Anda di halaman 1dari 17

STRATEGI MANAJEMEN LIKUIDITAS

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 5

1. Septia Wulandari Suarka (1515251042)


2. Ni Made Cindy Ardina Antriksa (1515251072)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


UNIVERSITAS UDAYANA
PROGRAM EKSTENSI
2017

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
paper dengan sebaik-baiknya meskipun banyak kekurangan di dalamnya.
Selama proses penulisan paper ini, kami memperoleh banyak bantuan dari berbagai
pihak, baik secara langsung maupun secara tidak langsung dalam penulisan makalah ini.
Untuk itu dari hati yang paling dalam kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini.
Semoga paper ini dapat dipahami dan berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa depan.

Denpasar, 29 Oktober 2017

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................. i


DAFTAR ISI........................................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ......................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ........................................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 2
2.1 Masalah Likuiditas pada Bank ................................................................................................ 2
2.2 Manajemen Likuiditas............................................................................................................. 4
2.3 Estimasi Kebutuhan-Kebutuhan Likuiditas ............................................................................ 6
2.4 Pengaturan Bank dan Disiplin pasar ....................................................................................... 7
2.5 Peraturan Perundang-Undangan Likuidasi Bank Dalam Sistem Perbankan di Indonesia ...... 9
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................. 13
3.1 Kesimpulan ............................................................................ Error! Bookmark not defined.3
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................................. 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Likuiditas merupakan kemampuan suatu perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban


keuangan jangka pendek atau yang harus segera dibayar. Masalah likuiditas merupakan salah
satu masalah penting dalam suatu perusahaan yang relatif sulit dipecahkan. Dipandang dari
sisi kreditur, perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi merupakan perusahaan yang
baik; karena dana jangka pendek kreditur yang dipinjam perusahaan dapat dijamin oleh
aktiva lancar yang jumlah relatif lebih banyak. Tetapi jika dipandang dari sisi manajemen,
perusahaan yang memiliki likuiditas yang tinggi menunjukkan kinerja manajemen yang
kurang baik karenalikuiditas yang tinggi menunjukkan adanya saldo kas yang
menganggur,persediaan yang relatif berlebihan, atau karena kebijakan kredit perusahaan yang
tidak baik sehingga mengakibatkan tingginya piutang usaha

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Apa latarbelakangmasalahlikuiditaspada bank?
1.2.2 Bagaimana strategidalammanajemenlikuiditas?
1.2.3 Bagaimanacaramengestimasikebutuhanlikuiditas?
1.2.4 Bagaimana dampak disiplin pasar pada likuiditas?
1.2.5 Apa saja peraturan perbankan yang terkait likuiditas yang ada di Indonesia?

1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari paper ini adalah :
1.3.1 Mengetahui dan memahami latarbelakangmasalahlikuiditaspada bank.
1.3.2 Mengetahui dan memahami strategidalammanajemenlikuiditas
1.3.3 Mengetahui dan memahamicaramengestimasikebutuhanlikuiditas
1.3.4 Mengetahui dan memahami disiplinpasarpadalikuiditas
1.3.5 Mengetahui dan memahami peraturanperbankan yang teraitlikuiditas yang ada di
Indonesia
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Masalah Likuiditas pada Bank


Perbankan sebagai suatu lembaga keuangan kepercayaan masyarakat yang
memegang peranan penting dalam sistem perekonomian, sehingga dapat dikatakan bank
merupakan urat nadi dari sistem keuangan yang beraktifitas menerima simpanan dari
masyarakat dalam bentuk tabungan, giro, deposito dll, yang kemudian dana yang terkumpul
dari masyarakat tersebut disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit. Sebagai
badan usaha yang bergerak dalam bidang jasa, kepercayaan dari semua pihak yang terkait
adalah hal yang sangat penting baik, bagi pemilik dan pengelola bank maupun masyarakat
sebagai pengguna jasa bank. Salah satu kegiatan bank yang sangat penting dan utama adalah
menyalurkan kredit kepada masyarakat, baik kredit perorangan maupun kredit lembaga atau
kredit perusahaan, sehingga pendapatan bank dari kredit yang merupakan bunga merupakan
sumber utama pendapatan bank. Seperti yang kita tahu bahwa likuiditas adalah berhubungan
dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban finansialnya yang
segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran (alat likuid) yang dimiliki oleh suatu
perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan membayar dari perusahaan yang
bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan membayar belum tentu dapat
memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi atau dengan kata lain
perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan membayar. Dalam likuiditas terdapat
dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan dana dimana dana yang ada dalam bank banyak yang
idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika
kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk mencukupi kebutuhan kewajiban
jangka pendek tidak ada. Dan juga akan mendapat pinalti dari bank sentral. Kedua keadaan
ini tidak diharapkan oleh bank karena akan mengganggu kinerja keuangan dan kepercayaan
masyarkat terhadap bank tersebut. Jadi dapat disimpulkan bahwa ketika bank mengharapkan
keuntungan yang maksimal akan beresikopada tingkat likuiditas yang rendah atau ketika
likuiditas tinggi berarti tingkat keuntungan tidak maksimal.Konsep likuiditas, suatu bank
dianggap likuid apabila :
1. Memiliki sejumlah likuiditas/ memegang sejumlah alat-alat likuid, cash assets (uang
kas, rekening pada bank sentral atau bank lainnyasama dengan jumlah likuiditas yang
diperkirakan.
2. Memiliki likuiditas kurang dari kebutuhan, tetapi bank memiliki surat-surat berharga
yang segera dapat dialihkan menjadi kas tanpa mengalami kerugian baik sebelum
maupun sesudah jatuh tempo.
3. Mempunyai kemampuan untuk memperoleh likuiditas dengan cara menciptakan uang,
misalnya penggunaan fasilitas diskonto, call money, penjualan surat berharga dengan
repurchase agreement (repo)
4. Pengelolaan likuiditas bank umum merupakan masalah yang kompleks dalam
kegiatan operasi bank. Hal ini karena menyangkut dana pihak ketiga (DPK) yang
sebagian besar sifatny jangka pendek. Pengelola bank harus memperhatikan seakurat
mungkin kebutuhan likuiditas untuk jangka waktu tertentu.

Management likuiditas bank merupakan keterlibatan perkiraan permintaan dana oleh


masyarakat dan penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan. Sumber kebutuhan
likuiditas bank berasal dari adanya kebutuhan antara lain untuk memenuhi : ketentuan
likuiditas wajib (cash ratio), saldo rekening minimum pada bank koresponden.penarikan
simpanan dalam operasional bank sehari-hari, permintaan kredit dari masyarakat.

Tujuan management likuiditas

1. Menjaga posisi likuiditas bank agar selalu berada pada posisi yang ditentukan bank
sentral.
2. Mengelola alat-alat likuid agar selalu dapat memenuhi semua kebutuhan cash flow.
3. Sedapat mungkin memperkecil adanya idle funds.

Bank umum selalu menghadapi dilema antara likuiditas maupun keamanan di satu pihak dan
pendapatan maupun keuntungan di lain pihak. Dalam hal ini terdapat dua pendekatan untuk
menanganinya yakni :

1. Pengelolaan kekayaan (assets management) dilakukan dengan menggunakan


anggapan bahwa sumber dana bank itu ditentukan oleh faktor-faktor diluar kekuasaan
bank. Tujuan pengelolaan kekayaan adalah untuk memelihara suatu tingkat likuiditas
tertentu sesuai dengan deposito yang diterimanya. Ada tiga pendekatan dalam
pengelolaan kekayaan ini yakni :

3
a. Commercial loan theory : teori menitikberatkan bahwa bank sebaiknya hanya
memberikan pinjaman atau kredit jangka pendek saja yang sifatnya produktif
dan dapat mempunyai kemampuan untuk mengembalikan pinjamannya (self
liquidating)
b. Shiftability theory : teori ini didasarkan pada kemampuan bank untuk
menukarkan sesuatu bentuk kekayaan dengan bentuk lain untuk memenuhi
likuiditasnya.
c. The doctrine of anticipated income. Menurut teori ini yang penting bahwa
pinjaman itu akan dapat dibayar kembali atau tidak akan ditentukan oleh
pendapatan yang diharapkan akan diperoleh dari kegiatan baik yang langsung
dibiayai dengan pinjaman tersebut maupun yang tidak langsung.
2. Pengelolaan hutang (liability management), menurut teori ini atas dasar target
pertumbuhan kekayaan tertentu diusahakan sumber dana yang sesuai dengan target
tersebut. Jadi sumber dana mudah untuk diperoleh. Teori ini muncul sekitar tahun
1960-an di Amerika Serikat, yakni dengan timbulnya sertifikat deposito yang
dikeluarkan oleh bank-bank umum untuk memperoleh sumber dananya.
Untuk menjaga posisi likuiditas dan proyeksi cashflow agar selalu berada dalam
posisi aman, terutama dalam kondisi tingkat bunga berfluktualisasi, beberapa strategi
yang dapat dikembangkan oleh bank, antara lain :
a. Memperpanjang jatuh tempo semua kewajiban bank, kecuali bila tingkat
bunga cenderung mengalami penurunan.
b. Melakukan diversifikasi sumber dana bank
c. Menjaga keseimbangan jangka waktu asset dan kewajiban
d. Memperbaiki posisi likuiditas antara lain mengalihkan aset yang kurang
marketable menjadi lebih marketable.

2.2 Manajemen Likuiditas


Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana
yang cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat. Pengelolaan likuiditas tersebut dilakukan untuk
memenuhi pekerjaan-pekerjaan sebagai berikut:

1. Kemampuan untuk memprediksi kebutuhan dana di masa yang akan datang.

4
2. Mencari sumber dana untukmencukupi jumlah yang dibutuhkan.
3. Melakukan penatausahaan untuk arus dana yang masuk dan keluar.

Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang


memadai untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan
kata lain kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang
dapat diduga ataupun yang tidak terduga.

Definisi mengenai manajemen likuiditas menurut beberapa ahli:

1. Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan permintaan dana oleh masyarakat dan


penyediaan cadangan untuk memenuhi semua kebutuhan (Duane B. Graddy)
2. Manajemen likuiditas melibatkan perkiraan sumber dana dan penyediaan kas secara
terus menerus baik kebutuhan jangka pendek atau musiman maupun kebutuhan
jangka panjang. (Oliver G. Wood, Jr)

Menurut Veitzhal (2007: 387) teori tentang manajemen likuiditas perbankan ini relatif
hampir sama tuanya dengan ilmu perbankan. Ada empat teori likuiditas perbankan yang
dikenal yaitu sebagai berikut:

1. Commercial Loan theory


Teori ini dianggap paling kuno, nama lain dari teori ini adalah real bills doctrine.
Teori ini mulai dikenal sekitar 2 abad lalu. Kajian teori ini dilakukan oleh Adam
Smith dalam bukunya yang terkenal The Wealth of Nation yang diterbitkan tahun
1776. teori ini beranggapan bahwa bank hanya boleh memberikan pinjaman dengan
surat dagang jangka pendek yang dapat dicairkan dengan sendirinya(self liquiditing).
Self Liquiditing berarti pemberian pinjaman mengandung makna untuk pembayaran
kembali.
2. Shiftability Theory
Shiftability theory teori tentang aktiva yang dapat dipindahkan dan teori ini
beranggapan bahwa likuiditas sebuah bank tergantung pada kemampuan bank
memindahkan aktivanya ke pada orang lain dengan harga yang dapat diramalkan,
misalnya dapat diterima bagi bank utnuk berinvestasi pada pasar terbuka jangka
pendek dalam portofolio aktivanya. Jika dalam keadaan ini sejumlah depositors harus
memutuskan untuk menarik kembali uang mereka, bank hanya tinggal menjual
investasi tersebut, mengambil yang diperoleh (atau dibeli), dan membayarnya kembali
kepada depositornya.

5
3. Anticipated Income Theory
Sebagai teori yang dikenal tahun 1940 yang menonjol di Amerika Serikat, yaitu teori
pendapatan yang diharapkan (the anticipated income theory) ini berarti semua dana
yang dialokasikan atau setiap upaya mengalokasikan dana ditunjukkan pada sector
yang feasible dan layak akan menguntungkan bagi bank.
4. The Liability Management Theory
Maksud teori ini adalah bagaimana bank dapat mengelola pasivanya sedemikian rupa
sehingga pasiva itu dapat menjadi sumber likuiditas. Likuiditas yang diperlukan bagi
bank adalah:
a. untuk menghadapi penarikan oleh nasabah
b. memenuhi kewajiban bank yang jatuh tempo
c. memenuhi permintaan pinjaman dari nasabah.

2.3 Estimasi Kebutuhan-Kebutuhan Likuiditas


Estimasi terhadap kebutuhan likuiditas terutama muncul dari penarikan deposito &
permintaan pinjaman (termasuk komitmen OBS), & untuk mengestimasinya, bank harus
meramal level aktivitas deposito & pinjaman. Tren terakhir dalam manajemen likuiditas
adalah kemampuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kas yang muncul dari aktivitas-
aktivitas sekuritas.Metode estimasi kebutuhan likuiditas:

a. Metode Sumber & Penggunaan Dana

Metode ini mengestimasi kebutuhan likuiditas mendatang dengan mengembangkan


laporan sumber & penggunaan dana. Manajemen bank harus mengevaluasi potensi
perubahan mendatang dalam rekening asset & kewajiban-kewajiban individu. Permintaan
dana oleh bisnis & individu dalam area pinjaman yang berbeda diestimasi dari sejarah
pinjaman masa lalu & proyeksi ekonomi mendatang.

b. Struktur Deposito
1. Ide dasar pendekatan ini adalah mendaftar tipe deporito berbeda yang digunakan bank
untuk mendapatkan dana & kemudian menentukan probabilitas penarikan setiap tipe
deposito dengan horison perencanaan khusus.

2. Kekuatan utama metode ini: perhatian manajemen langsung terhadap penyebab


tekanan likuiditas yang dimungkinkan (penarikan deposito).

6
3. Kelemahan: mengabaikan asal permintaan likuiditas lain dari pinjaman.

2.4 Pengaturan Bank dan Disiplin pasar


Pengaturan bank dan supervisi bank mempunyai dua tujuan utama yaitu: (1) me-
lindungi deposan kecil dengan membatasi frekuensi dan biaya kegagalan suatu bank.
Pengaturan ini biasanya disebut Micropru-dential regulation. Justifikasi pengaturan
iniadalah adanya asumsi ketidakmampuan deposan kecil mengontrol penggunaan simpanan
mereka oleh bankir. Hal inilah yang menjadi dasar mengapa ada asuransi deposito di
berbagai negara. Asur-ansi deposito bertujuan untuk melindungi deposan kecil dari
kegagalan bank. Peran pengawasan bank dalam hal ini mewakili kepentingan deposan yang
berhadapan dengan kepentingan manajer bank dan pemegang saham bank. (2) melindungi
sistem perbankan secara keseluruhan dengan membatasi frekuensi dan biaya krisis
perbankan secara keseluruhan. Pengaturan ini biasanya disebut Macroprudential
regulation. Justifikasi pengaturan ini adalahkegagalan pasar berurusan dengan risiko
keseluruhan, dan kestabilan keuangan sebagai bagian dari barang publik.
Disiplin pasar dapat membantu me-regulasi perbankan dan membantu regulator
untuk membatasi tekanan politis dan ketahanan dalam pengaturan mikro, namun
demikian menggantungkan sepenuhnya pada disiplin pasar untuk pengaturan secara
makro sangat berbahaya karena pengaturan makro dijustifikasi oleh ketidak-mampuan
pasar berurusan dengan goncangan makro dan ketidakstabilan keuangan.
Secara konseptual disiplin pasar dapat digunakan oleh otoritas perbankan den-gan
dua cara yang berbeda yaitu dengan:
(1) Disiplin pasar secara langsung yang bertujuan agar investor di pasar mempen-
garuhi perilaku manajer bank, dan berfungsi sebagai substitusi untuk pengawasan kehati-
hatian bank, (2) Disiplin pasar secara tidak langsung yang bertujuan agar investor di
pasar memonitor perilaku manajer bank dan berfungsi sebagai komplemen untuk
pengawasan kehati-hatian bank. Disiplin pasar tidak langsung memberikan informasi
yang baru dan objektif untuk yang dapat digunakan oleh pengawas perbankan untuk
meningkatkan pengawasan pada masalah perbankan dan juga membantu tindakan untuk
menyelamatkan perbankan. Instrumen yang digunakan untuk menerapkan disiplin pasar
dapat berupa: peningkatan transpar-ansi bank, merubah struktur modal bank dan
menggunakan informasi dari pasar un-tuk pengawasan perbankan. Peningkatan
transparansi bank akan memaksa manajer bank mengeluarkan berbagai disklosur

7
informasi publik yang dapat digunakan oleh partisipan pasar untuk penilaian manajemen
bank. Perubahan struktur modal dapat dilakukan dengan memaksa bank menge-luarkan
hutang subordinasi. Dengan adanya hutang akan memaksa manajer bank bertindak hati-
hati karena dimonitor oleh pemberi pinjaman. Penggunaan informasi pasar oleh
pengawas perbankan akan me-lengkapi informasi yang sudah dimiliki oleh pengawas
perbankan.
Isu utama dalam debat mengenai struktur pengaturan bank adalah apakah
pengaturan perbankan harus dilakukan melalui pemaksaan eksternal, memberlakukan
ketentuan-ketentuan dan aturan yang detail atau melaui penciptaan mekanisme yang
memberikan insentif untuk perilaku stakeholder bank yang tepat (Hamalainen, 2006 dan
Hamailanen etal., 2005). Perkembangan institusi keuangan internasianal yang terlalu
kompleks dan inovatif tidak memungkinkan pengaturan dengan cara-cara yang terlalu
kaku. Berbagai ahli menyarankan perlunya pendekatan pengaturan bank melalui
mekanisme pasar atau kebijakan yang berdasarkan insentif (incentive based policies).
Berbagai kebijakan yang dapat memaksa perilaku positif bank dapat diciptakan untuk
seluruh stake-holder bank dan meningkatkan mekanisme good corporate governance.
Perlunya pengaturan bank yang memasukkan unsur disiplin pasar didasari akan
pertimbangan manfaat dan kerugian dari peningkatan disiplin pasar. Berger (1991)
mengidentifikasi berbagai manfaat peningkatan disiplin pasar, (1) Peningkatan disiplin pasar
dapat mengurangi moral hazard yang diciptakan karena adanya jaminan(asuransi deposito)
yang diciptakan oleh pemerintah, (2) Disiplin pasar dapat digu-nakan untuk memaksa bank
meningkatkan efisiensi atau memaksa bank yang tidak efisien keluar dari industri perbankan,
(3) Biaya pengawasan bank dapat dikurangi karena pasar dapat memberikan informasi yang
objektif tanpa ada tekanan politis. Hal ini disebabkan karena pasar terdiri dari partisipan
dalam jumlah yang sangat besar dengan berbagai keahlian dan berbagai kelompok akan
selalu mengawasi perilaku pengambilan risiko yang dilakukan oleh bank, (4) Pasar dapat
memberikan infor-masi yang dibutuhkan oleh regulator untuk meningkatkan pengaturan
bank, (5) Disiplin pasar dapat mengurangi beban regulator dalam pengawasan perbankan, (6)
Disiplin pasar dapat melengkapi disiplin regulator.
Selain manfaat peningkatan disiplin pasar ada berbagai kemungkinan kerugian
dengan berlakunya disiplin pasar, (1) Ter-lalu menekankan pada disiplin pasar dapat
meningkatkan adanya bank runs karena in-vestor tahu mana bank yang berisiko dan mana
yang tidak, (2) Ada kemungkinan konflik dengan regulator. Hal ini disebabkan karena
disiplin pasar membatasi perilaku pengambilan risiko sementara regulator bertujuan untuk

8
menjaga penawaran kredit bank, (3) Adanya dilemma untuk melind-ungi deposan atau
mengurangi moral haz-ard, (4) Biaya untuk menciptakan kondisiyang efektif untuk
berlakunya disiplin pasar mungkin sangat besar. (5) Informasi yang disediakan oleh pasar
dapat menghambat keefektifan dari regulator.
Dengan melihat pada berbagai ke-mungkinan manfaat dan kerugian dari di-siplin
pasar di atas maka diperlukan pen-gaturan perbankan yang merupakan cam-puran antara
disiplin regulator dan disiplin pasar. Disiplin regulator dapat digunakan untuk memaksa
bank meningkatkan disclo-sur informasi yang diperlukan pasar untuk memonitor risiko
bank. sementara pasar berdasarkan informasi tersebut akan me-monitor bank dan
melakukan reaksi atas perilaku bank yang akan tercermin darii signal kuantitas dan harga.
Signal pasar ini dapat digunakan oleh regulator untuk melengkapi pengaturan perbankan
berdasar-kan informasi yang telah dimiliki sebelum-nya.

2.5 Peraturan Perundang-Undangan Likuidasi Bank Dalam Sistem


Perbankan di Indonesia
Ketentuan peraturan perundang-undangan yang merupakan dasar hukum yang dipakai
sebagai landasan bagi likuidasi suatu bank yang bermasalah dalam sistem perekonomian
nasional pada saat terjadinya krisis tahun 1997 adalah sebagai berikut :

1. Ketentuan likuidasi menurut Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perubahan


Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, yaitu terdapat dalam :

a. Pasal 37 ayat (2) yang menyatakan bahwa dalam hal suatu bank mengalami
kesulitan yang membahayakan kelangsungan usahanya, apabila : a) Tindakan sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1) belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi bank,
dan/atau, b) Menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu bank dapat membahayakan
sistem perbankan, pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin usaha bank dan
memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham
guna membubarkan badan hukum bank dan membentuk tim likuidasi.

b. Pasal 37 ayat (3) yang menyatakan bahwa dalam hal direksi bank tidak
menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sebagaimana dimaksud dalam ayat (2),
Pimpinan Bank Indonesia meminta kepada pengadilan untuk mengeluarkan penetapan yang
berisi pembubaran badan hukum bank, penunjukan tim likuidasi, dan perintah pelaksanaan
likuidasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

9
2. Ketentuan likuidasi menurut Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999, tanggal 3 Mei
1999 tentang Pencabutan izin usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank : Berdasarkan
Peraturan Pemerintah tersebut, pencabutan izin usaha bank dilakukan oleh Pimpinan Bank
Indonesia apabila :

a. Pasal 3 ayat (2) huruf b dan pasal 4 ayat (1) Pasal 3 ayat (2) huruf b menyatakan
bahwa apabila : a) tindakan sebagaimana dimaksud ayat (1) belum cukup untuk mengatasi
kesulitan yang dihadapi bank, dan/atau, b) menurut penilaian Bank Indonesia keadaan suatu
bank dapat membahayakan sistem perbankan, Pimpinan Bank Indonesia dapat mencabut izin
usaha bank dan memerintahkan direksi bank untuk segera menyelenggarakan Rapat Umum
Pemegang Saham. Pasal 4 ayat (1) menyatakan bahwa pencabutan izin usaha bank dilakukan
oleh Pimpinan Bank Indonesia.

b. Pasal 25 ayat (1) menyatakan bahwa pelaksanaan likuidasi bank oleh Bank
Indonesia ditetapkan dan diserahkan kepada Badan Khusus yang bersifat sementara dalam
rangka penyehatan perbankan berdasarkan ketentuan Pasal 37 A Undang-Undang Nomor 7
Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998, tetap mengikuti ketentuan dalam Peraturan Pemerintah ini.

c. Pasal 26 ayat (1) menyatakan bahwa dalam hal para pemegang saham akan
membubarkan badan hukum bank atas keinginan sendiri, pembubaran tersebut hanya dapat
dilakukan setelah pencabutan izin usaha oleh Bank Indonesia.

3. Ketentuan likuidasi menurut Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor


32/53/KEP/DIR taggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran
dan Likuidasi Bank umum dan Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor
32/54/KEP/DIR tanggal 14 Mei 1999 tentang Tata Cara Pencabutan Izin Usaha, Pembubaran
dan Likuidasi Bank Perkreditan Rakyat :

a. Pasal 2 dari kedua Surat Keputusan tersebut menyatakan bahwa pencabutan izin
usaha Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dilakukan oleh Direksi Bank Indonesia
apabila : 1) Tindakan penyelamatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat (1) Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1998 belum cukup untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi Bank
Umum atau Bank Perkreditan Rakyat; dan/atau 2) Menurut penilaian Bank Indonesia
keadaan suatu Bank Umum atau Bank Perkreditan Rakyat dapat membahayakan sistem
perbankan; atau 3) Terdapat permintaan dari pemilik atau pemegang saham Bank Umum atau
Bank Perkreditan Rakyat.

10
b. Pasal 3 dari surat keputusan tersebut di atas menyebutkan bahwa pencabutan izin
usaha kantor cabang dari bank yang berkedudukan di luar negeri dilakukan oleh direksi Bank
Indonesia berdasarkan alasan tindakan penyelamatan belum cukup mengatasi kesulitan yang
dihadapi oleh Bank atau membahayakan sistem perbankan sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 huruf a atau huruf b atau : 1) Terdapat permintaan kantor pusat bank yang
berkedudukan di luar negeri; atau 2) Izin usaha kantor pusat bank yang berkedudukan di luar
negeri dicabut dan/atau kantor pusat dimaksud dilikuidasi oleh otoritas yang berwenang di
negara setempat.

Dalam perkembangannya, sebagai tindak lanjut pengaturan mengenai penjaminan


dana masyarakat khususnya dalam rangka mewujudkan apa yang telah diamanatkan dalam
ketentuan Pasal 37 B Undang-Undang Perbankan, yaitu tentang perlunya pembentukan
Lembaga Penjaminan Simpanan, pada tahun 2004 pemerintah membentuk suatu badan
khusus yang disebut Lembaga Penjamin Simpanan atau ./aLPS. Dengan telah dibentuknya
LPS tersebut, ketentuan mengenai likuidasi diatur pula di dalam :

1. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Sentral sebagaimana telah


diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009;

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan


sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengganti UndangUndang Nomor 3
Tahun 2008 sebagaimana telah ditetapkan dengan UndangUndang Nomor 7 Tahun 2009;

3. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/9/PBI/2004 tentang Tindak Lanjut Pengawasan


dan Penetapan Status Bank sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Bank Indonesia
Nomor 7/38/PBI/2005;

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/3444/PBI/2005 tentang Tindak Lanjut


Penanganan terhadap Bank Perkreditan Rakyat dalam Status Pengawasan Khusus;

5. Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 7/50/DPBPR tanggal 1 November 2005


perihal Tindak Lanjut Penanganan terhadap Bank Perkreditan Rakyat dalam Status
Pengawasan Khusus;

6. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 2/PLPS/2005 tentang Likuidasi


Bank, yang kemudian diganti dan disempurnakan dengan Peraturan Lembaga Penjamin
Simpanan Nomor 2/PLPS/2008 tentang Likuidasi Bank;

11
7. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 4/PLP/2006 tentang Penyelesaian
Bank Gagal yang Tidak Berdampak Sistemik sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 002/PLP/2007, sebagai pengganti dan penyempurna
dari Peraturan Lembaga Penjamin Nomor 3/PLP/2005 tentang Penyelesaian Bank Gagal yang
Tidak Berdampak Sistemik;

8. Peraturan Lembaga Penjamin Simpanan Nomor 5/PLP/2006 tentang Penyelesaian


Bank Gagal yang Berdampak Sistemik sebagaimana diubah dengan Peraturan Lembaga
Penjamin Simpanan Nomor 3/PLPS/2008.

Namun walaupun telah terbentuk Lembaga Penjamin Simpanan, dalam ketentuan


pasal 98 Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 Tentang Lembaga Penjamin Simpanan,
menyebutkan bahwa proses likuidasi yang dimulai sebelum berlakunya Undang-Undang
tentang LPS, tetap dilaksanakan sesuai dengan ketentuan mengenai likuidasi bank
sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 1999 tentang Pencabutan
Izin Usaha, Pembubaran dan Likuidasi Bank. Selain memperhatikan peraturan khusus dalam
pencabutan izin usaha, pembubaran dan likuidasi bank dalam proses tersebut, maka
sepanjang tidak diatur secara khusus dalam ketentuan perbankan perlu juga memperhatikan
peraturan yang bersifat umum seperti :61

a) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas yang terakhir diubah
dengan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007, bagi pembubaran bank yang berbentuk
hukum perseroan terbatas;

b) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal, bagi pembubaran badan
hukum yang berbentuk badan hukum perseroan terbatas terbuka (perseroan terbatas terbuka);

c) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, bagi pembubaran bank


yang berbentuk hukum koperasi;

d) Peraturan perundang-undangan mengenai badan usaha milik negara/daerah, bagi


pembubaran badan hukum bank yang berbentuk badan usaha milik negara (perusahaan
perseroan) atau badan usaha milik daerah (perusahaan daerah)

12
BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Likuiditas adalah berhubungan dengan masalah kemampuan suatu perusahaan untuk


memenuhi kewajiban finansialnya yang segera harus dipenuhi. Jumlah alat-alat pembayaran
(alat likuid) yang dimiliki oleh suatu perusahaan pada suatu saat merupakan kekuatan
membayar dari perusahaan yang bersangkutan. Suatu perusahaan yang mempunyai kekuatan
membayar belum tentu dapat memenuhi segala kewajiban finansialnya yang segera harus
dipenuhi atau dengan kata lain perusahaan tersebut belum tentu memiliki kemampuan
membayar. Dalam likuiditas terdapat dua resiko yaitu resiko ketika kelebihan dana dimana
dana yang ada dalam bank banyak yang idle, hal ini akan menimbulkan pengorbanan tingkat
bunga yang tinggi. Kedua resiko ketika kekurangan dana, akibatnya dana yang tersedia untuk
mencukupi kebutuhan kewajiban jangka pendek tidak ada

Manajemen likuiditas adalah kemampuan manajemen bank dalam menyediakan dana yang
cukup untuk memenuhi semua kewajiban-kewajiban maupun komitmen yang telah
dikeluarkan kepada nasabahnya setiap saat

Likuiditas pada umumnya didefinisikan sebagai kepemilikian sumber dana yang memadai
untuk memenuhi seluruh kebutuhan kewajiban yang akan jatuh tempo. Atau dengan kata lain
kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban pada saat ditagih baik yang dapat
diduga ataupun yang tidak terduga.

13
DAFTAR PUSTAKA

Riyadi Selamet.2004.Assets and Liabilities Management.LembagaPenerbit : Universitas


Indonesia.

Undang-UndangPerbankandanPeraturan Bank Indonesia

http://ojs.unud.ac.id/index.php/

14

Anda mungkin juga menyukai