Anda di halaman 1dari 19

PERUBAHAN SOSIAL PADA MASYARAKAT

KP.KESATRIAN RT04/RW08

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mengikuti Uas Ganjil Sosiologi
2017-2018

Disusun oleh :
Nama : ITA PUSPITASARI
Kelas : XII IPS4
NISN :

SMA NEGERI 4 KOTA SERANG


TAHUN AJARAN 2017-2018
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Syukur allhamdulillah, kata yang pantas penulis ucapkan kepada Allah SWT,

karena bimbingan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas ini dengan

tepat waktu.

Sholawat salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad SAW

yang telah memberikan cahaya terang dari gelapnya peradaban masa jahiliyah.

Berikut ini penulis mempersembahak makalah berjudul Perubahan Sosial

Mengenai pentingnya pembhasan kali ini, penulis berharap makalah ini bias

bermanfaat bagi kita semua.

Tak ada ada gading yang tak retak, besar harapan penulis akan kritik dan saran

untuk perbaikan dan penyempurnaan karya tulis ini. Karena kesalaha adalah milik

kami manusia dan kesempurnaan hanyalah milik Allah.

Akhirul kalam wallahu muwafiq ilaa adwamit thoriq

Assalamualaikum wr.wb
DAFTAR ISI

Kata pengantar. i
Daftar isi ii
Bab I pendahuluan.. 1
A.Latar belakang.. 1
B.Rumusan masalah 2
C.Tujuan.......................................................... 2
Bab II pembahasan.. 3
A. Pengertian perubahan social di masyarakat 4
B. Perubahan Sosial menurut para ahli 5
C. Faktor-faktor yang menghambat perubahan social 6
D. Hasil Observasi 13
Bab III penutup. 14
A.Kesimpulan . 14
B.Saran .. 15
C.Daftar pustaka 16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Tidak ada masyarakat yang tidak mengalami perubahan, sebab kehidupan

sosial adalah dinamis. Perubahan sosial merupakan bagian dari gejala

kehidupan sosial, sehingga perubahan sosial merupakan gejala yang

normal.

Perubahan sosial tidak dapat dipandang hanya dari sisi, sebab perubahan

ini mengakibatkan perubahan disektor-sektor lain. Ini berarti perubahan

sosial selalu menjalar berbagai bidang-bidang lainnya.

Perubahan sosial dapat dilihat dari system nilai yang pada suatu saat

belaku akan tetapi disaat yang lain tidak berlaku. Misalnya, dahulu kantor

pos memegang peranan penting untuk mengantar surat smapai ketempat

tujuan, kini kantor pos mengalami penurunan fungsi sejak ditemukan

telepon genggam yang bias menyampaikan pesan berbicara maupun pesan

SMS dengan lebih cepat.

Perubahan sosial tidak berarti kemajuan, tetapi tidak pula kemunduran,

meskipun dinamika sosial selalu diarahkan pada gejala tranformasi

(pergeseran).Perubahan sosial yang direncanakan,seperti seperti program

pembangunan dan perubahan sosial yang tidak direncanakan seperti

bencana alam, dll. Dan masih banyak hal-hal yang terkait perubahan

sosial, yang akan


dijelaskan dalam makalah ini, semoga makalh ini akan menambah

wawassan kita semua.

B .Rumusan masalah

1.Apa yang dimaksud dengan perubahan sosial

2.Perubahan sosial menurut para ahli

3. Apa faktor yang menghambat perubahan sosial?

4.Perubahan sosial di kampung kesatrian?

C.Tujuan pembahasan

1. Dapat mengetahui pengertioan dari perubahan sosial

.2. Dapat mengetahui factor-faktor yang mennyebabkan perubahan sosial

3. Dapat mengetahui factor-faktor yang menghambat perubahan sosial

4.Dapat mengetahui perubhan sosial di kampung kesatrian


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian perubahan social di masyarakat

Menurut jocobus jambar, perubaha sosial adalah proses dimana terjadinya

perubhan struktur masyarakat yang berjalan dengn perubahan kebudayaan

dan fungsi suatu system sosial.

Secara singkat Samuel Koening mengatakan bahwa perubahan sosial

merupakan modifikasi-modifikasi yang terjad dalam pola kehidupan

manusia yang terjadi karena sebab intern maupun eksteren.

Perubahan soisal menurut Gillin merupakan suatu variasi cara-cara hidup

yang diterima baik prubahan-perubahan kondisi geografis; kebudaayn

material, komposisi penduduk, ideologi maupun karena adanya difusi

maupun [enemuan-[enemuan baru dalam masyarakat .

Dalam kehidupan shari-hari memang tidak bisa lepas dari yang amanya

perubahan. Sekalipun pada masyarakat yang Primitif. Sedikit banyak pada

masyarakat tersebut mengalami perubahan baik disadari oleh masing-

masing individu atau tidak.

Orang-orang desa sudah mengenal perdagangan, alat-alat transport

modern, bahkan dapat mengikuti berita-bertita mengenai daerah lain,

mealaui televise, dll.

Secara garis besar, perubahan sosial dipengruhi oleh factor yang berasal

dari dalam masyarakat itu sendiri. Diantara faktor yang berasal dari dalam

masyarakat yaitu, perubahan pada kondisi ekonomi, sosial, dan


perkembanganIPTEK. Adapun yang berasal dari masyarakat biasanyanya

yang terjadi dluatr perencanaan manusia seperti bencana alam.

B.Perubahan sosial menurut para ahli

1. William F. Ogburn (1964), mengemukakan bahwa ruang lingkup

perubahan sosial meliputi unsur-unsur kebudayaan material dan

immaterial, yang ditekankan pada pengaruh besar unsur-unsur kebudayaan

material terhadap unsur-unsur immaterial.

2. Kingsley Davis (1960), mengartikan perubahan sosial sebagai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi masyarakat. Misalnya,

timbulnya pengorganisasian buruh dalam masyarakat kapitalis telah

menyebabkan perubahan-perubahan dalam hubungan antara buruh dan

majikan yang selanjutnya menyebabkan perubahan-perubahan dalam

organisasi ekonomi dan politik.

3. Mac Iver (1937: 272), mengartikan bahwa perubahan sosialsebagai

perubahan dalam hubungan sosial (perubahan yangdikehendaki dan

perubahan yang tidak dikehendaki) atausebagai perubahan terhadap

keseimbangan (equilibrium)hubungan sosial.

4. Gillin dan Gillin (1957: 279), mengartikan perubahan sosialadalah suatu

variasi dari cara hidup yang telah diterima, baikkarena perubahan-

perubahan kondisi geografis, kebudayaanmaterial, komposisi penduduk,


dan ideologi maupun karenaadanya difusi ataupun penemuan-penemuan

baru dalammasyarakat

5. Selo Soemardjan (1962: 379), merumuskan perubahan sosial sebagai

segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan di dalam suatu

masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk di dalamnya

nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam

masyarakat.

6. Samuel Koenig (1957: 279), mengatakan bahwa perubahan sosial

menunjuk pada modifikasi-modifikasi yang terjadi dalam pola-pola

kehidupan manusia. Modifikasi-modifikasi dapat disebabkan oleh faktor

intern dan ekstern.

7. Sugihen (1982), mengkaitkan perubahan sosial dengan beberapa kata

lain yang merujuk pada proses sosial yang sama, seperti : industrialisasi,

modernisasi, dan pembangunan.

8. Merton (1957;1964), mengatakan fungsi manifestasi dari suatu rekayasa

sosial lewat upaya pembangunan yang dilambangkan atau diwujudkan

dalam kegiatan industralisasi menuju suatu masyarakat modern.

9. Rogers, et. al. (1988), memahami bahwa perubahan sosial adalah suatu

proses yang melahirkan perubahan-perubahan di dalam struktur dan fungsi

dari suatu sistem kemasyarakatan. Ada 3 tahapan utama dalam proses

perubahan sosial yang terjadi. Pertama, berawal dari diciptakannya atau


lahirnya sesuatu yang berkembang menjadi suatu gagasan. Bila gagasan

tersebut sudah menggelinding seperti roda yang berputar pada sumbunya,

dan sudah tersebar di kalangan masyarakat maka perubahan tersebut sudah

memasuki tahap kedua. Tahapan yang ketiga yaitu disebut dengan hasil,

yaitu perubahan-perubahan yang terjadi dalam suatu sistem sosial yang

bersangkutan sebagai akibat dari diterimanya, atau ditolaknya suatu

inovasi.

10. Larson dan Rogers (1964), mengemukakan pengertian tentang perubahan

sosial yang dikaitan dengan adopsi teknologi yaitu perubahan sosial

merupakan suatu proses yang berkesinambungan dalam suatu bentangan

waktu tertentu. Pemakaian teknologitertentu oleh suatu warga masyarakat

akan membawa suatu perubahan sosial yang dapat diobservasi lewat perilaku

anggota masyarakat yang bersangkutan

C. Faktor-faktor penghambat perubahan sosial

1.Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat

Salah satu aspek pendorong terjadinya perubahan sosial budaya adalah

majunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Majunya

perkembangan iptek menjadi indikator pula majunya taraf perkembangan

budaya suatu masyarakat. Sementara maju dan tingginya taraf peradaban suatu

masyarakat menyebabkan masyarakat tersebut akan cepat atau mudah

mengadakan adaptasi (penyesuaian) terhadap munculnya perubahan-perubahan


yang datang dari luar masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena itu, apabila

di dalam suatu masyarakat terjadi hal yang sebaliknya, yakni mengalami

kelambanan dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya, maka

akan menyebabkan terhambatnya laju perubahan-perubahan sosial budaya pada

masyarakat yang bersangkutan.

2. Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain

Adanya kehidupan masyarakat yang tertutup, hingga menyebabkan setiap

warganya sulit untuk melakukan kontak atau hubungan dengan masyarakat lain,

menyebabkan warga masyarakat tersebut terasing dari dunia luar. Akibatnya,

bahwa masyarakat tersebut tidak dapat mengetahui perkembangan-perkembangan

apa yang terjadi pada masyarakat lain di luarnya. Jika hal tersebut tetap

berlangsung, atau bahkan tidak sepanjang masa maka akan menyebabkan

kemunduran bagi masyarakat yang bersangkutan, sebab mereka tidak memperoleh

masukan-masukan misalnya saja pengalaman dari kebudayaan lain, yang dapat

memperkaya bagi kebudayaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, faktor

ketertutupan atau kurangnya hubungan dengan masyarakat atau kebudayaan lain,

menjadi salah satu faktor yang dapat menghambat atau menghalangi bagi proses

perubahan sosial dan budaya di dalam masyarakat.

3. Rasa takut akan terjadinya kegoyahan pada integrasi kebudayaan

Adanya kekhawatiran di kalangan masyarakat akan terjadinya kegoyahan

seandainya terjadi integrasi di antara berbagai unsur-unsur kebudayaan, juga

menjadi salah satu faktor lain terhambatnya suatu proses perubahan sosial budaya.
Memang harus diakui bahwa tidak mungkin suatu proses integrasi di antara unsur-

unsur kebudayaan itu akan berlangsung secara damai dan sempurna, sebab

biasanya unsur-unsur dari luar dapat menggoyahkan proses integrasi tersebut,

serta dapat menyebabkan pula terjadinya perubahan-perubahan pada aspek-aspek

tertentu dalam masyarakat.

4.Adat dan kebiasaan

Setiap masyarakat di manapun tempatnya, pasti memiliki adat serta kebiasaan

tertentu yang harus ditaati dan diikuti oleh seluruh anggotamasyarakat. Adat dan

kebiasaan adalah seperangkat norma-norma (aturan tidak tertulis) yang berfungsi

sebagai pedo-man bertingkah laku bagi seluruh anggota masyarakat. Adat

biasanya berisi pola-pola perilaku yang telah diyakini dan diterima oleh

masyarakat secara turun-temurun, bersifat kekal (abadi), dan oleh karena itu harus

ditaati oleh seluruh anggota masyarakat, serta bersifat mengikat. Artinya, apabila

ada sebagian anggota masyarakat yang tidak mengindahkan aturan adat maka

akan mendapat sanksi yang berat baik sanksi moral maupun sosial dari

masyarakat. Sedangkan kebiasaan adalah perbuatan yang pantas dikerjakan maka

diterima oleh masyarakat. Karena pantas dikerjakan dan telah diterima oleh

masyarakat, maka kebiasaan menjadi perilaku yang diulang-ulang dari generasi

terdahulu ke generasi berikutnya (secara turun-temurun) sehingga menjadi

semacam aturan (norma) yang harus diikuti oleh setiap anggota masyarakat.

Meskipun tidak sekuat adat, norma kebiasaan juga memiliki daya pengikat
tertentu yang dapat menyebabkan setiap anggota berperilaku sesuai dengan

kebiasaan yang berlaku dalam masyarakat.

Dengan demikian dapatlah dibayangkan bahwa apabila dalam masyarakat tersebut

muncul nilai (budaya) serta kebiasaan-kebiasaan baru yang akan menggeser

kebiasaan-kebiasaan lama, apalagi sampai menggeser adat kebiasaan yang selama

ini telah menjadi pedoman serta aturan yang dipegang teguh secara turun-

temurun, maka nilai serta kebiasaan-kebiasaan baru tersebut akan ditentang, atau

bahkan ditolaknya. Misalnya nilai-nilai baru di masyarakat yang mengatakan

bahwa upacara hajatan dapat dilaksanakan kapan saja, karena pada hakikatnya

semua hari dan bulan itu baik sekalipun dilaksanakan di bulan Suro (Muharram).

Sedangkan di Indonesia, khususnya di kalangan masyarakat Jawa ada semacam

keyakinan yang telah dipegang teguh karena telah menjadi adat kebiasaan secara

turun-temurun, ialah bahwa menyelenggarakan acara hajatan di bulan Suro adalah

suatu pantangan (dilarang), sebab jika dilaksanakan akan mendatangkan mara

bahaya (bencana), khususnya bagi mereka yang tetap menyelenggarakannya.

Dengan demikian, di kalangan masyarakat Jawa yang percaya serta memegang

secara teguh tradisi serta adat kebiasaan semacam itu, tentu akan mengalami

kesulitan untuk bisa merubah keyakinan yang telah mendarah daging itu,

meskipun dari luar angin perubahan telah bertiup dengan kencangnya.


5. Adanya kepentingan-kepentingan yang telah tertanam kuat (vested

interests)

Dalam setiap organisasi sosial yang mengenal sistem berlapis-lapisan, pasti akan

ada sekelompok orang-orang yang menikmati kedudukan dalam suatu proses

perubahan. Pada masyarakat-masyarakat yang sedang mengalami masa transisi,

misalnya saja dari otoritarianisme ke sistem demokrasi biasanya terdapat

segolongan orang-orang yang merasa dirinya berjasa atas terjadinya perubahan-

perubahan. Pada segolongan masyarakat yang berjasa itu biasanya akan selalu

mengidentifikasikan diri dengan usaha serta jasa-jasanya tersebut, sehingga sulit

sekali bagi mereka untuk melepaskan kedudukan yang baru diperolehnya itu

dalam suatu proses perubahan. Hal inilah yang juga dirasa menjadi salah satu

faktor penghalang berikutnya bagi jalannya suatu proses perubahan.

6. Prasangka terhadap hal-hal baru atau asing atau sikap tertutup

Adanya sikap semacam itu, misalnya dapat saja dialami oleh suatu masyarakat

(bangsa) yang pada masa lalunya pernah mengalami pengalaman pahit selama

berinteraksi dengan masyarakat (bangsa) lainnya di dunia. Sebut saja misalnya

pada masyarakat-masyarakat yang dahulunya pernah mengalami proses

penjajahan oleh bangsa lain, seperti bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika

oleh penjajahan bangsa Barat. Mereka tidak akan melupakan begitu saja atas

berbagai pengalaman pahit yang pernah diterimanya pada masa lalu, dan hal

tersebut ternyata berdampak pada munculnya kecurigaan di kalangan bangsa-

bangsa yang pernah dijajah itu terhadap sesuatu atau apa-apa yang datang dari

barat. Selanjutnya, karena secara kebetulan unsur-unsur baru yang masuk itu juga
kebanyakan berasal dari negara-negara barat, maka prasangka-prasangka (negatif)

juga tetap ada, terutama akibat rasa kekawatiran mereka akan munculnya

penjajahan kembali yang masuk melalui unsur-unsur budaya tersebut. Dengan

demikian munculnya prasangka serta adanya sikap menolak terhadap kebudayaan

asing juga akan menjadi salah satu faktor penghambat lain bagi jalannya proses

perubahan sosial budaya suatu masyarakat.

7. Nilai bahwa hidup ini buruk dan tidak mungkin dapat diperbaiki

Di kalangan masyarakat terdapat kepercayaan bahwa hidup di dunia itu tidak

perlu ngoyo (terlalu berambisi) sebab baik buruknya suatu kehidupan

(nasib/takdir) itu sudah ada yang mengatur, oleh karena itu harus dijalaninya

secara wajar. Sementara jika manusia diberikan kehidupan yang jelek, maka harus

diterimanya pula apa adanya (nrimo ing pandum) serta dengan penuh kepasrahan

karena memang nasib yang harus diterimanya demikian. Dengan demikian

manusia tidak perlu repot-repot berusaha, apalagi sampai ngoyo, karena tidak ada

gunanya sebab hasilnya pasti akan jelek, sebab sudah ditakdirkan jelek. Adanya

keyakinan dari masyarakat untuk selalu menerima setiap nasib yang diberikan

Tuhan kepada manusia dengan penuh kepasrahan, termasuk bila harus menerima

nasib (takdir) buruk, menyebabkan kehidupan masyarakat menjadi bersifat

pesimistis dan statis, atau bahkan fatalistik. Adanya pemahaman yang keliru

tentang nasib manusia itulah, sehingga di dalam masyarakat tidak muncul

dinamisasi, yang berarti tidak ada perubahan, atau jika ada perubahan maka hal

tersebut akan berjalan secara lambat.


8.Hambatan yang bersifat ideologis

Adanya faktor penghambat yang bersifat ideologis, karena biasanya setiap usaha

mengadakan perubahan-perubahan pada unsur-unsur kebudayaan rohaniah, akan

diartikan sebagai suatu usaha yang berlawanan dengan ideologi masyarakat yang

merupakan dasar bagi terciptanya integrasi dari masyarakat yang bersangkutan.

Oleh karena itu faktor-faktor yang bersifat ideologis akan tetap menjadi perintang

bagi jalannya perubahan-perubahan.

9.Sikap masyarakat yang sangat tradisional

Apabila di dalam masyarakat muncul suatu sikap mengagung-agungkan akan

tradisi masa lampau serta menganggap bahwa tradisi tersebut secara mutlak tak

dapat dirubah, maka sudah dapat dipastikan bahwa pada masya-rakat tersebut

akan mengalami hambatan-hambatan dalam proses perubahan sosial budayanya.

Keadaan tersebut akan menjadi lebih parah lagi apabila golongan yang berkuasa

dalam masyarakat juga berasal dari golongan yang bersifat konservatif, yakni

suatu golongan yang notabenenya adalah penentang atau anti terhadap perubahan-

perubahan.

Selain yang sudah disebutkan di atas, dilihat dari segi intern (dari dalam

masyarakat yang mengalami perubahan), terjadinya proses perubahan sosial juga

dapat terhambat oleh karena adanya faktor-faktor sebagai berikut:

Adanya sikap masyarakat yang ragu-ragu, bahkan curiga terhadap sesuatu

yang baru yang dianggap dapat berdampak negatif.


Adanya kecenderungan dari masyarakat untuk menyukai dan

mempertahankan sesuatu hal yang lama.

Kurangnya pengetahuan dan pendidikan masyarakat terhadap sesuatu yang

baru.

D. Hasil observasi

- Perubahan sosial yang terjadi dikampung Kesatrian

1.pembangunan jalan disetiap gang

2. pembuatan solokan baru

A. faktor pendorong

1. Adanya dukungan dari masyarakat kampung kesatrian

2. Adanya kerja sama dengan RT maupun RW

- Dampak positive

1. agar pengendara motor ataupun pejalan kaki nyaman pada saat melewati

jalannya

2. agar tidak terjadi banjir ketika musim hujan

- Dampak Negative

1. banyak masyarakat yang kebut-kebutan dijalan gang

2. masayarakat membuang sampah sembarangan


BAB III

PENUTUP

1. KESIMPULAN

melestarikan kebudayaan tersebut Perubahan sosial dapat dikatakan sebagai suatu

perubahan dari gejala-gejala sosial yang ada pada masyarakat, dari yang bersifat

individual sampai yang lebih kompleks. Perubahan sosial dapat bergerak ke arah

suatu kemajuan, dalam hal ini masyarakat akan berkembang. Sebaliknya,

perubahan sosial juga dapat menyebabkan kehidupan masyarakat mengalami

kemunduran.

Banyak ahli yang mengungkapkan pendapatnya mengenai perubahan sosial.

Diantaranya William F. Ogburn, Selo Soemardjan, Ferdinand Toennies, Gillin dan

Gillin, dan masih banyak ahli lainnya. Salah satu pandangan yang paling dikenal

oleh masyarakat yaitu pendapat Selo Soemardjan (1962: 379) yang merumuskan

perubahan sosial sebagai segala perubahan pada lembaga-lembaga

kemasyarakatan di dalam suatu masyarakat, yang memengaruhi sistem sosialnya,

termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap, dan pola perilaku di antara kelompok-

kelompok dalam masyarakat.

Ada tiga (3) bentuk atau tipe perubahan sosial. Tipe-tipe tersebut adalah :

perubahan lambat dan perubahan cepat, perubahan yang dikehendaki dan

perubahan yang tidak dikehendaki, dan perubahan yang pengaruhnya kecil dan

perubahan yang pengaruhnya besar.


Perubahan sosial yang terjadi di lingkungan saya adalah sebagai berikut :

perubahan jumlah penduduk, perubahan gaya hidup, perubahan mata pencaharian,

perubahan kualitas penduduk, perubahan peraturan, perubahan karena adanya

teknologi, dan perubahan budaya.

1. SARAN

Karena masyarakat merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya

perubahan sosial, maka :

1. Sebaiknya masyarakat mendukung perubahan ke arah kemajuan dan juga

ikut berperan aktif untuk mewujudkan masyarakat yang berkembang untuk

lebih maju.

2. Walaupun sudah terjadi perubahan (perkembangan jaman), sebaiknya warga

masyarakat tidak melupakan kebudayaan peninggalan nenek moyang dan

sebaiknya.
DAFTAR PUSTAKA

LKS SOSIOLOGI XII IPS


Paket sosiologi kelas XII ips
Ketua RT 04 RW 08. Koko abdul kodir

Anda mungkin juga menyukai