Anda di halaman 1dari 3

Determining Students Conceptual Understanding Level of

Thermodynamics
Journal of Education and Training Studies
Vol. 4, No. 6; June 2016
Penulis :
Hakan Saricayir1, Selahattin Ay1, Arif Comek2, Gokhan Cansiz3, Musa Uce1

Rani Wulandini
(1152080064)
V/B

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2017
I. Latar belakang
Termodinamika kimia adalah salah satu mata pelajaran kimia yang paling populer namun terkenal
sulit yang mengakibatkan timbulnya kesalahpahaman pada siswa (Anderson, Taraban, & Sharma,
2005; Brook, Briggs, Bell, & Driver, 1984; Cotignola, Bordogna, Punte, & Cappannini, 2002;
Erickson, 1979, 1980; Goedhart & Kaper, 2002; Grayson, Harrison, & Treagust,1995; Junglas, 2006;
Labur & Niaz, 2002; Lewis & Linn, 1994; Linn & Songer, 1991; Meltzer, 2004; Mulop, Yusof,
&Tasir, 2012; Patron, 1997; Schnborn, Haglund, & Xie, 2014; Sokrat, Tamani, Moutaabbid, &
Radid, 2014; Sozbilir, 2001, 2003; Szbilir, 2004). Termodinamika terdiri dari berbagai macam
konsep dasar seperti panas, suhu, entalpi dan Perubahan energi. Termodinamika memegang peranan
penting dalam memahami semua jenis fenomena kimia, membuatnya begitu populer dan juga
menantang bagi siswa (Jasien & Oberem, 2002; Krummel, Sunal, & Sunal, 2007; Olgun, 2008;
Ptursson, 2003; Szbilir, 2004; Yeo & Zadnik, 2001).
Tantangan utama bagi siswa adalah tingkat abstraksi konsep dalam termodinamika (Ayyildiz &
Tarhan, 2012; Ben-Zvi, Eylon, & Silberstein, 1988; Bergquist & Heikkinen, 1990; Carson & Watson,
2002; Chiu, 2007; Cox, Belloni, Dancy, & Christian, 2003; Huang & Gramoll, 2004; Junglas, 2006;
Mulop dkk., 2012; Patron, 1997). Banyak penelitian tentang pemahaman konseptual kimia ini
mengungkapkan bahwa siswa mengalami banyak masalah mengenai termodinamika kimia. Salah satu
masalahnya adalah banyak siswa tidak dapat membedakan konsep panas dan suhu (Lewis & Linn,
1994; McDermott, 2003; Paik, Cho, & Pergi, 2007). Siswa-siswa ini menganggap "panas" dan "suhu"
memiliki arti yang sama dan menggunakannya secara bergantian (Erickson, 1979; Grayson et al.,
1995; Kesidou & Duit, 1993; Niaz, 2006; Schnborn et al., 2014; Wiser & Carey, 1983; Yalnkaya,
Tatan, & Boz, 2009).
II. Rumusan masalah :
1. Bagaimana tingkat pemahaman konseptual siswa SMA terhadap konsep termodinamika seperti
panas, suhu, entalpi dan perubahan energi dalam reaksi kimia.
III. Landasan teori
Pemahaman konseptual dapat didefinisikan dengan beragam. Hal ini umumnya didefinisikan
sebagai pembelajaran dengan pemahaman (Driver et al, 1994). Hal ini sering disamakan dengan
pembelajaran pengetahuan deklaratif, di mana pelajar seharusnya hanya menghafal sebuah hubungan
antara hal-hal, kejadian, atau proses (Darmofal, Soderholm, & Brodeur, 2002). Untuk beberapa
pemahaman konseptual membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan pembelajaran sebelumnya
dari beberapa pengalaman yang tak terduga (Smith & Ragan, 1999).
Menurut studi empiris, siswa berusia 12 tahun percaya bahwa panas adalah masalah udara
atau uap dan panas itu kebalikan dari suhu dan suhu suatu zat tergantung pada volume dan ukurannya
(Erickson, 1979). Banyak siswa sekolah menengah percaya bahwa logam dapat mengalirkan,
menyerap atau menahan dingin lebih baik dari pada bahan yang lain dan juga aluminium foil, bukan
wol atau kapas, pilihan terbaik untuk menyimpan dingin pada benda dingin (Lewis & Linn, 1994).
Banyak siswa kelas 10 yang percaya bahwa suhu, tidak seperti panas, pada suhu adanya variabel yang
memiliki ukuran dan dapat dihitung, paling banyak menyatakan bahwa suhu mengukur atau
mengkuantifikasi panas, sementara yang lain menyatakan bahwa suhu bisa diukur tapi panas tidak bisa
(Kesidou & Duit, 1993).
IV. Metode
Survei cross-sectional digunakan untuk mengevaluasi tingkat pemahaman konseptual siswa
tentang energi, panas, suhu dan entalpi. Menurut Fraenkel, Wallen, & Hyun, (2012) sebuah survei
cross-sectional, tidak seperti sensus, mengumpulkan informasi dari sampel yang diambil dari populasi
yang lebih besar. Informasi dapat dikumpulkan pada satu waktu yang mungkin berlangsung sampai
beberapa minggu. Dalam penelitian ini, jenis metode yang digunakan quasi eksperimen dengan data
penelitian kualitatif dan kuantitatif.
Populasi terdiri dari siswa SMA negeri, dan sampel yang dipilih secara acak dari 418 siswa
sekolah menengah umum di Anatolia Istanbul. Proses seleksi melibatkan teknik seleksi acak cluster.
Ke 14 kecamatan tersebut masuk ke dalam Program paket SPSS, dan secara acak dipilih semua SMA
negeri di tiga kabupaten tersebut. Dikelompokkan menurut jumlah siswa di masing-masing sekolah,
dan 11 sekolah (4 di kabupaten A dan B, dan 3 di kabupaten C) dipilih secara acak. Akhirnya, satu
kelas dari masing-masing sekolah dipilih secara acak.
Para peserta tersebut akan menjadi kandidat untuk belajar mata pelajaran kimia di SMA. Tes CUT
ini diberikan dalam 15 hari di bawah pengawasan guru maupun peneliti. Instrument yang digunakan
dalam studi percontohan yaitu Uji Pemahaman Konseptual (CUT) mencakup 30 pertanyaan pilihan
ganda yang dibahas setiap standar terkait dalam kurikulum kimia. Analisis data menggunakan SPSS.
Setelah tes dilakukan, wawancara dilakukan dengan 10 siswa yang dipilih secara acak, yang diberi
kode A sampai J.
V. Hasil penelitian

Kode standar, pertanyaan dan persentase tingkat pemahaman dapat dilihat pada Tabel 1. Misalnya,
standar 1 (Pertukaran panas, hubungan dengan suhu dan pelestarian panas total) terkait dengan
pertanyaan 1. Pada bagian ini, tingkat pemahaman konseptual siswa tentang panas, suhu dan entalpi
bahan kimia. hasil dianalisis menurut data dari dua CUT (Uji Pemahaman Konseptual) dan
wawancara dalam hal standar. Pembelajaran menyelidiki tingkat pemahaman konseptual dalam tiga
kategori: benar-benar salah atau tidak ada jawaban, sebagian pemahaman atau miskonsepsi dan
pemahaman penuh.
Hasilnya menunjukkan bahwa pemahaman siswa terhadap konsep yang disebutkan di atas pada
umumnya salah atau kurang lengkap. Menentukan tingkat pemahaman konseptual siswa dapat
dianggap sebagai langkah awal studi longitudinal yang bertujuan untuk mempromosikan keterlibatan
siswa dalam proses pembelajaran. Masalah yang dihadapi siswa saat itu adalah bahwa konsep-konsep
ini tidak mudah bagi mereka untuk dipahami dan mereka membutuhkan penangaan secara eksplisit
selama proses belajar mengajar.
Hasil analisis menunjukkan bahwa 19% siswa memahami konsep standar 1 (S1), dimana 27,6%
gagal untuk memahami nya atau tidak memberikan jawaban apapun. 53,4% siswa sebagian mengerti
atau miskonsepsi. Jumlah siswa yang salah paham atau sebagian dipahami bahkan lebih tinggi untuk
S2 daripada S1 (74,3%). Hanya 6,7% siswa mengerti sepenuhnya S2, sementara 19% benar-benar
salah atau tidak menjawab sama sekali. 16,6% siswa diketahui memahami konsep di S3, sementara
42,4% benar-benar salah atau tidak jawaban. Sisa 41% sebagian mengerti atau mengalami
miskonsepsi. 7,2% siswa memahami sepenuhnya konsep tersebut, sementara 61,4% siswa benar-benar
salah atau tidak menjawab, dan 31,4% siswa sebagian memahami atau salah memahami konsep di S4.
22,8% siswa memahami sepenuhnya konsep S5 sementara 21,2% siswa benar-benar salah atau tidak
jawaban dan 56% siswa menunjukkan sebagian pemahaman atau kesalahpahaman. Tingkat
pemahaman konseptual terendah dalam penelitian ini ditemukan di S6 dengan 72,7% tidak mengerti.
Hanya 11,2% siswa sepenuhnya memahami konsep standar 6, dan 16,1% sebagian dipahami atau
miskonsepsi. Pada S7 hanya 7,2% siswa memahami konsep sepenuhnya, sementara 10,7 benar-benar
salah atau tidak jawaban dan 82.1% sebagian memahami atau miskonsepsi. Pada S8 hanya 17,5%
siswa benar-benar memahaminya, sementara 64,6% benar-benar salah atau tidak memiliki jawaban
dan 17.9% sebagian memahami atau miskonsepsi .
VI. Kesimpulan
Tingkat pemahaman siswa SMA terhadap konsep termodinamika menunjukkan bahwa siswa
memiliki tingkat pemahaman rendah untuk hubungan seperti panas, suhu, entalpi dan perubahan
energi dalam reaksi kimia.
VII. Komentar
Siswa mengalami miskonsepsi karena kurangnya pemodelan atau kurangnya pembelajaran bermakna
dengan kata lain harus ada kaitannya konsep termodinamika dalam kehiduapan sehari-hari. Sehingga
siswa dapat membayangakan konsep termodinamika dengan mudah dan relevan.

Anda mungkin juga menyukai