Anda di halaman 1dari 6

Debby Heldayani

Deniriawati Dachi
Eben Ezer Rumapea

LO 1 Definisi, Etiologi, Epidemiologi, dan Klasifikasi Trauma Kapitis

1.1 Definisi Trauma Kapitis


a. Trauma capitis adalah bentuk trauma yang dapat mengubah kemampuan otak dalam
menghasilkan keseimbangan aktivitas fisik, intelektual, emosi, sosial atau sebagai
gangguan traumatik yang dapat menimbulkan perubahan pada fungsi otak. (Black,
1997).
b. Cedera kepala adalah cedera yang menimbulkan kerusakan atau perlukaan pada kulit
kepala, tulang tengkorak, dan jaringan otak yang disertai atau tanpa disertai
perdarahan. (Lukman, 1993).
c. Menurut Brain Injury Assosiation of America, cedera kepala adalah suatu kerusakan
pada kepala, bukan bersifat congenital atau pun degeneratif, tetapi disebabkan oleh
serangan/benturan fisik dari luar, yang dapat mengurangi atau mengubah kesadaran
yang mana menimbulkan kerusakan kemampuan kognitif dan fungsi fisik.
d. Trauma kapitis adalah trauma mekanik kepala baik secara langsung maupun tidak
langsung yang menyebabkan gangguan fungsi neurologis, yaitu gangguan fisik,
kognitif, fungsi psikososial baik temporer maupun permanen

1.2 Etiologi Trauma Kapitis


a. Tauma kapitis karena kekerasan tumpul
Kekerasan tumpul pada kepala mempunyai frekuensi yang sering terjadi, biasanya
oleh karena kecelakaan lalu lintas, pembunuhan, dan jarang pada kasus bunuh diri.
Benda penyebab yang sering terlibat antara lain : kayu atau besi, pemukul, martil,
batu, kepala tertumbuk sesuatu yang keras ( kendaraan ), atau dapat juga jatuh dari
ketinggian tertentu.
b. Trauma kapitis karena kekerasan tajam
Trauma kapitis oleh karena kekerasan tajam cukup banyak terjadi, benda penyebab
di sini antara lain : pisau, golok, batang besi runcing, pecahan kaca, atau benda
benda lain yang tajam dan runcing.
c. Trauma kapitis akibat tembakan
Tembakan yang di arahkan ke kepala menyebabkan kerusakan yang hebat pada
kepala dan berakibat fatal. Kerusakana yang di timbulkan oleh tembakan di kepala
tergantung dari : kaliber dan jenis peluru, jarak tembakan, deformitas yang terjadi
pada tulang dan peluru, dan jalannya peluru pada otak.
d. Trauma kapitis oleh karena gerakan mendadak
Walaupun tidak ada kekerasan langsung pada kepala, trauma dapat terjadi oleh
karena gerakan kepala yang mendadak. Gerakan ini dapat merupakan suatu
percepatan, perlambatan, atau perputaran. Kerusakan yang terjadi terutama pada
pembuluh darah otak dan jaringan otak. Contohnya, trauma yang terjadi pada saat
berolahraga.

1.3 Epidemiologi Trauma Kapitis


Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa cedera kepala terjadi Prevalensi kejadian pada
pria adalah 2-4 kali lebih tinggi daripada wanita. Terutama pada pria muda dan pada usia
tua. Hal ini terutama dikarenakan kekerasan dan kecelakaan lalu lintas.
Secara umum kecelakaan lalu lintas merupakan penyebab utama trauma kepala dengan
prosentase diatas 50%.
Data dari Health Interview Survey menunjukkan bahwa sekitar seperlima trauma kepada
masuk kategori moderate sampai parah. Hanya 15% dari total trauma kepala di populasi
yang dirawat di Rumah Sakit, dan hanya 9,6% dari yang masuk rumah sakit mempunyai
GCS antara 3-11.
Angka kematian trauma kepala di Amerika Serikat berkisar antara 14-30 per 100.000
penduduk. Angka kematian dari pasien yang masuk rumah sakit berkisar sangat lebar
antara 4 25%. Lebih dari 60% kematian terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit.

1.4 Klasifikasi Trauma Kapitis


Trauma kapitis diklasifikasikan dalam berbagai aspek, secara praktis dikenal 3 deskripsi
klasifikasi yaitu berdasarkan, mekanisme, berat-ringannya, dan morfologi.
a. Mekanisme cedera
1) Cedera tumpul
Cedera tumpul biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan bermotor, jatuh
atau pukulan benda tumpul
2) Cedera tembus
Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak dan bacok

b. Beratnya cedera
Glasgow Coma Scale (GCS) digunakan sebagai pengukur secara klinis beratnya
cedera otak.

Tabel 2.1 Beratnya Cedera Berdasarkan Glasgow Coma Scale

Penilaian Nilai
Respon buka mata (Eye opening, E)
1. Spontan 4
2. Terhadap suara 3
3. Terhadap nyeri 2
4. Tidak ada 1
Respon motorik terbaik (M)
1. Turut perintah 6
2. Melokalisir nyeri 5
3. Fleksi normal (menarik anggota yang 4
dirangsang) 3
4. Fleksi abnormal (dekortikasi) 2
5. Ekstensi abnormal (deserebrasi) 1
6. Tidak ada (flasid)
Respon verbal (V)
1. Berorientasi baik 5
2. Berbicara mengacau (bingung) 4
3. Kata-kata tidak teratur 3
4. Suara tidak jelas 2
5. Tidak ada 1
Nilai GCS = (E + M + V) ; nilai tertinggi = 15 dan terendah = 3

Tabel 2.2 Klasifikasi Berat-ringannya Cedera


Kategori GCS Gambaran Klinik Scanning Otak
C.K Ringan 13-15 Pingsan 10 menit, defisit Normal
neurologik (-)
C.K Sedang 9-12 Pingsan > 10 menit s/d 6 jam, Abnormal
defisit neurologik (+)
C.K Berat 3-8 Pingsan > 6 jam, defisit Abnormal
neurologik (+)
Ket : C. K = Cedera Kepala

Klasifikasi berdasarkan derajat kesadaran ini yang banyak dipakai diklinik oleh
karena mempunyai beberapa kelebihan yaitu:

1) Penilain GCS dengan komponen E (Eye) M (Motorik) dan V (Verbal) mempunyai


nilai pasti dengan tampilan klinik yang mudah dinilai oleh medis maupun
paramedik
2) Kategori dan prognosis pasien cedera kranioserebral dapat diperkirakan dengan
melihat nilai GCS tersebut

c. Morfologi
Cedera kepala dapat meliputi patah tulang tengkorak, kontusio, perdarahan dan cidera
difus.
1) Fraktur Kranium
Fraktur kranium dapat terjadi pada atap atau dasar tengkorak, dapat berbentuk
garis atau linear atau bintang/ stelata, dan dapat pula terbuka atau tertutup.
Fraktur kranium dapat terjadi dengan atau tanpa kerusakan otak, namun biasanya
jejas ini bukan merupakan penyebab utama timbulnya kecacatan neurologis.
Adanya fraktur kranium yang nyata tidak boleh diremehkan, karena menunjukkan
bahwa benturan yang terjadi cukup berat.
2) Lesi Intrakranial
Lesi intrakranial dapat diklasifikasi sebagai lesi fokal atau lesi difus, walaupun
kedua jenis lesi ini sering terjadi bersamaan.

Tabel 2.3 Lesi Intrakranial

Lesi Intrakranial Penjelasan


1. Lesi Fokal
a. Perdarahan a. Hematoma epidural secara tipikal berbentuk
epidural bikonveks (pada CT Scan) sebagai akibat dari
pendorongan perdarahan terhadap durameter
yang sangat melekat di tabula interna tulang
kepala. Sering terletak di area temporal atau
temporoparietal dan biasanya disebabkan oleh
robeknya arteri meningea media akibat fraktur
tulang tengkorak
b. Perdarahan b. Perdarahan ini sering terjadi kibat robekan
subdural pembuluh darah atau vena-vena kecil di
permukaan korteks serebri, perdarahan subdural
mengikuti dan menutupi permukaan hemisfer
otak (pada CT Scan), perdarahan ini dapat
menutupi seluruh permukaan otak
c. Kontusio dan c. Sebagian besar terjadi di lobus frontal dan
perdarahan temporal, walaupun dapat juga terjadi pada
Intraserebral setiap bagian otak. Kontusio dapat terjadi dalam
beberapa jam atau hari, berkumpul menjadi
perdarahan intraserebral atau kontusio yang luas
sehingga menyebabkan lesi yang
mendesak ruang dan membutuhkan tindakan
operasi
2. Lesi Difus
a. Konkusi a. Pasien biasanya menderita kehilangan gangguan
neurologis non fokal sementara, yang seringnya
termasuk kehilangan kesadaran
b. Cedera iskemi- b. Cedera iskemi-hipoksik berat ini biasanya
hipoksik berat diakibatkan oleh hipoksia, iskemi otak karena
syok yang berkepanjangan atau periode apneu
yang terjadi segera setelah trauma. Pada kasus
ini, awalnya CT-Scan sering menunjukkan
gambaran normal, atau gambaran otak bengkak
secara merata dengan batas area substasia putih
dan abu-abu hilang
Daftar Pustaka :

1. American College of Surgeons. Advanced Trauma Life Support Untuk Dokter. Edisi
8. Jakarta : IKABI. 2008
2. Editor : Satyanegara, Hasan R Y, Abubakar S dll. Ilmu Bedah Saraf Satyanegara.
Edisi IV. Jakarta : PT Gramedia. 2010

Anda mungkin juga menyukai