Manajemen Keuangan Perbankan Reguler Sap 7
Manajemen Keuangan Perbankan Reguler Sap 7
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
paper dengan sebaik-baiknya meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Selama proses penulisan paper ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu dari hati yang paling dalam kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Semoga paper ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini adalah :
1.3.1 Mengetahui dan memahami latarbelakangmasalahlikuiditaspada bank.
1.3.2 Mengetahui dan memahami strategidalammanajemenlikuiditas
1.3.3 Mengetahui dan memahamicaramengestimasikebutuhanlikuiditas
1.3.4 Mengetahui dan memahami disiplinpasarpadalikuiditas
1.3.5 Mengetahui dan memahami peraturanperbankan yang teraitlikuiditas yang ada di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan bank
sentral.
2. Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow.
3. Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.
Bank umum selalu menghadapi dilema antara likuiditas maupun keamanan di satu pihak dan
pendapatan maupun keuntungan di lain pihak. Dalam hal ini terdapat dua pendekatan untuk
menanganinya yakni :
3
a. Commercial loan theory : teori menitikberatkan bahwa bank sebaiknya hanya
memberikan pinjaman atau kredit jangka pendek saja yang sifatnya produktif
dan dapat mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjamannya (self
liquidating)
b. Shiftability theory : teori ini didasarkan pada kemampuan bank untuk
menukarkan sesuatu bentuk kekayaan dengan bentuk lain untuk memenuhi
likuiditasnya.
c. The doctrine of anticipated income. Menurut teori ini yang penting bahwa
pinjaman itu akan dapat dibayar kembali atau tidak akan ditentukan oleh
pendapatan yang diharapkan akan diperoleh dari kegiatan baik yang langsung
dibiayai dengan pinjaman tersebut maupun yang tidak langsung.
2. Pengelolaan hutang (liability management), menurut teori ini atas dasar target
pertumbuhan kekayaan tertentu diusahakan sumber dana yang sesuai dengan target
tersebut. Jadi sumber dana mudah untuk diperoleh. Teori ini muncul sekitar tahun
1960-an di Amerika Serikat, yakni dengan timbulnya sertifikat deposito yang
dikeluarkan oleh bank-bank umum untuk memperoleh sumber dananya.
Untuk menjaga posisi likuiditas dan proyeksi cashflow agar selalu berada dalam
posisi aman, terutama dalam kondisi tingkat bunga berfluktualisasi, beberapa strategi
yang dapat dikembangkan oleh bank, antara lain :
a. Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank, kecuali bila tingkat
bunga cenderung mengalami penurunan.
b. Melakukan diversifikasi sumber dana bank
c. Menjaga keseimbangan jangka waktu asset dan kewajiban
d. Memperbaiki posisi likuiditas antara lain mengalihkan aset yang kurang
marketable menjadi lebih marketable.
4
2. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan.
3. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.
Menurut Veitzhal (2007: 387) teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif
hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang
dikenal yaitu sebagai berikut:
5
3. Anticipated Income Theory
Sebagai teori yang dikenal tahun 1940 yang menonjol di Amerika Serikat, yaitu teori
pendapatan yang diharapkan (the anticipated income theory) ini berarti semua dana
yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sector
yang feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank.
4. The Liability Management Theory
Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa
sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi
bank adalah:
a. untuk menghadapi penarikan oleh nasabah
b. memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo
c. memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah.
b. Struktur Deposito
1. Ide dasar pendekatan ini adalah mendaftar tipe deporito berbeda yang digunakan bank
untuk mendapatkan dana & kemudian menentukan probabilitas penarikan setiap tipe
deposito dengan horison perencanaan khusus.
6
3. Kelemahan: mengabaikan asal permintaan likuiditas lain dari pinjaman.
7
informasi publik yang dapat digunakan oleh partisipan pasar untuk penilaian manajemen
bank. Perubahan struktur modal dapat dilakukan dengan memaksa bank menge-luarkan
hutang subordinasi. Dengan adanya hutang akan memaksa manajer bank bertindak hati-
hati karena dimonitor oleh pemberi pinjaman. Penggunaan informasi pasar oleh
pengawas perbankan akan me-lengkapi informasi yang sudah dimiliki oleh pengawas
perbankan.
Isu utama dalam debat mengenai struktur pengaturan bank adalah apakah
pengaturan perbankan harus dilakukan melalui pemaksaan eksternal, memberlakukan
ketentuan-ketentuan dan aturan yang detail atau melaui penciptaan mekanisme yang
memberikan insentif untuk perilaku stakeholder bank yang tepat (Hamalainen, 2006 dan
Hamailanen etal., 2005). Perkembangan institusi keuangan internasianal yang terlalu
kompleks dan inovatif tidak memungkinkan pengaturan dengan cara-cara yang terlalu
kaku. Berbagai ahli menyarankan perlunya pendekatan pengaturan bank melalui
mekanisme pasar atau kebijakan yang berdasarkan insentif (incentive based policies).
Berbagai kebijakan yang dapat memaksa perilaku positif bank dapat diciptakan untuk
seluruh stake-holder bank dan meningkatkan mekanisme good corporate governance.
Perlunya pengaturan bank yang memasukkan unsur disiplin pasar didasari akan
pertimbangan manfaat dan kerugian dari peningkatan disiplin pasar. Berger (1991)
mengidentifikasi berbagai manfaat peningkatan disiplin pasar, (1) Peningkatan disiplin pasar
dapat mengurangi moral hazard yang diciptakan karena adanya jaminan(asuransi deposito)
yang diciptakan oleh pemerintah, (2) Disiplin pasar dapat digu-nakan untuk memaksa bank
meningkatkan efisiensi atau memaksa bank yang tidak efisien keluar dari industri perbankan,
(3) Biaya pengawasan bank dapat dikurangi karena pasar dapat memberikan informasi yang
objektif tanpa ada tekanan politis. Hal ini disebabkan karena pasar terdiri dari partisipan
dalam jumlah yang sangat besar dengan berbagai keahlian dan berbagai kelompok akan
selalu mengawasi perilaku pengambilan risiko yang dilakukan oleh bank, (4) Pasar dapat
memberikan infor-masi yang dibutuhkan oleh regulator untuk meningkatkan pengaturan
bank, (5) Disiplin pasar dapat mengurangi beban regulator dalam pengawasan perbankan, (6)
Disiplin pasar dapat melengkapi disiplin regulator.
Selain manfaat peningkatan disiplin pasar ada berbagai kemungkinan kerugian
dengan berlakunya disiplin pasar, (1) Ter-lalu menekankan pada disiplin pasar dapat
meningkatkan adanya bank runs karena in-vestor tahu mana bank yang berisiko dan mana
yang tidak, (2) Ada kemungkinan konflik dengan regulator. Hal ini disebabkan karena
disiplin pasar membatasi perilaku pengambilan risiko sementara regulator bertujuan untuk
8
menjaga penawaran kredit bank, (3) Adanya dilemma untuk melind-ungi deposan atau
mengurangi moral haz-ard, (4) Biaya untuk menciptakan kondisiyang efektif untuk
berlakunya disiplin pasar mungkin sangat besar. (5) Informasi yang disediakan oleh pasar
dapat menghambat keefektifan dari regulator.
Dengan melihat pada berbagai ke-mungkinan manfaat dan kerugian dari di-siplin
pasar di atas maka diperlukan pen-gaturan perbankan yang merupakan cam-puran antara
disiplin regulator dan disiplin pasar. Disiplin regulator dapat digunakan untuk memaksa
bank meningkatkan disclo-sur informasi yang diperlukan pasar untuk memonitor risiko
bank. sementara pasar berdasarkan informasi tersebut akan me-monitor bank dan
melakukan reaksi atas perilaku bank yang akan tercermin darii signal kuantitas dan harga.
Signal pasar ini dapat digunakan oleh regulator untuk melengkapi pengaturan perbankan
berdasar-kan informasi yang telah dimiliki sebelum-nya.
a. Pasal 37 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal suatu bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, apabila : a) Tindakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
dan/atau, b) Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan
sistem perbankan, pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.
b. Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan
likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
9
2. Ketentuan likuidasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, tanggal 3 Mei
1999 tentang Pencabutan izin usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank : Berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut, pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh Pimpinan Bank
Indonesia apabila :
a. Pasal 3 ayat (2) huruf b dan pasal 4 ayat (1) Pasal 3 ayat (2) huruf b menyatakan
bahwa apabila : a) tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi bank, dan/atau, b) menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu
bank dapat membahayakan sistem perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa pencabutan izin usaha bank dilakukan
oleh Pimpinan Bank Indonesia.
b. Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan likuidasi bank oleh Bank
Indonesia ditetapkan dan diserahkan kepada Badan Khusus yang bersifat sementara dalam
rangka penyehatan perbankan berdasarkan ketentuan Pasal 37 A Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, tetap mengikuti ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.
c. Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal para pemegang saham akan
membubarkan badan hukum bank atas keinginan sendiri, pembubaran tersebut hanya dapat
dilakukan setelah pencabutan izin usaha oleh Bank Indonesia.
a. Pasal 2 dari kedua Surat Keputusan tersebut menyatakan bahwa pencabutan izin
usaha Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dilakukan oleh Direksi Bank Indonesia
apabila : 1) Tindakan penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi Bank
Umum atau Bank Perkreditan Rakyat; dan/atau 2) Menurut penilaian Bank Indonesia
keadaan suatu Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dapat membahayakan sistem
perbankan; atau 3) Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat.
10
b. Pasal 3 dari surat keputusan tersebut di atas menyebutkan bahwa pencabutan izin
usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dilakukan oleh direksi Bank
Indonesia berdasarkan alasan tindakan penyelamatan belum cukup mengatasi kesulitan yang
dihadapi oleh Bank atau membahayakan sistem perbankan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 huruf a atau huruf b atau : 1) Terdapat permintaan kantor pusat bank yang
berkedudukan di luar negeri; atau 2) Izin usaha kantor pusat bank yang berkedudukan di luar
negeri dicabut dan/atau kantor pusat dimaksud dilikuidasi oleh otoritas yang berwenang di
negara setempat.
11
7. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 4/PLP/2006 tentang Penyelesaian
Bank Gagal yang Tidak Berdampak Sistemik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 002/PLP/2007, sebagai pengganti dan penyempurna
dari Peraturan Lembaga Penjamin Nomor 3/PLP/2005 tentang Penyelesaian Bank Gagal yang
Tidak Berdampak Sistemik;
a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang terakhir diubah
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, bagi pembubaran bank yang berbentuk
hukum perseroan terbatas;
b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bagi pembubaran badan
hukum yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas terbuka (perseroan terbatas terbuka);
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat
Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang memadai
untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang dapat
diduga ataupun yang tidak terduga.
13
DAFTAR PUSTAKA
http://ojs.unud.ac.id/index.php/
14