Anda di halaman 1dari 22

JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016

98

VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016

JURNAL EKONOMI & BISNIS


DHARMA ANDALAS

ANALISIS DISKRIMINAN (Z-SCORE) ALTMAN UNTUK


MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS PERUSAHAAN
INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA (BEI) TAHUN 2009-2013

Murniati1 , Enny Arita1


1)
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dharma Andalas

Abstrack
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kebangkrutan
perusahaan dengan menggunakan model Z-Score Altman pada perusahaan
manufaktur sektor industri barang konsumsi yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2009 - 2013. Metode pengambilan sampel yang digunakan
adalah metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebanyak 15
perusahaan yang akan menjadi objek penelitian. Data yang digunakan adalah
laporan keuangan dari masing-masing perusahaan sampel yang dipublikasikan
melalui situs www.idx.co.id.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa model Z-Score Altman tersebut
dapat diimplementasikan dalam mendeteksi kemungkinan terjadinya
kebangkrutan pada perusahaan sector barang konsumsi yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia. Model Z-Score Altman tersebut mampu mengelompokkan
perusahaan manufaktur sektor textile pada tiga kategori, yaitu tidak bangkrut,
rawan bangkrut, dan bangkrut
Kata kunci: Z-Score Altman, tingkat kebangkrutan

PENDAHULUAN informasi penting bagi pemangku


Latar Belakang Penelitian kepentingan (stakeholders), yakni
Kepailitan suatu perusahaan kreditor, investor, otoritas pembuat
biasanya diawali dengan kesulitan peraturan, auditor, dan manajemen.
keuangan (financial distress) yang Pada umumnya perusahaan
ditandai oleh adanya ketidakpastian didirikan dengan tujuan untuk mencari
profitabilitas pada masa yang akan keuntungan. Perusahaan merupakan
datang. Prediksi tentang kondisi organisasi yang mencari keuntungan
keuangan perusahaan yang berkaitan sebagai tujuan utamanya walaupun
dengan kepailitan merupakan tidak menutup kemungkinan

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
99

mengharapkan kemakmuran sebagai bahwa perusahaan tersebut akan segera


tujuan lainnya (Gitosudarmo, 2002:5) tidak dapat memenuhi kewajibannya.
dalam Hasibuan (2010).Perusahaan Setiap perusahaan harus mewaspadai
merupakan organisasi yang mencari adanya potensi kebangkrutan, oleh
keuntungan sebagai tujuan utamanya karena itu perusahaan harus sedini
walaupun tidak menutup kemungkinan mungkin melakukan analisis yang
mengharapkan kemakmuran sebagai menyangkut kebangkrutan perusahaan.
tujuan lainnya dan yang tidak kalah Manfaat dilakukannya analisis
penting yaitu dapat terus bertahan kebangkrutan bagi perusahaan adalah
dalam persaingan, berkembang serta untuk dapat mengantisipasi serta
dapat melaksanakan fungsi - fungsi menghindari atau mengurangi resiko
sosial lainnya dalam masyarakat. kebangkrutan tersebut.
Perusahaan manufaktur merupakan Financial distress sendiri
perusahaan yang kegiatannya membeli merupakan penurunan kondisi
bahan baku kemudian mengolah bahan keuangan perusahaan sebelum
baku tersebut dengan mengeluarkan mencapai kebangkrutan (Plat dan Plat,
biaya biaya lain menjadi barang jadi 2002) dalam Endri (2009). Prediksi
yang siap untuk dijual. Kegiatan kebangkrutan berfungsi untuk
khusus perusahaan manufaktur adalah memberikan panduan bagi pihak yang
mengolah bahan baku menjadi barang berkepentingan tentang kinerja
jadi yang sering disebut sebagai proses keuangan perusahaan apakah akan
produksi. mengalami kesulitan atau tidak dimasa
Kemampuan suatu perusahaan yang akan datang. Bagi pemilik
untuk dapat bersaing sangat ditentukan perusahaan dapat digunakan untuk
oleh kinerja perusahaan itu sendiri. memutuskan apakah ia akan tetap
Perusahaan yang tidak mampu mempertahankan kepemilikannya di
bersaing untuk mempertahankan perusahaan tersebut atau menjualnya
kinerjanya lambat laun akan tergusur dan kemudian menanamkan modalnya
dari lingkungan industrinya dan akan di tempat lain. Sedangkan bagi pihak
mengalami kebangkrutan. Kepailitan yang berada di luar perusahaan
suatu perusahaan biasanya diawali khususnya para investor untuk menilai
dengan kesulitan keuangan (financial kondisi keuangan dan hasil operasi
distress) yang ditandai ketika perusahaan saat ini dan dimasa lalu
perusahaan tidak dapat memenuhi serta sebagai pedoman mengenai
jadwal pembayaran atau ketika kinerja perusahaan dimana perusahaan
proyeksi arus kas mengindikasikan

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
100

tersebut apakah akan berpotensi untuk dalam kondisi krisis atau tidak
bangkrut atau tidak. sebagian besar produk manufaktur
Resiko kebangkrutan bagi tetap dibutuhkan oleh masyarakat..
perusahaan sebenarnya dapat dilihat Sektor industri barang konsumsi
dan diukur melalui laporan keuangan, mempunyai peran aktif dalam pasar
dengan cara melakukan analisis rasio modal dimana pada awal tahun 2011
terhadap laporan keuangan yang sektor barang konsumsi mengalami
dikeluarkan oleh perusahaan yang kenaikan 41,93%,dibandingkan sektor
bersangkutan. Analisis rasio lainya. Kenaikan tajam indeks sektoral
merupakan alat yang sangat penting tersebut banyak didukung oleh
untuk mengetahui posisi keuangan kenaikan emiten-emiten yang
perusahaan serta hasil-hasil yang telah tergabung didalamnya, antara lain
dicapai sehubungan dengan pemilihan Sektor Barang Konsumsi yang terdiri
strategi perusahaan yang telah dari 33 emiten.Dan juga sektor industri
dilaksanakan (M. Akhyar dan Eha barang konsumsi merupakan lahan
Kurniasih, 2000) dalam jurnal yang subur dan tidak pernah kering.
Nugroho dan Wisnu (2012). Namun Kebutuhan masyarakat akan barang
terdapat masalah dalam pemakaian konsumsi semakin tinggi seiring
analisis rasio karena masing-masing berjalannya waktu, seperti makanan
rasio memiliki kegunaan dan dan minuman, rokok, kebutuhan akan
memberikan indikasi yang berbeda obat-obatan (farmasi), kosmetik,
mengenai kesehatan keuangan keperluan rumah tangga, dan
perusahaan. Terkadang rasio-rasio kebutuhan akan peralatan rumah
tersebut juga terlihat berlawanan satu tangga.Untuk memenuhi permintaan
sama lain. Oleh karena itu, jika hanya masyarakat, maka perusahaan-
bergantung pada perhitungan rasio perusahaan yang bergerak di bidang
secara individual maka para investor industri barang konsumsi tersebut
akan mendapat kesulitan dan harus meningkatkan kinerjanya dan
kebingungan untuk memutuskan berusaha maksimal dalam
apakah perusahaan dalam kondisi sehat menghasilkan produk-produk yang
atau sebaliknya. diinginkan masyarakat.
Alasan pemilihan sektor industri
Rumusan Masalah
manufaktur adalah karena saham Apakah perusahaan industri
tersebut merupakan saham saham barang konsumsi yang terdaftar di
yang paling tahan terhadap krisis Bursa Efek Indonesia (BEI) berpotensi
ekonomi dibanding sektor lain karena

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
101

mengalami kondisi financial distress yang berkepentingan tentang kinerja


dalam periode 2009 2013. keuangan perusahaan apakah akan
mengalami kesulitan atau tidak dimasa
TINJAUAN PUSTAKA
yang akan datang. Bagi pemilik
Definisi Financial Distress dan
perusahaan dapat digunakan untuk
Kebangkrutan
memutuskan apakah ia akan tetap
Financial distress merupakan
mempertahankan kepemilikannya di
kondisi keuangan yang terjadi sebelum
perusahaan tersebut atau menjualnya
kebangkrutan ataupun likuidasi.
dan kemudian menanamkan modalnya
Definisi financial distress berbeda
di tempat lain. Sedangkan bagi pihak
dengan kebangkrutan. Plat dan Plat
yang berada di luar perusahaan
(2002) dalam Endri (2009)
khususnya para investor untuk menilai
mendefinisikan financial distress
kondisi keuangan dan hasil operasi
sebagai tahap penurunan kondisi
perusahaan saat ini dan dimasa lalu
keuangan yang terjadi sebelum
serta sebagai pedoman mengenai
terjadinya kebangkrutan ataupun
kinerja perusahaan dimana perusahaan
likuidasi.
tersebut apakah akan berpotensi untuk
Kebangkrutan atau kepailitan
bangkrut atau tidak.
biasanya diartikan sebagai kegagalan
Kebangkrutan dapat disebabkan
perusahaan dalam menjalankan operasi
oleh beberapa hal. Menurut Darsono
perusahaan untuk menghasilkan laba
dan Ashari (2005:102), secara garis
sesuai dengan tujuan utamanya yaitu
besar penyebab kebangkrutan dapat
memaksimalkan laba. Menurut UU RI
dibagi menjadi dua, yaitu faktor
No.4 Tahun 1998 tidak dijelaskan apa
internal dan faktor eksternal.
yang dimaksud kepailitan tetapi hanya
1. Faktor internal
menyebutkan bahwa debitur yang
mempunyai dua atau lebih kreditur dan a. Manajemen yang tidak efisien
tidak membayar sedikitnya satu utang akan mengakibatkan kerugian
yang telah jatuh waktu dan dapat terus menerus yang pada akhirnya
ditagih, dinyatakan pailit dengan menyebabkan perusahaan tidak
putusan pengadilan baik atas dapat membayar kewajibannya.
permohonannya sendiri maupun atas b. Ketidakseimbangan dalam modal
permintaan seseorang atau lebih yang dimiliki dengan jumlah
krediturnya. piutang-hutang yang dimiliki.
Prediksi kebangkrutan berfungsi c. Moral hazard (kecurangan) oleh
untuk memberikan panduan bagi pihak manajemen.

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
102

2. Faktor eksternal Altman adalah orang yang pertama


a. Perubahan dalam keinginan yang menerapkan Multiple
pelanggan yang tidak diantisipasi Discriminant Analysis. Analisa
oleh perusahaan. diskriminan ini merupakan suatu
b. Kesulitan bahan baku karena teknik statistic yang
supplier tidak dapat memasok lagi. mengidentifikasikan beberapa macam
c. Faktor debitur, seperti terlalu rasio keuangan yang dianggap
banyak piutang yang diberikan memiliki nilai paling penting dalam
dengan jangka waktu mempengaruhi suatu kejadian, lalu
pengembalian yang lama akan mengembangkannya dalam suatu
mengakibatkan banyak aktiva model dengan maksud untuk
menganggur yang tidak memudahkan menarik kesimpulan dari
memberikan penghasilan. suatu kejadian.
d. Hubungan yang tidak harmonis Analisa diskriminan ini kemudian
dengan kreditor. menghasilkan suatu dari beberapa
pengelompokan yang bersifat apriori
e. Persaingan bisnis yang semakin
atau mendasarkan teori dari kenyataan
ketat.
yang sebenarnya. Dasar pemikiran
f. Kondisi perekonomian secara
Altman menggunakan analisa
global.
diskriminan bermula dari keterbatasan
Selain itu, harus diperhatikan juga
analisa rasio yaitu metodologinya pada
indikator-indikator yang mungkin
dasarnya bersifat suatu penyimpangan
muncul saat kebangkrutan akan terjadi.
yang artinya setiap rasio diuji secara
Tanda-tanda peringatan yang paling
terpisah sehingga pengaruh kombinasi
jelas akan datangnya kegagalan sebuah
dari beberapa rasio hanya didasarkan
perusahaan adalah:
pada pertimbangan para analis
1) Profitabilitas yang negatif/menurun
keuangan.
2) Merosotnya posisi pasar
Oleh karena itu untuk mengatasi
3) Ketidakmampuan melunasi kekurangan dari analisa rasio maka
kewajiban-kewajiban kas perlu kombinasikan berbagai rasio agar
4) Tingginya perputaran menjadi suatu model prediksi yang
karyawan/rendahnya moral berarti.Berdasarkan penelitian analisa
Analisis Z-Score Model Altman diskriminan, Altman melakukan
Model z-score merupakan salah penelitian untuk mengembangkan
satu model analisis multivariate yang model baru untuk memprediksikan
diciptakan oleh Edward I. Altman. kebangkrutan perusahaan. Model yang

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
103

dinamakan z-score dalam bentuk manufaktur, dan perusahaan penerbit


aslinya adalah model linier dengan obligasi di negara berkembang
rasio keuangan yang diberi bobot (emerging market). Dalam Z-score
untuk memaksimalkan kemampuan modifikasi ini Altman mengeliminasi
model tersebut dalam memprediksi. variable X5 (sales/total asset.) karena
Model ini pada dasarnya hendak rasio ini sangat bervariatif pada
mencari nilai Z yaitu nilai yang industri dengan ukuran asset yang
menunjukkan kondisi perusahaan, berbeda- beda.
apakah dalam keadaan sehat atau tidak Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 +
dan menunjukkan kinerja perusahaan 1,05X4
yang sekaligus menggambarkan Keterangan:
prospek perusahaan dimasa yang akan Z = bankrupcy index
datang. X1 = working capital / total asset
Dalam menyusun model Z Altman X2 = retained earnings / total asset
mengambil sampel 33 perusahaan X3 = earning before interest and
manufaktur yang bangkrut pada taxes / total asset
periode 1960 sampai 1965 dan 33 X4 = book value of equity / book
perusahaan yang tidak bangkrut value of total debt
dengan lini industri dan ukuran yang Klasifikasi perusahaan yang sehat
sama.Dengan menggunakan data dan bangkrut didasarkan pada nilai Z-
laporan keuangan dari 1 sampai 5 score model Altman Modifikasi yaitu:
tahun sebelum kebangkrutan, Altman a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk
menyusun 22 rasio keuangan yang perusahaan yang bangkrut.
paling memungkinkan dan b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka
mengelompokkannya dalam 5 termasuk grey area (tidak dapat
kategori: likuiditas, profitabilitas, ditentukan apakah perusahaan
leverage, solvabilitas dan kinerja. Lima sehat ataupun mengalami
macam rasio dari lima variabel yang kebangkrutan).
terseleksi akan di kombinasikan c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk
bersama untuk memperoleh prediksi perusahaan yang tidak bangkrut.
yang paling akurat tentang Dan pada penelitian ini peniliti
kebangkrutan. menggunakan metode model Altman
Ada beberapa Model modifikasi dengan rasio-rasio
Altman.Model Altman Modifikasi keuangan yang digunakan untuk
dapat diterapkan pada semua menilai kebangkrutan perusahaan
perusahaan, sepeti manufaktur, non

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
104

tersebut ada empat yaitu: laba operating assets sebagai


a. Perbandingan working capital ukuran efisiensi usaha.
terhadap total assets (X1) c. Perbandingan earning before
Modal kerja di sini dimaksud adalah interest and tax terhadap total assets
selisih antara aktiva lancar (current (X3)
assets) dengan hutang lancar Rasio ini merupakan rasio yang
(current liabilities). Sedangkan mengukur kemampuan perusahaan
current assets pada perusahaan dalam menghasilkan laba dari
terdiri dari cash on hand and banks, aktiva yang digunakan. Rasio
placement in other banks, notes and Earning Before Interest and Tax di
securities, loan and investment. sini adalah operating income. Rasio
Current liabilities terdiri dari ini merupakan kontributor terbesar
demand deposit, time deposit, dan dari model tersebut.
saving deposit. Sedangkan total d. Perbandingan book value of equity
assets adalah semua assets yang ada terhadap book value of total debt
di dalam perusahaan tersebut. Rasio (X4)
ini pada dasarnya merupakan salah Rasio keuangan yang dianalisis
satu rasio likuiditas yang mengatur adalah rasio-rasio keuangan yang
kemampuan perusahaan dalam terdapat pada model Altman yaitu:
memenuhi kewajiban jangka
Current Assets Current Liabilities
pendek.
Working Capital to Total Assets =
b. Perbandingan retained earning Total Assets

terhadap total assets (X2) Retained Earnings


Retained Earnings to Total Assets =
Rasio ini merupakan rasio Total Assets
profitabilitas yang mendeteksi atau
EBIT
mengukur kemampuan perusahaan EBIT to Total Assets =
Total Asets
dalam menghasilkan keuntungan
Book Value Equity
dalam periode tertentu. Retained BVE to BVTD =

earnings di sini adalah laba ditahan. Book Value of Total Debt


Perbandingan retained earning
Keempat rasio inilah yang akan
terhadap total assets merupakan
digunakan dalam menganalisa laporan
rasio profitabilitas yang dapat
keuangan sebuah perusahaan yang
mendeteksi kemampuan perusahaan
digunakan untuk mendeteksi
dalam menghasilkan keuntungan,
kemungkinan terjadinya kebangkrutan
yang ditinjau dari kemampuan
pada perusahaan tersebut. Analisis
perusahaan dalam mendapatkan

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
105

diskriminan dilakukan untuk manajemen karena pihak manajemen


memprediksi kebangkrutan suatu bisa melakukan perbaikan-perbaikan
perusahaan dengan menganalisa dan dapat memberikan gambaran dan
laporan keuangan suatu perusahaan harapan yang mantap terhadap nilai
dua sampai dengan lima tahun sebelum masa depan perusahaan tersebut.
perusahaan tersebut diprediksi
KERANGKA PEMIKIRAN
bangkrut. Kebangkrutan adalah suatu Formula Altman Z-Score
kondisi di saat perusahaan mengalami merupakan sebuah multivariate
ketidakcukupan dana untuk formula yang digunakan untuk
menjalankan usahanya. mengukur kesehatan finansial dari
Kebangkrutan biasanya sebuah perusahaan. Altman
dihubungkan dengan kesulitan menemukan lima jenis rasio
keuangan. Analisis diskriminan keuangan yang dapat dikombinasikan
bermanfaat bagi perusahaan untuk untuk melihat perbedaan antara
memperoleh peringatan awal perusahaan yang bangkrut dan yang
kebangkrutan dan keberlanjutan tidak bangkrut.
usahanya. Semakin awal suatu Dapat digambarkan kerangka
perusahaan memperoleh peringatan konseptual gambar 1.
kebangkrutan, semakin baik bagi pihak
Gambar 1 Kerangka Konseptual
Variabel Independen Variabel Dependen

Working Capital to
Total Assets (X1)
Financial
Distress
Retained Earnings to H
(Z)
Total Assets (X2)

Earnings before Interest and Taxes to


Total Assets (X3)

Book Value Equity to Book Value of


Total Debt (X4)

Hipotesis keputusan atau pemecahan persoalan


Hipotesis adalah suatu anggapan ataupun untuk dasar penelitian lebih
yang masih harus diuji kebenarannya, lanjut. Hipotesis menurut Arikunto
digunakan sebagai dasar pembuatan (2002: 64) dalam Hasibuan (2010)

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
106

diartikan sebagai suatu jawaban yang pendekatan kuantitatif karena data


bersifat sementara terhadap yang ada berupa angka-angka atau
permasalahan penelitian sampai simbol-simbol matematik yang
terbukti melalui data yang terkumpul. terdapat dalam laporan keuangan dan
Teori Altman mengatakan bahwa dilakukan perhitungan-perhitungan
potensi kebangkrutan perusahaan dapat terhadap data tersebut (Sugiyono,
diprediksi sebelum perusahaan tersebut 2010: 12).
dinyatakan bangkrut.Berikut
Objek Penelitian
persamaan Z-Score yang di Modifikasi Objek penelitian dalam proposal
Altman dkk (1995) dalam Hasibuan ini adalah perusahaan industri barang
(2010): konsumsi yang terdaftar di bursa efek
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + Indonesia. Target populasi dan sampel
1,05X4, dalam penelitian ini adalah perusahaan
dimana Z adalah nilai Z Score/indeks industri barang konsumsi khususnya
kebangkrutan dengan X1 adalah modal makanan dan minuman yang terdaftar
kerja/total harta, X2 adalah laba di bursa efek Indonesia tahun 2009 -
ditahan/total harta, X3 adalah laba 2013.
sebelum bunga dan pajak/total harta,
X4 adalah nilai buku/nilai buku hutang. Populasi dan Sampel
Dimana: Populasi
Populasi dalam penelitian ini
1. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk
adalah seluruh perusahaan perusahaan
perusahaan yang bangkrut.
2. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka industri barang konsumsi khususnya
makanan dan minuman terdaftar di
termasuk grey area (tidak dapat
bursa efek Indonesia tahun 2009
ditentukan apakah perusahaan
2013 sebanyak 15 perusahaan.
sehat ataupun mengalami
kebangkrutan). Sampel
3. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk Menurut Sugiyono, (2006:55)
perusahaan yang tidak bangkrut. dalam Hasibuan (2010) sampel adalah
bagian dari jumlah dan karakteristik
METODE PENELITIAN
yang dimiliki oleh populasi tersebut.
Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan Metode Penarikan Sampel
termasuk jenis penelitian deskriptif Metode pengambilan sampel yang
dengan pendekatan kuantitatif. dilakukan adalah dengan metode
Penelitian ini menggunakan purposive sampling, yaitu teknik

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
107

pengambilan sampel berdasarkan suatu Berdasarkan kriteria di atas maka


kriteria tertentu dengan pertimbangan diperoleh 10perusahaan yang
(judgement sampling). Kriteria yang memenuhi kriteria dan akan diamati
menjadi pertimbangan dalam selama periode 2009 2013.
pengambilan sampel dalam penelitian
Definisi Operasional Variabel
ini adalah: Defenisi operasional variable
1. perusahaan yang diteliti penelitian merupakan penjelasan dari
merupakan perusahaan industri masing-masing variable yang
barang konsumsi yang terdaftar di digunakan dalam penelitian terhadap
BEI selama periode 2009 -2013, indikator-indikator yang
2. perusahaan tersebut menerbitkan membentuknya. Indikator - indikator
laporan keuangan selama periode variabel dalam penelitian ini disajikan
2009 -2013, dalam tabel 1 berikut:
3. perusahaan tersebut tidak delisting
selama periode 2009 -2013.

Tabel 1.Variabel-variabel Penelitian


Jenis Variabel Nama Variabel Skala
Working Capital to Total Assets Ratio = Rasio
Current Assets Current Liabilites
Total Assets
Retained Earnings to Total Assets Ratio = Rasio
Retained Earnings

Total Assets

Variabel Independen Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets = Rasio
Earnings Before Interest and Taxes

Total Assets
Book Value Equity to Book Value of Debt Ratio = Rasio
Book Value Equity

Book Value Of Debt Ratio

Variabel Dependen Financial Distress Nominal

Jenis dan Sumber Data penelitian ini adalah data sekunder


Jenis data yang digunakan dalam yaitu data yang diperoleh dari pihak

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
108

lain dalam bentuk yang sudah jadi atau X2 = Laba yang ditahan terhadap total
data publikasi..Sumber data yang harta (retained earnings to total
digunakan dalam penelitian ini assets)
diperoleh dari website Bursa Efek X3 = Pendapatan sebelum pajak dan
Indonesia, dengan cara mengunduh bunga terhadap total harta
melalui situs www.idx.co.id, dan (earnings before interest and
Indonesia Capital Market Directory taxes to total assests)
(ICMD) yang berupa laporan keuangan X4= Book value of equity to book
perusahaan yang diamati. value of total debt

Metode Pengumpulan Data 2. Dari nilai Z tersebut akan


Data yang di perlukan yaitu data menentukan ke arah mana perusahaan-
sekunder berupa laporan tahunan perusahaan yang diamati cenderung
(Annual Report) yang di terbitkan oleh bergerak, apakah ke arah semakin baik
perusahaan, buku Indonesian capital atau semakin buruk dengan ketentuan :
Market Directory (ICDM). Metode a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk
pengumpulan data yang digunakan perusahaan yang bangkrut.
dalam penelitian ini adalah metode b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka
dokumentasi dan metode studi pustaka. termasuk grey area (tidak dapat
ditentukan apakah
Metode Analisis Data
perusahaan sehat ataupun
Metode analisis data digunakan
mengalami kebangkrutan).
untuk menganalisis data hasil
c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk
penelitian agar dapat
perusahaan yang tidak bangkrut.
diinterpretasikan sehingga laporan
yang dihasilkan mudah dipahami. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Z-Score Model Altman Rasio Keuangan Altman
Modifikasi Rasio keuangan merupakan alat
Dengan fungsi persamaan sebagai yang sering digunakan dalam analisis
berikut: kinerja keuangan perusahaan. Dengan
Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + cara menginterpretasikan laporan
1,05X4 keuangan pada suatu model atau teknik
Keterangan: tertentu yang dapat digunakan untuk
X1 = Modal kerja terhadap total harta memprediksi kebangkrutan suatu
(working capital to total assets) perusahan. Rasio menggambarkan
suatu hubungan atau perimbangan
antara suatu jumlah tertentu dengan

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
109

jumlah yang lain, dan dengan 1. Working Capital to Total Assets


menggunakan alat analisa berupa Ratio (X1)
rasio akan dapat memberikan Working capital to total assets ratio
gambaran kepada penganalisa tentang merupakan rasio yang digunakan
baik atau buruknya keadaan tentang untuk mengukur likuiditas aktiva
posisi keuangan suatu perusahaan perusahaan relatif terhadap total
terutama apabila dibandingkan kapitalisasinya atau untuk
dengan angka rasio pembanding mengukur kemampuan perusahaan
yang digunakan sebagai standar. dalam memenuhi kewajiban jangka
Berdasarkan perhitungan pendek. Hasil perhitungan Working
menggunakan program Excel, Capital to Total Assets Ratio (X 1)
diperoleh hasil sebagai berikut: seperti dalam tabel 2 berikut:
Tabel 2.Working Capital to Total Assets Ratio (X1)
No Nama Perusahaan Tahun
2009 2010 2011 2.012 2013
1 Akasha Wira International Tbk 0,25 0,14 0,17 0,24 0,20
2 Delta Djakarta Tbk 0,63 0,67 0,69 0,69 0,68
3 Fast Food Indonesia Tbk 0,18 0,17 0,22 0,20 0,19
4 Indofood Sukses Makmur Tbk 0,05 0,22 0,22 0,22 0,17
5 Mayora Indah Tbk 0,30 0,37 0,34 0,41 0,39
6 Multi Bintang Indonesia Tbk -0,29 -0,03 0,00 -0,29 -0,01
7 Nippon Indosari Corpindo Tbk 0,12 0,21 0,06 0,02 0,02
Pioneerindo Gourmet International
8 Tbk 0,06 0,00 0,07 0,13 0,19
9 Sekar Bumi Tbk -0,51 0,28 0,28 0,11 0,14
10 Siantar Top Tbk 0,14 0,19 -0,02 0,00 0,06
Sinar Mas Agro Recources And
11 Tech Tbk 0,18 0,17 0,25 0,24 0,02
12 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,05 0,08 0,23 0,08 0,21
13 Tunas Baru Lampung Tbk 0,00 0,04 0,12 0,17 0,04
Ultrajaya Milk Industry & Trading
14 Co. Tbk 0,25 0,24 0,13 0,25 0,33
15 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,53 0,30 0,31 0,01 0,31
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2. Retained Earnings to Total Assets profitabilitas kumulatif. Rasio ini
Ratio (X2) mengukur akumulasi laba selama
Retained earnings to total assets perusahaan beroperasi. Umur
ratio merupakan rasio yang perusahaan berpengaruh terhadap
digunakan untuk mengukur rasio tersebut karena semakin lama

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
110

perusahaan beroperasi kecuali yang labanya sangat besar


memungkinkan untuk memperlancar pada masa awal berdirinya. Hasil
akumulasi laba ditahan. Hal tersebut perhitungan Retained Earnings to
menyebabkan perusahaan yang masih Total Assets Ratio (X2) seperti dalam
relatif muda pada umumnya akan tabel 3 berikut.
menunjukkan hasil rasio yang rendah,
Tabel 3. Retained Earnings to Total Assets Ratio (X2)
No Nama Perusahaan Tahun
2009 2010 2011 2.012 2013
1 Akasha Wira International Tbk -2,95 -1,53 -1,48 -0,99 -0,75
2 Delta Djakarta Tbk 0,73 0,77 0,75 0,74 0,73
3 Fast Food Indonesia Tbk 0,57 0,57 0,41 0,44 0,44
4 Indofood Sukses Makmur Tbk 0,32 0,19 0,21 0,21 0,17
5 Mayora Indah Tbk 0,36 0,36 0,30 0,32 0,35
6 Multi Bintang Indonesia Tbk 0,08 0,39 0,42 0,27 0,54
7 Nippon Indosari Corpindo Tbk 0,23 0,32 0,36 0,33 0,28
8 Pioneerindo Gourmet International Tbk -1,04 -0,69 -0,35 0,01 0,00
9 Sekar Bumi Tbk -3,85 -4,13 0,10 0,08 0,06
10 Siantar Top Tbk 0,50 0,49 0,38 0,36 0,37
Sinar Mas Agro Recources And Tech
11 Tbk 0,25 0,29 0,35 0,40 0,21
12 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,04 0,01 0,05 0,17 0,12
13 Tunas Baru Lampung Tbk 0,08 0,12 0,17 0,17 0,15
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co.
14 Tbk 0,33 0,34 0,26 0,43 0,49
15 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,08 0,06 0,18 0,20 0,25
Sumber: Hasil Pengolahan Data
3.Earnings Before Interest and Taxes ynag digunakan. Semakin kecil tingkat
to Total Assets Ratio (X3) profitabilitas berarti semakin tidak
Earnings before interest and taxes to efisien dan tidak efektif perusahaan
total assets ratio merupakan rasio yang menggunakan keseluruhan aktiva di
digunakan untuk mengukur dalam menghasilkan laba usaha begitu
produktivitas yang sebenarnya dari juga sebaliknya. Hasil perhitungan
aktiva perusahaan. Rasio tersebut Earnings Before Interest and Taxes to
mengukur kemampuan perusahaan Total Assets Ratio(X3) seperti dalam
dalam menghasilkan laba dari aktiva tabel 4 berikut.

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
111

Tabel 4. Earnings Before Interest and Taxes to Total Assets Ratio(X3)


No Nama Perusahaan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Akasha Wira International Tbk 0,10 0,10 0,09 0,20 0,13
2 Delta Djakarta Tbk 0,23 0,27 0,29 0,39 0,41
3 Fast Food Indonesia Tbk 0,24 0,20 0,19 0,15 0,10
4 Indofood Sukses Makmur Tbk 0,10 0,11 0,12 0,11 0,06
5 Mayora Indah Tbk 0,16 0,15 0,09 0,12 0,14
6 Multi Bintang Indonesia Tbk 0,48 0,52 0,56 0,53 0,88
7 Nippon Indosari Corpindo Tbk 0,23 0,25 0,20 0,17 0,12
8 Pioneerindo Gourmet International Tbk 0,19 0,21 0,27 0,23 0,00
9 Sekar Bumi Tbk 0,08 0,88 -0,23 -0,20 0,16
10 Siantar Top Tbk 0,07 0,07 0,06 0,07 0,10
Sinar Mas Agro Recources And Tech
11 Tbk 0,10 0,13 0,16 0,18 0,06
12 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,03 0,05 0,05 0,08 0,09
13 Tunas Baru Lampung Tbk 0,12 0,09 0,13 0,06 0,02
Ultrajaya Milk Industry & Trading Co.
14 Tbk 0,06 0,10 0,07 0,19 0,16
15 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 0,12 0,05 0,16 0,08 0,08
Sumber: Hasil Pengolahan Data

4. Book Value Equity to Book Value of nilainya sebelum jumlah hutang lebih
Total Debt Ratio(X4) besar daripad aktivanya dan
Book value equity to book value of perusahaan menjadi pailit. Hasil
total debt ratio merupakan rasio yang perhitungan Book Value Equity to
digunakan untuk mengukur seberapa Book Value of Total Debt Ratio (X 4)
banyak aktiva perusahaan dapat turun seperti dalam tabel 5 berikut
Tabel 5. Book Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4)
No Nama Perusahaan Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1 Akasha Wira International Tbk 0,62 0,44 0,66 1,16 1,50
2 Delta Djakarta Tbk 3,51 4,85 4,37 3,83 3,55
3 Fast Food Indonesia Tbk 1,59 1,85 1,16 1,25 1,19
4 Indofood Sukses Makmur Tbk 0,62 1,11 1,44 1,36 0,97
5 Mayora Indah Tbk 1,00 0,86 0,58 0,59 0,68
6 Multi Bintang Indonesia Tbk 0,12 0,71 0,77 0,40 1,24

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
112

7 Nippon Indosari Corpindo Tbk 0,94 4,04 2,57 1,24 0,76


Pioneerindo Gourmet
8 International Tbk 0,30 0,61 1,11 1,40 1,65
9 Sekar Bumi Tbk -0,09 1,18 1,24 0,79 0,68
10 Siantar Top Tbk 2,80 2,22 1,10 0,87 0,89
Sinar Mas Agro Recources And
11 Tech Tbk 0,89 0,88 0,99 1,15 0,55
12 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 0,71 0,45 1,04 1,11 0,88
13 Tunas Baru Lampung Tbk 0,48 0,52 0,61 0,51 0,41
Ultrajaya Milk Industry &
14 Trading Co. Tbk 2,22 1,84 1,53 2,25 2,53
15 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 1,13 0,57 0,97 0,82 0,98
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Nilai minimum, maximum, dan digunakan oleh Altman yang dijadikan
mean dari masing-masing rasio variabel penelitian selama periode
keuangan digunakan untuk 2009 sampai dengan 2013.
memperoleh informasi mengenai Berdasarkan perhitungan
karakteristik rasio-rasio keuangan dari menggunakan program Excel,
keempat rasio keuangan yang diperoleh hasil seperti dalam tabel 6:
Tabel 6. Rasio Keuangan Altman Perusahaan Manufaktur Sektor Food And
Beverages yang Terdaftar di BEI Tahun 2009 - 2013
Tahun

Variabel 2009 2010 2011 2012 2013

Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean Min Max Mean

WC/TA -0,51 0,63 0,10 -0,03 0,67 0,21 -0,02 0,69 0,21 -0,29 0,69 0,18 -0,01 0,68 0,20

RE/TA -3,85 0,73 -0,26 -4,13 0,77 -0,14 -1,48 0,75 0,15 -0,99 0,74 0,21 -0,75 0,73 0,23

EBIT/TA 0,03 0,48 0,15 0,05 0,88 0,21 -0,23 0,56 0,15 -0,20 0,53 0,16 0,00 0,88 0,17

BVE/BVTD -0,09 3,51 1,06 0,44 4,85 1,52 0,58 4,37 1,41 0,40 3,83 1,30 0,41 3,55 1,26

Sumber: Hasil Pengolahan Data


Berdasarkan perhitungan tabel 6 tersebut pada kelompok perusahaan
diatas dapat dijelaskan nilai minimal, food and beverages yang terdaftar di
nilai maksimal, dan nilai mean dari BEI tahun 2009 - 2013. Perusahaan
masing - masing variabel penelitian dengan X1 terendah pada tahun 2009
selama periode 2009-2013. adalah Sekar Bumi Tbk yaitu -0,51.
1. Working Capital to Total Assets Perusahaan dengan X1 terendah pada
Ratio (X1) tahun 2010, 2012 dan 2013 adalah
Nilai minimal dari Working Multi Bintang Indonesia Tbk yaitu -
Capital to Total Assets Ratio (X 1) 0,03, -0,29, -0,01, dan perusahaan
merupakan nilai terendah dari rasio

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
113

dengan X1 terendah pada tahun 2011 Tbk yaitu -1,48, -0,99, dan -0,75 pada
adalah Siantar Top Tbk yaitu -0,02. tahun 2011-2013.
Nilai maksimal dari Working Nilai maksimal dari Retained
Capital to Total Assets Rasio (X1) Earnings to Total Assets Ratio (X2)
merupakan nilai tertinggi dari rasio merupakan nilai tertinggi dari rasio
tersebut. Perusahaan dengan rasio X1 tersebut. Perusahaan dengan rasio X2
tertinggi selama lima tahun berturut- tertinggi selama lima tahun berturut-
turut adalah Delta Djakarta Tbk turut adalah Delta Djakarta Tbk pada
dengan rasio X1 0,63, 0,67, 0,69, tahun 2009-2013.
0,69,dan 0,68. Mean digunakan untuk mengukur
Mean digunakan untuk mengukur nilai sentral suatu distribusi data
nilai sentral suatu distribusi data berdasarkan nilai rata-rata yang
berdasarkan nilai rata-rata yang digunakan dengan cara membagi nilai
digunakan dengan cara membagi nilai hasil penjumlahan sekelompok data
hasil penjumlahan sekelompok data dengan jumlah data yang diteliti. Mean
dengan jumlah data yang diteliti. Mean Retained Earnings to Total Assets
Working Capital to Total Assets Ratio Ratio (X2) yang dimiliki oleh
(X1) yang dimilki oleh perusahaan food perusahaan food and beverages adalah
and beverages adalah 0,10 pada tahun -0,26 pada tahun 2009, -0,14 pada
2009, 0,21 pada tahun 2010-2011. tahun 2010, 0,15pada tahun 2011, 0,21
Pada tahun 2012-2013 mean yang pada tahun 2012, dan 0,23 pada tahun
diperoleh yaitu 0,18 dan 0,20. 2013.
2. Retained Earnings to Total Assets 3. Earnings Before Interest and Taxes
Ratio (X2) to Total Assets Ratio (X3)
Nilai minimal dari Retained Nilai minimal dari Earnings
Earnings to Total Assets Ratio (X2) Before Interest and Taxes to Total
merupakan nilai terendah dari rasio Assets Ratio (X3) merupakan nilai
tersebut pada kelompok perusahaan terendah dari rasio tersebut pada
textile yang terdaftar di BEI tahun kelompok perusahaan food and
2009 - 2013. Perusahaan dengan rasio beverages yang terdaftar di BEI tahun
X2 terendah selama dua tahun berturut 2009 - 2013. Perusahaan dengan rasio
- turut adalah Sekar Bumi Tbk yaitu - X3 terendah pada tahun 2009 adalah
3,85 dan -4,13 pada tahun 2009 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk yaitu
2010. Perusahaan dengan rasio X2 0,03, pada tahun 2010 X3 terendah
terendah selama tiga tahun berturut- adalah Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk
turut adalah Akasha Wira International dan Wilmar Cahaya Indonesia Tbk

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
114

yaitu 0,05. Pada tahun 2011-2012 dari rasio tersebut pada kelompok
perusahaan dengan X3 terendah adalah perusahaan food and beverages yang
Sekar Bumi Tbk yaitu -0,23 dan -0,20. terdaftar di BEI tahun 2009 - 2013.
Dan pada tahun 2013 X3 terendah Perusahaan dengan rasio X4 terendah
yaitu Pioneerindo Gourmet pada tahun 2009 adalah Sekar Bumi
International Tbk yaitu 0. Tbk yaitu -0,09 dan pada tahun 2010
Nilai maksimal dari Earnings perusahaan dengan rasio X4 terendah
Before Interest and Taxes to Total adalah Akasha Wira International Tbk
Assets Ratio (X3) merupakan nilai yaitu 0,44, sedangkan pada tahun 2011
tertinggi dari rasio tersebut. perusahaan dengan rasio X4 terendah
Perusahaan dengan rasio X3 tertinggi adalah Mayora Indah Tbk yaitu 0,58.
pada tahun 2009 adalah Multi Bintang Pada tahun 2012 perusahaan dengan
Indonesia Tbk yaitu 0,48, pada tahun X4 terendah yaitu Multi Bintang
2010 adalah Sekar Bumi Tbk yaitu Indonesia Tbk dengan 0,40 dan tahun
0,88. Dan perusahaan dengan X3 2013 yaitu Tunas Baru Lampung
tertinggi selama tiga tahun berturut- dengan X4 sebesar 0,41.
turut adalah Multi Bintang Indonesia Nilai maksimal dari Book Value
Tbk pada tahun 2011-2013. Equity to Book Value of Total Debt
Mean digunakan untuk mengukur Ratio (X4) merupakan nilai tertinggi
nilai sentral suatu distribusi data dari rasio tersebut. Perusahaan dengan
berdasarkan nilai rata-rata yang rasio X4 tertinggi selama lima tahun
digunakan dengan cara membagi nilai berturut - turut adalah Delta Djakarta
hasil penjumlahan sekelompok data dengan X4 sebesar 3,51, 4,85, 4,37,
dengan jumlah data yang diteliti. Mean 3,83, dan 3,55 pada tahun 2013.
Earnings Before Interest and Taxes to Mean digunakan untuk mengukur
Total Assets Ratio (X3) yang dimiliki nilai sentral suatu distribusi data
oleh perusahaan food and beverages berdasarkan nilai rata-rata yang
adalah 0,15 pada tahun 2009, dan 0,21 digunakan dengan cara membagi nilai
pada tahun 2010. Pada tahun 2011 hasil penjumlahan sekelompok data
yaitu 0,15, 0,16 pada tahun 2012, dan dengan jumlah data yang diteliti. Mean
0,17 pada tahun 2013. Book Value Equity to Book Value of
4. Book Value Equity to Book Value of Total Debt Ratio (X4) yang dimiliki
Total Debt Ratio (X4) oleh perusahaan food and beverages
Nilai minimal dari Book Value adalah 1,06 pada tahun 2009, 1,52
Equity to Book Value of Total Debt pada tahun 2010, 1,41 pada tahun
Ratio (X4) merupakan nilai terendah

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
115

2011, 1,30 pada tahun 2012, dan pada a. Jika nilai Z < 1,1 maka termasuk
tahun 2013 yaitu 1,26. perusahaan yang bangkrut.
b. Jika nilai 1,1 < Z < 2,6 maka
termasuk grey area (tidak dapat
Tingkat Kebangkrutan Perusahaan
ditentukan apakah perusahaan
Food And Beverages yang Terdaftar
sehat ataupun mengalami
di Bursa Efek Indonesia Tahun
kebangkrutan).
2009-2013 Model Altman
c. Jika nilai Z > 2,6 maka termasuk
Berdasarkan perhitungan analisa
perusahaan yang tidak bangkrut.
prediksi kebangkrutan Z-Score Altman
diperoleh hasil dengan berbagai
Hasil dari nilai z dari masing-masing
kategori sesuai dengan klasifikasi
perusahaan adalah seperti dalam tabel
perusahaan yang sehat dan bangkrut
7 berikut:
berdasarkan pada nilai Z-Score Altman
modefikasi seperti dibawah ini:
Tabel 7. Nilai Z Perusahaan
No Nama Perusahaan Nilai Z
2009 2010 2011 2012 2013
1 Akasha Wira International Tbk -6,65 -2,94 -2,41 0,91 1,32
2 Delta Djakarta Tbk 11,74 13,81 13,51 13,58 13,32
3 Fast Food Indonesia Tbk 6,32 6,26 5,27 5,07 4,60
4 Indofood Sukses Makmur Tbk 2,69 3,97 4,45 4,30 3,09
5 Mayora Indah Tbk 5,27 5,51 4,42 5,16 5,35
6 Multi Bintang Indonesia Tbk 1,71 5,31 5,94 2,96 8,91
7 Nippon Indosari Corpindo Tbk 4,07 8,34 5,61 3,65 2,65
8 Pioneerindo Gourmet International Tbk -1,41 -0,20 2,30 3,90 2,98
9 Sekar Bumi Tbk -15,45 -4,47 1,92 0,47 2,90
10 Siantar Top Tbk 5,96 5,65 2,67 2,56 3,21
11 Sinar Mas Agro Recources And Tech Tbk 3,60 3,86 4,90 5,30 1,80
12 Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk 1,41 1,37 3,10 2,78 3,30
13 Tunas Baru Lampung Tbk 1,57 1,80 2,86 2,61 1,32
14 Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk 5,45 5,29 3,78 6,68 7,49
15 Wilmar Cahaya Indonesia Tbk 5,73 3,10 4,71 2,12 4,42
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Kategori Perusahaan Bangkrut sebaiknya pengelola perusahaan lebih
Berdasarkan data yang sudah memfokuskan pada perbaikan kinerja
diolah tidak didapatkan adanya perusahaan dengan meningkatkan rasio
perusahan yang mengalami likuiditas dan profitabilitas perusahaan.
kebangkrutan, tetapi dengan melihat
Kategori Perusahaan Rawan
kondisi atau data yang diperoleh maka
Bangkrut

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
116

Tabel 8. Daftar Nama Perusahaan Kategori Rawan Bangkrut


No Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Nilai
Nilai Z Prediksi Z Prediksi Nilai Z Prediksi Z Prediksi Nilai Z Prediksi

Akasha Wira International


1 Tbk -6,65 Bangkrut -2,94 Bangkrut -2,41 Bangkrut 0,91 Bangkrut 1,32 Rawan Bangkrut

Multi Bintang Indonesia Rawan Tidak Tidak Tidak


2 Tbk 1,71 Bangkrut 5,31 Bangkrut 5,94 Bangkrut 2,96 Bangkrut 8,91 Tidak Bangkrut

Pioneerindo Gourmet Rawan Tidak


3 International Tbk -1,41 Bangkrut -0,20 Bangkrut 2,30 Bangkrut 3,90 Bangkrut 2,98 Tidak Bangkrut

Rawan
4 Sekar Bumi Tbk -15,45 Bangkrut -4,47 Bangkrut 1,92 Bangkrut 0,47 Bangkrut 2,90 Tidak Bangkrut

Tidak Tidak Tidak Rawan


5 Siantar Top Tbk 5,96 Bangkrut 5,65 Bangkrut 2,67 Bangkrut 2,56 Bangkrut 3,21 Tidak Bangkrut

Sinar Mas Agro Recources Tidak Tidak Tidak Tidak


6 And Tech Tbk 3,60 Bangkrut 3,86 Bangkrut 4,90 Bangkrut 5,30 Bangkrut 1,80 Rawan Bangkrut

Tiga Pilar Sejahtera Food Rawan Rawan Tidak Tidak


7 Tbk 1,41 Bangkrut 1,37 Bangkrut 3,10 Bangkrut 2,78 Bangkrut 3,30 Tidak Bangkrut

Rawan Rawan Tidak Tidak


8 Tunas Baru Lampung Tbk 1,57 Bangkrut 1,80 Bangkrut 2,86 Bangkrut 2,61 Bangkrut 1,32 Rawan Bangkrut

Wilmar Cahaya Indonesia Tidak Tidak Tidak Rawan


9 Tbk 5,73 Bangkrut 3,10 Bangkrut 4,71 Bangkrut 2,12 Bangkrut 4,42 Tidak Bangkrut

Sumber: Hasil Pengolahan Data


Dari tabel 8 dapat dilihat rawan bangkrut. Dengan demikian,
perusahaan yang mempunyai catatan perusahaan harus lebih berhati-hati lagi
buruk yaitu perusahaan Akasha Wira dan harus melakukan perbaikan
International Tbk karena mengalami secepatnya. Perusahaan Indofood CBP
bangkrut selama empat tahun berturut- Sukses Makmur Tbk pada tahun
turut dan akhirnya bisa bangkit pada pertama mengalami kondisi bangkrut
tahun kelima menjadi rawan bangkrut. dan pada tahun-tahun berikutnya
Dalam kurun waktu empat tahun berhasil bangkit ke posisi tidak
tersebut perusahaan terus mengalami bangkrut.
kenaikan nilai Z nya dan pada tahun
Kategori Perusahaan Tidak
kelima berhasil bangkit ke kategori
Bangkrut
Tabel 9. Daftar Nama Perusahaan Kategori Tidak Bangkrut
No Nama Perusahaan 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi Nilai Z Prediksi

Tidak Tidak Tidak Tidak


1 Delta Djakarta Tbk 11,74 Bangkrut 13,81 Bangkrut 13,51 Bangkrut 13,58 Bangkrut 13,32 Tidak Bangkrut

Tidak Tidak Tidak Tidak


2 Fast Food Indonesia Tbk 6,32 Bangkrut 6,26 Bangkrut 5,27 Bangkrut 5,07 Bangkrut 4,60 Tidak Bangkrut

Tidak Tidak Tidak Tidak


3 Indofood Sukses Makmur Tbk 2,69 Bangkrut 3,97 Bangkrut 4,45 Bangkrut 4,30 Bangkrut 3,09 Tidak Bangkrut

Tidak Tidak Tidak Tidak


4 Mayora Indah Tbk 5,27 Bangkrut 5,51 Bangkrut 4,42 Bangkrut 5,16 Bangkrut 5,35 Tidak Bangkrut

Tidak Tidak Tidak Tidak


5 Nippon Indosari Corpindo Tbk 4,07 Bangkrut 8,34 Bangkrut 5,61 Bangkrut 3,65 Bangkrut 2,65 Tidak Bangkrut

Ultrajaya Milk Industry & Tidak Tidak Tidak Tidak


6 Trading Co. Tbk 5,45 Bangkrut 5,29 Bangkrut 3,78 Bangkrut 6,68 Bangkrut 7,49 Tidak Bangkrut

Sumber: Hasil Pengolahan Data

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
117

Dari tabel 9 perusahaan yang tidak merupakan peringatan bagi


mengalami kebangkrutan selama lima pengelola perusahaan untuk
tahun berturut-turut adalah Delta berhati-hati pada kinerja
Djakarta Tbk, Fast Food Indonesia perusahaannya, agar tidak turun ke
Tbk, Indofood Sukses Makmur Tbk, posisi bangkrut. Jika perusahaan
Mayora Indah Tbk, Nippon Indosari dapat meningkatkan kinerjanya
Corpindo Tbk, dan Ultrajaya Milk memungkinkan perusahaan
Industry & Trading Co. Tbk. Hal tersebut naik ke posisi tidak
tersebut disebabkan karena setiap bangkrut.
perusahaan memiliki nilai rasio yang 2. Analisis terhadap perusahaan food
relatif stabil dan juga menunjukkan and beverages selama periode
bahwa kinerja keuangan perusahaan 2009-2013 dengan model Altman
dalam kondisi baik selama empat tahun menunjukkan 40% atau 6
berturut-turut. Namun, untuk Trisula perusahaan berada pada kategori
International Tbk harus lebih tidak bangkrut. Hal tersebut
meningkatkan kinerja keuangan menunjukkan bahwa pengawasan
perusahaan agar tetap berada pada terhadap kinerja keuangan
posisi tidak bangkrut. perusahaan dalam kondisi baik dan
relatif stabil.
KESIMPULAN DAN SARAN
3. Dan dari hasil penelitian yang
Kesimpulan
dilakukan menunjukkan bahwa
Penelitian ini bertujuan untuk
model Z-Score Altman tersebut
mengetahui bahwa perusahaan food
dapat diimplementasikan dalam
and beverages yang terdaftar di Bursa
mendeteksi kemungkinan
Efek Indonesia tidak berpotensi
terjadinya kebangkrutan, kondisi
mengalami kebangkrutan selama
rawan bangkrut maupun tidak
periode 2009-2013.
bangkrut pada perusahaan food
Berdasarkan hasil penelitian dan
and beverages yang terdaftar di
analisis di atas maka dapat
Bursa Efek Indonesia.
disimpulkan sebagai berikut:
1. Analisis terhadap perusahaan food Saran
and beverages selama periode Berdasarkan hasil penelitian dan
2009-2013 dengan model Altman pembahasan diatas, adapun saran yang
menunjukkan 60% atau 9 dapat peneliti berikan adalah sebagai
perusahaan berada pada kategori berikut:
rawan bangkrut. Hal tersebut

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
118

1. Prediksi kebangkrutan perusahaan berpotensi bangkrut harus


tidak hanya dapat dilakukan memperbaiki kinerjanya terutama
dengan menggunakan rasio yang berhubungan dengan ke
keuangan model Altman, tetapi empat rasio yang terdapat dalam
juga harus memperhatikan faktor- model Altman.
faktor lain, baik yang berasal dari 4. Sebaiknya investor lebih bersikap
pengelolaan internal perusahaan hati-hati dalam mengambil
maupun yang berasal dari luar keputusan untuk membeli saham-
perusahaan seperti kondisi saham pada perusahaan food and
ekonomi, politik, dan lain-lain. beverages yang masuk dalam
Faktor-faktor lain diluar rasio kategori berpotensi bangkrut
keuangan model Altman tidak sehingga mengurangi tingkat
dapat digunakan pada penelitian resiko yang ada.
ini karena kesulitan
DAFTAR PUSTAKA
pengukurannya. Bila faktor-faktor Afriyeni, Endang. (2012). Model
tersebut dapat diperoleh serta Prediksi Financial Distress
dapat diukur dengan tepat, maka Perusahaan.,Jurnal Polibisnis.
Volume 4 Nomor 2.
akan diperoleh tingkat prediksi
kebangkrutan yang lebih akurat, Afriyeni, Endang. (2013). Rasio
Keuangan, Financial Distress
2. Bagi peneliti selanjutnya Perusahaan, Suatu Tinjauan.
sebaiknya menambahkan periode Jurnal Arthavidya, Nomor 1, hlm.
data yang lebih panjang untuk 41-51.
melakukan prediksi, Arikunto, Suharsimi. (2003).
3. Sehubungan dengan kondisi Manajemen Penelitian, Cetakan
Keenam. Jakarta: Rineka Cipta.
keuangan perusahaan, manajemen
Atmini, Sari. (2005). Manfaat Laba
perlu tetap berhati-hati dalam
dan Arus Kas Untuk Memprediksi
mengelola dan menjalankan Kondisi Financial Distresspada
operasi perusahaan dengan Perusahaan Textile Mill Products
dan Apparel and Other Textile
melakukan tindakan-tindakan
Products yang Terdaftar di Bursa
perbaikan kinerja perusahaan guna Efek Jakarta, SimposiumNasional
menghindari terjadinya gangguan Akuntansi VIII, Solo, 15-16
terhadap kelangsungan usaha September.
(going concern). Manajemen Darsono dan Ashari. (2005).
Pedoman Praktis Memahami
sebaiknya melakukan evaluasi
Laporan Keuangan.
kinerja minimal satu tahun sekali. Yogyakarta:ANDI.
Terutama bagi perusahaan yang

ISSN 1693 - 3273


JURNAL EKONOMI & BISNIS DHARMA ANDALAS VOLUME 18 NO 1 JANUARI 2016
119

Endri, (2009), Prediksi Kebangkrutan Nugroho, Mokhamad Iqbal Dwi dan


Bank untuk Menghadapi dan Wisnu Mawardi 1.(2012), Analisis
Mengelola Perubahan Lingkungan Prediksi Financial Distress dengan
Bisnis: Analisis Model Altmans Z- Menggunakan Model Altman Z-
Score, Perbanas Quarterly, Score Modifikasi 1995 (Studi Kasus
Volume 2 Nomor 1. Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Go Public di Indonesia Tahun 2008
Harahap, Sofyan S. (2007), Analisis
sampai dengan Tahun 2010),
Kritis Atas Laporan Keuangan,
Diponegoro Journal of
Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Management. Volume 1 Nomor 1:
Hasibuan, Magdalena. (2010), 1/11.
Analisa model Z-Score Altman
Rodoni, Ahmad dan Herni Ali. (2010),
untuk memprediksi gejala financial
Manajemen Keuangan, Edisi
distress pada perusahaan textile dan
Pertama.Jakarta: Mitra Wacana
garment yang terdaftar di Bursa
Media.
Efek Indonesia, Skripsi. Medan:
Universitas Sumatera Barat. Salatin, Aswinda, dkk. (2013),
Kartikasari, Fitria, dkk. (2014), Penerapan Model Altman (Z-
SCORE) untuk Memprediksi
Prediksi Kebangkrutan
Kebangkrutan pada Industri Tekstil
Berdasarkan Analisis Z-Score
dan Produk Tekstil yang Terdaftar
Altman (Studi pada Kelompok
di BEI Periode 2009-2011, Jurnal
Perusahaan Textile and Garment
Administrasi Bisnis (JAB).Volume 6
yang Terdaftar di BEI Selama
Nomor 2.
Tahun 2008-2012),Jurnal
Administrasi Bisnis (JAB).Volume 9 Sugiyono. (2010), Metode Penelitian
Nomor 1. Bisnis, Cetakan Ke-15. Bandung:
Alfabeta.
Kasmir. (2014), Analisis Laporan
Keuangan, Edisi Pertama, Cetakan www.idx.co.id
Ketujuh. Jakarta: Penerbit
Raja Grafindo Persada.

ISSN 1693 - 3273

Anda mungkin juga menyukai