Anda di halaman 1dari 74

TEORI AKUNTANSI

KELOMPOK 2
MEASUREMENT THEORY
&
MEASUREMENT APPLICATION

Kelompok 2 :

Ferica (123-011701026)
Laily Izzati (123-011701054)
Muhammad Nur Iqbal F (123-011701054)
Muhammad Nur Febryandi (123.011701070)
Nurul Fadhilah Farid (123-011701071)
Yusniarti Simatupang (123-011701111)
Marisson Horas Mugabe Harianja (123-11701060)
Alessandro Tambunan (123-11701004)

Magister Akuntansi
Universitas Trisakti
Jakarta
2017
Perspektif Pengukuran
Perspektif pengukuran (measurement perspective) terhadap pelaporan keuangan adalah
suatu pendekatan yang menuntut akuntan untuk melaksanakan tanggungjawab
memasukkan nilai wajar terhadap laporan keuangan pokok, dengan reliabilitas yang
masih rasional, yang berarti meningkatnya tanggung jawab akuntan untuk membantu
investor dalam memprediksi kinerja masa depan perusahaan.

Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan, tetapi jangan


meninggalkan reliabilitasnya dalam rangka membantu investor mengambil keputusan.
Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin
relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka
reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar.

Namun demikian, measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair
value yang dapat dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak
mengakibatkan menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.

Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi.


Akuntan mengambil tanggungjawab untuk membantu investor dengan cara menggunakan
pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan
SFAC 2 menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok, yaitu relevansi dan
reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya.

Apabila hanya memperhatikan relevansi, maka reliabilitas akan berkurang dan


menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit. Akuntan publik yang merupakan
ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa berjalan karena laporan keuangan tidak
bisa diaudit. Karena itu, batasan measurement perspective adalah berusaha untuk
menggunakan pengukuran yang berorientasi pada fair value terhadap laporan keuangan
pokok asalkan kualitas reliabilitas laporan keuangan pokok tersebut tidak berkurang.

Mengapa measurement perspective mengusulkan untuk memasukkan informasi yang


bernilai lebih relevan (more value-relevant information) dalam laporan keuangan pokok,
padahal teori pasar modal efisien berimplikasi bahwa catatan kaki dan pengungkapan lain
sudah cukup?

Berdasarkan information perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi


dan mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi
akuntansi bagi investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa
diasumsikan banyak rational investor dan informed investor yang bereaksi cepat terhadap
informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar modal telah mengkonfirmasi
bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar.

Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information pespective, seperti (1)
laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar modal mungkin tidak seefisien
yang diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab hukum oleh masyarakat terhadap akuntan
meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari adanya kemungkinan bahwa measurement
perspective dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa mengabaikan
reliabilitas informasi akuntansi tersebut.

Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu menjelaskan sangat kecil tentang
harga sekuritas. Lev (1989) menemukan bahwa respon pasar terhadap berita baik atau
berita buruk tentang earnings sangat kecil. Variabilitas keuntungan abnormal dalam
narrow window hanya 2% sampai 5% yang dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya
diakibatkan oleh faktor lain selain perubahan earnings.

Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings disebabkan oleh earnings quality
yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994) menyatakan bahwa rendahnya
reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh keterlambatan historical cost; yaitu
historical cost menunggu terlalu lama untuk mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal
ini menuntut perlunya perbaikan earnings quality dengan pengenalan perspektif
pengukuran terhadap laporan keuangan.

Unsur reliabilitas menjadi dasar untuk pelaksanaan audit oleh akuntan publik. Akuntan
publik adalah gambaran pokok akuntansi dan menjadi ujung tombak akuntansi. Akuntan
publik jangan ditempatkan pada posisi yang berisiko karena dituntut.

Tentu saja, jika pendekatan pengukuran untuk menjadi berguna, itu harus tidak pada
biaya pengurangan substansial dalam kehandalan. Meskipun tidak mungkin bahwa
pendekatan pengukuran akan menggantikan biaya historis, hal itu tampaknya menjadi
kasus bahwa keseimbangan relatif murah berbasis versus informasi berbasis nilai-wajar
dalam laporan keuangan bergerak ke arah nilai wajar. Hal ini mungkin tampak aneh,
mengingat masalah yang teknik seperti akuntansi RRA alami. Namun, sejumlah alasan
dapat disarankan untuk perubahan penekanan.

Salah satu alasan tersebut melibatkan efisiensi pasar sekuritas. Saran ini memiliki
implikasi besar bagi akuntansi. Sampai-sampai pasar surat berharga tidak sepenuhnya
efisien, ketergantungan pada pasar yang efisien untuk membenarkan laporan keuangan
berbasis biaya historis dilengkapi dengan banyak pengungkapan tambahan, yang
mendasari pendekatan informasi pendekatan untuk kegunaan keputusan, terancam.
Misalnya, jika investor secara kolektif yang tidak mahir mengolah informasi sebagai teori
efisiensi mengasumsikan, mungkin kegunaan akan ditingkatkan dengan penggunaan lebih
besar dari nilai wajar dalam laporan keuangan yang tepat. Lebih jauh lagi, sementara beta
adalah satu-satunya ukuran risiko yang relevan sesuai dengan CAPM, mungkin akuntan
harus mengambil tanggung jawab lebih untuk melaporkan risiko perusahaan jika pasar
tidak sepenuhnya efisien.

Relevansi Nilai Terhadap Informasi Laporan Keuangan

information saling terkait. Rele- vansi nilai informasi akuntansi menekankan pada how
accounting information has a value relevant for market participants (investors)?,
sedangkan konsep decision usefulness of accounting information menekankan pada how
financial statements can be more useful?. Konsekuensi dari konsep ini adalah bahwa
informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan harus memberikan nilai
manfaat (useful) kepada para penggunanya (users) dalam hal pengambilan keputusan.
Konsep relevansi nilai informasi akuntansi menjelaskan tentang bagaimana investor
bereaksi terhadap pengumuman informasi akuntansi. Reaksi ini akan membuktikan
bahwa kandungan informasi akuntansi me- rupakan isu yang sangat penting dan men-
jadi pertimbangan penting dalam proses pengambilan keputusan investasi, sehingga dapat
dikatakan bahwa informasi akuntansi bermanfaat (useful) bagi investor (Scott, 2009;
Puspitaningtyas, 2012).

Banyak studi empiris akuntansi telah berusaha untuk menemukan relevansi nilai
informasi akuntansi dalam rangka mem- pertinggi analisis laporan keuangan. Rele- vansi
nilai informasi akuntansi merupakan konsep yang membahas berbagai makna dan ukuran
yang berkenaan dengan akuntansi. Informasi akuntansi diprediksi memiliki nilai
relevansi, karena informasi akuntansi secara statistik berhubungan dengan nilai pasar
saham (Barth et al., 2001; Kothari, 2001; Beaver, 2002; Cao, 2005; Hand, 2005;
Rahmawati, 2005; Gallizo dan Salvador, 2006; Ragab dan Omran, 2006; Liu dan Liu,
2007; Tan dan Lim, 2007; Vishnani dan Shah, 2008; Oyerinde, 2009; So dan Smith,
2009; Puspitaningtyas, 2012).

Namun demikian, beberapa studi ter- dahulu yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan
informasi akuntansi dan nilai-nilai pasar dengan menggunakan analisis regresi linier
berganda (analysis of multiple linear regression) menunjukkan bahwa nilai koefisien
determinasi (R2) relatif kecil. Hal ini menyiratkan bahwa kemampuan infor- masi
akuntansi dalam menjelaskan variasi-variasi nilai pasar (market values) relatif kecil.

Ohlsons clean surplus theory (Teori Surplus Bersih Ohlson)

Teori surplus bersih Ohlson memberikan kerangka kerja yang konsisten dengan
pendekatan pengukuran, dengan menunjukkan bagaimana nilai pasar perusahaan dapat
dinyatakan dalam bentuk komponen neraca dan laporan laba rugi fundamental. Teori ini
mengasumsikan kondisi ideal di pasar modal, termasuk ketidakrelevanan dividen. Meski
demikian, ia memiliki kesuksesan dalam menjelaskan dan memprediksi nilai perusahaan
sebenarnya. Garis besar teori kami didasarkan pada versi sederhana Feitham dan Ohlson
(FO; 1995). Model teori surplus bersih juga disebut model pendapatan residual

Kemampuan model FO ini untuk menghasilkan nilai perusahaan yang sama terlepas dari
kebijakan akuntansi yang digunakan oleh perusahaan memiliki sisi positif dan sisi
negatifnya. Pada sisi positifnya, investor yang mungkin ingin menggunakan model ini
untuk memprediksi nilai perusahaan tidak, secara teori, harus memperhatikan pilihan
kebijakan akuntansi perusahaan. Jika manajer perusahaan bias melaporkan laba bersih ke
atas untuk memperbaiki kinerja yang nyata, atau membebani laba bersih ke bawah
dengan menggunakan akuntansi konservatif, nilai perusahaan yang dihitung oleh model
sama. Alasannya adalah bahwa perubahan dalam goodwill yang tidak tercatat yang
disebabkan oleh kebijakan akuntansi pilihan diimbangi dengan perubahan nilai buku
yang sama namun berlawanan. Kelemahannya, bagaimanapun, adalah bahwa model
tersebut tidak dapat memberikan panduan mengenai kebijakan akuntansi mana yang
harus digunakan.

Kita sekarang melihat pengertian di mana teori surplus bersih Ohlson mendukung
pendekatan pengukuran. Current value accounting untuk aset P.V. mengurangi tingkat
bias akuntansi. Dengan melakukannya, ia memindahkan lebih banyak nilai perusahaan ke
neraca, sehingga mengurangi jumlah niat baik yang tidak tercatat yang harus diperkirakan
oleh investor. Sementara secara teori, jumlah nilai buku dan goodwill yang tidak tercatat
sama atau tidak. Perusahaan menggunakan akuntansi nilai sekarang, dalam praktiknya,
perusahaan mungkin dapat menyiapkan perkiraan yang lebih akurat mengenai nilai aset
dan kewajiban lancar daripada yang dapat dilakukan oleh investor. Jika demikian, dan
jika perkiraannya cukup dapat diandalkan, maka kegunaan keputusan dari

laporan keuangan meningkat, karena proporsi yang lebih besar dari nilai perusahaan
dapat dibaca dari neraca. Hal ini terutama terjadi bagi investor yang mungkin tidak
sepenuhnya rasional, yang mungkin mendapat keuntungan dari membaca dampak
perubahan nilai saat ini secara langsung dari laporan keuangan.

Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien seperti dalam teori
efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana implikasi informasi
akuntansi terhadap prediksi keuntungan masa depan.

Hal ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory yang menekankan bahwa peran
utama laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan, bukan pendekatan
informasi di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi. Teori ini
menuntut ke arah pendekatan pengukuran

Ohlsons clean surplus theory menunjukkan bahwa nilai pasar dari perusahaan dapat
diekspresikan dalam variabel laporan laba-rugi dan neraca. Teori ini menunjukkan bahwa
nilai perusahaan yang bergantung pada variabel akuntansi yang fundamental konsisten
dengan pendekatan pengukuran. Model Feltham dan Ohlson (1995) dapat digunakan
untuk mengestimasi nilai dari saham perusahaan. Kemudian dibandingkan dengan nilai
pasar aktual, untuk mengindikasikan kemungkinan terjadinya penilaian yang terlalu
tinggi atau rendah dari pasar. Clean surplus theory menekankan pada kegunaan dari
informasi laporan keuangan saat ini untuk memprediksi earnings di masa depan.

Definisi Nilai Wajar

Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran.

PSAK 68 menetapkan hirarki nilai wajar yang mengelompokkan inputuntuk teknik


penilaian yang digunakan dalam pengukuran nilai wajar menjadi tiga level input.

Input Level 1 adalah harga kuotasian (tanpa penyesuaian) di pasar aktif


untuk aset atau liabilitasyang identik yang dapat diakses entitas pada tanggal pengukuran.

Input Level 2 adalah input selain harga kuotasian yang termasuk dalam Level 1 yang
dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas, baik secara langsung atau tidak langsung.

Input Level 3 adalah input yang tidak dapat diobservasi untuk aset atau liabilitas.

Hirarki nilai wajar memberikan prioritas tertinggi kepada harga kuotasian (tanpa
penyesuaian) di pasar aktif untuk aset atau liabilitas yang identik (input Level 1) dan
prioritas terendah untuk input yang tidak dapat diobservasi (input Level 3).

Menurut Epstein dan Jermakowicz (2010), nilai wajar didefinisikan sebagai, the amount
for which an asset could be exchanged between knowledgeable, willing parties in an
arms length transaction. Nilai wajar dinilai sebagai konsep yang paling sesuai dan
relevan untuk penyusunan laporan keuangan sebuah perusahaan atau entitas bisnis sebab
bisa menggambarkan nilai pasar yang sebenarnya terjadi. Nilai wajar ini digunakan untuk
mengukur: satu aset, sekelompok aset, satu liabilitas, sekelompok liabilitas, konsiderasi
bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait, satu segmen atau
divisi dari sebuah entitas, satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas, satu keseluruhan
entitas. Dewan Standar Keuangan InternasionalIFRS telah memberikan statement,
bahwa nilai wajar merupakan satu- satunya konsep yang relevan dalam dunia bisnis.
Adapun pendapat mereka dalam IFRSWiley 2010 adalah: (1) akuntansi nilai wajar dapat
meningkatkan transparasi atas informasi yang disampaikan kepada publik; (2) informasi
nilai wajar adalah informasi utama dalam keadaan ekonomi saat ini; dan (3) dengan nilai
wajar, akan memberikan informasi yang lebih kini pada kreditor dan investor.
Dibanding nilai buku/harga perolehan, nilai wajar memiliki tiga keunggulan, yaitu: (1)
laporan keuangan menjadi lebih relevan untuk dasar pengambilan keputusan; (2)
meningkatkan keterbandingan laporan keuangan; (3) informasi lebih dekat dengan apa
yang diinginkan oleh pemakai laporan keuangan.

Penetapan nilai wajar dengan pedekatan harga pasar dapat memprediksi laba/rugi sebuah
perusahaan, jauh jauh hari sudah bisa diprediksikan. Namun, penerapan nilai wajar ini
akan menghadapi kendala-kendala yang cukup rumit. Sebagai contoh, untuk penentuan
apakah suatu pasar itu aktif atau tidak aktif adalah persoalan krusial dan tidak mudah.
Selain itu, pasar mungkin aktif untuk instrumen tertentu, dan tidak aktif untuk instrumen
lainnya, dan ini juga tergolong hal yang sulit. Catatan lain lagi adalah, keberadaan willing
sellers dan willing buyers kadang tidak cukup untuk menjustifikasi apakah suatu pasar
terbilang aktif. Dan, harga yang terbentuk dalam forced transaction, forced liquidation,
atau distressed sales mungkin tidak mencerminkan nilai wajar yang sebenarnya.

Secara umum, penerapan nilai wajar akan menguntungkan perekonomian Indonesia.


Sebab, jika tidak dilakukan penilaian dengan nilai wajar, aset-aset perekonomian
nasional, baik yang dimiliki swasta maupun pemerintah, selama ini dinilai terlalu rendah,
jauh lebih rendah dari nilai sewajarnya. Misalnya aset-aset perusahaan perkebunan yang
hingga saat ini masih menggunakan nilai buku. Sebagai gambaran, sebelum 1997, kebun
sawit seluas satu hektare, misalnya cukup dibangun dengan uang Rp 12 juta atau hanya
Rp 6 juta sebelum tahun 1990-an. Setelah terjadi krisis moneter 1998/1998, ketika harga
dolar AS sudah naik tiga kali, untuk hal yang sama dibutuhkan biaya sampai Rp 30 juta.
Sehingga, orang baru membuka perusahaan perkebunan, nilai bukunya sudah diatas Rp
25 juta semua. Padahal, penghasilannya sama dengan kebun-kebun lama yang lebih
murah biayanya. Tapi nilai buku kebun lama kecil, dan hal Ini tidak menggambarkan nilai
yang sebenarnya.

Keunggulan dan Kelemahan Konsep Nilai Wajar

Keunggulan menggunakan nilai wajar, yaitu memiliki sifat relevan, standar akuntansi
nilai buku telah banyak kehilangan relevansinya karena kegagalannya mengukur realitas
ekonomi. Hampir semua orang setuju bahwa peristiwa ekonomi, yaitu: kejadian yang
mengubah waktu kapan arus kas diterima dan jumlahnya yang akan datang harus
tercermin (terungkap) dalam laporan keuangan lembaga. Akan tetapi, seringkali model
nilai buku hanya mengukur transaksi sudah selesai dan gagal mengakui adanya
perubahan nilai riil lain yang dapat terjadi. Kemudian, dapat diandalkan (reliability),
masalah yang selalu ada yang tidak dapat dihindari adalah bahwa model akuntansi
berdasarkan historical cost tidak mengakui adanya perubahan nilai bersifat ekonomis, dan
cenderung membiarkan perusahaan memilih sendiri apakah dan kapan mengakui adanya
perubahan tersebut. Ini mendorong adanya bias dalam pemilihan apa yang dilaporkan,
dan memperburuk kompromi kenetralan dan dipercayainya informasi keuangan.

Nilai wajar memiliki laporan keuangan lebih transparan, nilai wajar berusaha
meningkatkan penyediaan informasi yang lebih transparan bagi semua pihak. Selain itu,
nilai wajar meningkatkan keterbandingan (comparability), dengan penerapan konsep nilai
wajar disemua perusahaan di dunia, maka semua laporan keuangan memiliki
keterbandingan yang sangat tinggi dan akan menghasilkan keputusan-keputusan usaha
yang lebih mendasar. Kekurangan nilai wajar adalah nilai wajar berusaha menyediakan
informasi yang transparan dengan menilai aset pada tingkat harga yang dihasilkan jika
segera dilikuidasi-sehingga sangat sensitif terhadap pasar.

Selain itu, akuntansi fair value bekerja melalui akuntansi mark-to-market (MTM), yaitu
asset dicantumkan pada harga pasar mereka jika diperdagangkan secara terbuka.
Menggunakan akuntansi mark-to-market akan berakibat perubahan yang terus-menerus
pada laporan keuangan perusahaan ketika nilai aset mengalami kenaikan dan penurunan
serta laba dan rugi yang dicatat. Hal ini membuat semakin sulit untuk memastikan apakah
laba dan rugi diakibatkan oleh keputusan bisnis yang dibuat manajemen atau oleh
perubahan yang terjadi di pasar. Konsep Nilai Wajar (Fair Value) (Heri Sukendar W.)
103

Nilai wajar bersifat volatility, lembaga keuangan mengatakan bahwa mereka takut
akuntansi berdasarkan pasar akan menyebabkan volatility kinerja lembaga (karena
semakin mudahnya nilai item-item aktiva dan pasiva berfluktuasi). Walaupun sebenarnya
lembaga keuangan yang senantiasa mengelola bahaya yang mengancam aset dan
liabilitas, hanya sedikit takut dengan market value accounting. Laporan keuangan
lembaga keuangan yang kurang efektif dalam mengelola risiko akan tercermin pada
volatility yang selalu ada dalam setiap usahanya. Para investor dan kreditur akan
memiliki informasi yang lebih berguna dan relevan dalam membedakan risiko antar
perusahaan, ketika mengambil keputusan investasi dan keputusan pemberian kredit (jika
menggunakan MVA).

Fair value akan membuat perbedaan penilaian pihak manajemen perusahaan, sehingga
kalau ada kontrol yang kurang baik akan memungkinkan peluang earning management.
Adanya biaya tambahan yang ditanggung perusahaan dan kebutuhan sumber daya
manusia (SDM). Biaya penerapan akuntansi nilai wajar berbeda untuk perusahaan yang
berbeda. Hal-hal yang berpengaruh terhadap besaran biaya adalah, antara lain, jenis
transaksi dan besaran akun yang ada di perusahaan, kompetensi dari SDM, kecanggihan
teknologi informasi, program yang diinginkan, serta jumlah user yang harus memahami
dan menerapkan akuntansi nilai wajar. Bila menggunakan konsultan, biaya konsultan
juga harus diperhitungkan.
Apakah Pasar Saham Efisien Sepenuhnya?

Dalam beberapa tahun terakhir, meningkatkan pertanyaan yang telah diajukan tentang
sejauh mana efisiensi pasar sekuritas. Pertanyaan-pertanyaan ini adalah yang sangat
penting untuk akuntan karena, jika mereka sah, praktek mengandalkan informasi
tambahan dalam catatan dan di tempat lain untuk menambah laporan keuangan berbasis
biaya historis dasar mungkin tidak sepenuhnya efektif dalam menyampaikan informasi
yang berguna untuk investor. Selanjutnya, sejauh bahwa pasar surat berharga tidak
sepenuhnya efisien, pelaporan keuangan dapat membantu dalam mengurangi inefisiensi,
dengan demikian meningkatkan operasi yang tepat dari pasar sekuritas. Artinya,
pelaporan yang lebih baik dari nilai perusahaan akan memungkinkan investor untuk lebih
memperkirakan nilai fundamental, sehingga lebih mudah mengidentifikasi sekuritas
mispriced. Pada bagian ini, kita akan menguraikan dan membahas pertanyaan utama yang
telah diajukan tentang efisiensi pasar.

Premis dasar dari pertanyaan-pertanyaan ini adalah bahwa perilaku investor rata-rata
mungkin tidak sesuai dengan teori keputusan rasional dan model investasi yang diuraikan
dalam Bab 3. Misalnya, individu mungkin memiliki perhatian terbatas. Artinya, mereka
mungkin tidak punya waktu, kecenderungan, atau kemampuan untuk memproses semua
informasi yang ada. Kemudian, mereka akan berkonsentrasi pada informasi yang tersedia,
seperti "b line", dan mengabaikan informasi dalam catatan dan di tempat lain dalam
laporan tahunan. Selanjutnya, investor mungkin bias dalam menanggapi informasi
mereka, relatif terhadap bagaimana reaksi mereka sesuai dengan teorema Bayes.
Misalnya, ada bukti bahwa individu konservatif (juga tidak bingung dengan
konservatisme dalam akuntansi seperti yang diperkenalkan di Bagian 1.4) dalam reaksi
mereka terhadap bukti baru. Individu konservatif merevisi keyakinan mereka kurang dari
itu yang disebut oleh teorema Bayes. Artinya, mereka mempertahankan kelebihan berat
badan pada kepercayaan mereka sebelumnya.

Teori dan bukti psikologis juga menunjukkan bahwa individu sering merasa terlalu
percaya diri - mereka menilai terlalu tinggi ketepatan informasi yang mereka kumpulkan
sendiri. Sebagai contoh, seorang investor yang secara pribadi meneliti sebuah perusahaan
dapat bereaksi berlebihan terhadap bukti yang dia dapatkan. Jika kita menyamakan
informasi individu yang dikumpulkan sendiri dengan probabilitas sebelumnya dalam
teorema Bayes, ini berarti bahwa individu yang terlalu percaya diri akan bereaksi
terhadap informasi baru yang tidak terkumpul sendiri relatif terhadap informasi yang ada.
Reaksi di bawah ini tampaknya sangat jelas jika informasi baru, seperti laporan
pendapatan, dianggap sebagai statistik dan abstrak.
Karakteristik individu lain dari psikologi adalah representativeness. Di sini, individu
memberikan bobot yang terlalu banyak pada bukti yang sesuai dengan kesan individu
terhadap populasi tempat bukti ditarik. Kemudian, situasi dipandang unik, ketika
pertimbangan sejarah masa lalu bisa menghasilkan wawasan berharga. Misalnya, anggap
bahwa keuntungan perusahaan telah tumbuh dengan kuat selama beberapa tahun. Subjek
yang tunduk pada keterwakilan akan menugaskan perusahaan ini ke kategori perusahaan
pertumbuhan, mengabaikan fakta bahwa perusahaan pertumbuhan sejati adalah peristiwa
langka dalam ekonomi - individu tersebut memberikan bobot yang terlalu besar terhadap
bukti baru-baru ini mengenai pertumbuhan pendapatan dan tidak cukup terhadap
informasi sebelumnya. bahwa tingkat dasar pertumbuhan perusahaan dalam populasi
rendah. Perilaku ini nampaknya sangat mungkin terjadi jika buktinya menonjol, anekdot,
atau ekstrem-misalnya, pertumbuhan pendapatan perusahaan mungkin menjadi subyek
artikel media sensasional. Kemudian, investor bereaksi berlebihan terhadap bukti,
merevisi keyakinannya bahwa perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan yang
tumbuh lebih dari yang ditentukan oleh teorema Bayes. Akibatnya, individu tersebut
mengambil bukti beberapa tahun pertumbuhan pendapatan sebagai perwakilan dari
perusahaan yang tumbuh, mengabaikan fakta bahwa kemungkinan besar pendapatan akan
kembali normal di masa depan. Jika cukup banyak investor bersikap seperti ini, harga
saham akan bereaksi berlebihan terhadap pertumbuhan pendapatan yang dilaporkan.

Namun atribut lain dari banyak individu adalah bias pengaitan diri, dimana individu
merasa bahwa hasil keputusan yang baik disebabkan oleh kemampuan mereka,
sedangkan hasil buruk disebabkan oleh realisasi keadaan alam yang tidak
menguntungkan, karena itu bukan kesalahan mereka. Anggaplah bahwa setelah keputusan
investor yang terlalu percaya diri untuk membeli saham perusahaan, harga sahamnya naik
(untuk alasan apapun). Kemudian, kepercayaan investor terhadap kemampuan
investasinya meningkat. Jika harga saham turun, keyakinan akan kemampuan tidak akan
turun. Jika cukup banyak investor bersikap seperti ini, momentum harga saham bisa
berkembang. Artinya, penguatan kepercayaan menyusul kenaikan harga saham
menyebabkan pembelian saham lebih banyak, dan harga saham naik lebih jauh.
Keyakinan kembali diperkuat, dan prosesnya memakan dirinya sendiri; Artinya, itu
mendapatkan momentum. Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (1998)
mengemukakan sebuah model dimana momentum trading berkembang ketika investor
terlalu percaya diri dan atribusi diri bias. Daniel dan Titman (1999), dalam sebuah studi
empiris, melaporkan bahwa selama periode 1968-1997 sebuah strategi untuk membeli
portofolio saham dengan momentum tinggi dan momentum short-selling low-momentum
menghasilkan tingkat abnormal yang tinggi dan terus-menerus (yaitu lebih tinggi dari
pada kembali dari kepemilikan portofolio pasar), konsisten dengan kepercayaan terlalu
tinggi dan argumen momentum. Berbagai karakteristik perilaku ini, tentu saja, tidak
sesuai dengan efisiensi pasar sekuritas dan teori keputusan rasional yang mendasarinya.
Misalnya, menurut CAPM, tingkat pengembalian yang lebih tinggi hanya bisa didapat
jika risiko beta lebih tinggi ditanggung. Namun Daniel dan Titman melaporkan bahwa
risiko beta rata-rata portofolio momentum mereka kurang dari portofolio pasar.

Motivasi penalaran adalah karakteristik perilaku yang agak berbeda. Di sini, individu
menerima informasi nilai nominal yang sesuai dengan preferensi mereka (mis., Kabar
baik). Namun, jika informasinya tidak sesuai dengan preferensi mereka (BN), hal itu
diterima dengan skeptis, dan individu tersebut berusaha mendiskreditkannya.

Motivasi penalaran diuji dalam sebuah studi eksperimental oleh Hales (2007),
menggunakan 60 mahasiswa MBA sebagai subyek. Setiap subjek diberi informasi yang
sama tentang sebuah perusahaan hipotetis, termasuk penghasilan masa lalu dan beberapa
laporan berita. Dengan cara ini, semua subjek memiliki informasi sebelumnya tentang
kinerja perusahaan di masa depan. Mereka kemudian secara acak ditugaskan ke posisi
panjang atau pendek di saham perusahaan. Dengan demikian, mereka yang memiliki
posisi panjang berdiri untuk mendapatkan dari ON dan kalah dari BN, dan sebaliknya.

Subjek juga diberi perkiraan analis mengenai pendapatan masa depan. Beberapa subjek
menerima ON (yaitu, prediksi pendapatan tinggi) dan beberapa menerima BN. Subyek
kemudian diminta memberikan prediksi sendiri tentang penghasilan masa depan. Mereka
termotivasi untuk memprediksi secara akurat dengan cara imbalan kecil yang meningkat
seiring kesalahan perkiraan mereka menurun.

Teori penalaran termotivasi memprediksi bahwa subjek dengan posisi panjang yang
menerima perkiraan BN akan skeptis, dan perkiraannya sendiri akan lebih tinggi dari para
analis. Pada informasi, bagaimanapun, akan diterima pada nilai nominal, sehingga
perkiraan analis dan subjek harus serupa. Juga, penyebaran prakiraan oleh subyek yang
menerima BN harus relatif tinggi, karena individu akan berbeda dalam ikatan mereka.
Skeptisisme tentang kemampuan dan kualitas analis. Subjek yang menerima ON harus
menunjukkan dispersi perkiraan kurang, karena mereka tidak cenderung skeptis. Hales
melaporkan hasil konsisten dengan ramalan penalaran termotivasi.

Penelitian Hales diperluas oleh Han dan Tan (2010). Mereka menganggap ramalan
pendapatan manajer daripada perkiraan analis, dan mencatat bahwa prakiraan manajer
sering terjadi - dalam bentuk atau rentang pendapatan daripada perkiraan titik tunggal.
Menggambar pada teori perilaku, penulis berpendapat bahwa rentang perkiraan dianggap
oleh investor sebagai lebih samar dan tidak pasti daripada perkiraan titik. Dengan
demikian mereka memperkirakan bahwa efek penalaran termotivasi akan lebih kuat
(yaitu, lebih skeptis) ketika perkiraan berada dalam bentuk rentang daripada satu poin.
Artinya, ketika investor memegang posisi panjang dalam saham perusahaan, perkiraan
penghasilannya sendiri akan lebih tinggi setelah menerima perkiraan tingkat manajer
daripada perkiraan titik, dan sebaliknya untuk posisi short.
Teori Prospek
Expected utility theory (EUT) sudah mendominasi analisis pengambilan keputusan dalam
kondisi ketidakpastian (berrisiko).Bahkan teori ini sudah diterima sebagai pedoman
normatif dalam pemilihan yang rasional.

Kahneman dan Tversky (1979) menyajikan bukti empiris terjadinya pelanggaran aksioma
EUT (Expected Utility Theory). Berdasarkan aksioma EUT, dalam kondisi
ketidakpastian, orang akan memilih pilihan yang menghasilkan expected utility terbesar.
Mereka menamainya teori prospek (prospect theory).

Gambar 6.1 menunjukkan fungsi utilitas investor khas di bawah teori prospek

Teori prospek juga mengasumsikan bahwa ketika menghitung nilai yang diharapkan dari
prospek, individu berat probabilitas mereka. pembobotan ini merupakan percabangan
dari terlalu percaya diri. Dengan demikian, bukti (misalnya, GN) bahwa negara
(misalnya, kekuatan produktif yang tinggi) yang mungkin terjadi akan underweighted,
terutama jika bukti yang abstrak, statistik, dan sangat relevan. Akibatnya, dengan
underweighting bukti bahwa negara yang mungkin terjadi, probabilitas diagonal utama
dari sistem informasi yang dirasakan oleh investor terlalu percaya sebagai lebih rendah
daripada yang sebenarnya. Akibatnya, probabilitas posterior individu negara juga terlalu
rendah. Namun, orang cenderung kelebihan berat badan yang menonjol, anekdot, dan
ekstrim bukti (misalnya, sebuah artikel media yang mengklaim bahwa saham adalah
untuk mengambil off), meskipun realisasi negara tersebut adalah peristiwa langka.

Teori prospek adalah teori yang menjelaskan bagaimana seseorang mengambil keputusan
dalam kondisi tidak pasti. Substansi teori prospek adalah proses pembuatan keputusan
individual yang berlawanan dengan pembentukan harga yang biasa terjadi di ilmu
ekonomi.

Teori prospek sebenarnya sangat sederhana. Dimulai dengan penelitian Kahneman dan
Tversky terhadap prilaku manusia yang dianggap aneh dan kontradiktif dalam mengambil
suatu keputusan. Subyek penelitian yang sama diberikan pilihan yang sama namun
diformulasikan secara berbeda, dan mereka menunjukkan dua prilaku yang berbeda. Ini
oleh Kahneman dan Tversky disebut sebagai risk-aversion dan risk-seeking behavior.
Contoh yang mereka kemukakan adalah seperti ini : orang akan mau menelusuri hampir
seluruh toko yang ada pada sebuah kota agar memperoleh $5 lebih murah untuk sebuah
kalkulator seharga $15, tetapi mereka tidak akan melakukannya agar memperoleh $5
lebih murah untuk jaket seharga $125.

Hal yang sangat penting dari studi Kahneman dan Tversky adalah eksperimen mereka
yang menunjukkan bahwa sikap tentang resiko menghadapi keuntungan (gain) akan
sangat berbeda dengan sikap tentang resiko menghadapi kerugian. Contoh yang
dikemukakannya sbb.: sekelompok orang pada saat dihadapkan pada pilihan untuk pasti
mendapatkan uang $1.000 atau kurang-lebih 50 persen dari kemungkinan mendapatkan
uang $2,500, ternyata orang akan lebih memilih yang pasti yaitu sebsar $1.000. Ini adalah
contoh dari prilaku risk-aversion. Akan tetapi, kelompok orang yang sama, jika
kepadanya diberikan pilihan untuk pasti rugi sebesar $1.000 atau kurang-lebih 50 persen
kemungkinan tidak akan rugi, maka mereka akan cenderung memilih pilihan yang lebih
beresiko. Ini adalah contoh risk-seeking.

Secara singkat dapat dikatakan teori prospek menunjukkan, bahwa orang akan
memiliki kecenderungan irasional untuk lebih enggan mempertaruhkan keuntungan
(gain) daripada kerugian (loss). Dalam kondisi rugi, seseorang akan cenderung lebih
nekat menanggung resiko dibandingkan pada kondisi berhasil. Seseorang akan merasakan
seolah-olah nilai kekalahan sejumlah uang tertentu dalam suatu taruhan lebih
menyakitkan daripada nilai kemenangan dari sejumlah uang yang sama, sehingga dalam
situasi rugi orang lebih nekat untuk menanggung resiko.
Teori prospek berbeda dengan teori utility dalam hal-hal penting berikut ini :
pertama, teori prospek menggantikan utility dengan nilai (value), dimana utility biasanya
diartikan sebagai net wealth, sedangkan nilai (value) diartikan sebagai untung atau rugi.
Kedua, nilai dari kerugian secara relatif adalah tidak sama dengan nilai dari keuntungan.
Misalnya, orang akan merasa lebih sakit jika rugi Rp.100.000,- dibandingkan dengan
kegembiraan yang diperoleh saat mendapatkan keuntungan Rp100.000,-. Dalam bahasa
Kahneman dan Tversky : orang akan cenderung risk-aversion pada saat menghadapi
keuntungan dan risk-seeking pada saat menghadapi kerugian.
Teori prospek ini dapat dipakai untuk memotret banyak sekali fenomena prilaku
manusia di berbagai bidang kehidupan, khususnya pada proses pengambilan keputusan
yang kadangkala tidak masuk akal. Teori ini dipakai untuk mengukur (melakukan
measurement perspective) terhadap prilaku orang atau organisasi dalam mengambil
keputusan, untuk melihat dengan kacamata yang lebih jernih apakah orang atau
organisasi tersebut berprilaku risk-aversion atau risk-seeking, dan apa pula yang
melatarbelakangi keputusannya itu.

Pendekatan proses pengambilan keputusan secara rasional sangat sulit dilakukan


karena pada kenyataannya manajer dalam dunia nyata dituntut untuk melakukan
pengambilan keputusan yang cepat, sehingga dalam pengambilan keputusan manajer
akan terbatasi oleh waktu, faktor internal dan eksternal serta sifat alamiah suatu
permasalahan yang tidak memungkinkan untuk dilakukannya suatu analisa menyeluruh
terhadap permasalahan tersebut. Hal ini menjadikan pengambilan keputusan secara
rasional menjadi terbatasi (bounded rationality perspective). Pengambilan keputusan
menggunakan pendekatan ini umumnya lebih menekankan pada aspek intuisi,
pengalaman dan penilaian (judgement) dibandingkan dengan langkah-langkah logis.
Intuisi tidak selalu bersifat irasional, karena intuisi didasarkan atas pengalaman bertahun-
tahun dari seorang manajer terhadap pekerjaannya yang telah tersimpan di alam bawah
sadarnya. Intuisi akan menghasilkan keberanian serta firasat mengenai alternatif
keputusan mana yang diperkirakan dapat memecahkan permasalahan, sehingga intuisi
akan mempersingkat waktu dalam pengambilan keputusan.

Sifat rasional di sini diartikan sebagai ciri dari tindakan yang Memperhitungkan untung-
rugi,

Mementingkan keuntungan diri sendiri (self-interest), dan Memberikan hasil yang


sebesar-besarnya dengan pengorbanan yang sekecil-kecilnya

Apakah Beta Mati?

Beta adalah pengukur volatilitas return suatu sekuritas terhadap return pasar. Beta
menggambarkan besarnya perubahan harga suatu saham tertentu dibandingkan dengan
perubahan harga pasar.

Beta pasar diestimasi dengan menggunakan return historis sekuritas dan pasar, misalnya
200 hari untuk return harian. Beta pasar dapat diestimasi dengan CAPM. Beta merupakan
konsep yang penting dalam akuntansi keuangan karena beta merupakan pengukur risiko
sistematis suatu sekuritas terhadap risiko pasar. Risiko sistematis adalah risiko yang tidak
dapat didiversifikasi melalui portofolio. Risiko ini menggambarkan faktor ekonomi
secara keseluruhan yang mempengaruhi semua sekuritas yang ada.

Apabila fluktuasi return suatu sekuritas mengikuti fluktuasi return pasar, maka beta
sekuritas tersebut bernilai 1. Beta bernilai 1 berarti bahwa risiko sistematis suatu saham
sama dengan risiko pasar.

Fama dan French, meneliti pasar modal USA untuk periode 1963-1990, menemukan
bahwa beta memiliki sedikit kemampuan untuk menjelaskan keuntungan sekuritas.
Mereka menemukan bahwa book-to-market ratio dan ukuran perusahaan (firm size) lebih
signifikan menjelaskan keuntungan sekuritas.

Daripada melihat beta, lebih baik melihat book-to-market ratio dan ukuran perusahaan
sebagai ukuran risiko. Risiko akan meningkat dengan meningkatkanya book-to-marke
ratio dan menurun dengan semakin besarnya ukuran perusahaan. Hasil penelitian Fama
dan French ini menjadikan beta mati.

Kelebihan Volatilitas Pasar Saham

Shiller (1981), yang menemukan bahwa variabilitas indeks pasar saham adalah
beberapa kali lebih besar dari variabilitas dividen agregat. Shiller ditafsirkan hasil ini
sebagai bukti inefisiensi pasar.
Selanjutnya, Ackert dan Smith (1993) menunjukkan bahwa sementara dividen masa
depan yang diharapkan adalah penentu fundamental nilai perusahaan, mereka harus
didefinisikan secara luas untuk mencakup semua distribusi kas kepada pemegang saham,
seperti pembelian kembali saham dan distribusi berikut pengambilalihan, serta dividen
biasa . Dalam sebuah studi yang meliputi tahun 1950-1991, Ackert dan Smith
menunjukkan bahwa ketika barang-barang tambahan yang disertakan, volatilitas
kelebihan menghilang.

Namun, meskipun Ackert dan hasil Smith, ada alasan mengapa kelebihan volatilitas
mungkin ada. Salah satu alasan, konsisten dengan efisiensi, berasal dari non-stasioneritas,
seperti diuraikan dalam bagian sebelumnya. Alasan lain berasal dari faktor perilaku.
Model momentum Daniel, Hirshleifer, dan Subrahmanyam (1998) menyiratkan volatilitas
pasar kelebihan sebagai harga saham overshoot dan kemudian jatuh kembali. Argumen
yang berbeda dibuat dengan DeLong, Shleifer, Summers, dan Waldmann (1990). Mereka
menganggap pasar modal dengan kedua investor umpan balik yang rasional dan positif.
investor umpan balik positif adalah mereka yang membeli di saat harga saham mulai
meningkat, dan sebaliknya. Salah satu mungkin berharap bahwa investor yang rasional
maka akan menjual pendek, mengantisipasi penurunan harga saham yang akan mengikuti
kenaikan air harga disebabkan oleh pembelian umpan balik positif. Namun, penulis
berpendapat bahwa investor yang rasional akan bukannya melompat pada kereta musik,
untuk mengambil keuntungan dari harga run-up saat itu berlangsung. Akibatnya, ada
kelebihan volatilitas di pasar.
Singkatnya, tampaknya bahwa pertanyaan dari volatilitas pasar kelebihan dibesarkan
oleh Shiller adalah belum terselesaikan. Hasil Ackert dan Smith menyarankan itu tidak
ada jika dividen didefinisikan secara luas. Bahkan jika volatilitas kelebihan tidak ada, itu
mungkin dapat dijelaskan dengan model rasional berdasarkan non-stasioneritas. Atau,
volatilitas mungkin didorong oleh faktor perilaku, konsisten dengan efisiensi pasar.

Gelembung Pasar Saham

Gelembung pasar saham, dimana harga saham naik jauh di atas nilai-nilai rasional,
mewakili kasus ekstrim volatilitas pasar. Shiller (2001) menyelidiki perilaku gelembung
dengan referensi khusus untuk lonjakan harga saham perusahaan teknologi di Amerika
Serikat pada tahun-tahun menjelang 2001. Bubbles, menurut Shiller, berasal dari
kombinasi bias diri atribusi dan momentum yang dihasilkan, perdagangan umpan balik
positif, dan untuk kawanan perilaku diperkuat oleh prediksi media yang optimis pasar
ahli. alasan-alasan ini mendasari terkenal kegembiraan irasional komentar pada pasar
saham dalam pidato 1996 Ketua Dewan federal Reserve Greenspan.
Shiller berpendapat bahwa perilaku gelembung dapat terus selama beberapa waktu,
dan bahwa sulit untuk memprediksi kapan akan berakhir. Akhirnya, bagaimanapun, itu
akan meledak karena tumbuh keyakinan, katakanlah, akan datang resesi atau
meningkatkan inflasi.

Auditor Legal Liability (Kewajiban Hukum Auditor )

Akuntan menghadapi risiko tuntutan hukum yang lebih besar apabila aktiva tetap
dinyatakan terlalu tinggi dibandingkan apabila aktiva tetap dinyatakan terlalu rendah. Hal
ini sesuai dengan prinsip konservatisme. Pengungkapan terhadap risiko (value at risk)
juga berorientasi pada pengukuran pendekatan. Dalam hal ini, perusahaan (bukan
investor) menyiapkan penilaian tentang risiko karena perusahaan lebih mengerti risiko
yang mereka hadapi daripada investor. Pengungkapan risiko ini memiliki potensi yang
besar dalam decision usefulness.

Akuntan dapat memproteksi diri dengan penggunaan pendekatan pengukuran dengan


mengadopsi fair value seperti mark-to-market. Akuntan dapat secara eksplisit menjawab
tuntutan hukum masyarakat dengan mengatakan bahwa laporan keuangan telah
mengantisipasi perubahan nilai instrumen keuangan apakah akan mengarah ke
kelangsungan hidup atau ke kebangkrutan. Dalam hal ini estimasi dan judgment banyak
digunakan. Karena itu, akuntan dapat mengadopsi fair value hanya apabila dengan
pengukuran tersebut reliabilitas informasi keuangan tidak berkurang.

PERSPEKTIF PENGUKURAN

KONSEP PERSPEKTIF PENGUKURAN

Perspektif pengukuran (measurement perspective) pada pelaporan keuangan adalah suatu


pendekatan yang menuntut akuntan untuk melaksanakan tanggungjawab umtuk
memasukkan nilai wajar dengan reliabilitas yang masih rasional, atau dengan kata lain
perspektif pengukuran digunakan untuk memprediksi kinerja masa depan perusahaan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan relevansi laporan keuangan, tetapi jangan
meninggalkan reliabilitasnya dalam rangka membantu investor mengambil keputusan.

Measurement perspective dapat meningkatkan earnings quality dengan semakin


relevannya informasi akuntansi. Apabila informasi akuntansi semakin relevan, maka
reaksi investor terhadap informasi tersebut akan semakin besar. Namun demikian,
measurement perspective juga dibatasi oleh reliabilitas. Metode fair value yang dapat
dimasukkan dalam laporan keuangan pokok adalah metode yang tidak mengakibatkan
menurunnya reliabilitas laporan keuangan tersebut.

Measurement perspective berusaha untuk meningkatkan relevansi informasi akuntansi.


Akuntan mengambil tanggungjawab untuk membantu investor dengan cara menggunakan
pengukuran fair value terhadap laporan keuangan pokok. Akan tetapi, sesuai dengan
SFAC 2 menyatakan bahwa ada dua kualitas informasi pokok, yaitu relevansi dan
reliabilitas, yang harus dijaga keseimbangannya. Apabila hanya memperhatikan relevansi,
maka reliabilitas akan berkurang dan menyebabkan laporan keuangan tidak bisa diaudit.
Akuntan publik yang merupakan ujung tombak profesi akuntansi tidak lagi bisa berjalan
karena laporan keuangan tidak bisa diaudit. Karena itu, batasan measurement perspective
adalah berusaha untuk menggunakan pengukuran yang berorientasi pada fair value
terhadap laporan keuangan pokok asalkan kualitas reliabilitas laporan keuangan pokok
tersebut tidak berkurang.

Measurement perspective bukan untuk mengganti historical cost. Apabila suatu


measurement tidak reliabel, maka tetap menggunakan historical cost.

Namun demikian, tidak mudah menggunakan fair value tanpa mengurangi reliabilitas.
Batasannya adalah, kita menggunakan fair value untuk meningkatkan relevansi selama
reliabilitas tidak terganggu.

Mengapa? Unsur reliabilitas menjadi dasar untuk pelaksanaan audit oleh akuntan publik.
Akuntan publik adalah gambaran pokok akuntansi dan menjadi ujung tombak akuntansi.
Akuntan publik jangan ditempatkan pada posisi yang berisiko karena dituntut.
ALASAN PERSPEKTIF PENGUKURAN DIGUNAKAN DALAM LAPORAN
KEUANGAN

Mengapa measurement perspective mengusulkan untuk memasukkan informasi yang


bernilai lebih relevan (more value-relevant information) dalam laporan keuangan pokok,
padahal teori pasar modal efisien berimplikasi bahwa catatan kaki dan pengungkapan lain
sudah cukup?

Berdasarkan information perspective, historical cost digunakan sebagai basis akuntansi


dan mengandalkan pengungkapan penuh untuk meningkatkan manfaat informasi
akuntansi bagi investor. Bentuk pengungkapan tidak penting, yang penting adalah bahwa
diasumsikan banyak rational investor dan informed investor yang bereaksi cepat terhadap
informasi akuntansi. Riset empiris tentang efisiensi pasar modal telah mengkonfirmasi
bahwa setidaknya informasi laba bermanfaat bagi pasar.

Akan tetapi, ada berbagai pertanyaan berkaitan dengan information pespective, seperti (1)
laba hanya direaksi oleh pasar sebesar 2% - 5%, (2) pasar modal mungkin tidak seefisien
yang diduga, dan (3) tuntutan tanggungjawab hukum oleh masyarakat terhadap akuntan
meningkat. Ketiga alasan tersebut mendasari adanya kemungkinan bahwa measurement
perspective dapat meningkatkan relevansi informasi akuntansi tanpa mengabaikan
reliabilitas informasi akuntansi tersebut.

Dari sisi riset empiris, informasi laba hanya mampu menjelaskan sangat kecil tentang
harga sekuritas. Lev (1989) menemukan bahwa respon pasar terhadap berita baik atau
berita buruk tentang earnings sangat kecil. Variabilitas keuntungan abnormal dalam
narrow window hanya 2% sampai 5% yang dijelaskan oleh informasi earnings, sisanya
diakibatkan oleh faktor lain selain perubahan earnings.

Menurut Lev, rendahnya respon pasar terhadap earnings disebabkan oleh earnings quality
yang rendah. Collins, Kothari, Shanken, dan Sloan (1994) menyatakan bahwa rendahnya
reaksi pasar terhadap informasi laba disebabkan oleh keterlambatan historical cost; yaitu
historical cost menunggu terlalu lama untuk mengakui suatu kejadian yang relevan. Hal
ini menuntut perlunya perbaikan earnings quality dengan pengenalan perspektif
pengukuran terhadap laporan keuangan.

Dari sisi teori pasar modal efisien, pasar modal mungkin tidak efisien seperti dalam teori
efisiensi pasar modal. Investor memerlukan bantuan bagaimana implikasi informasi
akuntansi terhadap prediksi keuntungan masa depan.

Hal ini diperkuat oleh Ohlsons clean surplus theory yang menekankan bahwa peran
utama laporan keuangan adalah dalam penentuan nilai perusahaan, bukan perspektif
informasi di mana laporan keuangan sebagai salah satu sumber informasi. Teori ini
menuntut ke arah perspektif pengukuran. Dari sisi praktis, dengan meningkatnya tuntutan
terhadap tanggungjawab hukum, auditor dituntut untuk menggunakan nilai wajar dalam
laporan keuangan. Tuntutan ini muncul karena kenyataan gagalnya perusahaan-
perusahaan besar, khususnya lembaga keuangan.

Sebagai contoh, Resolution Trust serta Federal Deposit Insurance menuntut Deloitte and
Touche karena memberikan clean opion terhadap perusahaan pinjaman dan tabungan
yang insolvent. Kasus terbaru adalah kasus Enron dan World.com. Salah satu cara bagi
akuntan untuk memproteksi diri dari tuntutan hukum adalah dengan mengadopsi
perspektif pengukuran, menggunakan nilai wajar, dalam laporan keuangan.

ANOMALI PASAR MODAL (SEKURITAS) EFISIEN

Teori Efisiensi Pasar Modal

Teori efisiensi pasar modal menyatakan bahwa harga sekuritas akan bereaksi cepat
terhadap informasi baru. Konsekuensinya, apabila harga tidak bereaksi cepat terhadap
informasi baru tetapi membutuhkan waktu lebih lama, maka keuntungan abnormal dapat
terjadi.

Dalam hal ini investor tidak berprilaku sesuai dengan teori efisiensi pasar modal. Investor
yang tidak berprilaku sesuai dengan teori efisiensi pasar modal disebut anomali pasar
modal efisien. Terdapat Berbagai anomali pasar modal efisien, yatu:

a) Teori prospek

b) Post-Announcement Drift

c) Rasio Keuangan

d) Akrual

a. Teori Prospek (Prospect Theory) (Kahneman dan Tversky,1979):

Investor akan risk averse berkaitan dengan keuntungan dan risk taking berkaitan dengan
kerugian. Penilaian terpisah antara prospek keuntungan dan kerugian menunjukkan
perilaku yang irrasional.

Apabila nilai investasi mulai meningkat, tingkat utilitas investor menurun dan investor
berperilaku risk averse. Dalam menghadapi berita baik, investor memiliki probabilitas
rendah akan semakin baiknya harga atau probabilitas tinggi harga akan semakin menurun
karenanya investor merealisasi keuntungan. Dalam hal ini investor menghindari risiko.
Apabila nilai investasi mulai menurun, tingkat utilitas investor meningkat dan investor
berperilaku risk taking. Dalam menghadapi berita buruk, investor menahan sekuritas dan
tidak mau merealisasi kerugian, bahkan membeli lebih banyak saham yang menurun
karena investor memiliki probabilitas tinggi akan membaiknya sekuritas. Dalam hal ini
investor menambah risiko.

b. Post-Announcement Drift:

Sekali laba perusahaan diketahui, kandungan informasi tersebut seharusnya digunakan


oleh investor sesuai dengan teori efisiensi pasar modal. Namun, telah diketahui lama
bahwa hal ini tidak terjadi seperti itu.

Bagi perusahaan yang melaporkan berita baik pada laporan kuartalan, keuntungan
abnormalnya cenderung tertunda (drift) hingga pada sekitar 60 hari setelah pengumuman.
Begitu juga bagi perusahaan dengan pengumuman berita buruk, keuntungan abnormalnya
cenderung juga tertunda sekitar 60 hari kemudian.

Fenomena ini merupakan suatu anomali pasar modal efisien yang disebut dengan istilah
post-announcement drift. Fenomena merupakan tantangan serius dan penting dalam pasar
modal efisien.

c. Rasio Keuangan:

1. Berdasarkan teori pasar modal efisien, strategi investasi seharusnya didasarkan pada
informasi yang tersedia bagi investor, yaitu informasi tentang rasio keuangan.

2. Rasio keuangan seharusnya terkait dengan harga sekuritas. Karena itu, harga
sekuritas sudah merefleksikan informasi rasio keuangan.

3. Namun demikian, Ou dan Penman (1989) menemukan bukti bahwa rasio keuangan
tidak segera digunakan oleh investor dan tidak segera terrefleksi dalam harga sekuritas.
Hal ini merupakan suatu anomali pasar modal efisien.

Accrual:

1. Teori pasar modal efisien menyatakan bahwa seharusnya pasar bereaksi lebih kuat
terhadap berita baik tentang arus kas aktivitas operasi daripada berita baik tentang
accrual.

2. Hal ini diyakini karena arus kas dari aktivitas operasi lebih mungkin terulang
kembali periode yang akan datang dibandingkan dengan accrual.
Akan tetapi, Sloan (1996) menemukan bukti bahwa pasar bereaksi lebih kuat terhadap
accrual daripada terhadap arus kas dari aktivitas operasi. Temuan ini menambah panjang
adanya anomali pasar modal efisien.

Implikasi Pasar Efisien Terhadap Pelaporan Keuangan

Implikasi pasar modal efisien menurut Beaver:

1. Perubahan dari satu metoda akuntansi ke yang lain. Manajer tidak seharusnya perlu
direpotkan dengan kebijakan akuntansi mana yang akan digunakan, kecuali kebijakan
akuntansi tersebut memiliki pengaruh langsung terhadap arus kas. Banyak alternatif
kebijakan akuntansi yang diperdebatkan yang sebenarnya sepanjang :

Tidak memiliki efek terhadap aliran kas,

Kebijakan akuntansi tersebut dan cara perubahan ke metoda yang lain diungkap,

Info yang memadai diungkap,

maka harga saham tidak akan berubah.Konsekuensinya: Pelaporan Keuangan harus berisi
penjelasan tentang kebijakan akuntansi yang digunakan.

Efisiensi Securities Market berjalan bersamaan dengan pengungkapan penuh. Perusahaan


harus mengungkapkan informasi sebanyak mungkin. Jika managemen memiliki info
relevan dan bisa diungkapkan dengan biaya yang rendah, maka managemen harus
mengungkapkan dengan segera. Hal ini dikarenakan, semua informasi yang tersedia dan
relevan untuk memperbaiki prediksi digunakan oleh investor, selain itu semakin banyak
info yang dipublikasi maka akan semakin banyak yang tersedia di pasar tentang
perusahaan tersebut. Pasar modal efisien tidak mementingkan bentuk pengungkapan
melainkan kandungan informasinya. Selain itu, pasar modal efisien lebih mengutamakan
media pengungkapan yang cost-effective.

Perusahaan tidak perlu terlalu memperhatikan investor yang naif (sering disebut investor
yang price-protected) pada waktu menentukan kebijakan dan format pengungkapan,
karena jika ada cukup banyak investor yang memahami informasi yang telah
diungkapkan, maka itu sudah cukup menjamin bahwa harga pasar sebuah sahamtelah
sama dengan jika seluruh investor memahaminya.

C. ASIMETRIS INFORMASI
1. Konsep Asimetri Informasi

Seorang partisipan di pasar akan mengetahui sesuatu tentang sebuah aset yang
diperdagangkan yang tidak diketahui oleh partisipan lain. Dua jenis asimetri informasi:

1. Adverse selection

2. Moral hazard Disusun

Dengan Penjelasan sebagai berikut:

Adverse selection

yaitu salah satu ketidaksamaan informasi di mana seorang atau sekelompokorang


memperoleh keuntungan atau manfaat lebih dari informasi dibanding yang lain.

Moral hazard

yaitu salah satu ketidaksamaan informasi di mana seseorang dapat memperoleh


keuntungan dari transakasi yang dilakukan. Salah satu alasan mengapa informasi asimetri
berperan penting dalam teori akuntansi bahwa pasar sekuritas adalah subjek pada
permasalahan informasi asimetri.

Salah satu alasan mengapa informasi asimetri berperan penting dalam teori
akuntansi bahwa pasar sekuritas adalah subjek pada permasalahan informasi asimetri.

FINANCIAL INSTRUMENTS

Instrumen keuangan (financial instrument) adalah kontrak yang mengakibatkan


timbulnya asset keuangan bagi satu entitas dan kewajiban keuangan atau instrument
ekuitas bagi entesintas lainnya.

Asset keuangan (financial asset) adalah asset berupa:

Kas

kas yaitu aktiva yang paling likuid, merupakan media pertukaran standar dan dasar
pengukuran serta akuntansi untuk semua pos-pos lainnya. Pada umumnya, kas
diklasifikasikan sebagai aktiva lancar. Kas terdiri dari uang logam, uang kertas, dan dana
yang tersedia pada deposito bank. Instrumen yang dapat dinegosiasi seperti pos wesel
(money order), cek yang disahkan (certified check), cek kasir (cashier check), cek
pribadi, dan wesel bank (bank draft) juga dipandang sebagai kas.

Instrumen ekuitas entitas lain

Hak kontraktual :

untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya dari entitas lain

untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan dengan entitas lain yang
persyaratan/kondisinya mungkin menguntungkan bagi entitas sendiri

kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan
merupakan :

instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas itu untuk
menerima instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variable

instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas
atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas sendiri
dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup
instrumen yang berupa kontrak untuk menerima dan menyerahkan instrumen ekuitas
entitas sendiri di masa depan; instrumen ekuitas entitas sendiri juga tidak mencakup
instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable
financial instrument).

Kewajiban keuangan (financial liability) mencakup:

kewajiban kontraktual:

untuk menyerahkan kas atau asset keuangan lainnya kepada entitas lain; atau

untuk menukarkan asset keuangan atau kewajiban keuangan yang persyaratan/kondisinya


mungkin menguntungkan bagi perusahaan; atau

kontrak yang akan atau bisa diselesaikan dalam instrumen ekuitas entitas sendiri dan
berupa:

instrumen non-derivatif yang mewajibkan atau mungkin mewajibkan entitas untuk


menyerahkan instrumen ekuitas entitas sendiri dalam jumlah variabel atau

instrumen derivatif yang akan atau mungkin diselesaikan selain melalui pertukaran kas
atau asset keuangan lainnya dalam jumlah tetap dengan instrumen ekuitas entitas sendiri
dalam jumlah tetap. Untuk maksud ini, instrumen ekuitas entitas sendiri tidak mencakup
instrumen keuangan yang dapat dijual dengan harga tertentu di masa depan (puttable
financial instrument).

Contoh instrumen keuangan yang termasuk dalam cakupan IAS 32 dan 39:

kas

giro dan deposito

commercial paper

utang dan piutang usaha, wesel, dan pinjaman

sekuritas utang dan ekuitas, baik dari perspektif pemegang maupun penerbitnya.
Kategori ini mencakup investasi dalam perusahaan anak, perusahaan assosiasi,
dan usaha patungan.

sekuritas yang dijamin dengan asset, seperti kewajiban hipotik dengan jaminan,
kesepakatan pembelian kembali, dan securitised packages of receivables

derivatif, yang mencakup opsi, right, waran, kontrak berjangka, kontrak forward,
dan swap

Longer-Run Changes to Fair Value Accounting (perubahan jangka panjang untuk


akuntansi nilai wajar)

INVESTASI DALAM SEKURITAS HUTANG


Sekuritas hutang adalah instrument yang menunjukkan hubungan kreditor dengan suatu
perusahaan. Investasi dalam sekuritas hutang dikelompokkan menjadi tiga kategori
terpisah untuk tujuan akuntansi dan pelaporan.

1. Dimiliki sampai jatuh tempo (held to maturity) : sekuritas hutang yang menurut
maksud dan kemampuan perusahaan akan dimiliki sampai jatuh tempo.
2. Perdagangan (trading) sekuritas yang dibeli dan dimiliki terutama untuk dijual dalam
waktu dekat untuk menghasilkan laba atas selisih harga jangka pendek
3. Tersedia untuk dijual (available for sale) : sekuritas hutang yang tidak diklasifikasikann
sebagai sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo atau perdagangan.

Sekuritas yang Dimiliki Sampai Jatuh Tempo


Hanya sekuritas hutang yang dapat diklasifikasikan sebagai sekuritas yang dimiliki
sampai jatuh tempo, karena sekuritas ekuitas menurut devinisinya tidak memiliki jatuh
tempo.
Sekuritas hutang hutang harus diklasifikasikan sebagai dimiliki sampai jatuh tempo
hanya jika entitas melaporkan mempunyai niat positif dan kemampuan untuk memiliki
sekuritas itu sampai jatuh tempo. Sekuritas yang dimiliki sampai jatuh tempo
dipertanggungjawabkan sebesar biaya yang diamortisasi.

Sekuritas yang Tersedia Untuk Dijual


Investasi dalam sekuritas hutang yang termasuk dalam kategori tersedia untuk dijual
dilaporkan sebesar nilai wajar. Perubahan nilai wajar tidak dilaporkan sebagai bagian dari
laba bersih sampai sekuritas itu dijual.

Sekuritas Perdagangan
Sekuritas perdagangan (trading securities) dimiliki dengan maksud akan dijual dalam
periode waktu yang singkat. Sekuritas perdagangan digunakan untuk menghasilkan laba
dari selisih harga jangka pendek. Periode kepemilikan sekuritas ini biasanya kurang dari
3 bulan dan mungkin sering diukur dalam hitungan hari atau jam. Sekuritas ini dilaporkan
pada nilai wajar, dengan keuntungan dan kerugian kepemilikan yang belum direalisasi
dilaporkan sebagai bagian dari laba bersih. Setiap diskonto atau premi tidak diamortisasi.
Keuntungan atau kerugian kepemilikan adalah perubahan bersih dalam nilai wajar
sekuritas dari satu periode ke periode lainnya, tidak termasuk pendapatan dividen atau
bunga yang telah diakui tetapi belum diterima.

Berikut tabel yang mengikhtisarkan klasifikasi instrumen keuangan dan contoh instrumen
keuangan sesuai dengan kategorinya.

Kategori Karakteristik Contoh

Aset Keuangan

1. Aset keuangan 1. Aset keuangan baik yang dimiliki 1. Aset derivatif dan investasi
yang diukur pada untuk diperdagangkan (misalnya untuk dalam instrumen utang
nilai wajar melalui dijual dalam waktu dekat pada masa dan ekuitas yang dimiliki
laporan laba rugi mendatang) atau pada saat pengakuan dalam portofolio
awal telah ditetapkan oleh entitas untuk diperdagangkan.
diukur pada nilai wajar melalui laba rugi.

2. Aset keuangan dengan pembayaran


2. Investasi dalam instrumen
2. Investasi yang tetap atau telah ditentukan dan jatuh utang yang mempunyai kuotasi
dimiliki hingga temponya telah ditetapkan serta entitas
mempunyai intensi positif dan harga di mana entitas memiliki
jatuh tempo niat dan mampu memiliki
kemampuan untuk memiliki aset hingga jatuh tempo.
keuangan tersebut hingga jatuh tempo.

3. Aset keuangan dengan pembayaran


3. Pinjaman yang tetap atau telah ditentukan dan tidak 3. Piutang usaha, pinjaman
diberikan dan mempunyai kuotasi harga di pasar aktif. yang diberikan, dan piutang
piutang wesel.

4. Aset keuangan yang dirancang


sebagai tersedia untuk dijual atau yang
4. Aset keuangan tidak diklasifikasikan dalam ketiga 4. Investasi dalam instrumen
tersedia untuk kategori di atas. utang dan ekuitas yang tidak
dijual termasuk dalam kategori lain.

Liabilitas
Keuangan
1. Liabilitas keuangan baik yang 1. Liabilitas derivatif dan
1. Liabilitas dimiliki untuk diperdagangkan (misalnyaliabilitas diperdagangkan
keuangan yang dibeli kembali dalam waktu dekat pada lainnya.
diukur pada nilai masa mendatang) atau ditetapkan pada
wajar melalui saat pengakuan awal telah ditetapkan 2. Utang usaha, utang
laporan laba rugi oleh entitas untuk diukur pada nilai wesel, dan efek utang yang
wajar melalui laba rugi. diterbitkan.
2. Liabilitas
keuangan yang 2. Semua liabilitas lainnya selain
diukur dengan daripada liabilitas yang dinillai pada
biaya perolehan nilai wajar melalui laba rugi.
diamortisasi

Nilai wajar (fair value)

Nilai wajar (fair value) adalah harga yang akan diterima untuk menjual suatu aset atau
harga yang akan dibayar untuk mengalihkan suatu liabilitas dalam transaksi teratur antara
pelaku pasar pada tanggal pengukuran. (Sumber: Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan 68 (PSAK 68) Pengukuran Nilai Wajar, Lampiran A.)

Menurut Suwardjono (2008;475) fair value adalah jumlah rupiah yang disepakati untuk
suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang berkehendak bebas tanpa
tekanan atau keterpaksaan. Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang akan
diterima atau dibayarkan entitas dalam suatu transaksi yang dipaksakan, atau penjualan
akibat kesulitan keuangan, likuidasi yang dipaksakan, 6 atau penjualan akibat kesulitan
keuangan. Nilai wajar adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu
instrument

Metode Pengukuran Nilai Wajar (Fair Value) Berdasarkan ED PSAK No. 68 tahun
2013 tentang Pengukuran Nilai Wajar, teknik penilaian nilai wajar yaitu:

1. Pendekatan Pasar (market approach) Pendekatan pasar (market approach)


menggunakan harga dan informasi relevan lain yang dihasilkan oleh transaksi pasar yang
melibatkan aset, liabilitas, atau kelompok aset dan liabilitas yang identik atau sebanding
(yaitu serupa), seperti bisnis

2. Pendekatan Biaya (cost approach) Pendekatan biaya (cost approach) mencerminkan


jumlah yang dibutuhkan saat ini untuk menggantikan kapasitas manfaat (service capacity)
aset (sering disebut sebagai biaya pengganti saat ini).

3. Pendekatan Penghasilan (income approach) Pendekatan penghasilan (income


approach) mengkonversi jumlah masa depan (contohnya arus kas atau penghasilan dan
beban) ke suatu jumlah tunggal saat ini (yang didiskontokan). Ketika pendekatan
penghasilan digunakan, pengukuran nilai wajar mencerminkan harapan pasar saat ini
mengenai jumlah masa depan tersebut

Dengan demikian, fair value bukanlah nilai yang akan diterima atau dibayarkan entitas
dalam suatu transaksi yang dipaksakan, likuidasi yang dipaksakan, atau penjualan akibat
kesulitan keuangan. Nilai adalah nilai yang wajar mencerminkan kualitas kredit suatu
instrumen.Nilai wajar digunakan untuk mengukur:

1. Satu aset

2. Sekelompok aset

3. Satu liabilitas

4. Sekelompok liabilitas

5. Konsiderasi bersih dari satu atau lebih aset dikurangi satu atau lebih liabilitas terkait

6. Satu segmen atau divisi dari sebuah entitas

7. Satu lokasi atau wilayah dari suatu entitas

8. Satu keseluruhan entitas


AKUNTANSI UNTUK ASET TAK BERWUJUD BY SCOTT

Aset tak berwujud adalah capital asset yang tidak memiliki wujud fisik, seperti
trademark, franchise, kekuatan pekerja yang baik, lokasi, restructure, teknologi infomrasi,
nama internet, dan goodwill. Beberapa intangible banyak dihitung seperti property,
pabrik, dan perlengkapan. Jika dibeli atau self-development dengan alasan tertentu
terhadap keuntungan masa depan dan biaya dapat ditentukan reliable, mereka dinilai at
cost dan diamortisasi lebih dari masa guna hidupnya. Intangible asset adalah asset penting
untuk perusahaan dan untuk beberapa perusahaan, tediri dari sebagian besar nilai
perusahaan. tapi penting untuk disadari bahwa ada jika mereka tidak pada neraca.

Goodwill adalah Aktiva Tetap Tak Berwujud yang paling tidak berwujud, dalam artian
goodwill termasuk yang paling sulit diukur apalagi untuk dihitung. Goodwill masuk ke
dalam kolompok Aktiva Tetap Tak Berwujud (Intangible Asset). Dari sekian lama
perjalanan sejarah (20 abad lebih), konsep mengenai goodwill mengalami perubahan
demi perubahan. Di awal-awal goodwill dianggap sebagai nilai lebih dari suatu
perusahaan di mata customer nya, belakangan ini konsep mengenai goodwill semakin
berkembang, dimana banyak pelaku bisnis dan accountant menganggap bahwa goodwill
merupakan hasil dari kemampuan perusahaan memperoleh laba dari investor.

Dalam SFAC 1, badan akuntansi profesional mengakui bahwa investor membutuhkan


informasi risiko. Teori mengusulkan bahwa beta saham merupakan satu-satunya ukuran
risiko spesifik terhadap perusahaan bagi diversifikasi portofolio investor rasional. Beta
biasanya diperkirakan dengan menggunakan analisis regresi. Dari pernyataan di atas
terlihat bahwa pelaporan keuangan memiliki peran yang kecil terhadap pelaporan risiko
perusahaan. Tetapi perlu diketahui bahwa beta dan ukuran risiko berbasis akuntansi saling
berkorelasi. Ukuran risiko berbasis laporan keuangan dapat mengindikasikan arah dan
besarnya perubahan dalam beta.

Akuntansi Untuk Membeli Goodwill

Ketika satu perusahaan memerluakan lainnya dalam kombinasi bisnis, tujuan metode
akuntansi untuk transaksi memerlukan asset berwujud dan tidak berwujud dan liabilities
perusahaan dinnilai pada fair value untuk tujuan konsolidasi laporan keuangan. Goodwill
kemudian berbeda antara jumlah bersih pada fair value dan total pembelian harga dibayar
dengan keperluan perusahaan.

Self-Developed Goodwill

Tidak seperti membeli goodwill, tidak teridentifikasi transaksi tetap untuk menentukan
biaya self-developed goodwill.konsekuensinya, biaya mungkin menciptakan goodwill,
seperti R&D. Goodwill lain yang dikembangkan dari biaya ini menunjukkan sebagai
abnormal earning di laporan keuangan berikutnya. Pengakuan ini ketinggalan, alasan
utama mengapa harga saham merespon pengumuman pendapatan. Pasar melihat net
income dengan hati-hati untuk petunjuk earning power masa depan.

The Clean Surplus Model Revisited

Pendekatan lain untuk menilai goodwill adalah menggungakan the clean surplus model
revisited. Pengukuran ini dapat mengindikasikan arah dan besarnya perubahan dalam
resiko daripada model pasar yang mana akan memerlukan beberapa waktu untuk data
baru untuk re-estimasi.

REPORTING ON RISK

Risiko Beta

Dalam SFAC 1, badan akuntansi profesional mengakui bahwa investor membutuhkan


informasi risiko. Teori mengusulkan bahwa beta saham merupakan satu-satunya ukuran
risiko spesifik terhadap perusahaan bagi diversifikasi portofolio investor rasional. Beta
biasanya diperkirakan dengan menggunakan analisis regresi. Dari pernyataan di atas
terlihat bahwa pelaporan keuangan memiliki peran yang kecil terhadap pelaporan risiko
perusahaan. Tetapi perlu diketahui bahwa beta dan ukuran risiko berbasis akuntansi saling
berkorelasi. Ukuran risiko berbasis laporan keuangan dapat mengindikasikan arah dan
besarnya perubahan dalam beta.

Beta pasar diukur dengan formula CAPM. Sedangkan accounting based beta dapat dilihat
dari:

Financial leverage (perbandingan utang dengan modal). Semakin besar utang, semakin
besar risiko perusahaan.

Operating leverage (perbandingan fixed cost dengan variable cost). Semakin besar fixed
cost perusahaan, maka semakin besar risiko perusahaan tersebut.

Dalam beberapa tahun terakhir ini, badan penyusun standar menuntut perusahaan untuk
memberikan informasi yang berkaitan dengan risiko dalam laporan keuangan tahunan.
FASB 107 tentang Disclosures about Fair Value of Financial Instruments dan FAS 133
tentang Accounting for Derivatives and Hedging Activities menuntut untuk
mengungkapkan informasi yang berkaitan dengan risiko, misalnya informasi suplemen
tentang eksposur terhadap risiko kredit dan pasar serta risiko kebijakan manajemen.
Tidak hanya yang bersifat kualitatif yang perlu dilaporkan, tetapi juga terkait dengan
perspektif pengukuran yang bersifat kuantitatif.
Cara biasa untuk mengestimasikan beta adalah dengan analisis regresi berdasarkan pada
model pasar. Tapi beta adalah subjek untuk risiko estimasi, pada dasarnya jika tidak
stasioner informasi laporan keuangan mungkin membantu di sini, karena beta dan laporan
keuangan tertentu berdasarkan risiko pengukuran berhubungan. Selanjutnya, pengukuran
ini dapat mengindikasikan arah dan besarnya perubahan dalam risiko daripada model
pasar, yang mana akan memerlukan beberapa waktu untuk data baru untuk reestimasi.

Kami menyimpulkan bahwa informasi tentang risiko perusahaan, selain beta, dihargai
oleh pasar saham, setidaknya untuk lembaga keuangan. Ini didokumentasikan oleh
sensitivitas saham hasil dari lembaga ini untuk eksposur risiko dan dampak Hedging atas
eksposur tersebut. Pelaporan keuangan telah merespon dengan peningkatan pelaporan
nilai wajar untuk instrumen keuangan, dilengkapi dengan diskusi tentang risiko dan
bagaimana mereka dikelola, dan dengan pengungkapan informasi kontrak instrumen
keuangan. ini memungkinkan investor untuk lebih mengevaluasi jumlah, waktu dan
ketidakpastian pengembalian atas investasi mereka. dapat disarankan bahwa peningkatan
pemilahan informasi instrumen keuangan lebih lanjut akan membantu investor dalam hal
ini. Pelaporan keuangan juga bergerak menuju menyediakan investor dengan informasi
risiko kuantitatif, seperti analisis sensitivitas dan nilai beresiko. Meskipun tantangan
metodologis, ini merupakan langkah penting dalam menggerakkan pengungkapan risiko
terhadap perspektif pengukuran.

Dividen payout adalah rasio dari saham cash dividen terhadap net income. Laverage
adalah rasio terhadap sekuritas utang pada total asset. Earning variability adalah standard
deviasi pada harga atau pendapatan perusahaan lebih dari periode.

Mengapa Perusahaan Mengelola Specific Risk?

Ada beberapa alasan perusahaan mengelola dan melaporkan risiko specific perusahaan,
yaitu :

Estimasi risiko

Perusahaan merencanakan pengeluaran modal besar yang mungkin berharap untuk


menjamin kas tersedia ketika dibutuhkan

Manajer mungkin menggunakan derivative untuk spekulasi

Legal Liability
Measurement Theory (Teori Pengukuran)
5.1 Campbell adalah orang yang pertama menangani masalah pengukuran, Menurut
Campbell definisi pengukuran adalah The assignment of numerals to represent
properties of material systems other than numbers yang berarti Penentuan angka-angka
yang menggambarkan sifat-sifat sistem material dan bilangan-bilangan didasarkan pada
hukum yang mengatur tentang sifat-sifat.

Sedangkan menurut Stevens seorang ahli teori pengukuran ilmu sosial, pengukuran
disebut sebagai assignment of numerals to objects or events according to rules yang
berarti Penentuan angka-angka yang ada kaitannya dengan objek-objek ataupun
peristiwa-peristiwa sesuai dengan peraturan.

Sepintas, definisi tersebut tampak sangat mirip, tetapi perbedaan terdapat diantara sifat
sistem dan sistem itu sendiri. Sistem merupakan objek atau peristiwa seperti yang
disebutkan Stevens rumah, meja, orang, asset dan jarak tempuh. Aspek spesifik atau
karakteristik dari sistem seperti berat, panjang, lebar, atau warna. Kita selalu mengukur
sifat dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal ini, definisi Campbells lebih tepat dari
Stevens. Perhatikan bahwa dalam definisi Campbells tugas yang harus dilakukan sesuai
dengan hukum yang mengatur sifat yang diberikan, sedangkan Stevens hanya
memerlukan aturan terhadap setiap seperangkat aturan. Artinya, Campbells melihat
pengukuran sebagai suatu sistem sedangkan Stevens melihatnya sebagai objek atau
peristiwa. Dalam Akuntansi, kita mengukur laba dengan langkah pertama yaitu
menghitung atau menilai modal dan kemudian mengkalkulasikan laba sebagai pertukaran
dalam modal selama periode akuntansi untuk semua kejadian ekonomi yang
mempengaruhi perusahaan.

5.2 Setiap pengukuran dibuat berdasarkan sebuah skala. Sebuah skala dibuat ketika
aturan semantic digunakan untuk menghubungkan pernyataan matematika kepada objek
atau kejadian. Skala menunjukkan informasi apa yang diwakili oleh angka, sehingga
memberikan arti kepada angka tersebut. Jenis skala yang dibuat tergantung kepada aturan
sematik yang digunakan.

Menurut Steven, skala dapat digambarkan secara umum menjadi nominal, ordinal,
interval atau rasio.

Skala Nominal

Dalam skala nominal, nomor hanya diigunakan sebagai sebuauh label. Contohnya adalah
penomoran pemain sepak bola. Banyak teori yang tidak sependapat dengan skala
nominal. Torgerson menyatakan: Dalam pengukuran, nomor yang digunakan menunjuk
kepada jumlah atau tingkat kepemilikan dari suatu objek, dan bukan menunjukkan
kepada objek itu sendiri. Sedangkan dalam skala nominal, nomor menunjukkan kepada
objek atau kelompok dari objek.

Skala Ordinal

Skala ordinal dibuat ketika suatu operasi memeringkat objeknya sehubungan dengan
property yang diberikan. Contohnya, investor melihat 3 kemungkinan jenis investasi
untuk uangnya. Investasi tersebut diperingkat 1,2,3 berdasarkan nilai bersihnya saat ini.
Kelemahan skala ordinal adalah interval antar nomor tidak memberitahukan apa-apa
tentang perbedaan kuantitas kepemilikan yang diwakilinya.

Skala Interval

Skala interval memberikan informasi yang lebih daripada skala orginal. Tidak hanya
member peringkat kepada objeknya, tetapi juga jarak antara interval skalanya diketahui
dan sama. Contohnya adalah pengukuran suhu ruangan dengan menggunakan
thermometer celcius. Jika kita mengukur suhu dua buah ruangan, contohnya ruangan A
dan B, dimana suhu ruangan A 22 derajat celcius dan ruangan B 30 derajat celcius, maka
selain kita dapat mengataka bahwa suhu di ruangan B lebih panas, kita juga mengetahui
bahwa ruangan B lebih panas 8 derajat daripada ruangan A. Kelemahan skala interval
adalah titik nol-nya dibuat dengan bebas.

Skala Rasio

Skala rasio adalah skala yang Memberikan peringkat kepada objek atau kejadian, Interval
antar objek diketahui dan sama, dan Asal yang unik, titik nol yang alami, dimana
jaraknya dengan objek terakhir diketahui.

Contohnya pertama adalah pengukuran panjang. Ketika panjang A adalah 10 meter dan
panjang B adalah 20 m, kita tak hanya bisa mengatakan bahwa B 10 meter lebih panjang
dari A, tetapi B juga dua kali lebih panjan dari A. Contoh kedua akuntansi adalah
penggunaan dolar untuk mewakili biaya dan nilai. Jika aset A biayanya $ 10.000 dan
asset B biaya $ 20.000, kita dapat menyatakan bahwa biaya B dua kali lipat A. 0 poin ada,
karena tidak adanya 0 menunjukkan biaya atau nilai, seperti 0 untuk panjang berarti tidak
panjang sama sekali.

Invarian dalam skala berarti bahwa apapun metode pengukuran yang digunakan, maka
sistem pengukuran akan menghasilkan format yang sama dari variabel-variabel yang
digunakan dan pengambil keputusan akan membuat keputusan yang sama juga. Tapi hal
ini tidak berlaku dalam akuntansi, setiap sistem yang berbeda akan berbeda juga
variabelvariabelnya. Pengukuran pendapatan dengan cara yang berbeda akan
menghasilkan keputusan yang berbeda juga. Metode-metode pengukuran yang berbeda
tersebut tidak memberikan informasi yang sama.

5.3 Salah satu alasan untuk membahas skala adalah bahwa aplikasi matematika tertentu
diperbolehkan hanya untuk jenis skala yang berbeda. Skala rasio memungkinkan untuk
semua operasi aritmatika dasar penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian, aljabar,
geometri analitik, kalkulus, dan metode statistik. Sebuah skala rasio tetap invarian (tetap)
atas seluruh transformasi ketika dikalikan dengan sebuah konstanta. Sebagai contoh
misalnya:

X = cX

Apabila X dapat menggambarkan semua titik-titik pada skala tertentu, dan setiap
titik dikalikan dengan kontanta c, maka hasil skala X juga menjadi skala rasio.
Alasannya adalah karena struktur skalanya adalah invarian kiri.

Urutan peringkat titik-titiknya tidak berubah

Rasio titik-titik tidak berubah

Titik nol tidak berubah

Hal ini berarti apabila kita mengukur panjang atau luas ruangan yang ternyata
hanya 400 yang kemudian didubah menjadi 400 cm menjadi 4 m dengan
mengalikan tetapan 1/100, sehingga kita dapat memastikan panjang ruangan tidak
berubah, sekalipun angka yang menjelaskan panjang telah mengalami perubahan.
Contohnya $ 100.000 dari semua peralatan berdasarkan skala dolar nominal dan daya beli
berdasarkan skala dollar dengan mengalikan tetapan misalnya 130/100, sehingga menjadi
$ 120.000. Jumlah yang $ 120.000 adalah tetap dianggap masih biaya historis.

Dengan adanya invarian skala dapat memudahkan kita untuk mengetahui kejadian
atau peristiwa dimana teori atau ketentuan yang berlaku pada dasarnya adalah sama,
meskipun skalanya dinyatakan dalam unit-unit yang berbeda, misalnya
dengan sentimeter hingga meter atau dari nominal dollar hingga dollar konstant.
Perubahan invarian skala rasio akan mengalami perubahan
keutuhan bentuk keumuman hubungan variabel-variabel yang sama.

Tanpa invarian, mustahil dapat diketahui bahwa X dua kali panjangnya dari Y
apabila diukur dalam sentimeter, padahal ukuran yang sebenarnya tiga kali lebih panjang
apabila diukur dalam ukuran meter. Dalam akuntansi, skala untuk biaya sekarang adalah
varian dari biaya historis, sebab sifat-sifatnya yang diukur berbeda. Apabila mesin A
diukur atau dinilai berdasarkan historis, maka akan menjadi $ 110.000. Uji pengukuran
dan dollar digunakan pada kedua kasus meski skalanya berbeda dikarenakan varian.
Dengan melakukan perubahan dari skala dollar nominal menjadi daya beli skala dollar
untuk sifat yang sama (biaya historis atau biaya sekarang) dengan sendirinya akan
mengabaikan invarian yang terstruktur.

Dengan menerapkan skala interval, maka tidak semua operasi ilmu hitung dapat
dilakukan. Selain pengurangan dapat dilakukan dikaitkan dengan adanya bilangan-
bilangan tertentu pada skala dan interval. Karena itu, perkalian dan pembagian tidak
dapat dilakukan apabila mengacu pada bilangan-bilangan tertentu, kecuali hanya pada
interval. Penyebabnya adalah karena kondisi invarian tersebut. Skala interval juga
merupakan invarian pada saat transformasi linear terbentuk.

X = cX + b

Dengan adanya perubahan skala interval, maka sangat penting untuk mengukur
atau mengetahui sifat-sifat khusus dan skala interval lainnya untuk mengukur sifat-sifat
yang sama sebagaimana yang dilakukan dengan mengalikan setiap titik skala pertama X
dengan konstanta c namun dengan menambahkannya pada konstanta b. Cara seperti ini
dilakukan pada b karena terdapat titik nol absolut pada skala interval. Misalnya
perubahan dari temperatur Celsius ke temperatur Fahrenheit, kita dapat mengalikan setiap
derajat, misalnya 9/5 kemudian baru menambahkan 32, untuk 9/5 dapat juga
digunakan karena utilitas skala selsius 100 derajat dianggap bertentangan dengan 1u0
derajat untuk Fahrenheit dan 32 dapat ditambahkan karena adanya titik beku untuk skala
berikutnya.

Kondisi invarian dapat juga menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan
membaginya apabila ada keterkaitan dengan interval, meski operasi-operasi ilmu hitung
seperti ini tidak dapat digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu pada skala. Untuk
lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut:

X = x + 10

Kondisi invarian menunjukkan bahwa kita dapat mengalikan dan


membaginya apabila ada kaitannya dengan interval. Meski operasi ilmu hitung seperti ini
tidak dapat digunakan untuk bilangan-bilangan tertentu pada skala. Untuk lebih
jelasnya, perhatikan berikut:

X = Y + 10

Misalkan objek pada point 3 dan 6 ada pada skala X, maka akan dapat berubah
menjadi skala X, sehingga kita dapat memperoleh bilangan 13 dan 16. Meski demikian
rasio 13 dan 16 tidak sama dengan rasio 3 dan 6 karena adanya penambahan konstant.
Adanya pengalian dan pembagian (misalnya, rasio) adalah karena tidak dapat dilakukan
pada bilangan-bilangan tertentu. Karena itu, apabila Robyn memperoleh 90 poin pada
hasil ujian akuntansinya dan Maria memperoleh 45 point, namun kita tidak dapat
menyimpulkan bahwa Robyn mengetahui point-point tersebut adalah dua kali lebih
banyak dari point atau yang dilakukan Maria terutama yang ada kaitannya dengan materi
ujian. Hal ini disebabkan tidak adanya titik nol natural pada ujian terutama untuk yang
tidak ada kaitannya dengan tanpa pengetahuan. Sekalipun siswa memperoleh 0 pada
ujian, namun tidak berarti kita tidak dapat menyimpulkan bahwa siswa yang
bersangkutan tidak mempunyai wawasan atau pengetahuan sama sekali tentang
permasalahan yang sesungguhnya. Mengacu pada contoh tersebut, kita dapat
menyimpulkan bahwa Robyn telah lulus ujian, sebaliknya Maria tidak lulus dalam
ujian, meski demikian kita tidak dapat melakukan campur tangan secara komparatif
banyaknya pengetahuan dikaitan dengan nilai yang dilakukan. Seperti halnya apabila
varian kuantitas misalnya $ 5000 lebih disukai, ketimbang dengan varian bulanan
terdahulu yang $ 10.000 yang lebih disukai. Selain itu, kita juga tidak dapat
menyimpulkan bahwa penggunaan material dalam bulan ini hanya sama efisiennya
pada bulan-bulan terdahulu.

Dengan skala interval, tidak semua operasi aritmatika yang diperbolehkan.


Penambahan dan pengurangan dapat digunakan berkaitan dengan angka tertentu pada
skala serta interval. Namun, perkalian dan pembagian tidak dapat digunakan dengan
mengacu pada angka tertentu, hanya untuk interval. Alasannya karena kondisi invarian.
Dengan skala ordinal, operasi aritmetika tidak dapat digunakan. Kita tidak dapat
menambah, mengurangi, mengalikan atau membagi angka-angka atau interval pada skala.
Sehingga, skala ordinal menyampaikan informasi yang terbatas.

5.4 Tipe-tipe Pengukuran

Proses pengukuran sama dengan pendekatan ilmiah pada teori konstruksi dan pengujian.
Pertanyaan tentang pengujian teori berhubungan dengan pertanyaan tentang perbedaan
jenis-jenis pengukuran. Campbell membaginya kedalam dua jenis yaitu fundamental dan
turunan. Menurut Campbell, pengukuran bisa diakui hanya ketika ada konfirmasi teori-
teori empiric (hukum) untuk mendukung pengukuran. Tipe pengukuran yang lebih jauh,
pengukuran fiat, yang diungkapkan oleh Togerson, menjadi tambahan atas pengukuran
fundamental dan turunan yang didiskusikan Campbell.

Pengukuran Fundamental

Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angka-angka bisa diterapkan


pada benda dengan mengacu pada hukum alam dan tidak bergantung pada pengukuran
variabel apapun. Hal-hal seperti panjang, hambatan listrik, nomor, dan volume
merupakan hal-hal yang bisa diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-
tiap benda sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran yang berbeda
(jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.

Pengukuran Turunan

Menurut Campbell, sebuah pengukuran turunan merupakan pengukuran yang bergantung


dari pengukuran dua atau lebih benda lain. Contohnya adalah pengukuran kepadatan,
yang bergantung pada pengukuran massa dan volume. Dalam akuntansi, contoh
pengukuran turunan adalah keuntungan, yang diturunkan dari penambahan dan
pengurangan pendapatan dengan beban.

Pengukuran Formal

Ini adalah tipe pengukuran dalam ilmu sosial dan akuntansi, menggunakan definisi yang
dibangun secara acak untuk dihubungkan dengan hal-hal yang bisa diamati dengan pasti
(variabel) pada konsep yang telah ada, tanpa perlu teori konfirmasi untuk mendukung
hubungan tersebut. Sebagai contoh, dalam akuntansi kita tidak tahu bagaimana cara untuk
mengukur konsep keuntungan secara langsung. Kita mengasumsikan variabel
pendapatan, laba, beban, dan kerugian dihubungkan dengan konsep keuntungan dan
bagaimanapun bisa digunakan untuk mengukur keuntungan secara tidak langsung.

5.5 Keandalan dan Ketepatan

Apa yang dimaksud dengan keandalan dan ketepatan dari kegiatan pengukuran? Untuk
menjawab pertanyaan tersebut, kita harus menyatakan terlebih dahulu bahwa tidak ada
pengukuran yang bebas dari kesalahan kecuali perhitungan. Kita bisa mengukur jumlah
kursi di ruangan tertentu dan dengan benar. Untuk semua pengukuran mengandung
kesalahan atau eror. Sumber kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:

Operasi Pengukuran tidak tetap

Ketentuan di dalam menentukan jumlah sifat-sifat tertentu biasanya terdiri dari


serangkaian operasi. Serangkaian operasi tidak dapat dijelaskan secara akurat dan oleh
karenanya dapat juga diinterpretsikan secara tidak akurat oleh pengukur. Sebagai contoh
misalnya, penghitungan pendaatan mencakup berbagai operasi seperti klasifikasi dan
alokasi antara aset dan pengeluaran yang sering diinterpretasikan secara beragam oleh
akuntan yang lain. Salah satu alasan lainnya adalah tidak jarang kesesuaian operasi
matematik tidak selaras dengan hubungan aktual sifat-sifat yang diukur.

Pengukur

Pengukur dapat salah menginterpretasikan peraturan, sehingga menjadi bias. Atau dapat
mengaplikasikan atau membacara instrumen secara tidak benar. Sebagai contoh, apabila
10 orang yang akan mengukur luas ruangan tertentu, maka kemungkinannya akan ada 10
hasil yang berbeda, dimana satu sama lainnya erat kaitannya meski masih bersifat varian
terhadap satu sama lain.

Instrumen

Banyak operasi yang memerlukan penggunaan instrument fisik, seperti halnya


thermometer atau barometer, yang mempunyai kelemahan-kelemahan. Terdapat potensi
kesalahan sekalipun apabila instrumen bukan peralatan yang berbentuk fisik,
kecuali misalnya, bagan, grafik, tabel jumlah atau indek harga.

Lingkungan
Pengaturan dimana operasi dilakukan pengukuran dapat mempengaruhi hasil, contohnya
kondisi cuaca saat dilakukan pengukuran.

Atribut yang Tidak Jelas

Apa yang harus diukur mungkin tidak jelas, terutama jika pengukuran melibatkan suatu
konsep yang tidak dapat diukur secara langsung. Bagaimana menilai aset tidak lancar?
Apakah nilai saat ini, biaya perolehan, biaya saat ini, atau harga jual? Karena tujuan
utama akuntansi adalah untuk mencerminkan "nilai" maka penting untuk mendefinisikan
secara jelas atribut "nilai". Apakah itu nilai guna, nilai tukar, atau atribut lain yang harus
diukur akuntan? Masalahnya terletak pada mendefinisikan atribut yang akan diukur
bukan pada metode pengukurannya itu sendiri.

Risiko dan ketidakpastian

Hal ini berkaitan dengan distribusi pengembalian aset nyata. Jika semua pengukuran
kecuali menghitung secara inheren mengakibatkan kesalahan, maka yang kita butuhkan
adalah untuk menetapkan batas kesalahan yang diterima. Jika pengukuran masih dalam
batas-batas ini maka dapat dianggap benar dan adil dalam hal akuntansi.

Pengukuran yang dapat diandalkan adalah Sering diperlukan bahwa sebelum unsur-unsur
seperti aktiva, kewajiban, pendapatan, dan beban diakui dalam laporan keuangan, unsur-
unsur tersebut harus mampu untuk dilakukan pengukuran yang dapat diandalkan.
Gagasan keandalan menggabungkan dua aspek: ketepatan dan kepastian pengukuran, dan
pengungkapan yang secara meyakinkan mewakili sehubungan dengan transaksi ekonomi
yang mendasarinya dan berbagai peristiwa. Aspek mempengaruhi ketepatan pengukuran.

Istilah presisi sering digunakan dalam dua konteks. Pertama, mungkin merujuk ke
nomor, dalam hal ini adalah berlawanan dengan gagasan pendekatan. Kedua, berkaitan
dengan operasi pengukuran, dalam hal ini berkaitan dengan tingkat penyempurnaan dari
operasi atau kinerjanya, serta persetujuan hasil antara operasi pengukuran yang
digunakan berulang kali yang diterapkan pada properti tertentu. Arti terakhir ini pada
dasarnya sama dengan keandalan. Dengan menyatukan dua istilah, kita dapat mengatakan
bahwa keandalan dari pengukuran berkaitan dengan ketepatan di mana suatu properti
tertentu diukur dengan menggunakan satu perangkat operasi.

Pengukuran yang akurat adalah Meskipun prosedur pengukuran mungkin sangat handal,
memberikan hasil yang sangat tepat, namun tidak mungkin menghasilkan hasil yang
akurat. Alasannya adalah akurasi berhubungan dengan seberapa dekat pengukuran
menuju nilai sejati ' dari atribut pengukuran. Sifat fundamental, seperti panjang dari
suatu objek, dapat ditentukan secara akurat dengan membandingkan objek dengan standar
yang mewakili nilai sebenarnya.

Masalahnya adalah pada beberapa pengukuran nilai yang sebenarnya tidak diketahui.
Untuk menentukan ketepatan dalam akuntansi, kita perlu tahu atribut apa yang perlu kita
ukur untuk mencapai tujuan pengukuran. Tujuan dari akuntansi untuk menyajikan
informasi yang berguna. Oleh karena itu akurasi pengukuran berkaitan dengan gagasan
pragmatis dari kegunaan, tetapi akuntan tidak sama dalam menentukan spesifikasi dan
standar kuantitatif yang harus diterapkan.

5.6 Pengukuran Dalam Akuntansi

Perhitungan yang paling fundamental dalam ilmu akuntansi adalah perhitungan modal
dan laba. Modal dinilai berasal dari transaksi dan penilaian ulang yang terjadi di pasar
modal. Laba berasal dari perbandingan dari beban dan pendapatan, juga perubahan modal
dalam satu periode akuntansi. Modal dapat dinilai dan dihitung dengan berbagai cara,
contoh : historical cost, operasional, keuangan, atau nilai wajar. Sejarah menunjukkan
pada kita bahwa konsep perhitungan atas modal dan laba telah berubah dan berkembang
dari waktu ke waktu dan menghasilkan beberapa konsep perhitungan yang fundamental.
Yang terkini, standar pelaporan keuangan internasional telah membuat konsep kebih tepat
yaitu konsep nilai wajar.

Beberapa pengamat beragumen dan mengkritik konsep nilai wajar ini. Bahwa konsep
ini merubah konsep alokasi ke pendekatan penilaian, di mana akan menunjukkan
perbedaan tergantung atas situasi dan interpretasi yang subjektif. Perubahan ini lebih
fokus pada penilaian Balance Sheet, mengalihkan akuntansi dari perhitungan alokasi
laba yang sederhana dan lebih menekankan pada relevasi pada realita komersil dan
pengambilan keputusan oleh investor dibadingkan kebenarannya.

Pengukuran dalam akuntansi masuk ke dalam kategori pengukuran turunan untuk modal
dan keuntungan. Laba akuntansi sekarang berasal dari standar akuntansi internasional.
Dari perubahan modal selama periode dari semua kegiatan termasuk kenaikan dan
penurunan fair value aktiva bersih tidak termasuk transaksi dengan pemilik. Modal
berasal dari 'net fair value' aktiva dan kewajiban. Berarti kita harus mengukur nilai modal
awal, pada jumlah penghasilan yang diterima, jumlah modal yang digunakan, dan
perubahan nilai fair value aktiva bersih. Peningkatan modal selama periode akan datang
akan mengukur jumlah laba dari berbagai macam sumber, termasuk dari operasional dan
penilaian kembali aktiva (setelah disesuaikan dengan pemasukan modal baru atau
pembayaran deviden). Nilai wajar aktiva bersih disajikan kembali maka akan merupakan
modal awal pada periode berikutnya.

Sebaliknya, pendekatan pengukuran dengan pendekatan yang dilakukan sebelum


pengenalan standar akuntansi internasional, pendapatan yang diterima disesuaikan
terhadap aset bersih yang digunakan dalam suatu periode, dan jika pendapatan lebih besar
dari penggunaan modal bersih (atau biaya), maka kita mengalami peningkatan modal.
Keuntungan tidak diperoleh sampai modal awal dari biaya historis dipertahankan dan
laba direalisasikan. Sehingga, modal selalu dinyatakan sebesar harga perolehan dan
perubahan dalam aktiva bersih tidak dianggap sebagai keuntungan. Maka, kita dapat
melihat bahwa laba turunan sangat tergantung pada bagaimana kita mengukur modal
awal dan bagaimana kita mengukur biaya dan alokasi modal. Kita juga dapat melihat
bahwa konsep penilaian modal dalam akuntansi telah berkembang dari waktu ke waktu
dengan hasil bahwa kita miliki pengukuran atas modal secara umum dan konsep laba.

Perspektif yang berbeda ini mencerminkan batas-batas berbagai akuntansi dan kurangnya
sebagai model konvensional dan dominan. Ditambahkan dalam hal ini adalah sejumlah
akademis secara signifikan menurun dari waktu ke waktu, tetapi item neraca dan aktiva
tidak berwujud menjadi lebih penting. Baru-baru ini, Akuntansi internasional Standar
Board (IASB) telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung
kebutuhan untuk suatu standar akuntansi yang akan digunakan di seluruh dunia untuk
menghasilkan informasi keuangan yang sebanding.

Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar akuntansi internasional
sebagai sinyal melalui standar akuntansi seperti IAS 39/AASB139 instrumen keuangan:
Pengakuan dan Pengukuran dan IASB / FASB proyek bersama mengenai pelaporan
keuangan kinerja-(1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus
dihubungkan dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan 'nilai wajar'
harus diadopsi sebagai prinsip pengukuran kerja. Jadi, dari tahun 2005 kami melihat
penggunaan (sebagian) dari suatu prinsip pengukuran yang berfokus pada perubahan nilai
aktiva dan kewajiban bukan penyelesaian proses pendapatan. Singkatnya, ini berarti
bahwa perubahan nilai wajar aktiva dan kewajiban diakui secara langsung mereka terjadi
dan dilaporkan sebagai komponen income. Lebih lanjut, fokus telah bergeser ke arah
konsep penilaian, dengan neraca repositori utama dari nilai yang relevan sebagai
informasi, dan pengguna utama informasi akuntansi adalah pemegang saham dan
investor.
5.7 Permasalahan Pengukuran Bagi Auditor

Beberapa isu diciptakan untuk auditor oleh pergeseran fokus untuk pengukuran
keuntungan dari pendapatan dan beban yang cocok untuk menilai perubahan atas nilai
wajar aktiva bersih. Ketika keuntungan ditentukan dengan cara mencocokkan transaksi
pendapatan dan beban untuk periode auditor dapat berkonsentrasi pada pengumpulan
bukti bahwa transaksi tersebut telah ditangani dengan tepat oleh sistem akuntansi klien.
Namun, ketika keuntungan berasal dari perubahan nilai wajar pertanyaan yang lebih sulit
muncul untuk auditor sekitar mengumpulkan bukti pada perkiraan manajemen.

Sebagai contoh, salah satu aspek untuk mengukur keuntungan dengan menilai perubahan
nilai wajar aktiva bersih yang ditangani oleh standar akuntansi IAS 36/AASB 136.
Pernyataan ini mensyaratkan penurunan nilai aktiva diakui sebagai rugi penurunan nilai.
Manajemen entitas diperlukan untuk menilai pada tanggal laporan apakah ada indikasi
bahwa aset mungkin terganggu. Jika kondisi tersebut terjadi, manajemen akan
mengestimasi jumlah terpulihkan aktiva tersebut. Jika jumlah yang dapat dipulihkan
suatu aktiva kurang dari nilai tercatatnya, nilai tercatat aktiva harus diturunkan menjadi
sebesar nilai yang dapat diperoleh kembali. Pengurangan Itu adalah kerugian penurunan
nilai. Kerugian penurunan nilai diakui segera dalam laba dalam banyak kasus.

Audit bimbingan standar internasional untuk kerugian penurunan nilai audit dan
perkiraan nilai wajar terdapat dalam ISA 540. Auditor diharuskan untuk mengumpulkan
bukti untuk menilai jika manajemen telah mengikuti standar akuntansi yang tepat dan jika
jumlah yang diakui sebagai kerugian penurunan nilai wajar. Untuk melakukan hal ini
auditor harus menentukan apakah manajemen telah memilih metode penilaian yang
sesuai dan masuk akal dan asumsi. Jika standar akuntansi tidak meresepkan metode
penilaian untuk aset tertentu dan kewajiban yang consedered, auditor dapat menerima
metode penilaian yang wajar. Ini berarti bahwa sulit bagi auditor untuk tidak setuju
dengan pemilihan manajemen terhadap metode penilaian tertentu yang sedang digunakan
oleh entitas lain. Auditor harus mengumpulkan bukti bahwa metode ini diterapkan secara
konsisten, sehingga manajer tidak memilih dan memilih metode dari tahun ke tahun
tergantung pada hasil keuntungan yang diinginkan mereka. Auditor juga harus menilai
apakah nilai aktiva atau kewajiban dengan benar ditentukan dari asumsi signifikan
manajemen, model penilaian dan data yang mendasari relevan. Data tersebut akan
mencakup suku bunga yang digunakan untuk mendiskontokan arus kas, nilai pasar
digunakan oleh perusahaan perbandingan, data royalti, dan sebagainya.

Secara keseluruhan, mengingat adanya berbagai metode penilaian yang wajar dan asumsi
mungkin, adalah mungkin untuk jumlah diferent tapi masuk akal beberapa untuk diakui
oleh manajemen kerugian penurunan nilai. Jumlah ini berbeda karena itu akan dapat
diterima oleh auditor jika bukti audit menunjukkan bahwa manajemen telah menerapkan
model penilaian benar dan menggunakan data yang sesuai. Dalam situasi ini, adalah
mungkin bahwa auditor menghadapi tekanan dari manajer setuju dengan pilihan penilaian
mereka atau kehilangan audit agar auditor yang lain lebih menyenangkan.

Adanya berbagai alternatif metode penilaian atas aset yang menimbulkan masalah
tersendiri bagi auditor. Terdapat banyak cara penilaian aset yang dapat diterima oleh
auditor jika memenuhi persyaratan

1. Metode penilaian diaplikasikan secara tepat dan konsisten

2. Menggunakan asumsi yang beralasan

3. Data yang digunakan untuk penilaian tersebut valid.

Pada prakteknya, Auditor kadang menerima tekanan dari manager perusahaan auditee
untuk menerima metode penilaian atas aset perusahaan tersebut jika tidak maka auditee
akan mencari auditor yang lain. Masalah lain yang muncul adalah audit atas biaya
historical seperti standar biaya persediaan. Seharusnya biaya atas persediaan ditetapkan
secara tepat, tapi biaya itu didasarkan atas asumsi proses produksi yang dipengaruhi oleh
kondisi yang berubah-ubah.

THREE MAIN INCOME AND CAPITAL MEASUREMENT SYSTEM

Permasalahan pada praktek akuntansi biasanya berkaitan dengan masalah pancatatan dan
pelaporan keuanagan atau transaksi ekonomi. Lnadasan dasar dalam memproses laporan
keuangan mengalami perubahan semenjak ditemukannya sistem double entry oleh
Paciolli pada abad ke-15. Pasca runtuhnya Wall Street pada tahun 1029, sistem tradisional
yang menggunakan iaya historis kembali diterapkan. Namun, hingga akhir tahun 1930
penggunaannya tidak secara sistematis digunakan sebagai dasar utama dalam
pengukuran, [encatatan dan pelaporan transaksi ekonomi dalam suatu perusahaan. Di
tahun 1960 kemudian muncul beberapa alternatif sistem pengukuran lain yang kemudian
terus dikembangkan untuk menggantikan sistem biaya historis. Pertama, mengukur nilai
terkini pada objek yang telah terpakai menggunakan sistem Current Buying Price atau
yang kita kenal sebagai Current Cost Accounting System serta yang kedua adalah
menggunakan sistem Current Selling Priec atau yang kita kenal sebagai Exot Price
Accounting System.

Pada tahun 1961, Edward dan Bell memperkenalkan sebuah sistem nilai terkini (Current
Cost Accounting System) dalam bukunya yang berjudul The Theory and Measurement of
Business Income; karena sistem ini berlandaskan pada nilai terkini, bisa dikatakan sistem
ini adalah sistem pertama yang menggunakan nilai wajar (fair value). Sistem kedua
adalah menggunakan harga jual untuk mengukur objek (exit price accounting system).
Dukungan untuk masing-masing sistem tersebut sangat bervariasi. Oleh karena itu,
selanjutnya kami akan menjelaskan kelebihan dan kekurangan dari kedua sistem tersebut,
dan jua sistem pengukuran yang paling awal digunakan yakni metode biaya historis.

PENGUKURAN AKUNTANSI BIAYA HISTORIS

Tujuan Akuntansi (Accounting Objectives)

Tujuan penggunaan biaya historis menekankan pada hubungan kontrak antara


perusahaan dan puhak yang menyediakan sumber informasi tersebut. Hal ini membuat
manajemen bertangguna jawab atas penggunaan asset dalam operasi perusahaan dan
dampaknya terhadap nilai bersih asset. Tanggung jawab manajemen tersebut dituangkan
dalam bentuk laporan laba rugi.

Kritik terhadap historical cost (Biaya Historis) menyatakan bahwa metode tersebut hanya
memperhitungkan input yang berdasarkan pada biaya historis tanpa memperhatikan
perubahan nilai dari aset dan liabilitias. Hal tersebut tentu menyesatkan dan
menghasilkan dividen yang tidak tepat karena mungkin terdapat gain/loss selama
perusahaan memiliki aset/liabilitas tersebut, dan ini seharusnya diakui ketika
mengevaluasi aset tersebut. Dalam biaya historis gain/loss tersebut tidak diakui hingga
aset tersebut benar-benar terjual. Oleh karena itu dalam biaya historis, menentukan nilai
net residual tidaklah penting.

Modal dan Keuntungan (Capital and Profit)

Untuk mentukan profit berdasarkan biaya historis, perusahaan perlu menggunakan


jumlah modal (aset dikurangi liabilitas) awal periode operasi dimana seluruh aset dan
liabilitasnya diukur dengan menggunakan biaya historis; dan income (pendapatan)
diperoleh dari mengurangkan modal diakhir periode dengan diawal periode.

Dalam metode biaya historis, income menunjukkan pencapaian perusahaan pada periode
tertentu, expense menunjukkan usaha yang telah dikeluarkan (berdasarkan biaya historis)
dan profit menunjukkan keefektifan perusahaan dalam beroperasi. Profit merupakan hal
yang terpenting dalam metode biaya historis.

Teori Biaya Seimbang (Matching of Costs Theory)


Akuntan yang menganut biaya historis selalu melacak aliran biaya. Saat perusahaan
melakukan pembelian, tugas akuntan adalah melacak pergerakan biayanya dan
melekatkannya/mencocokkannya dengan pendapatan yang mengalir ke perusahaan.
Dengan kata lain, akuntan harus menentukan biaya mana yang tepat untuk ditempatkan
pada laporan laba rugi dan biaya manakah yang tepat untuk diletakkan pada neraca.
Konsep ini mengearahkan para akuntan dalam memutuskan/mengolongkan antara biaya
(cost) dan beban (expense).

Biaya adalah pengeluaran yang belum terpakai (unexpired) atai biaya-biaya yang
dianggap akan memberi manfaat dimasa yang akan datang (misalnya sewa dibayar
dimuka); sedangkan beban pengeluaran/biaya yang telah terpakai (expired), dan tidak
dapat memberikan manfaat lagi dimasa yang akan datang (misalnya beban sewa). Beban
ditempatkan pada laporan laba rugi. Alokasi biaya memegang peran utama dalam
akuntansi konvensional.

Konservatisme (Conservatisme)

Prinsip konservatisme juga sangat penting diterapkan dalam sistem biaya historis. Prinsip
konservatisme menyatakan bahwa apabila terdapat beberapa alternatif dalam akuntansi,
maka keputusan yang dipilih adalah keputusan yang memberikan dampak terburuk
sebagai bentuk antisipasi perusahaan, sebagai contoh beban harus dialokasikan secepat
mungkin, sementara pendapatan tidak boleh diakui sebelum ada kepastian bahwa
manfaatnya akan benar-benar mengalir ke perusahaan. Contoh lain adalah kenaikan nilai
aset tidak boleh diakui, namun penurunanya boleh diakui (apabila lebih rendah dari biaya
perolehan maupun harga pasar). Hal tersebut menunjukkan tidak adanya pendapatan
potensial yang mengalir pada laporan laba rugi sebelum pendapatan tersebut benar-benar
atau dipastikan akan tereallisasi.

Pendapat yang Mendasari Penggunaan Metode Biaya Historis

Berikut ini adalah berbagai pendapat dari para pendukung metode biaya historis:

Biaya historis relevan dalam pengambilan keputusan ekonomi.

Seorang manajer sudah pasti akan menggunakan dat dari transaksi masa lalu sebagai
saran pendukung pengambilan keputusan yang dilakukan olehnya. Ia dituntut untuk bisa
mereview usaha/transaksi yang telak dilakukan dimasa lalu dan pengukuran dari transaksi
tersebut dinamakan dengan biaya historis.
Biaya historis didsarkan pada transaksi yang aktual, bukan hanya trnsaksi yang
mungkin terjadi.

Dalam biaya historis, pencatatan didasarkan pada transaksi aktual yang telah terjadi
sehingga dapat dibuktikan dan diobservasi.

Sejarah membuktikan bahwa laporan keuangan berdasarkan biaya historis telah banyak
berguna.

Maults menyatakan:

jika orang-orang yang mmebuat keputusan manajemen dan investasi belum


menemukan bahwa laporan keuangan berdasarkan biaya historis berguna selama
bertahun-tahun, perubahan akuntansi sudah sejak lama akan dibuat

Pemahaman terbaik konsep profit adalah kelebihan dari harga jual terhadap harga
perolehan/biaya historis.

Profit diinterpretasikan sebagai ukuran dari performa yang baik. Keputusan untuk
meneruskan suatu produk/divisi bergantung dari apakah terdapat selisih yang
menguntungkan antara pendapatan dan biaya yang telah dikeluarakan.

Akuntan harus menjaga integritas data mereka terhadap modifikasi internal.

Sebagian besar orang tidak setuju bahwa biaya historis lebih kecil resiko manipulasinya
dibandingkan current cost atau selling price. Namun para pendukung biaya historis
beranggapan bahwa current cost yang berdasarkan pada current value/fair value
terkadang sulit untuk ditentukan dan memiliki celah lebih besar untuk dimanipulasi.

Seberapa bermanfaatkah informasi mengenai profit, berdasarkan current cost atau selling
price?

Para pendukung biaya historis beranggapan bahwa kenaikan/penurunan nilai dari sebuah
aset tidaklah berguna ketika perusahaan tidak berencana untuk menjual aset tersebut,
begitu juga dengan kenaikan atau penurunan harga pasarnya.

Perubahan haraga pasar dapat diungkapkan sebagai data tambahan.

Dalam beberapa kasus, para pendukung biaya historis berpendapat bahwa biaya historis
tidak memiliki perbedaan yang material dengan current cost. Tambahan data pada harga
saat ini adalah cara yang praktis dan efisien dalam berhadap dengan informasi tesebut
tanpa harus bergeser dari basis biaya historis ke current cost.

Tidak ada bukti yang cukup untuk membenarkan penolakan terhadap akuntansi biaya
historis.
Akuntan tradisional berpendapat bahwa tidak ada bukti meyakinkan yang menunjukkan
bahwa informasi akuntansi exit price lebih berguna daripada informasi biaya historis.
Sebagian besar studi penelitan menunjukkan bahwa data biaya saat ini tidak memberikan
banyak informasi dibanding data biaya historis.

Kritik Terhadap Metode Biaya Historis

Sejarah akuntansi menunjukkan bahwa tujuan dari akuntansi adalah untuk membantu
para pemakai laporan keuangan dalam proses pengambilan keputusan. Dalam hal ini,
pengukuran yang diperlukan adalah yang bersifat looking forward atau memperkirakan
masa depan, bukan hanya yang mempertimbangkan informasi pada masa lalu seperti
yang ditekankan pada biaya historis.

Pengukuran yang digunakan seharusnya tidak membatasi akuntanbilitas perusahaan


untuk menyajikan nilai yang sesungguhnya dari aset atau liabilitas yang ada. Investor
juga berhak mengetahui kenaikan dan penurunan dari nilai investasi mereka yang
dicerminkan mellaui aset bersih perusahaan. Berikut ini beberapa kritik terhadap biaya
historis.

Sebagai informasi dalam proses pengambilan keputusan.

Manajer menggunakan data historis untuk mengevaluasi keputusan masa lalulnya dan
juga merencanakan keputusan masa depan. Keputusan masa lalu baik benar maupun
salah perlu dipastikan dengan kenyataan yang terjadi di pasar. Evaluasi menggunakan
keputusan dimasa lalu dalam menentukan profit, harus mampu memisahkan antara profit
yang berasal dari operasi perusahaan dan profit yang berasal dari holding gain/loss. Biaya
historis tidak cocok dijadikan evaluasi dalam menentukan keputusan bisnis. Biaya
historis hanya relevan pada tahun saat aset itu diperoleh (current transaction), sedangkan
untuk tahun berikutnya, nilai suatu aset tidak lagi sama sehingga informasi biaya
historisnya sudah tidak lagi relevan atau sudah tidak lagi berpengaruh dalam proses
pelaporan. Informasi yang bermanfaat adalah informasi yang menyajikan nilai yang
sesungguhnya suatu aset/liabilitas agar dapat menyajikan informasi yang dapat digunakan
oleh para pemakai laporan keuangan dalam mengambil keputusan.

Profit yang diperoleh dari biaya historis tidak bersifat prospektif, namun bersifat
retrospektif. Modal dalam biaya historis diartikan sebagai jumlah nominal dana yang
diinvestasikan di perusahaan, bukan merupakan daya beli investasinya (purchasing power
of investment). Sementara yang digunakan untuk memprediksi masa depan adalah daya
beli investasinya, sebagai contoh harga terkini suatu aset tentu lebih mampu dalam
memprediksi nilai aset dimasa mendatang dibandingkan biaya yang dulu dikeluarakan
untuk membeli aset tersebut.

Biaya historis menilai terlalu tinggi profit ketika harga-harga mengalami kenaikan karena
ia menilai terlalu rendah terhadap suatu beban sementarapenjualan mengalami kenaikan
akibat inflasi.

Dasar dari Biaya Historis

Salah satu dari manfaat dari penggunaan biaya historis bagi para penggunanya adalah
prinsip going concern dimana umur perusahaan dianggap tidak dapat ditentukan sehingga
ekpektasi nirmal mengenai item non-moneter akan terpenuhi. Persediaan dianggap pasti
akan terjual dan aset tidak lancar dapat sepenuhnya digunakan dalam bisnis. Oleh karena
itu biaya historis suatu aset atau pengalokasiannya dirasa tepat digunakan dalam
pelaporan keuangan. Namun indikasi akan adanya kebangkrutan dalam suatu perusahaan
seperti rugi yang terus menerus dapat dijadikan perkiraan bahwa perusahaan tidak dapat
berjalan lagi.

Uraian tersebut bermakna bahwa pada dasarnya kita dapat memprediksi umur suatu
perusahaan, sehingga asumsi biaya historis menenai going concern dianggap tidak
realistis.

Matching

Salah satu konsekuensi dari penggunanan matching concept adalah karena konsep
tersebut menempatkan neraca pada posisi kedua. Neraca semata-mata hanya sebagai
ringkasan setelah penentuan profit. Padahal sebenarnya neraca memiliki fungsi yang
sangat penting, neraca merupakan sumber informasi utama untuk melihat posisi keuangan
perusahaan. Menurut Sproud, neraca memiliki elemen-elemen fundamental untuk menilai
kondisi dari sebuah perusahaan seperti aset, liabilitas dan juga ekuitas, dan setiap
transaksi seharusnya dianalisis dalam pengaruhnya terhadap aset, liabilitas dan ekuitas.
Penggunaan konsep matching tidak menghasilkan informasi yang relevan dan terpercaya.
Hal ini membawa pada kritik bahwa konsep ini bias terhadap neraca dimana laporan
keuangan meletakkan neraca pada posisi kedua.

Kebutuhan Investor

Seperti yang telah kita ketahui pada argumen-argumen sebelumnya bahwa dalam
menentukan profit menggunakan biaya historis, menyebabkan adanya penyimpangan
dalam proses pengungkapan laporan keuangan. Menurut Whitman dan Shubik hal
tersebut disebabkan oleh beberapa hal diantaranya :
Akuntan memiliki pandangan yang sederhana mengenai keinginan investor

Akuntan menerima pandangan yang kuno dan fundamental mengenai bagaimana


menganalisa sebuah perusahaan dan sahamnya

Terdapat hal yang berbeda antara menganalisa saham dan perusahaan.

Dalam menganalisa saham, perlu lebih menekankan pada sisi psikologis pasar
dibandingkan kenyataan yang ada pada perusahaan, hal tersebut karena :

Investor biasanya memiliki sedikit pengetahuan mengenai manajemen, peraturan,


tujuan, peluang dan juga masalah dari perusahaan

Investor memiliki peran pasif

Investor bergantung pada pasar sekuritas, sehingga dapat dengan mudah keluar
masuk

Investor memiliki pemikiran jangka pendek terhadap pasar investasi.

Psikologi dari para investor memiliki efek lebih besar dalam menentukan harga
pasar.

Karena alasan-alasan tersebut, sistem akuntansi kovensional dibentuk untuk


memenuhi kebutuhan investor yang sebenarnya tidak begitu memperhatikan kondisi
perusahaan yang sebenarnya.

Menurut Whitman dan Shubik, akuntansi seharusnya menyediakan informasi bagi para
investor yang cerdas yang tertarik dengan kondisi sebenarnya perusahaan. Biaya historis
hanya menekankan pada current rates of return dibandingkan longterm profitability,
sehingga berisiko menyajikan data yang menyesatkan seperti overstated revenue and
asset, dan understated expense and liabilities ataupun sebaliknya.

CURRENT COST ACCOUNTING

Current Cost Accounting adalah sistem akuntansi dimana aset dinilai berdasarkan nilai
sekarang (fair value) sedangkan profit dinilai berdasarkan pada saat aset tersebut
diperoleh. Tujuan dari Current Cost Accounting (CCA) berdasarkan pada 3 asumsi yang
diungkapkan oleh Edwards dan Bell :

Berapa nilai aset yang harus dimiliki pada waktu tertentu? Ini merupakan masalah
ekspansi.

Aset tersebut harusnya bentuknya apa? Ini merupakan masalah komposisi.


Bagaimana aset tersebut dibiayai? Ini merupakan masalah pembiayaan.

Manajer membuat keputusan berdasarkan kepada ketiga asumsi tersebut. Bagaimana cara
melakukan evaluasi untuk dapat menentukan pengukuran. Untuk melakukan pengukuran,
alat terbaik yang dapat dijadikan tolak ukur adalah perbandingan dengan historical cost,
yaitu perbandingan nilai sekarang dengan nilai pada masa sebelumnya. Karena
perbandingan evaluasi tersebut dirasa kurang akurat, dibutuhkan data tambahan yaitu
nilai sekarang berdasarkan pasar dan ekspektasi terhadap kejadian dimasa mendatang.
Jadi, nilai historis dijadikan sebagai fungsi evaluasi, sedangkan nilai aktual dan
ekspektasi masa depan dijadikan sebagai fungsi pengambilan keputusan.

Informasi historical cost, nilai saat ini dan ekspektasi mendatang didapat dari
pengumpulan data. Data dan informasi perusahaan tidak hanya berasal dari pihak
manajemen, namun juga pihak pemegang saham. Sehingga tujuan dari informasi
akuntansi tersebut adalah sebagai:

Evaluasi oleh manajer berdasarkan keputusan masa lalu sebagai pembelajaran


untuk keputusan masa depan.

Evaluasi oleh Pemegang saham, kreditor dan lainnya.

Konsep Laba Usaha dan Modal Keuangan

Sehubungan dengan profit, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah:

Holding Decision yaitu kapan saat ingin hold aset dan liabilitas atau kapan saat
akan menjualnya.

Operating Decision yaitu kapan saat bagaimana menggunakan dan memahami


operasional entitas.

Evaluasi terhadpa kedaua asmsi diatas menggunakan business profit, yakni; (1)
current operating profit, (2) realisable cost savings. Current operating profit
merupakan kelebihan dari jumlah penjualan terhadap barang dikurangi dengan biaya
yang dikeluarkan. Realisable cost saving merupakan kenaikan curent cost dari aset
pada periode saat ini juga. konsep tersebut erat kaitannya dengan realised/unrealised
holding gain, yaitu keuntungan dan kerugian dalam aset berdasarkan nilai saat ini.

Holding Gains and Losses


Munculnya hilding gain and losses sempat menjadi kebingungan oleh manajemen dalam
mengevaluasi keputusan dan mengalokasi sumber daya. Konsep antara Operating
gain/loss dan holding gain/loss harus dipisahkan. Holding digunakan untuk menilai
apakah keputusan maajemen untuk menahan asetnya tersebut tepat dan profitable. Selain
itu, sistem holding digunakan untuk menentukan posisis perusahaan dalam suatu pasar.
Pengukuran berdasarkan historical cost digunakan dan dibandingkan hanya paabila aset
atau liabilitas tersebut dijual. Sedangkan dalam holding, perbandingan menggunakan
historical cost dianggap tidak relevan karena adanya perbedaan waktu dan situasi
sekitarnya, sehingga menggunakan nilai masa kini.

Kenapa Holding Gain merupakan Komponen Profit

Edwards & bell menyatakan bahwa holding gain menunjukkan bahwa nilai tambah yang
disimpan dan dimasukkan sebelum penggunaannya. Revine menambahkan bahwa
holding gain dianggap sebagai penambahan nilai yang tak disengaja yang menciptakan
kentungan bagi entitas sebagai akibat dari perbedaan waktu pembelian suatu aset yang
diwaktu sekarang dan mendatang selain itu kelebihan nilai aset tersebut memberikan
untung pada saat aset tersebut dijual dimasa yang akan datang dan memberikan efek cash
inflow.

Holding gain dianggap sebagai nilai aset yang diapresiasi sebagai akibat dari fenomena
ekonomi, sehingga bersifat unreliased. Nilai tersebut kemudian menjadi realised apabila
dimasa mendatang aset tersebut dijual, sehingga mempengaruhi arus kas.

Beberapa akuntan berpendapat bahwa perusahaan membeli aset untuk operasional tanpa
memperhatikan perubahan harganya sehingga penekanannya hanya berdasarkan saat nilai
likuidasi/exit value. Pernyataan ini kemudian dikritisi oleh Revsine karena penilaian
seperti in itidak relevan bagi investor, karena bagi investor sangat mempehatikan kondisi
arus kas masa depan yang berkorelasi dengan dividen dan penjualan saham. Revsine
berpendapat bahwa holding gain masuk dalam kategori profit karena kenaikan nilai
berdasarkan pada cerminan kekuatan pendapatan dimasa depan yang lebih besar.

MODAL UANG VERSUS MODAL FISIK

Perbedaan mendasar pada modal dan modal fisik adalah penggunaan holding gain.
Holding gain lumrah digunakan pada modal, sedangkan modal fisik tidak menggunakan
holding gain.

Dukungan terhadap Modal Fisik


Pendukung modal fisik berpendapat bahwa modal merupakan suatu bentuk fisik yang
menunjukkan kemampuan operasional perusahaan. Sebelumnya dikatakan bahwa
penggunaan konsep holding gain sebagai profit karena: (1) sebagai penghematan biaya;
dan (2) mewakili penambahan arus kas pada masa mendatang,

Samuelson membantah pernyataan tersebut. Ia menganggap bahwa cost savings harusnya


dimasukkan ke penyesuaian pemeliharaan modal. Ia juga berpendapat bahwa holding
gain merupakan sebuah kesempatan untuk mengambil keuntungan dari pihak yang
berlawanan. Holding gain merupakan keuntungan yang tidak diambil dan juga tidak
berwujud. Menurutnya, dalam net cash flows, keuntungan berasal dari arus kas yang
berwujud dan realised, dan holding gain tidak memenuhi persyaratan tersebut, sehingga
tidak masuk ke bagian profit.

Fitur Utama dalam Physical Capacity System, Capital Maintenance

Capital Maintenance adalah konsep akuntansi didasarkan pada prinsip bahwa pendapatan
hanya diakui setelah modal telah dipertahankan. Pemeliharaan modal telah dicapai jika
jumlah modal perusahaan pada akhir periode tidak berubah dari yang pada awal
periode, apabila terdapat jumlah yang berlebih maka diperlakukan sebagai keuntungan.

Sistem ini berdasarkan pada konsep analisis marjinal dalam faktor pasar. Mengacu pada
permintaan dan penawaran, pergerakan permintaan dan penawaran sangat mempengaruhi
faktor pada pasar.

Monetary Items dan Non-monetary Items

Monetary items adalah aktiva yang mempunyai klaim untuk menerima sejumlah manfaat
mata uang (rupiah, dollar) di masa mendatang tanpa memperhatikan perubahan keadaan
ekonomi dan daya beli masyarakat, seperti inflasi. Pegukuran monetary item
berdasarkan pada nilai historical cost. Item kebanyakan berasal dari kreditur, debitur,
kas, pembayaran dimuka dan cerukan bank.

Sebaliknya non-monetary items berpengaruh terhadap keadaan sekitar sehingga


dibutuhkan penyesuaian pada mata uangnya, sehingga pengukuran berdasarkan pada nilai
kini, nilai tersebut berasal dari:

Harga perolehan masa kini.

Indeks spesifik karena tidak ada harga pasarnya.

Untuk kepentingan spesifik atau untuk digantikan


Argumentasi yang Mendukung dan Menentang Current Cost

Pengakuan Prinsip

Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini melanggar
konservatisme prinsip yang menyatakan bahwa keuntungan diakui pada saat aset non-
moneter dijual. Pendukung current cost berpendapat bahwa unrealised holding gain
menunjukkan adanya fenomena pergerakan nilai aset yang terjadi pada waktu tersebut
sehingga harus diakui, apabila memiliki bukti yang cukup kuat.

Objektivitas Current cost

Para pendukung historical cost berpendapat bahwa nilai masa kini tidak objektif karena
kebanyakan kasus, nilai masa kini penggunaannya tidak berdsarkan pada transaksi
aktual yang perusahaan lakukan. Namun objektivitas dalam historical cost sendiri juga
sulit untuk mengukurnya. Sebagai contoh barang-barang yang mudah didapat seperti
bahan baku, persediaan barang dan lainnya, karena barang-barang tersebut bersifat
operasional dan pemakaiannya.

Perubahan Teknologi

Sebelumnya dikatakan bahwa current operating profit sebagai indikasi bahwa adanya
kontribusi positif pada masa depan terhadap ekonomi dan produktivitas perusahaan
semakin efektif. Namun hal ini ditentang karena pemberian kontribusi tidak
memperhatikan adanya perubahan teknologi pada masa mendatang. Walaupun current
operating profit sebagai dasar prospek masa depan, tetapi hanya apabila teknologi bersifat
stagnan, padahal di masa depan teknologi tersebut sudah usang. Resvine juga
berpendapat bahwa perubahan teknologi mempengaruhi biaya produksi juga, sehingga
dibutuhkan penyesuaian terhadap harga mesin.

Measurement Application
GAMBARAN

Keandalan

Meskipun tekanan untuk pendekatan pengukuran dibahas dalam bab 6, praktik akuntansi
bermula dari arah ini menemukan beberapa kendala yang kuat. Yang pertama adalah
kehandalan. Keputusan kegunaan laporan keuangan berbasis nilai saat akan
dikompromikan jika terlalu banyak kehandalan dikorbankan untuk relevansi yang lebih
besar.

Skeptisisme manajemen

Skeptisisme manajemen tentang pengakuan cadangan akuntansi (RRA) membawa ke


Current Value Accounting pada umumnya, terutama karena pendekatan pengukuran
menunjukkan bahwa nilai-nilai saat ini, dan volatilitas yang menyertai mereka,
dimasukkan ke dalam laporan keuangan yang tepat . Skeptisisme ini meningkat contoh
harga likuiditas selama 2007-2008, yang serius mengikis stabilitas banyak lembaga
keuangan. Namun, perusahaan-perusahaan yang beroperasi di lingkungan masih stabil.
Sampai-sampai volatilitas akuntansi nilai saat menangkap realitas ekonomi, seseorang
dapat dikatakan bahwa laporan keuangan harus mencerminkan risiko nyata yang dihadapi
perusahaan.Namun demikian, dalam hal ini akan melihat alasan mengapa manajer
mungkin tidak suka laporan keuangan yang mudah menguap .
Manajer, investor, dan auditor dapat memilih akuntansi konservatif dengan Current Value
Accounting

Manajer, investor, dan auditor dapat memilih akuntansi konservatif untuk Current Value
Accounting di beberapa keadaan. Argumen bahwa akuntansi konservatif dapat
berkontribusi untuk pengambilan keputusan investor dan pengurangan kewajiban auditor.

Sementara kendala ini menunjukkan bahwa perpanjangan akuntansi nilai saat berjalan ke
dalam peningkatan pertanyaan, beberapa tahun terakhir telah melihat standar pengukuran
yang berorientasi utama baru dengan lebih di cakrawala. Dalam bab ini, kita
mempertimbangkan lebih besar dari dua versi nilai saat ini.

CURRENT VALUE ACCOUNTING

CVA meliputi semua sistem untuk menghitung nilai sekarang atau perubahan dalam harga
khusus mencakup current cost accounting, replacement accounting dan current exit price
accounting / selling price accounting. CVA berkaitan dengan naik turunnya nilai asset
tertentu bukan menurunnya daya beli sekarang,income tidak dipertimbangkan.

DUA VERSI VALUE ACCOUNTING

Value In - Use

Value-in-Use diukur dengan nilai diskonto kas sekarang yang diharapkan akan diterima
atau dibayar sehubungan dengan penggunaan aset atau kewajiban. Sekarang kita
mengingat definisi tentang informasi yang relevan, yaitu, bahwa itu menginformasikan
investor tentang prospek ekonomi masa depan perusahaan.

Satu kemudian mungkin menyimpulkan nilai yang digunakan adalah yang paling dalam
relevansinya, karena mengukur arus kas yang diharapkan ke atau dari perusahaan.
Namun, ini bergantung pada kualifikasi utama - Value-in-Use tergantung pada bagaimana
manajemen mungkin merubah strategis, bagaimana mereka berniat untuk menggunakan
aset atau kewajiban. Misalnya, Ketika penurunan nilai wajar atas aset keuangan yang
diklasikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual telah diakui secara langsung dalam
ekuitas dan terdapat bukti objektif bahwa aset tersebut mengalami penurunan nilai,
maka kerugian kumulatif yang sebelumnya diakui secara langsung dalam ekuitas harus
dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi. Juga, jika aset keuangan
tertentu, saat ini dinilai berdasarkan nilai pasar, telah jatuh di nilai, manajemen dapat
menyatakan maksud untuk menahan mereka sebagai investasi jangka panjang, sehingga
menghindari writedown.

Dengan demikian, niat manajemen adalah pergeseran atas pengembangan pendekatan


pengukuran berdasarkan nilai pakai. Value-in-Use juga mempunyai masalah dalam
keandalan, karena arus kas masa depan harus diperkirakan. Ini memperlihatkan kesalahan
perkiraan dan kemungkinan Manager Bias.

Nilai Wajar

Akuntansi nilai wajar saat ini diatur oleh IFRS 13, efektif pada tahun 2013. Standar ini
secara substansial sama dengan standar akuntansi di Amerika Serikat (PSAK 157, efektif
2007, sekarang ASC 820-10). Kami akan dibahas IFRS 13 di sini, dengan pengertian
bahwa diskusi kita juga berlaku untuk saat ini US aturan nilai wajar.

Nilai wajar mengartikan di IFRS 13, sebagai berikut:

"Nilai wajar adalah harga yang akan diterima pada saat menjual aset atau dibayar untuk
mentransfer kewajiban dalam transaksi teratur antara pelaku pasar pada tanggal
pengukuran".

Dasar valuasi ini juga disebut exit price. Exit price kini merepresentasikan jumlah kas
bagi asset yang dapat dijual atau kewajiban yang dapat dibiayai kembali (refinance). Hal
ini merupakan harga bisnis yang akan direalisasikan jika asset dijual dalam kondisi
dipesan daripada paksaan liquiditas dan harga jual pada waktu pengukuran daripada
harga jual masa mendatang yang disesuaikan.

Idealnya, nilai wajar didasarkan pada harga jual aset di well-working market, atau jumlah
perusahaan harus membayar untuk pemenuhan kewajiban.

Namun, karena ketidaklengkapan well-working market, tidak ada harga pasar untuk
banyak aset dan kewajiban. Dalam menghadapi kesulitan ini, kedua membuat hirarki nilai
wajar, yang terdiri dari tiga tingkat diringkas sebagai berikut:

Level 1: Aktiva dan kewajiban yang harga well-working market cukup ada.

Level 2: Aset dan kewajiban yang harga pasar dapat disimpulkan dari harga pasar
dari barang serupa.

Level 3: Aset dan Kewajiban yang nilai pasar tidak dapat diamati atau disimpulkan.
Kemudian, perusahaan akan menggunakan informasi terbaik yang tersedia tentang
bagaimana peserta pasar memegang aset atau kewajiban akan menghargai item.
Catatan khususnya istilah "market participant" di level 3. Level 3 perusahaan
memerlukan penilaian untuk membayangkan seperti calon pembeli dan memperkirakan
berapa banyak pembeli bersedia membayar. Jumlah ini bisa menjadi arus kas yang
diharapkan dari aset, disesuaikan dengan risiko, dari penggunaan pembeli 'terbaik dari
item. Perhatikan khususnya bahwa konsep nilai kepada calon pembeli secara konseptual
berbeda dari konsep nilai perusahaan yang memiliki aset. Namun, arus kas yang
diharapkan perusahaan sendiri mungkin dapat digunakan sebagai tempat untuk memulai
dalam mengestimasi nilai wajar. Dalam kasus lain, level 3 nilai mungkin bisa berdasarkan
biaya penggantian, karena calon pembeli tidak akan membayar lebih.

Current Value Accounting dan Laporan Laba Rugi

Kami juga dapat mempertimbangkan Current Value Accounting dari titik pengakuan
pendapatan pandang. Value-in-Use mengakui pendapatan sebelum mereka menyadari,
karena arus kas masa depan diantisipasi dikapitalisasi ke nilai aset. Akuntansi nilai wajar
keuntungan dan kerugian diakui sebagai perubahan nilai wajar terjadi. Akibatnya,
akuntansi nilai wajar, sebagai dilihat oleh pembuat standar, merupakan upaya untuk
meningkatkan sifat ke depan dari laporan laba rugi, sehingga mengurangi pengakuan lag
dan meningkatkan keputusan kegunaan bagi investor.

Ringkasan

Kedua versi saat ini ditawarkan akuntansi peningkatan nilai relevansi relatif terhadap
akuntansi biaya historis. Namun, mereka berdua menghadapi masalah keandalan.

Di bawah nilai pakai, kehandalan dikeluarkan timbul baik karena arus kas masa depan
biasanya harus diperkirakan, dan karena manajemen mungkin strategis mengganti
penggunaan yang dimaksudkan, maka arus kas masa depan, dari aset atau kewajiban.

Keandalan dari nilai wajar adalah tinggi ketika valuasi berdasarkan nilai pasar juga
bekerja (level 1 valuasi). Namun, karena ketidaklengkapan pasar, nilai tersebut mungkin
tidak ada (level 3). Kemudian, masalah keandalan juga untuk nilai wajar

CONTOH PENGUKURUAN

Piutang dan hutang

Giro piutang dan hutang dinilai berdasarkan jumlah yang diharapkan dari kas rekening
yang akan diterima atau dibayar.

Arus kas tetap dengan kontrak


Ada banyak contoh di mana arus kas tetap dengan kontrak.

Semakin rendah dari biaya atau aturan pasar

Di bawah IAS 2, ketika nilai realisasi bersih dari persediaan turun di bawah biaya, itu
diturunkan ke nilai yang lebih rendah.

Pilihan Revaluasi untuk properti, pabrik, dan peralatan

IAS 16, Sedangkan biaya historis akuntansi untuk properti, pabrik, dan peralatan adalah
memungkinkan pilihan revaluasi.

Uji Penurunan untuk properti, pabrik, dan peralatan

IAS 36, rugi penurunan nilai aset seperti properti, pabrik, dan peralatan diakui dalam laba
bersih.

INSTRUMEN KEUANGAN DEFINISI

Sebuah instrumen keuangan didefinisikan sebagai berikut:

"Sebuah instrumen keuangan adalah kontrak yang menciptakan aset keuangan satu
perusahaan dan kewajiban keuangan atau instrumen ekuitas perusahaan lain."

Aset dan kewajiban keuangan yang ditetapkan cukup luas. Dengan demikian, aset
keuangan adalah:

Kas

Instrumen ekuitas perusahaan lain

Sebuah hak kontrak:

Untuk menerima uang tunai atau aset keuangan lain dari perusahaan lain

Untuk bertukar instrumen keuangan dengan perusahaan lain di bawah kondisi yang
berpotensi menguntungkan.

Demikian pula, kewajiban keuangan adalah kewajiban yaitu:

Sebuah kewajiban kontraktual


Untuk memberikan uang tunai atau aset keuangan lain untuk perusahaan lain, atau

Untuk bertukar aset keuangan atau kewajiban keuangan dengan perusahaan lain dalam
kondisi yang tidak menguntungkan.

Dengan demikian, aset dan kewajiban keuangan termasuk item seperti rekening dan
catatan tagihan dan kewajiban, utang dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan.

DASAR INSTRUMEN KEUANGAN

Standar Setters Back Down Somewhat on fair value Accounting

Setelah 2007-2008 krisis pasar diuraikan dalam bagian 1.3, banyak perusahaan
melaporkan penghapusan nilai wajar dalam aset keuangan mereka. Semenjak penilain
berdasarkan nilai pasar membuat likuiditas dengan jelas sangat rendah.

Pengaturan standar dengan demikian terjebak dalam posisi standar yang mereka
berlakukan pada akuntansi nilai wajar dengan asumsi bahwa pasar bekerja dengan baik,
tapi pasar dengan jelas tidak bekerja dengan baik. Dalam menghadapi kesulitan ini,
mereka memperkenalkan beberapa perubahan di 2008:

IASB dan FASB menerbitkan panduan yang serupa tentang bagaimana menentukan nilai
wajar ketika pasar tidak aktif (yaitu tidak bekerja dengan baik). Pedomannya adalah
bahwa ketika nilai pasar tidak ada dan tidak bisa diperkirakan dari nilai barang serupa,
Perusahaan dapat menentukan nilai wajar dengan menggunakan asumsi mereka sendiri
dari arus kas masa depan dari aset dan kewajiban, didiskontokan pada risiko penyesuain
suku bunga. Perhatikan perbedaan dari kata-kata dari level 3 dalam hirarki valuasi IFRS
13 di atas. Bukannya menggunakan asumsi tentang bagaimana calon pembeli akan
menilai item keuangan, perusahaan bisa menggunakan asumsi mereka sendiri tentang
arus kas masa depan dari item. Tentu saja pemulihan ini mengurangi keandalan, mungkin
bahwa manajer bias nilai mereka menggunakan perkiraan untuk tujuan mereka sendiri.
Namun, pengaturan standar diperlukan pengungkapan tambahan luas tentang bagaimana
estimasi nilai wajar ditentukan. Selanjutnya, persyaratan untuk menggunakan risiko
disesuaikan rate diskonto dalam periode risiko tinggi akan menurunkan perkiraan nilai
sekarang.

FASB juga memperlemah aturan yang mengharuskan utang pasti dan ekuitas saham yang
akan ditulis ke nilai wajar dengan kerugian termasuk dalam laba bersih. Pengahpusan itu
tidak diperlukan jika penurunan nilai dirasakan bersifat sementara dan ada kemungkinan
wajar bahwa Perusahaan akan memegang aset sampai penurunan sementara nilai usai.
IASB memungkinkan reklasifikasi aset keuangan tertentu untuk memungkinkan
konsistensi yang lebih besar dengan standar FASB, yang memungkinkan pemulihan nilai
wajar di "keadaan langka" krisis pasar dianggap keadaan seperti itu. Misalnya, pinjaman
dan piutang dapat senilai dengan biaya, meskipun nilai wajar lebih rendah, selama arus
kas harapan mereka lebih besar dari biaya.

Longer-Run Changes to Fair Value Accounting

Perubahan di atas adalah tindakan sementara, karena tekanan politik dari manajemen
dan regulator. Selanjutnya, IASB memulai sebuah proyek untuk menggantikan IAS 39,
standar sebelumnya untuk aset dan kewajiban keuangan.

IFRS 9, tidak efektif sampai setidaknya 2015, merupakan hasil dari proyek ini.
Berdasarkan standar ini, aset dan kewajiban keuangan dicatat dengan basis nilai wajar
pada perolehannya. Penilaian berikutnya paling banyak adalah kewajiban pada biaya
amortisasi. Penilaian berikutnya aset keuangan adalah pada nilai wajar kecuali untuk aset
keuangan yang membayar bunga dan pokok. Jika tujuan model bisnis perusahaan adalah
untuk menahan aset dalam rangka untuk mengumpulkan bunga dan pokok ini, aset
tersebut dinilai dengan basis biaya amortisasi. Namun, jika aset menjadi turun, itu harus
dicatat ke nilai baru yang sekarang diharapkan, dengan kerugian masuk dalam laba
bersih. Penghapusan impairment dibalik untuk memperpanjang bahwa nilai pakai aset
selanjutnya meningkat.

Seperti yang kita perhatikan di bagian 7.2.1 akuntansi nilai sekarang adalah subjek
pada kemungkinan bahwa manajemen dapat mengubah strategi tujuan penggunaan aset
sehingga dapat mempengaruhi nilai sekarang. Menurut IFRS 9, perubahan model bisnis
adalah jarang diharapkan. Dengan cara ini standar membuat lebih sulit bagi manajemen
untuk mempengaruhi nilai sekarang masuk ke dalam biaya amortisasi. Akibatnya
penilaian, berdasarkan tujuannya ditahan, tetapi kemampuan manajemen untuk
mengubah tujuannya dibatasi.

Perubahan nilai wajar umumnya masuk dalam pendapatan bersih. Namun, untuk aset
keuangan dengan investasi ekuitas, perusahaan dapat memilih perolehan masuk dalam
keuntungan nilai wajar yang belum direalisasi dan kerugian pendapatan komprehensif
lain kecuali aset tersebut dimaksudkan untuk dijual kembali.

IFRS 13 juga membutuhkan pengungkapan tambahan. Sebagai contoh, metode


tertentu dan masukan yang diadopsi perusahaan dalam menentukan nilai wajar harus
diungkapkan, khususnya untuk level 3, sehingga pihak luar bisa melihat bagaimana nilai
wajar dimasukkan. Juga untuk kewajiban, pengungkapan tambahan diperlukan (misalnya,
lihat diskusi perangkat tambahan kredit ABSs di bagian 1.3). Pengungkapan tambahan
yang diperlukan oleh IFRS 7, termasuk nilai buku, dan nilai wajar jika berbeda, dari
berbagai kategori aset keuangan dan kewajiban dan tingkat mereka dalam hirarki nilai
wajar. Asumsi pengungkapan yang digunakan dalam menentukan nilai wajar juga
diperlukan.

Perusahaan mungkin memiliki dorongan untuk menggeser aset keuangan antar kelas.
Sebagai contoh, jika aset senilai biaya perolehan diamortisasi telah dihargai dalam nilai,
untuk memindahkannya ke nilai wajar akan memungkinkan keuntungan yang akan
dicatat. Namun, IFRS 9 membuat transfer sepeti itu sulit, karena klasifikasi aset keuangan
antara dua nilai basis umum memerlukan perubahan dalam model bisnis perusahaan.
Seperti disebutkan di atas, perubahan tersebut diharapkan jarang, sehingga mengurangi
kemungkinan bahwa manajemen akan mengubah basis penilaian untuk alasan strategis.

Pada saat penulisan, aturan FASB untuk penilaian dari utang dan saham ekuitas
adalah berbeda. ASC 320-10 menentukan tiga bagian kasifikasi untuk aset keuangan :

Perdagangan. Efek ini diperoleh dengan maksud menjual kembali. Efek ini dinilai pada
nilai wajar, dengan keuntungan dan kerugian yang belum direalisasi termasuk dalam
pendapatan bersih.

Dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini diperoleh dengan maksud bahwa mereka akan
dimiliki hingga jatuh tempo. Efek ini dinilai pada biaya perolehan yang diamortisasi. Jika
nilai wajarnya turun di bawah biaya perolehan, efek ditulis sebesar nilai wajarnya. Tidak
seperti IFRS 9, pencadangan ini mungkin tidak membalik jika nilai wajar kemudian
meningkat. Dengan beberapa pengecualian, penjualan sebelum jatuh tempo surat
berharga dimaksudkan untuk dimiliki hingga jatuh tempo penyebab semua efek yang
tersisa dalam klasifikasi ini harus diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual.

Tersedia untuk dijual. Efek ini dinilai pada nilai wajar, dengan keuntungan dan kerugian
masuk dalam pendapatan komprehensif lain yang belum direalisasi.

Perhatikan bahwa kriteria untuk mengklasifikasikan sebagai jaminan dimiliki hingga


jatuh tempo adalah hanya apa yang dikatakan-perusahaan harus berniat untuk menahan
aset hingga jatuh tempo. Ini berbeda dengan IFRS 9, yang hanya memerlukan niat untuk
menahan untuk mengumpulkan bunga dan pokok. Karena ini adalah persyaratan
signifikan lebih lemah untuk memenuhi syarat untuk akuntansi biaya perolehan
diamortisasi, kita dapat berharap penggunaan lebih besar dari nilai wajar akuntansi di
bawah standar FASB daripada di bawah IFRS. Ini akan menarik, untuk melihat sejauh
mana dua badan ini bertemu standar instrumen keuangan mereka. Konvergensi akan
membutuhkan FASB untuk mengadopsi, atau IASB untuk menjatuhkan, konsep model
bisnis sebagai bersyarat untuk akuntansi biaya perolehan diamortisasi. Atau, kedua
standar pengaturan dapat berkompromi dengan menerapkan konsep model bisnis hanya
jenis tertentu aset yang dimiliki untuk mengumpulkan bunga dan pokok.
Perhatikan juga bahwa kedua standar memungkinkan keuntungan nilai wajar yang belum
direalisasi tertentu dan kerugian untuk dimasukkan dalam pendapatan komprehensif lain.
Sejak nilai wajar cenderung volatile, efeknya adalah untuk mengurangi volatilitas laba
bersih, ini adalah konsesi untuk manajemen untuk alasan yang akan dibahas dalam bab 9
dan 10, dsilike volatilitas pendapatan.

Opsi nilai wajar

IFRS 9 berisi opsi nilai wajar. Pada saat perolehan, perusahaan tidak dapat menarik
kembali dapat menetapkan aset keuangan dan/atau kewajiban keuangan yang biasanya
akan dinilai pada biaya perolehan diamortisasi ke dalam kategori nilai wajar ini
mengurangi ketidakcocokan, di mana volatilitas laba ketidaksesuaian lebih dari volatilitas
nyata yang dihadapi perusahaan. Perubahan aktiva dan kewajiban dirancang di bawah
opsi nilai wajar masuk dalam pendapatan bersih.

Ketidakcocokan meningkat ketika beberapa aset atau kewajiban dinilai secara wajar tapi
kewajiban atau aset yang terkait tidak. Misalnya, bahwa masalah obligasi perusahaan
untuk membiayai pembelian portofolio pinjaman tanpa bunga piutang. Kewajiban
obligasi senilai biaya perolehan diamortisasi. Namun, perusahaan sering membeli dan
menjual pinjaman dalam portofolio. Artinya, model bisnis tidak mengharuskan pinjaman
diadakan semata-mata untuk mendapatkan bunga dan pokok. Akibatnya, pinjaman dinilai
pada nilai wajar. Sebagai suku bunga pasar berubah, nilai wajar hutang obligasi akan naik
atau turun dan nilai wajar dari kredit yang diberikan akan jatuh atau naik. Dengan
demikian, dalam jangka nyata, obligasi memberikan, lindung nilai alami dari pengaruh
perubahan suku bunga pinjaman piutang. Namun, dalam hal akuntansi, jika perubahan
nilai wajar aset kredit termasuk dalam laba bersih tapi tidak ada keuntungan atau
kerugian nilai wajar yang tercatat pada kewajiban obligasi, volatilitas pendapatan bersih
perusahaan melebihi volatilitas nyata perusahaan yang memilih melalui kegiatan lindung
nilai alami. Ini adalah ketidakcocokan.

Untuk mengurangi potensi mismatch, perusahaan bisa mengadopsi opsi nilai wajar untuk
utang jangka panjang sehingga "kedua belah pihak" lindung nilai dinilai secara wajar,
dengan keuntungan dan kerugian di kedua termasuk dalam pendapatan bersih
berdasarkan IFRS 9, penggunaan opsi nilai wajar dibatasi. Satu pembatasan adalah bahwa
pilihan ini digunakan untuk mengurangi mismatch seperti yang baru saja dijelaskan.

Nilai wajar dari hutang perusahaan juga dapat berubah karena perubahan risiko
kredit sendiri, bahkan tanpa adanya perubahan suku bunga pasar. Jika perubahan nilai
wajar utang dihasilkan, dari perubahan perusahaan kredit sendiri termasuk dalam
pendapatan bersih, hasilnya terlihat janggal. Misalnya, bahwa perusahaan menerima
downgrade dari lembaga pemeringkat kredit. Akibatnya, nilai wajar utang jatuh dalam
menanggapi meningkatnya risiko kredit ditanggung oleh pemberi pinjaman, di mana
risiko kredit di sini adalah risiko bahwa perusahaan akan mampu memenuhi kewajiban
kontrak mereka dimasa datang. Perusahaan bisa menggunakan opsi nilai wajar untuk nilai
wajar utang, dan dengan demikian akan melaporkan keuntungan pendapatan bersih
dengan meningkatnya risiko kredit sendiri.

Dua poin tentang keuntungan ini harus dicatat. Pertama, penurunan nilai wajar utang
menciptakan transfer kekayaan antara konstituen: pemegang saham untung melalui nilai
ekonomi yang lebih rendah dari utang Perusahaan, dan debtholders rugi melalui
peningkatan risiko bunga masa depan dan pembayaran pokok. Di bawah tampilan entitas
pelaporan keuangan yang diadopsi oleh kerangka konseptual (Bagian 3.7.1) laporan laba
rugi adalah laporan kinerja perusahaan untuk semua penyedia modal. Akibatnya
dipertanyakan apakah keuntungan pemegang saham disertai dengan kerugian debtholders
merupakan pendapatan dari entitas.

Kedua, peningkatan risiko kredit perusahaan biasanya disertai dengan penurunan


nilai wajar aset. Namun, banyak aset ini, seperti nilai R & D atau pengembangan
goodwill, yang tidak tercatat. Aset lainnya seperti properti, pabrik, dan peralatan, dicatat
tetapi biasanya dinilai berdasarkan biayanya. Namun, penulisan ke nilai wajar aset ini
tidak dicatat, ada kerugian untuk mengimbangi penurunan nilai wajar utang, menciptakan
ketidakcocokan seperti situasi diatas.

Loan Loss Provisioning (Penyisihan Kerugian Kredit)

Usulan yang memasukkan perhitungan kerugian kredit yang diharapkan dalam


perhitungan arus kas masa depan untuk kredit yang diberikan, disebut penyisihan
kerugian kredit. Akibatnya, kerugian kredit akan diakui "lebih cepat" daripada standar
penurunan sebelumnya, di mana kerugian kredit tidak dicatat sampai aset menjadi turun.
Usulan penyisihan kerugian kredit adalah respon terhadap kritik dari penurunan besar
selama 2007-2008 krisis pasar, di mana kerugian kredit diharapkan mungkin telah terjadi
selama beberapa waktu sebelum penurunan tiba-tiba diakui.

Rancangan paparan IASB 2013, berlaku untuk semua instrumen keuangan yang
menjadi pokok dari pengujian penurunan nilai, membagi aset keuangan menjadi dua
kelompok. Satu kelompok terdiri dari aset yang telah terjadi peningkatan yang signifikan
dalam risiko kredit sejak akuisisi mereka.

Kelompok kedua terdiri dari aset tanpa peningkatan yang signifikan dalam risiko kredit
sejak perolehan. Aset dalam kelompok ini dinilai bersih penyisihan kerugian kreditnya
sama dengan "diharapkan lamanya 12 bulan kerugian kredit", di mana jumlah ini dihitung
oleh perusahaan yang menilai kemungkinan kegagalan dalam waktu 12 bulan masa aset
dalam kerugian kredit.
Jika aset dinilai berdasarkan ekspektasi masa kerugian kredit dan sestelah itu resiko
kredit bisa di pulihkan, ekspektasi 12 bulan semula akuntansi kerugian kredit dapat
dipulihkan.

Point penting untuk dicatat tentang akuntansi yang diusulkan ini adalah bahwa kerugian
pinjaman dicatat sebelum kredit default yang sebenarnya terjadi, sehingga merespon
sebagian untuk mengkritik yang disebutkan di atas pinjaman tak terduga selama 2007-
2008 krisis pasar.

Summary and Conclusions

Kami menyimpulkan bahwa akuntansi instrumen keuangan adalah sebuah aplikasi


penting dari akuntansi nilai wajar. Namun, dalam IFRS 9, IASB mundur dari nilai wajar
untuk standar AS, karena memungkinkan peningkatan penggunaan akuntansi biaya
perolehan diamortisasi dari efek hutang dengan memperkenalkan konsep model bisnis.
Hasilnya membuat dua pengaturan menyatukan standar mereka, bahwa laporan keuangan
yang disusun berdasarkan US GAAP akan menunjukkan penggunaan yang lebih besar
dari nilai wajar untuk instrumen keuangan dari laporan disusun berdasarkan GAAP
IASB.

Fair Value Versus Historical Cost

Beberapa akuntan berpendapat bahwa akuntansi biaya historis adalah lebih berguna
bagi investor daripada nilai wajar. Dalam hal ini, beberapa model teoritis mengevaluasi
manfaat relatif dari nilai wajar dan akuntansi biaya historis untuk instrumen keuangan.
Allen Dan Carletti (AC 2008) menyajikan model di mana bank dan perusahaan asuransi
memegang peranan, baik jangka panjang dan jangka pendek aset keuangan, kondisi ini
terjadi di mana perusahaan asuransi tidak dapat membayar klaim mereka, mereka harus
dilikuidasi, termasuk menjual asset jangka panjang mereka. Ini menghasilkan harga
likuiditas karena, bagi investor agar bersedia membeli kelebihan asset jangka panjang
dilempar ke pasar, harga jual mereka jatuh secara substansial, setidaknya ke titik bahwa
keuntungan mereka daripada aset jangka pendeknya. Berdasarkan akuntansi nilai wajar,
Bank harus menghapus aset jangka panjangnya yang ditahan dalam harga perolehan.
Menurut akuntansi biaya historis, penghapusan ini tidak terjadi pada Bank dan tetap
sanggup membayar utangnya. Sehingga model AC memprediksi bahwa akuntansi biaya
historis lebih disukai secara sosial daripada nilai wajar, karena menghindari kemungkinan
pengaruh buruk keuangan dari satu industri ke yang lain ketika industri memegang aset
umum yang sama.
Dalam hal ini model Plantin, Sapra, and Shin (PSS; 2008), yang kita adaptasi dengan
konteks harga likuiditas, kondisi di mana akuntansi nilai wajar dapat menjadi baik atau
buruk. Model mereka terdiri dari sejumlah besar lembaga keuangan yang likuid, aset
jangka panjang seperti kredit pinjaman dan surat berharga. Manajer perusahaan-
perusahaan ini diasumsikan ingin memaksimalkan laba bersih yang dilaporkan untuk
tahun ini, yang memiliki perencanaan lebih pendek dari durasi aset mereka.

Keputusan manajer di pertama tahun ini adalah apakah untuk memegang aset jangka
panjang perusahaan hingga jatuh tempo atau menjual mereka selama tahun pada harga
pasar. Misalkan pertama bahwa ada runtuhnya kepercayaan investor, yang mengarah ke
penurunan kegiatan ekonomi dan surat berharga jatuh. Assume bahwa aset jangka
panjang perusahaan dinilai pada nilai wajar. PSS berpendapat bahwa jika harga terus
turun, manajer berharap bahwa pada akhir periode akan ada penghapusan aset pinjaman
di bawah akuntansi nilai wajar. Jika aset tersebut dijual sebelum akhir periode akan ada
rugi yang direalisasi, namun kerugian ini akan kurang dari kerugian yang dihasilkan oleh
nilai wajar akhir periode tercatat jika harga terus turun. Manajer yang ingin
memaksimalkan pendapatan periode berjalan dan atau menghindari jatuh di bawah batas
modal regulator, akan menghadapi tekanan untuk menjual sekarang.

Sejak nilai yang digunakan lebih besar dari nilai wajar harga likuiditas, pemegang saham
akan memilih jika pinjaman yang dimilikinya hingga jatuh tempo. Namun manajer
menetapkan pada pemaksimalan laba bersih untuk tahun yang bersangkutan. Hasilnya
adalah bahwa akuntansi nilai wajar harga pasar aset likuid didorong untuk di bawah nilai
sebenarnya ke lembaga keuangan. Bukannya menganggap bahwa pinjaman dicatat
dengan biaya historis murni. Maka, tidak ada penghapusan pada akhir tahun ini
menghilangkan motivasi manajer untuk menjual, mendorong perusahaan untuk
mempertahankan pinjaman mereka dan dengan demikian mengurangi penurunan nilai
pasar. Dengan demikian, di bawah kondisi ini nilai historis lebih disukai dari perspektif
pemegang saham.

Sebaliknya bahwa kepercayaan investor dan kegiatan ekonomi, maka nilai wajar efek
yang tinggi, sesuai biaya historis manajer akuntansi termotivasi untuk menjual aset kredit
yang telah meningkat nilai untuk mewujudkan keuntungan dan meningkatkan pendapatan
bersih untuk tahun (keuntungan perdagangan). Sesuai akuntansi nilai wajar, ada motivasi
untuk menjual karena keuntungan yang belum direalisasi masuk dalam pendapatan.
Perusahaan mempertahankan pinjaman dan akan menyadari nilai mereka pada saat jatuh
tempo, maka dari perspektif pemegang saham, nilai wajar disukai untuk biaya historis.

Mengingat asumsi model, sehingga tampak bahwa pilihan antara biaya perolehan dan
akuntansi nilai wajar tergantung pada apakah kondisi ekonomi yang tinggi atau rendah.
Liquidity risk and Financial Reporting Quality

Acharya dan pedersen (AP; 2005) mendefinisikan risiko likuiditas sebagai ketidakpastian
tentang apakah pembelian atau biaya penjualan. AP memperpanjang CAMP (Capital
Asset Pricing Model) untuk model pengaruh risiko likuiditas biaya modal, menunjukkan
kondisi di mana biaya meningkat modal untuk perusahaan dengan risiko likuiditas yang
tinggi.

Risiko likuiditas dapat kontributor yang signifikan terhadap biaya modal, khususnya
dalam masa krisis pasar, dan bahwa pelaporan keuangan yang berkualitas, dengan
mengurangi risiko likuiditas, dapat membantu mengurangi efek buruk dari risiko
likuiditas pada biaya modal.

7.8 Derecognition and Consolidation

Penghentian pengakuan dan konsolidasi adalah pusat dari isu-isu akuntansi yang
berkontribusi pada 2007-2008 krisis pasar di bagian 1.3. Perusahaan mengakui aset
keuangan atau liabilitas keuangan pada laporan posisi keuangan. Alternatif untuk
penghentian pengakuan adalah untuk mempertahankan aset yang dialihkan pada laporan
posisi keuangan dan perlakuan hasil yang diterima sebagai pinjaman yang dijaminkan
(yaitu perusahaan telah "dipinjam" dalam proses transaksinya, perusahan memberikan
aset yang ditransfer sebagai jaminan). Perlakuan ini cocok jika transfer disertai dengan
begitu banyak risiko dan kewajiban masa depan bahwa risiko dan manfaat kepemilikan
belum benar-benar telah ditransfer kepada pembeli. Ketika penghentian pengakuan aset
berbeda antara nilai buku dengan transfer aset yang diterima harus di akui di laba rugi.

Persyaratan penghentian pengakuan ini telah menyatu dengan standar FASB. Jadi US
standar penghentian pengakuan standar (ASC 860-20) pada dasarnya mirip dengan IFRS
9. IFRS 10 upaya untuk memperketat dan memperjelas konsep kontrol. Ini
mendefinisikan kontrol ada apabila satu ekuitas memiliki hak kembali variabel entitas
lain dan dapat mempengaruhi orang-orang kembali melalui kuasa atas entitas. Perhatikan
dua dimensi ini didefinisikan kekuasaan dan risiko. Kekuatan ada ketika entitas memiliki
kekuasaan untuk mengarahkan aktivitas yang secara signifikan mempengaruhi hasil yang
entitas yang lain. Risiko ada karena perusahaan pengendali memiliki variabel
kepentingan. Artinya, keuntungan dan kerugian saham (dengan risiko) dari yang lain.

Biasanya kekuatan ada ketika satu entitas memiliki lebih dari setengah hak suara pada
entitas lain. Namun, di bawah IFRS 10, kontrol bisa eksis dengan kurang dari hak suara
mayoritas, menyediakan, seperti yang baru saja disebutkan, bahwa entitas pengendali
memiliki kekuatan untuk mengarahkan kegiatan yang signifikan entitas lain.
Derivative financial instruments

Characterictics of derivatives

Instrumen derivatif yang kontrak, yang nilainya tergantung pada beberapa harga yang
mendasarinya, suku bunga, nilai tukar, atau variabel lainnya. Karakteristik dari instrumen
derivatif adalah bahwa mereka umumnya memerlukan atau penyelesaian dalam cash-
pengiriman aset yang terkait dengan kebutuhan dasar tidak terjadi.

Dengan demikian, kontrak opsi di atas, tidak perlu melibatkan pemegang benar-benar
membeli saham, tetapi hanya menerima nilai opsi tunai pada saat penyelesaian. Sebagai
contoh lain, misalkan perusahaan perlu meminjam sejumlah besar uang dalam waktu
enam bulan. Khawatir bahwa suku bunga akan naik selama periode ini. Perusahaan
membeli kontrak berjangka obligasi memberikan hak dan kewajiban untuk menjual
obligasi pemerintah pada harga tertentu yang penyelesaian enam bulan maka, jika suku
bunga naik, nilai pasar obligasi yang mendasari turun. Dan nilai kontrak masa depan naik
untuk mengimbangi biaya pinjaman yang lebih tinggi.

Jika kontrak ini harus diselesaikan physically, perusahaan harus memasuki pasar obligasi
pada tanggal penyelesaian, untuk membeli jumlah yang diperlukan dari obligasi
pemerintah, dan menjualnya ke kelompok yang lain dari kontrak dengan harga kontrak
untuk direlisasikan dengan nilai kontrak. Perubahan instrumen derivatif nilai wajar diakui
dalam laba bersih berdasarkan IFRS 9 dan ASC 815-10-35, kecuali untuk kontrak lindung
nilai tertentu.

Hedge Accounting

Masalah perusahaan atau memperoleh instrumen keuangan untuk berbagai alasan.


Misalnya mereka dapat mengelola struktur modal mereka dengan cara konversi utang.
Mereka dapat mengelola arus kas mereka dengan menerbitkan zero-coupon utang. Suku
bunga Swap dan kontrak obligasi dapat memungkinkan biaya pendanaan yang lebih
rendah. Mungkin alasan utama mengapa perusahaan sepakat di instrumen pembiayaan
derivatif, adalah untuk membantu mengelola risiko. Dalam hal ini, derivatif membantu
mengurangi ketidaklengkapan pasar, karena mereka memungkinkan perusahaan untuk
membeli perlindungan terhadap risiko yang lain akan sulit untuk dikontrol. Ini adalah
peran manajemen risiko instrumen pembiayaan yang kita berkonsentrasi di sini.
Berbagai instrumen pembiayaan derivatif telah dikembangkan untuk memungkinkan
perusahaan untuk lebih baik mengelola risiko. Banyak risiko adalah risiko harga (juga
disebut risiko pasar), yang timbul dari perubahan suku bunga, harga komoditas dan nilai
tukar mata uang asing. Risiko lainnya timbul dari risiko kredit. Akuntansi untuk
instrumen keuangan ini melibatkan isu-isu sulit dalam pengakuan dan penilaian.

Ada berbagai jenis hedges. Instrumen derivatif dirancang sebagai lindung nilai dari aset
dan kewajiban diakui disebut nilai wajar hedges. Esensi dari lindung nilai wajar adalah
bahwa jika sebuah perusahaan sendiri, katakanlah, aset atau kewajiban berisiko, dapat
lindung nilai risiko ini dengan mengakuisisi hedging instrument-beberapa aktiva atau
kewajiban lainnya yang nilainya bergerak dalam arah yang berlawanan dengan item
lindung nilai. Akuntansi transaksi lindung nilai yang terjadi sepenuhnya dalam periode
saat ini relatif mudah. Keuntungan atau kerugian pada item yang lindung nilai dan
kerugian atau keuntungan pada instrumen lindung nilai keduanya dapat baik dicatat di
laporan laba bersih saat ini, yang kemudian masuk ke untung atau rugi untuk lindung
nilai tidak sepenuhnya efektif. Lindung nilai mungkin tidak sepenuhnya efektif karena
mungkin tidak ada instrumen lindung nilai yang benar-benar akan mengimbangi unsur
yang dilindungi nilainya laba atau rugi.

Berdasarkan IFRS 9 dan ASC 815-25, nilai wajar hedges adalah nilai wajar, dengan
untung atau rugi hasil dari perubahan nilai wajar secara umum masuk dalam pendapatan
bersih. Untung atau rugi item hedge terkait juga masuk dalam pendapatan bersih saat ini.

Perusahaan juga dapat melakukan lindung nilai antisipasi transaksi. Memberikan nilai
antisipasi transaksi dapat diukur secara andal dan transaksi sangat mungkin. Contohnya,
Perusahaan berharap untuk mengurangi risiko yang muncul dari perubahan harga
produksi, ini dengan cash flow hedges. Perusahaan menggunakan hedging cash flow
untuk berbagai alasan. Kemungkinan paling sering adalah untuk mengurangi risiko cash
flow masa depan yang membantu memastikan ketersediaan projek investasi masa depan,
keuangan internal.

Berdasarkan IFRS 9 dan ASC 815-30, instrument hedging cash flow nilai wajar, dengan
unrealized gain dan losses masuk ke dalam laporan pendapatan konprehensif lainnya
sampai hedge transaksi mempengaruhi pendapatan bersih. Kemudian akumulasi
keuntungan dan kerugian ditrasfer kedalam pendapatan bersih untuk periode tertentu.

CONCLUSIONS ON ACCOUNTING FOR FINANCIAL INSTRUMENTS

Akuntansi nilai wajar (Fair value accounting) untuk instrumen keuangan (financial
instrument) merupakan contoh penting dari pembuatan standar menuju fair value
accounting. Namun, fair value accounting untuk laporan keuangan berada di bawah
tekanan yang cukup besar menyusul krisis pada 2007-2008, karena kekhawatiran tentang
besarnya writeoff aset keuangan yang dipicu oleh turunnya harga pasar, dan dalam
banyak kasus, kurangnya keberadaan harga karena pasar tidak aktif.

Standar akuntansi nilai wajar dipandang sebagai terlalu kompleks untuk mengatasi
tekanan. Pembuatan standar dipaksa merevisi standar untuk memungkinkan peningkatan
penggunaan value in use (nilai pakai) dan amortized cost accounting (akuntansi
amortisasi biaya) untuk instrumen finansial bahwa perusahaan bermaksud untuk
menunggu hingga jatuh tempo. Namun, ini menciptakan kekhawatiran tentang reliabilitas
(keandalan) dari penilaian yang dilakukan. Selain itu, pembuat standar telah merevisi
standar untuk penghentian pengakuan (derecognition), konsolidasi (consolidation),
derivatif (derivatives), dan pengungkapan (disclosure).

ACCOUNTING FOR INTANGIBLES BY GODFREY

Intangible asset (aset tidak berwujud) adalah Aset non-moneter yang dapat diidentifikasi
tanpa wujud fisik.

Aset:

Adanya kontrol, dan

Keuntungan ekonomis di masa depan

Dapat diidentifikasi:

Dapat dipisahkan/dibedakan, atau

Timbul dari kontrak atau hak legal lainnya

Terdapat kontrol, jika:

Mampu memperoleh manfaat ekonomis masa depan, dan

Dapat membatasi akses pihak lain dalam memperoleh manfaat ekonomis tersebut

Contoh intangible asset : Software komputer, paten, copyright, daftar pelanggan, lisensi,
Hak Pemasaran

Pengakuan dan Pengukuran aset tak berwujud


Prinsip Umum:

Dalam mengakui suatu item sebagai aset tidak berwujud, entitas perlu menunjukkan
bahwa item tersebut:

Memenuhi definisi aset tidak berwujud

Memenuhi kriteria pengakuan

Kriteria Pengakuan aset tak berwujud:

Aset tidak berwujud harus diakui jika, dan hanya jika:

Kemungkinan besar entitas akan memperoleh manfaat ekonomis masa depan dari
aset tersebut, dan

Biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.

Dalam menilai kemungkinan: Menggunakan asumsi masuk akal dan dapat


dipertanggungjawabkan Estimasi terbaik manajemen

Note : * Pengeluaran yang tidak memenuhi kriteria pengakuan diakui sebagai beban

* Aset tidak berwujud pada awalnya harus diakui sebesar biaya perolehan

Aset tidak berwujud dapat diperoleh dari:

Perolehan terpisah

Akuisisi sebagai bagian dari kombinasi bisnis

Pengakuisisian dengan hibah pemerintah

Pertukaran aset

Goodwill yang dihasilkan internal

Aset tidak berwujud yang dihasilkan internal

Accounting for Purchased Goodwill


Ketika satu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain dalam kombinasi bisnis, metode
pembelian akuntansi untuk transaksi mensyaratkan bahwa aset berwujud nyata dan yang
tidak berwujud serta kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi, dinilai pada nilai wajar
dari , untuk tujuan pelaporan keuangan konsolidasi. Goodwill ditentukan dari perbedaan
antara nilai bersih dari nilai wajar (fair value) dengan total harga pembelian yang dibayar
oleh perusahaan pengakuisisi.

Self-Developed Goodwill

Salah satu contoh self-developed goodwill adalah Research and development (R&D).

Sulit menentukan apakah suatu aset tidak berwujud yang dihasilkan secara internal
memenuhi kriteria untuk diakui:

Menentukan saat timbulnya aset yang dapat diidentifikasi dan akan menghasilkan
manfaat ekonomis masa depan

Menentukan biaya perolahan aset tersebut secara andal

Oleh karena itu, perlu kriteria tambahan. Dalam menentukan apakah aset tidak berwujud
yang dihasilkan internal memenuhi syarat untuk diakui, entitas menggolongkan proses
dihasilkannya aset menjadi dua tahap:

Tahap Riset,

Riset adalah penelitian orisinal dan terencana yang dilaksanakan dengan harapan
memperoleh pembaruan pengetahuan dan pemahaman teknis atas ilmu yang baru

Aset tidak berwujud yang timbul dari Riset tidak boleh diakui

Pengeluaran riset diakui sebagai beban pada saat terjadinya

Tahap Pengembangan

Pengembangan adalah penerapan temuan riset atau pengetahuan lainnya pada suatu
rencana atau rancangan produksi bahan baku, alat, produk, proses, sistem, atau jasa yang
sifatnya baru atau yang mengalami perbaikan substansial, sebelum dimulainya produksi
komersial atau pemakaian
Aset tidak berwujud yang timbul dari kegiatan Pengembangan, diakui jika, dan hanya
jika,terpenuhi semua hal ini:

Kelayakan teknis penyelesaian

Niat menyelesaikan dan menggunakan atau menjualnya

Kemampuan menggunakan atau menjual

Kemungkinan besar menghasilkan manfaat ekonomis masa depan

Tersedianya sumber daya teknis, keuangan, dan sumber daya lainnya untuk
menyelesaikan dan, menggunakan atau menjualnya

Kemampuan mengukur secara andal pengeluaran terkait aset tersebut

Biaya Penelitian dan Pengembangan

Biaya penelitian dan pengembangkan (R&D) (research and development cost)


dengan sendirinya bukan merupakan aktiva tak berwujud. Akan tetapi akuntansi untuk
biaya penelitian dan pengembangan seringkali menghasilkan pengembangan sesuatu
yang dipatenkan atau diberi hak cipta (seperti produk, prosesseperti produk baru, proses,
ide, rumus, komposisi atau hasil sastra).

Banyak perusahaan mengeluarkan banyak uang untuk penelitian dan


pengembangan guna menciptakan produk atau proses baru, memperbaiki produk yang
ada, dan menemukan pengetahuan baru yang dapat berfmanfaat dimasa depan. Ada dua
kesulitan yang timbul yang timbul dalam akuntansi untuk pengeluaran penelitian dan
pengembangan :

Mengidentifikasi biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas, proyek atau


pencapaian tertentu, dan

Menentukan besarnya manfaat dimasa depan serta lamanya waktu manfaat tersebut dapat
direalisasi.

Karena ketidakpastian yang terakhir ini, maka praktek akuntansi dibidang ini telah
disederhanakan dengan mensyaratkan bahwa semua biaya penelitian dan pengembangan
harus dibebankan ke beban pada saat terjadinya.

REPORTING ON RISK

Beta Risk (Risiko Beta)


Badan akuntansi profesional menyadari bahwa investor membutuhkan informasi
mengenai risiko. Cara umum untuk memperkirakan beta adalah dengan cara analisis
regresi berdasarkan model pasar. Pertimbangan ini tampaknya menunjukkan bahwa ada
sedikit peran untuk pelaporan keuangan risiko perusahaan. Salah satu alasannya adalah
beta dan berbagai akuntansi mengukur risiko berdasarkan korelasi. Mengukur risiko
berdasarkan laporan keuangan dapat menunjukkan arah dan besarnya perubahan dalam
versi beta lebih cepat dari model pasar yang akan membutuhkan beberapa periode data
baru untuk ulang estimasi.

Dalam kondisi ideal, ada hubungan langsung antara debt to equity dan beta, sedangkan
Lev (1974) menyatakan bahwa di bawah kondisi ideal ada hubungan antara leverage
operasi dan beta. Finansial dan operasional leverage tinggi perusahaan, maka akan
semakin menguntungkan. Karena ukuran beta seberapa kuat harga saham perusahaan
bervariasi karena pasar bervariasi. Semakin besar leverage tinggi adalah beta.

BETA SAHAM

Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatf terhadap
risiko pasar. Beta suatu sekuritas menunjukkan risiko sistemetiknya yang tidak dapat
dihilangkan karena diversifikasi. Untuk menghitung Beta portofolio, maka Beta masing-
masing rata-rata tertimbang dari Beta masing-masing sekuritas. Mengetahui Beta masing-
masing sekuritas juga berguna untuk pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut
kedalam portofolio yang akan dibentuk.

Dengan adanya resiko yang dapat dihilangkan dengan diversifikasi, maka para pemodal
yang menyukai resiko, maka mereka akan memilih untuk melakukan diversifikasi.
Sebagai akibat semua pemodal akan melakukan hal yang sama, dan dengan demikian
resiko yang hilang karena diversifikasi tersebut menjadi tidak relevan dalam perhitungan
resiko. Hanya resiko yang tidak bisa hilang karena diversifikasi yang menjadi relevan
dalam perhitungan resiko.

Resiko dalam hal ini ditunjukkan dengan Beta (adalah merupakan koefisien regresi antara
dua variabel, yaitu kelebihan tingkat keuntungan portofolio pasar (excess return of
market portifolio), dan kelebihan keuntungan suatu saham (excess return of stock).
Investasi yang efisien adalah investasi yang memberikan resiko tertentu dengan tingkat
keuntungan yang terbesar, atau tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terkecil. Jika
ada dua usulan investasi yang memberikan tingkat keuntungan yang sama, tetapi
mempunyai resiko yang berbeda, maka investor yang rasional akan memilih investasi
yang mempunyai resiko yang lebih kecil. Semakin besar betanya semakin besar pula
tingkat keuntungan yang diharapkan dari investasi.Teori Keynes juga mengatakan bahwa
high risk high return, yang artinya semakin tinggi tingkat resiko suatu saham akan
memberikan tingkat keuntungan yang semakin besar pula.

Beta suatu sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data
historis. Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjunya dapat digunakan
untuk mengestimasi Beta masa datang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa Beta
historis mampu menyediakan informasi tentang Beta masa datang.

Beta historis dapat dihitung dengan menggunakan data historis berupa data pasar (return
return sekuritas dan return pasar), data akuntansi (laba -laba perusahaan dan laba indeks
pasar) atau data fundamental (menggunakan variabel variabel fundamental). Beta yang
dihitung dengan data pasar disebut dengn Beta pasar. Beta yang dihitung dengan data
akuntansi disebut Beta akuntansi dan Beta yang dihitung dengan data fundamental
disebut dengan Beta fundamental.

Why Do Firms Manage Firm-Spesific Risk ?

Beberapa alsan untuk memanage dan melaporkan firm-spesific risk :

Pelaporan pada strategi manajemen risiko perusahaan dapat mengurangi kekhawatiran


investor tentang risiko estimasi yang dihasilkan dari pilihan yang merugikan.

Perusahaan yang merencanakan belanja modal besar mungkin ingin memastikan apakah
uang tersedia bila diperlukan (cash available).

Manajer dapat menggunakan derivatif untuk berspekulasi.

Akuntansi konservatif dapat membantu mengurangi kewajiban hukum yang timbul dari
kerugian perusahaan. Namun, lindung nilai untuk mengelola risiko dapat mencegah
kerugian yang timbul.

Manajer yang cenderung menghindari risiko yang kompensasinya didasarkan pada


pendapatan dapat menggunakan derivatif untuk mengurangi volatilitas kompensasi
mereka.

Stock Market Reaction to Other Risks

Selama beberapa tahun terakhir, pembuat standar telah mensyaratkan penyajian informasi
risiko terkait dalam laporan tahunan. Ini termasuk informasi tambahan tentang eksposur
ke pasar dan risiko kredit dan tentang bentuk kebijakan manajemen risiko. Ahli
menunjukkan bahwa pasar saham sensitif terhadap risiko suku bunga, melebihi dan di
atas kepekaan terhadap beta. Diharapkan bahwa jika sumber-sumber risiko dari beta yang
berguna untuk investor, akan menjadi risiko tingkat suku bunga lembaga keuangan.

A Measurement Approach to Risk Reporting

Pengungkapan terutama berorientasi pada perspektif informasi, mereka melibatkan


komunikasi informasi untuk memungkinkan investor untuk membuat penilaian risiko
mereka sendiri. 2 teknik pengukuran kuantitatif adalah:

Sensitivity analysis (Analisis sensitivitas)

Menunjukkan dampak pada pendapatan, arus kas atau nilai wajar dari instrumen
keuangan, yang dihasilkan dari perubahan harga komoditas yang relevan, suku bunga,
dan nilai tukar asing.

Value at Risk (Nilai beresiko)

Menjadi kerugian pada laba , arus kas atau nilai wajar yang dihasilkan dari perubahan
harga di masa depan yang cukup besar yang ditentukan probabilitas keterjadian yang
rendah.

Summary A Measurement Approach to Risk Reporting

Kami menyimpulkan bahwa informasi tentang risiko perusahaan, selain beta, dihargai
oleh pasar saham, khususnya bagi lembaga keuangan. Hal ini didokumentasikan oleh
reaksi dari saham dan obligasi kembali lembaga-lembaga ini untuk eksposur risiko dan
dampak lindung nilai atas risiko tersebut. Pelaporan keuangan juga perlu memberikan
kepada investor informasi risiko kuantitatif, seperti analisis sensitivitas dan nilai beresiko
(sensitivity analyses and value at risk). Meskipun merupakan tantangan, hal ini mewakili
langkah penting dalam menggerakkan pengungkapan risiko kepada pendekatan
pengukuran.

CONCLUSIONS ON MEASUREMENT APPLICATIONS

Alasan untuk pendekatan pengukuran dengan pelaporan keuangan, seperti dibahas dalam
bab 6, termasuk the low value relevance of historical cost-based net income, reaksi
terhadap teori dan bukti bahwa pasar surat berharga mungkin tidak sepenuhnya efisien,
peningkatan penerimaan dari teori yang mengungkapkan nilai perusahaan dalam hal
variabel akuntansi, dan tanggung jawab hukum auditor yang dihasilkan dari laporan
keuangan yang berlebihan. Efek konmbinasi dari faktor-faktor ini konsisten dengan
keyakinan pembuat standar akuntansi yang berjuang untuk relevansi yang lebih besar
(yaitu, current value accounting) adalah berharga.

Namun demikian, ada banyak contoh dari current value dalam pelaporan keuangan.
Banyak kegunaan hanya melibatkan aplikasi parsial pendekatan pengukuran, seperti di
lower-of-cost-or-market dan tes penurunan nilai, termasuk tes penurunan nilai goodwill
puchased. Aplikasi current value ini memiliki potensi untuk menjadi keputusan yang
berguna sejauh mereka mengungkapkan perubahan materi dalam posisi keuangan
perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Scott, William R.2000.Financial Accounting Theory. Prentice Hall canada Inc',


Scarborough, Ontorio. Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen
Portofolio. Yogyakarta: BPFE.

Godfrey, et all. (2010).Accounting theory 7th edition. Australia: John Wiley & Sons
Australia. Ltd

Anda mungkin juga menyukai