaksi, kemudian di
tambahkan 5 tetes HgCl2 0.2 M. Percobaan di lakukan kembali dengan
menggunakan Pb asetat 0.2 M.
3) Pengendapan Dengan Garam
5 mL larutan protein dan ammonium sulfat di jenuhkan dengan cara di
tambahkan sedikit garam tersebut ke dalam larutan protein, di aduk
hingga larut, di tambahkan lagi sedikit ammonium sulfat dan di aduk
lagi, dan terus di lakukan sampai garam tertinggal sedikit yang tidak
terlarut. Larutan yang telah jenuh disaring, kemudian di uji kelarutan
endapannya di air. Endapan di uji pula dengan reagen Millon dan di
filtrat dengan uji biuret.
4) Pengendapan Dengan Alkohol
3 tabung reaksi dengan isi seperti dibawah ini di siapkan:

TABUNG 1 2 3

Larutan albumin 2.5 mL 2.5 mL 2.5 mL


Buffer asetat pH 4.7 (1 M) 0.5 mL - -
HCl 0.1 M - 0.5 mL -
NaOH 0.1 M - - 0.5 mL
Etil alkohol 95% 3 mL 3 mL 3 mL
5) Uji Koagulasi
2.5 mL larutan protein di tempatkan ke dalam tabung reaksi, kemudian
di tambahkan 2 tetes asam asetat 1 M. Tabung di letakan di air
mendidih selama 5 menit kemudian endapan di ambil menggunakan
batang pengaduk. Kelarutan endapan diuji di dalam air dan di uji pula
dengan reagen Millon.

6) Denaturasi Protein
3 tabung reaksi dengan isi seperti dibawah ini di siapkan:

TABUNG 1 2 3

Larutan albumin 4.5 mL 4.5 mL 4.5 mL


Buffer asetat pH 4.7 (1 M) - - 0.5 mL
HCl 0.1 M 0.5 mL - -
NaOH 0.1 M - 0.5 mL -

Ketiga tabung di tempatkan dalam air mendidih selama 15 menit kemudian


di dinginkan pada temperatur kamar. Di catat tabung mana yang
menunjukan adanya endapan. Tabung 1 dan 2 di tambahkan 5 mL buffer
asetat pH 4.7 lalu di tulis hasilnya.

VI. Hasil Pengamatan

No Pengujian Hasil Pengamatan Keterangan


1. Uji Biuret Saat + NaOH : Tidak
terjadi perubahan
Saat + CuSO : Ada
warna ungu pudar
dibagian atasnya.
2. Pengendapan Lar.protein + HgCl :
dengan Logam Terbentuk massa
berwarna putih dari
permukaan kedasar
tabung.
HgCl
Lar. Protein + Pb.Asetat
: Tabung menjadi keruh,
dan terdapat endapan
putih.

Pb.Asetat
3. Pengendapan a. Uji kelarutan a. Uji kelarutan
dengan Garam endapan dalam air endapan dalam air
Endapan terlarut dalam
air. Endapan tidak
berwarna.
b. Uji endapan
dengan reagen Millon
b. Uji endapan dengan Terbentuk gumpalan
reagen Millon endapan putih, larutan
berwarna kekuningan.

c. Uji Biuret

c. Uji Biuret Lapisan atas dan tengah


tidak bercampur, lapisan
bawah keruh.
4. Pengendapan Tabung 1 Tabung 1
dengan Alcohol Larutan albumin
ditambah Buffer asetat
pH 4,7 (1M), lapisan
atas larutan albumin
menjadi jernih (tidak
berwarna).

Ditambah etanol,
terbentuk 3 lapisan.
Lapisan atas jernih,
lapisan tengah terbentuk
endapan putih, dan
lapisan bawah keruh.

Setelah dipanaskan,
Tabung 2 seluruh larutan keruh.

Tabung 2
Larutan albumin
ditambah HCl, lapisan
atas larutan albumin
yang menjadi jernih
(tidak berwarna) lebih
banyak dibandingkan
dengan tabung 1.

Ditambah etanol,
terbentuk 3 lapisan.
Lapisan atas jernih,
lapisan tengah terbentuk
endapan putih tidak
beraturan, dan lapisan
bawah keruh.

Tabung 3

Setelah dipanaskan,
terbentuk endapan putih.

Tabung 3
Larutan albumin
ditambah NaOH, lapisan
atas larutan albumin
yang menjadi jernih
(tidak berwarna) lebih
banyak dibandingkan
dengan tabung 1 dan
tabung 2.

Ditambah etanol,
terbentuk 2 lapisan.
Lapisan atas jernih, dan
lapisan bawah keruh.

Setelah dipanaskan,
terbentuk endapan putih
lebih sedikit
diabandingkan dengan
tabung 2.

5. Uji Koagulasi Air : larutan protein


ditambahkan dengan
asam asetat warna putih
keruh setelah di
panaskan berubah
Air
waarna menjadi putih
susu. Setelah endapan
ditambahkan air albumin
mengendap di bawah
permukaan air
Millon: larutan protein
Milon
ditambahkan dengan
asam asetat warna putih
keruh setelah di
panaskan berubah
waarna menjadi putih
susu. Setelah endapan
ditambahkan reagen
millon albumin terpaung
diatas perbukaan dan
albumin berwarna putih
kekuningan
6. Uji Denaturasi 1. Buffer asetat : abumin
ditambahkan dengan HCL
berubah terdapat endapan
sedikit , setalah
ditambahkan buffer asetat
1
terjadi endapan banyak

2. HCL: albumin
ditambahkan NaOH
berubah menjadi terjadi
endapan sedikit ,setelah
ditambahkan buffer asetat
endapan tetap sedikit
2

3. NaOH: albumin
ditambahkan buffer asetat
berubah terjadi endapan
banyak

VII. Pembahasan
Pada pengujian kali ini dilakukan identifikasi protein yang dilakukan
melalui beberapa tahapan kerja. Identifikasi protein ini merupakan suatu
uji kualitatif karenakan dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya
keberadaan dari protein dalam suatu makanan/ sampel. Sampel yang
digunakan pada pengujian kali ini adalah albumin atau putih telur.
Digunakan putih telur ini karena diketahui bahwa kandungan dalam putih
telur ini banyak terkandung protein.
Adapun pengujian yang dilakukan untuk identifikasi protein
diantaranya :

Uji Biuret
Pada uji biuret ini akan terjadi suatu pembentukan senyawa
kompleks yang berwarna yang dibentuk oleh Cu 2+ dengan gugus CO dan
-NH pada ikatan peptide dengan suasana basa. Sehingga reaksi positif dari
pengujian dapat diketahui dengan terbentuknya warna.pada pengujian ini
digunakan protein berupa larutan albumin. Kemudian larutan albumin
tersebut di tambahkan dengan natrium hidroksida dan beberapa tetes
larutan tembaga sulfat. CuSO4 (tembaga sulfat) adalah garam organic.
Dimana tembaga sulfat ini nantinya akan berekasi dengan salah satu kutub
asam amino yang negative (-) dan larutan tersebut bereaksi pada suasana
basa. Hal ini dapat menyimpulkan bahwa fungsi dari penambahan natrium
hidroksida pada uji kali ini yaitu menciptakan suasana agar menjadi alkalis
/ basa.
Warna yang terjadi setelah penambahan CuSO4 adalah warna ungu
pudar, warna tersebut muncul akibat dari reaksi ion Cu2+ dengan asam
amino dari larutan albumin. Adapun kemungkinan hasil kerja kami yang
berwarna ungu pudar adalah karena penambahan CuSO4 yang berlebih,
yang menyebabkan suasana larutan menjadi asam lagi.
Penambahan CuSO4 ini tidak boleh berlebih karena Cu merupakan
logam besar.Jika penggunaannya terlalu banyak maka albumin akan
terdenaturasi membentuk koagulan.

Pengendapan Dengan Logam


Pada uji ini, digunakan protein berupa larutan albumin. Kemudian
larutan albumin tersebut di tambahkan dengan 5 tetes larutan HgCl2 dan
pengerjaan kembali diulangi dengan menggunakan Pb Asetat. HgCl2 dan
Pb Asetat merupakan logam berat bermuatan (+).
Setelah di tambahkan tetesan logam, terlihat gumpalan/endapan
berwarna putih di kedua tabung berisi albumin tersebut. Gumpalan
tersebut menandakan adanya protein. Albumin/putih telur dapat
digunakan sebagai antidotum (penawar racun) dalam kasus keracunan
merkuri sebagai salah satu logam berat. karena seperti yang dapat di amati
pada uji ini, albumin dapat mengikat (menggumpalkan) logam berat
seperti merkuri, sehingga merkuri akan berikatan dengan protein dan akan
ikut diendapkan bersama protein yang selanjutnya akan ikut dikeluarkan
juga bersama protein tersebut, sehingga dalam tubuh tidak menyebar dan
nantinya dapat di keluarkan setelah berikatan dengan protein.
Pengendapan dengan Garam
Pada percobaan pengendapan dengan garam, larutan protein
(albumin telur) dijenuhkan dengan garam ammonium sulfat. Dilakukan
penambahan ammonium sulfat secara berlebih, mengakibatkan larutan
protein berubah warna menjadi putih susu dan terbentuk endapan berwarna
putih. Hal ini dapat terjadi karena penambahan garam dengan konsentrasi
tinggi akan menyebabkan protein pada albumin mengalami salting out, di
mana ion garam terhidrasi sehingga berkompetisi dengan ion protein untuk
mengikat air. Karena kemampuan ion ion ammonium sulfat untuk
mengikat air lebih besar dibandingkan dengan ion protein, maka protein
akan keluar dari albumin dan membentuk endapan putih.
Pada uji kelarutan endapan di dalam air, seluruh endapan terlarut di
dalam air dan merubah warna larutan menjadi putih. Pada uji endapan
dengan reagen millon, terbentuk endapan putih tidak beraturan dan warna
larutan menjadi kekuningan. Endapan yang terbentuk menandakan
terkandungnya asam amino dengan gugus fenol pada larutan albumin.
Warna larutan yang dihasilkan semestinya tetap berwarna putih, namun
hasil pengujian larutan menjadi kekuningan. Hal ini disebabkan karena
larutan masih berada dalam suasana asam, sedangkan protein bekerja pada
suasana basa. Reagen millon terdiri atas merkuro nitrat dan merkuri nitrat
yang terdapat dalam asam nitrat. Merkuri dalam reagen millon akan
bereaksi dengan gugus hidroksifenil.
Pengendapan dengan Alkohol
Pada reaksi pengendapan dengan penambahan alkohol, ketika
albumin dengan penambahan buffer asetat pH 4,7 kemudian ditambahkan
dengan alkohol 95%, larutan berubah menjadi putih keruh. Ketika larutan
albumin dengan penambahan HCl kemudian ditambahkan dengan alkohol
95% maka akan terjadi reaksi, dimana larutan berubah menjadi jernih
disertai dengan endapan putih di dasar tabung. Ketika albumin dengan
penambahan NaOH kemudian ditambahkan dengan alkohol 95%, larutan
berubah menjadi jernih disertai endapan putih pada dasar tabung namun
lebih banyak dibandingkan dengan endapan pada tabung 2. Pada reaksi
pengendapan dengan alkohol, larutan albumin akan membentuk endapan
yang disebabkan karena adanya gugus hidrofobik polar (yang menarik
gugus non-polar) didalam molekul protein dan menghasilkan protein dipol.
Hal ini disebabkan karena pada pH 4,7 merupakan titik isoelektrik
albumin. Titik isoelektrik merupakan pH dimana kelarutan protein
minimum karena jumlah ion positif dan ion negatif sama sehingga
penambahan senyawa organik seperti alkohol. Penambahan alkohol yang
merupakan pelarut organik akan menurunkan kelarutan protein, karena
kelarutaan suatu protein tergantung dari kedudukan dan distribusi dari
gugus hidrofil polar dan hidrofob polar pada molekul. Selain itu, alkohol
juga merusak ikatan hidrogen diantara gugus amida yang terdapat dalam
struktur sekunder protein sehingga protein kehilangan air (terhidrasi) dan
pada akhirnya mengendap.
Uji Koagulasi
kelarutan dengan air-Saat diujikan protein tidak larut dengan air
karena saat pemanasan terjadi perusakan ikatan hidrogen dan interaksi
hidrofobik non polar pada protein sehingga protein albumin terdenaturasi
dan terkoagulasi dan menyebabkan kemampuan mengikat airnya menurun.
Hal tersebut dapat terjadi karena suhu tinggi dapat meningkatkan energi
kinetik dan menyebabkan molekul penyusun protein bergerak atau
bergetar sangat cepat sehingga merusak ikatan molekul tersebut dan energi
panas akan mengakibatkan terputusnya interaksi non-kovalen yang ada
pada struktur alami protein tapi tidak memutuskan ikatan kovalennya yang
berupa ikatan peptida. Aplikasi yang seringkali dilakukan dalam
kehidupan sehari-hari adalah kegiatan pemasakan telur dimana telur yang
mengandung albumin (protein) terdenaturasi dan terkoagulasi sehingga
enzim pencernaan dapat dengan mudah mencerna protein yang terkandung
dalam telur tersebut.
Pertama tama yang dilakukan menempatkan 5 mL larutan protein
ke dalam tabung reaksi , kemudian ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M
larutan berubah menjadi putih, kemudian diletakan tabung dalam air
mendidih selama 5 menit warna larutan menjadi putih susu, kemudian
endapan diambil dengan batang pengaduk ke dalam tabung reaksi
kemudian di tambahkan air secukupnya . albumin mengendap dibawah
larutan air .
Uji Reagen Millon-Reagen millon adalah larutan merkuri dan
merkuri nitrat dalam asam nitrat.Pertama tama yang dilakukan
menempatkan 5 mL larutan protein ke dalam tabung reaksi , kemudian
ditambahkan 2 tetes asam asetat 1 M larutan berubah menjadi putih,
kemudian diletakan tabung dalam air mendidih selama 5 menit warna
larutan menjadi putih susu, kemudian endapan diambil dengan batang
pengaduk ke dalam tabung reaksi. Uji kelarutan endapan dengan reagen
millon,albumin terapung diatas berwarna putih kekuningan.
pada uji ini terjadi reaksi millon. Apabila pereaksi ini ditambahkan
pada larutan protein, akan menghasilkan endapan putih dan apabila
dipanaskan dapat berubah menjadi merah. Pada dasarnya reaksi ini positif
untuk fenol-fenol, karena terbentuknya senyawa merkuri dengan gugus
hidroksifenil yang berwarna. Endapan yang terbentuk masih bersifat
sebagai protein, hanya saja telah terjadi perubahan struktur tersier ataupun
kwartener, sehingga protein tersebut mengendap. Perubahan struktur
tersier protein ini tidak dapat diubah kembali ke bentuk semula, ini bisa
dilihat dari tidak larutnya endapan albumin itu dalam air.

Uji denaturasi
Pada percobaan kali ini mengenai uji denaturasi pada protein
dengan tujuan untuk Untuk mempelajari beberapa reaksi uji terhadap
asam amino dan protein. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan
adalah larutan albumin 1-5%. Ketika kedalam larutan protein ditambahkan
HCl 0,1 M, ion H+ dari asam kuat akan berikatan dengan gugus - COO-
+
dari asam amino sehingga membentuk suatu kation H3NRCHCOOH.
Penambahan HCl pada larutan protein ini akan membuat kesetimbangan
asam-basa bergeser sedemikian rupa sehingga muatan netto negatif pada
asam amino berkurang dan pH larutan menjadi lebih rendah. Sedangkan
pada penambahan NaOH akan membuat ion OH- dari basa bereaksi dengan
NH3+ dari asam amino pada protein sehingga membentuk suatu anion,
H2NRCHCOO-, sehingga asam amino mengemban muatan negatif netto
dengan pH larutan lebih besar daripada titik isoelektriknya.
Penambahan larutan buffer asetat yang mempunyai pH 4,7
membuat larutan protein yang mengandung asam amino berada pada titik
isoelektriknya. Hal ini dapat dikaitkan dengan sifat larutan buffer itu
sendiri yang dapat mempertahankan pH nya saat ditambahkan asam, basa,
atau dilakukan pengenceran. Sehingga ketika larutan buffer ini
ditambahkan kedalam asam amino, pH larutan cenderung tetap atau hanya
berkurang sangat sedikit. Hal ini ditunjukkan juga dengan data yang
terlihat pada literatur bahwa pada sampel albumin, titik isoelektriknya
adalah 4,6 sehingga ketika ditambahkan buffer asetat asam amino pada
sampel protein terutama albumin berada pada titik isoelektriknya.
Pada proses denaturasi terjadi perubahan sifat-sifat dari protein.
Karena larutan protein secara perlahan-lahan dipanaskan larutan tersebut
lambat laun akan menjadi keruh dan membentuk koagulasi berbentuk
seperti tali. Dimana albumin tersebut berkoagulasi menjadi padatan putih
dengan pemanasan. Produk yang dihasilkan tidak dapat melarut kembali
dengan pendinginan. Perubahan sifat fisik dapat disebabkan oleh suhu,
pemanasan, reagen yang digunakan. Perubahan kimia yang berhubungan
dengan denaturasi protein adalah protein dapat diakibatkan bukan hanya
adanya pemanasan tetapi juga pH dan pelarut organik. Protein yang
dipanaskan pada suhu minimal 60oC dan dengan penambahan asam atau
basa akan menyebabkan protein tersebut terdenaturasi. Dimana susunan
tiga dimensi khas dari rantai polipeptida terganggu dan molekul ini
terbuka menjadi struktur acak yang kita lihat seperti berbentuk tali, namun
tidak menyebabkan kerusakan pada struktur kovalennya.
VIII. Kesimpulan
Kesimpulan dari praktikum mengenai identifikasi protein ini adalah :
Uji biuret menunjukkan reaksi positif dengan terbentuknya warna ungu
yaitu pada campuran lar. Albumin dengan CuSO4
Pengendapan dengan logam menunjukkan reaksi positif karena
terbentuknya senyawa yang tak larut yang ditandai dengan terbentuknya
endapan putih.
Pengendapan dengan garam menunjukkan :
1. endapan + air : endapan terlarut dalam air
2.endapan + millon : terbentuk gumpalan endapan
3. uji filtrate dengan biuret : terbentuk 2 lapisan yang tidak bercampur.
Pengendapan dengan alcohol menunjukan reaksi negative karena protein
tidak larut didalam tabung 1 dan 2 yang disebabkan karena larutan berada
pada suasana asam.
Uji koagulasi : terjadi penggumpalan akibat pengaruh pemanasan. Pada air
terbentuk endapan dibawah dan sedikit larut, sedangkan pada reagen
millon albuminnya terapung.
Uji denaturasi : perubahan bentuk akibat terjadi perubahan ph yang
menunjukkan terbentuknya endapan
DAFTAR PUSTAKA

Girindra, A. 1990. Biokimia I. Gramedia: Jakarta.


Hart,H, 1987, KIMIA ORGANIK, alih bahasa: Sumanir Ahmadi, Erlangga:
Jakarta.
Harper, et al. 1980. Biokimia (Review of Physiologycal Chemistry). Edisi 17.
EGC: Jakarta
Lehninger, A. 1996. Dasar-dasar Biokimia. Terjemahan Maggy Thenawidjaya.
Erlangga: Jakarta.
Wibowo, Luqman. 2009. Deskripsi dan macam-macam tingkatan struktur protein.
Gramedia: Jakarta
Winarno, F.G, 1997, KIMIA PANGAN dan GIZI, Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai