PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon
imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk
proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau
bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.
Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain
untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system
pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.
Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini
adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
2. Apa sajakah fungi imun dan hematologi ?
3. Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh dan system
hematologi manusia?
5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
manusia?
4
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun dan hematologi
2. Mengetahui fungsi sistem imun dan hematologi tubuh manusia.
3. Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
4. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh dan
system hematologi manusia.
5. Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. SISTEM IMUN
A. PENGERTIAN
Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.
6
d) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh
Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit
dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen
ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun
rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh.
b. Pertahanan Mekanis
c. Pertahanan Kimiawi
d. Pertahanan Biologis
7
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak
berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
memperoleh nutrisi.
3. Fagositosis
8
a. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel
fagosit.
b. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah
terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
c. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel
fagosit.
d. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan
patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
e. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan
fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen
hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel
tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
f. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
4. Protein Antimikrobia
Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah
protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan
cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.
Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam
dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.
9
a) Bersifat selektif
b) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
c) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
d) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
e) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal
a) Limfosit
1. Limfosit B (Sel B)
b) Limfosit T (Sel T)
Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T
lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan
cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh.
Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.
10
4) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)
Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat
spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari
berbagai kuman penyakit.
Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai
ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh
ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul
tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam
menginaktivasi antigen yaitu :
Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.
11
Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin.
Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik
12
Berdasarkan Mekanisme Kerja:
1. Kekebalan Humoral
Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.
2. Kekebalan Seluler
Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau
jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena
antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila
infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan
dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.
1) Kekebalan Aktif
Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.
13
a) Kekebalan Aktif Alami
14
2) Kekebalan Pasif
Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi
dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan
ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi
1. Alergi
15
proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.
2. Autoimunitas
a. Diabetes mellitus
b. Myasthenia gravis
c. Addisons disease
d. Lupus
16
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi
dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.
4. AIDS
Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein
pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.
Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.
Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dantampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif
yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang
17
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS
umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.
18
E. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita
karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memakan makanan yang mengandung :
a. Protein
Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.
c. Teh hijau
d. Aloevera
Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.
19
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan
A. PENGERTIAN
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah.
Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah
yang dipelajari.
Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan
total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan
20
bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan
berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh kita.
B. Fungsi darah
1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit, antibodi
dan substansi protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik.
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh.
C. Komponen darah
1. Bagian korpuskuli (elemen seluler)
a. ErItrosit (sel darah merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah lima
juta/l darah sedangkan pada wanita empat juta/l darah. Berbentuk bikonkaf, warna
merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum
tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di
hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi primernya
adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-
paru. Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan Pembesaran objektif 100 kali.
b. Lekosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa 6000 9000 sel/l darah. Diproduksi di sum-
sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.Terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1). Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki granula. Terdiri
dari :
a). Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi
(terutama infeksi cacing)
b) Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada reaksi alergi
21
c) Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan
berfungsi sebagai fagosit
2). Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Terdiri dari:
a) Limfosit Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu
Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler
Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral
b) Monosit yaitu Lekosit dengan ukuran paling besar. Fungsi lekosit ada dua,
yaitu:
1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-
benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya
kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah.
c) Trombosit (keping darah / sel darah pembeku)
Jumlah pada orang dewasa 200.000 500.000 sel/l darah. Bentuknya
tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan
berperan dalam proses pembekuan darah.
Riwayat kontak dengan penyakit menular. apakah ada tindak lanjut yang
sudah dilakukan? kontak dengan infeksi apa? tanggal dan tipe terapi yang di
dapatkan.
23
6. Alergi
Riwayat alergi dan bagaimana reaksi alergi, bagaimana tindakan yang biasa
diberikan saat terjadi reaksi alergi?
7. Kelainan autoimun
Banyak kelainan autoimun seperti: seperti lupus, eritrematosis, artritis reumatoid,
psoriasis. Tanyakan keparahan, remisi, eksaserbasi, ketrbatasan fungsional, tanya
therapi yang pernah dan sedang dijalani serta efektivitasnya
8. Penyakit neoplasma
Riwayat kanker dalam keluarga (tipe, awitan, usia, hubungan pasien dengan
anggota keluarga tersebut) riwayat kangker pada pasien (tipe dan tanggal
penegakakan diagnosa, tanggal pemeriksaan skrining dan hasilnya, juga terapi
yang pernah dialami bentuk terapi radiasi, kemothrepi supresi fungsi imun.
9. Sakit kronik dan pembedahan
Riwayat penyakit : diabetes militus, penyrenal, riwayat awitan, beratnya
sakit, therapi yang sedang dijalani, riwayat operasi, pengangkatan limpah, nodul
limpakus, kelenjar timus, riwayat transplantasi organ.
10. Obat-obatan dan transfusi dara
Riwayat penggunaan obat masa lalu
Riwayat pengobatan saat ini (anti biotik, kortikosteroid, obat-obat anastesi,
supresi imun)
Riwayat tranfusi darah satu kali atau lebih penyebab reaksi.
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan kulit
24
2. Pemeriksaan persendian
Periksa sendi apakah ada nyeri tekan, pembengkakan, dan keterbatasan gerak
3. Pemeriksaan status respiratorik
Observasi frekuensi napas, batuk, sura paru, (respiratori, rettraksi dinding dada
dan lain lain).
4. Status kardiovaskuler
Evaluasi adanya hipotensi, takikardi, aritmia, vaskulitis, dan anemia.
5. Status gastrointestinal
Cekhepatosplenomegali, politus, vomitus, dan diare.
6. Status urogenital
Amati tanda-tanda infeksi(frekuensi, disuria, hematuri, sckeret dari uretra).
7. Status neorosensorik
Gangguan fungsi koknitif, pendengaran, perubahan pisual, sakit kepala, migren,
dan lain- lain.
8. Status nutrisi
Obesitas atau malnutris, kaji pemenuhan nutrisi
9. kaji tingkat stres dan kemampuan atasi tingkat masalah
25
- Penyakit autoimuncontoh : Lupus, HIV/AIDS, Myasthenia gravisdll
F. INTERVENSI KEPERAWATAN
26
berhasil
27
infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
- Jumlah leukosit dalam central dan dressing sesuai dengan
batas normal petunjuk umum
- Menunjukkan perilaku - Gunakan kateter intermiten untuk
hidup sehat menurunkan infeksi kandung
kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi ntibiotic bila perlu
- Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentangan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik ntibio pada
pasien yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan ntibiot mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
ntibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
28
sianosis dan dyspneu nasal untuk memfasilitasi suksion
(mampu mengeluarkan nasotrakeal
sputum, mampu bernafas - Gunakan alat yang steril setiap
dengan muda, tidak ada melakukan tindakan
pursed lips) - Anjurkan pasien untuk dan nafas
- Menunjukan jalan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
yang paten ( klien tidak dari nasotrakeal
merasa tercekik, irama - Monitor status oksigen pasien
nafas, frekuensi nafas - Hentikan suksion dan berikan
dalam rentang normal, oksigen apabila pasien menunjukan
tidak ada suara nafas bradikardi, peningkatan saturasi O2
abnormal)
- Mampu mengidentifikasi
dan memcegah faktor
yang dapat menghambat Airway Management
jalan nafas - Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin
lift tau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identivikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas , catat adanya
suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbngan
- monitor respirasi dan status O2.
5. Intoleransi NOC NIC
aktivitas - Joint Movement : Active Exercise therafi : ambulation
- Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum /
- Self Care : ADLs sesudah latihan dan liat respons
- Transfer performance pasien saat latihan
Kriteria Hasil : - konsultasikan dengan terapi fisik
- Klien meningkat dalam tentang rencana ambulasi sesuai
aktivitas fisik dengan kebutuhan
- Mengerti tujuan dari - Bantu klien untuk menggunakan
peningkatan mobilitas tongkat saaat berjalan dan mencegah
- Memverbalisasi prasaan terhadap cidera
29
dalam meningkatkan - Kaji kemampuan pasien dalam
kekuatan dan kemampuan mobilisasi
berpindah - Latih pasien dalam pemenuhan
- Memperagakan kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat sesuai kemampuan
- Bantu untuk mobilisasi ( - Dampingi dan bantu pasien saat
walker ) mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimnana merubah
posisi dan berikan bantuan jika di
perlukan
6. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit - Tissue integrity: skin Pressure management
and mucous - anjurankan pasien untuk
- membranes mengguanakan pakaian yang longgar
- hemodyalis akses - hindari kerutan pada tempat tidur
kriteria hasil: - jaga kebersihan kulit agar tetap
- integritas kulit yang baik bersih dan kering
bisa dipertahankan - mobolisasi pasien (ubah posisi
(sensasi, elastisitas, passien) setiap dua ja sekali
temperatur, hidrasi, - monitor kulit akan adanya
pigmentasi) tidak ada luka kemerahan
atau lesi pada kulit - oleskan lation atau minyak/baby oil
- perkusi jaringan baik pada daerah yang tertekan
- menunjukan pemahaman - ]monitor aktivitas dan mobilisasi
dalam proses perbaiakan pasien
kulit dan mmencegah - monitor status nutrisi pasien
terjadinya cidera berulang - memandikan pasien dengan sabun
- mampu melindungi kulit dan air hangat
dan mepertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami
30
IV. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI
A. PENGKAJIAN :
1. Data Subjektif :
c. Kesehatan Keluarga
d. Pola Metabolisme-Nutrisi
e. Pola Eliminasi
31
f. Pola Latihan-Aktifitas
g. Pola Istirahat-Tidur
h. Pola Persepsi-Kognitif
Perawat mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang,
sendi, abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot.
i. Pola Konsep-diri-Persepsi-diri
j. Pola Berhubungan-Peran
k. Pola Reproduksi-Seksual
m. Pola Keyakinan-Nilai
32
n. Obat-obatan
33
17)Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai immunosuppressi, malignansi yang
dapat menyebakan: anemia, leucopenia, trombositopemia.
18)Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi sebagai antiiflamtori,
analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi agregasi platelet.
19)Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman keras, pemberi rasa pahit
pada minuman keras dapat menyebabkan purpura.
20)Heparin untuk antikoagulasi dapat menyebabkan:
trombositopenia/pseudotrombositopenia.
2. Data Objektif
a. Pemeriksaan Fisik
1) Kulit.
2) Kuku.
Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung
yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik.
3) Mata.
Bagian-bagian dari mata dapat terlihat jaundis pada sclera yang disebabkan
oleh penumpukan pigmen empedu karena hemolisis yang berlebihan atau cepat; pucat
pada konjungtiva disebabkan karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia);
34
perdarahan pada retina disebabkan oleh trombositopenia dan anemia; dilatasi vena-
vena akibat polisitema.
4) Mulut.
Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia);
ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia; infiltrasi pada gusi
(membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh leukemia ; tekstrur lidah
halus oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat besi.
Teraba lunak karena respon normal terhadap infeksi pada bayi dan anak, adanya invasi
kanker pada orang dewasa, pembesaran akibat infeksi, infiltrasi benda asing, atau
gangguan metabolic terutama lemak.
6) Dada.
7) Abdomen.
Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis
sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia; spenomegali karena
leukemia, lymphoma, mononucleosis; dari auskultasi akan terdengar bruit dan rub akibat
infraksi splenik
8) System saraf.
35
multiple myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan
jaringan penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit
sikel sel. Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi pasien
yang mengalami trombositopenia. Athralgia yang disebabkan oleh leukemia karena
adanya penyakit pada tulang : sumsum tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.Pasien
juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang, demineralisasi
akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan kemungkinan patah
tulang patologi, dan penyakit sikel sel.
b. Laboratorium
Pria: 4,5-6,0 X 10
pangkat 6/l (4,5-6,0
X 10 pangkat 12/L)
36
82-98 fl
23-33 pg
Mengukur rata-rata berat dari Hb/RBC;
MCH yang rendah indikasi dari
MCH (mean mikrositosis atau hipokromia, MCHC
corpuscular meninggi dari makrositosis
haemoglobin)
Lymposit: 20-40%
(0,20-0,40)
37
9/L)
12-15 sec
Protrhrombin Pengkajian koagulasi ekstrinsik dengan mengukur
time (PT) factor I, II, V, VII, X
Automated
coagulation Evaluasi koagulasi intrinsic; lebih akurat dari
time (ACT) APTT; digunakan selama dialysis, prosedur
bypass arteri koroner, arteriogram
150-180
Thromboplastin
generation test Refleksi dari generasi tromboplastin; bila
(TGT) abnormal, dilakukan tahap kedua untuk
38
mengidentifikasi kehilangan factor koagulasi
8-12 sec
Fibrinogen
Refleksi dari kadar fibrinogen; peningkatan
fibrinogen kemungkinan mengindikasikan
peningkatan pembentukan fibrin, membuat pasien
hiperkoagulasi; penurunan fibrinogen indikasi dari
kemungkinan pasien risiko perdarahan
200-400
mg/dl (2.0-
Refleksi dari derajad fibrinolisis; refleksi dari 4.0g/L)
kelebihan fibrinolisis dan predisposisi terjadi
Fibrin split perdarahan (bila ada); kemungkinan indikasi dari
products disseminated intravascular coagulation (DIC)
39
predisposisi terjadi perdarahan dan kemungkinan atau negative
adanhya DIC
Protamine
sulfate test
Negative
(0,005-0,015 dari
RBC)
Mengukur tingkat hemolisis sel darah
merah atau ketidakmampuan liver untuk
mengekskresikan jumlah normal bilirubin; Total: 0,2-1,3 mg/dl
Billirubin meningginya bilirubin indirek dengan (3,4-22mol/L)
masalah hemolitik
Direct: 0,1-
0,3mg/dl (1,7-5,1
40
mol/L)
Indirect: 0,1-1,0
mg/dl (1,7-17
mol/L)
Refleksi dari jumlah iron dikombinasi
dengan protein dalam serum; akurat
mengindikasikan status penyimpanan iron 50-150 g/dl (9,0-
Iron dan penggunaannya 26,9 mol/L)
Serum
Mengukur persentasi dari saturasi
transferring, protein mengikat iron;
evaluasi jumlah dari iron ekstra yang 250-410 g/dl (45-
dapat di bawa 73 mol/L)
Total iron-
binding Diferensiasi tipe anemia hemolitik; deteksi
capacity dari antibody immune
Negative
Indirect
Deteksi bentuk sel darah (megatrombosit)
Antibody Negative
HIV Deteksi factor risiko
Negative
Antiplatelet Deteksi factor risiko
41
antibody
Antinuclear
antibody
Negative
Antiglobulin
test
42
limpa dan liver.
Informasikan
Radiology
Tujuannya adalah untuk kepada psien
Lymphangiograpraphy mengevaluasi nodus lymph tentang apa yang
secara cermat. Radiopaque zat harus di antisipasi.
kontras berupa minyak di Siapkan format
infuskan perlahan ke dalam persetujuan. Kaji
pembuluh lymph melalui jarum sensitifitas terhadap
kecil pada dorsal kaki. iodine. Gerikan
Radioghraph segera diambil dan preparat sedasi, bila
juga pada hari berikutnya di perlukan.
Instruksikan ke
pasien bahwa urine
akan berwarna
kebiruan akibat
pengeluaran zat
konntras melalui
urine selama 1-2
hari.
Informasikan
tentang dapat
mengalami demam,
kelemahan, dan
pegal otot selama
43
12-4 jam. Tanda-
tanda dari emboli
minyak ke dalam
paru-paru (batuk-
batuk, dispnu, nyeri
pleuritik, dan batuk
darah)
Pemeriksaan radiology
noninvasive menggunakan
Computed tomography computer dan sinar x
(CT) mengevaluasi limpa, liver atau Tidak ada yang
nodus lymph spesifik
Prosedur noninvasive
memberikan gambaran sensitive Instruksikan pasien
Magnetic resonance dari jaringan lunak tanpa
untuk melepas benda
imaging (MRI) menggunakan zat kontras. Tanpa dari bahan metal dan
ionisasi radiasi. Teknik ini katakana tanyakan
digunakan untuk mengevaluasi tentang riwayat
limpa, liver, dan nodus lymph pembedahan
pemasangan plate,
atau bahan metal
lainnya.
44
histology lymph untuk
menentukan diagnosis dan terapi
Jelaskan prosedur ke
pasien. Siapkan
Lymph node biopsy format persetujuan.
Dilakukan saat operasi dengan Gunakan teknik steril
visualisasi langsung pada area saat mengganti
bersangkutan balutan setelah
prosedur. Evaluasi
Open
dengan teliti adanya
komplikasi, terutama
perdarahan dan
Dilakukan di tempat tidur atau
edema
ruang khusus
Closed (needle)
B. Diagnosa Keperawatan
Mengacu pada hasil pengkajian tersebut, kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat
terjadi pada kondisi pasien dengan gangguan system hematology antara lain sebagai berikut:
45
3. Nyeri berhubungan dengan perdarahan ke dalam jaringan dan prosedur diagnostic
4. Cemas berhubungan dengan ketakutan akibat kurangnya pengetahuan, proses
penyakit, prosedur diagnostic dan terapi
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan neutropil dan perubahan respon
terhadap invasi mikroba dan adanya lingkungan yang pathogen
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
46
dengan anoreksia dan fluid - Kolaborasi dengan ahli gizi
penangnanan ditandai - Intake untuk menentukan jumlah
dengan berat badan Nutritional status : nutrient kalori dan nutrisi yang di
menurun, serum albumin intake butuhkan pasien
rendah, kadar besi - Weight control - Anjurka pasien untuk
menurun, defisiensi Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
vitamin, berat badan - Adanya peningkatan berar badan - Anjurkan klien untuk
lebih rendah dari sesuai dengan tujuan meningkatkan protein dan
biasanya - Berat badan ideal sesuai dengan vitamin C
tinggi badan - Monitor jumlah nutrisi dan
- Mampu mengidentifikasi kandungan kalori
kebutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang
- Tidak ada tanda tanda kebutuhan nutrisi
malnutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk
- Menunjukan pengkatan fungsi mendapatkan nutrisi yang di
pengecapan dari menelan butuhkan
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
3. Nyeri berhubungan NOC NIC
dengan perdarahan ke - pain level Pain management
dalam jaringan dan - pain control - lakukan pengkajian nyeri
prosedur diagnostic - comfort level secara komperehensife
kreteria hasil: termasuk lokasi,
- mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
penyebab nyeri, dan mampu frekuensi, kualitas dan
menggunakan tehnik faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk - opservasi reaksi nonverbal
mengurangi nyeri, mencari dari kretidak nyamanan
bantuan) - gunakan tehnik terapeotik
- melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen - kaji kultur yang
nyeri. mempengaruhi respon
- mampu mengenali nyeri (skala, pasien
intensitas, frekuensi, dan tanda - evaluasi pengalaman nyeri
nyeri) masa lampau
- menyatakan rasa nyaman - bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang. untuk mencari dan
menemukan dukungan
- kontol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan
47
kebisingan.
- kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
enterpensi
- tingkatkan istirahat
- kolaborassi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
4. Cemas berhubungan NOC NIC
dengan ketakutan akibat Anxiety Reduction
kurangnya pengetahuan, - Anxiety self-control (penurunan kecemasan)
- Anxiety level
proses penyakit, prosedur
- Coping - Gunakan pendekatan yang
diagnostic dan terapi
menenangkan
- Nyatakan dengan jelas
Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
- Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala
cemas. prosedur
- Mengidentifikasi, - Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas. memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas mengurangi takut
normal. - Dorong keluarga untuk
menemani anak
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
- Lakukan back / neck rub
bahasa tubuh dan tingkat
aktivfitas menunjukkan - Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan. perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan
48
perubahan respon
terhadap invasi mikroba - Immune Status - Bersihkan lingkungan setelah
dan adanya lingkungan - Knowledge : Infection dipakai pasien lain
yang pathogen control - Pertahankan teknik isolasi
- Risk control - Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil: untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
- Klien bebas dari tanda dan berkunjung meninggalkan
gejala infeksi pasien
- Mendeskripsikan proses - Gunakan sabun antimikrobia
penularan penyakit, ntibi yang untuk cuci tangan
mempengaruhi penularan serta - Cuci tangan setiap sebelum
penatalaksanaannya dan sesudah tindakan
- Menunjukkan kemampuan keperawatan
untuk mencegah timbulnya - Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
- Jumlah leukosit dalam batas - Pertahankan lingkungan ntibio
normal selama pemasangan alat
- Menunjukkan perilaku hidup - Ganti letak IV perifer dan line
sehat central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi ntibiotic bila
perlu
- Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentangan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik ntibio pada
pasien yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada
area epidema
- Inspeksi kulit dan ntibiot
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi
49
bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum ntibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
50
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanismepadaorganismeyang
melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuhpatogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikanindividu kebal.
terhadap suatu penyakit.Imunisasi terbagi 2,yaitu:
a. Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuatantibody sendiri.
b. Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody darisuatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor Keturunan,
Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan Penyalahgunaan
Antibiotik.
DAFTAR PUSTAKA
51
2. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
3. Di ambil pada 19 November 2017 dari http//coc.uc.edu/cater/web
resources/assessment.htm
4. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://heldaupik.blogspot.co.id/2013/11/askep-sistem-hematologi.html
5. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://wijayanti200495.blogspot.co.id/2016/10/makalah-gangguan-sistem-
hematologi.html
6. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://ibnunajib6969.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/sites/438/2016/05/makalah-hematologi..pdf
52