Anda di halaman 1dari 49

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tubuh manusia tidak mungkin terhindar dari lingkungan yang mengandung mikroba
pathogen disekelilingnya. Mikroba tersebut dapat menimbulkan penyakit infeksi pada
manusia. Mikroba patogen yang ada bersifat poligenik dan kompleks. Oleh karena itu respon
imun tubuh manusia terhadap berbagai macam mikroba patogen juga berbeda. Umumnya
gambaran biologic spesifik mikroba menentukan mekanisme imun mana yang berperan untuk
proteksi. Begitu juga respon imun terhadap bakteri khususnya bakteri ekstraseluler atau
bakteri intraseluler mempunyai karakteriskik tertentu pula.

Tubuh manusia akan selalu terancam oleh paparan bakteri, virus, parasit, radiasi
matahari, dan polusi. Stress emosional atau fisiologis dari kejadian ini adalah tantangan lain
untuk mempertahankan tubuh yang sehat. Biasanya kita dilindungi oleh system pertahanan
tubuh, sistem kekebalan tubuh, terutama makrofag, dan cukup lengkap kebutuhan gizi untuk
menjaga kesehatan. Kelebihan tantangan negattif, bagaimanapun, dapat menekan system
pertahanan tubuh, system kekebalan tubuh, dan mengakibatkan berbagai penyakit fatal.

Respon imun yang alamiah terutama melalui fagositosis oleh neutrofil, monosit serta
makrofag jaringan. Lipopolisakarida dalam dinding bakteri Gram negative dapat mangativasi
komplemen jalur alternative tanpa adanya antibody. Kerusakan jaringan yang terjaddi ini
adalah akibat efek samping dari mekanisme pertahanan tubuh untuk mengeliminasi bakteri.
Sitokin juga merangsang demam dan sintesis protein.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah yang dimaksud dengan sistem kekebalan tubuh?
2. Apa sajakah fungi imun dan hematologi ?
3. Apa saja jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia?
4. Apa saja gangguan yang dapat terjadi pada sistem kekebalan tubuh dan system
hematologi manusia?
5. Apa saja yang dapat dilakukan untuk mempertahankan sistem kekebalan tubuh
manusia?

4
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian sistem imun dan hematologi
2. Mengetahui fungsi sistem imun dan hematologi tubuh manusia.
3. Memahami jenis-jenis kekebalan tubuh pada manusia.
4. Mengetahui gangguan apa saja yang dapat mengenai system kekebalan tubuh dan
system hematologi manusia.
5. Memahami cara mempertahankan system kekebalan tubuh manusia.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. SISTEM IMUN
A. PENGERTIAN

Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari
pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu
organisme sehingga tidak mudah terkena penyakit. Jika sistem imun bekerja dengan
benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri dan virus, serta
menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Sebaliknya, jika sistem
imun melemah, maka kemampuannya untuk melindungi tubuh juga berkurang,
sehingga menyebabkan patogen, termasuk virus penyebab demam dan flu,dapat
berkembang dalam tubuh. Sistem imun juga memberikan pengawasan terhadap
pertumbuhan sel tumor. Terhambatnya mekanisme kerja sistem imun telah dilaporkan
dapat meningkatkan resiko terkena beberapa jenis kanker.

B. FUNGSI SISTEM KEKEBALAN TUBUH


1. Melindungi tubuh dari serangan benda asing atau bibit penyakit yang masuk ke
dalam tubuh.
2. Menghilangkan jaringan sel yang mati atau rusak (debris cell) untuk perbaikan
jaringan.
3. Mengenali dan menghilangkan sel yang abnormal.
4. Menjaga keseimbangan homeostatis dalam tubuh.

C. PENGGOLONGAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1) Berdasarkan Cara Mempertahankan Diri dari Penyakit


2) Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Sistem Pertahanan Tubuh Non Spesifik merupakan pertahanan tubuh yang
tidak membedakan mikrobia patogen satu dengan yang lainnya. Ciri-cirinya :
a) Tidak selektif
b) Tidak mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
c) Eksposur menyebabkan respon maksimal segera

6
d) Memiliki komponen yang mampu menangkal benda untuk masuk ke dalam tubuh

Sistem pertahanan ini diperoleh melalui beberapa cara, yaitu :


1. Pertahanan yang Terdapat di Permukaan Tubuh
a. Pertahanan Fisik

Pertahanan secara fisik dilakukan oleh lapisan terluar tubuh, yaitu kulit
dan membran mukosa, yang berfungsi menghalangi jalan masuknya patogen
ke dalam tubuh. Lapisan terluar kulit terdiri atas sel-sel epitel yang tersusun
rapat sehingga sulit ditembus oleh patogen. Lapisan terluar kulit mengandung
keratin dan sedikit air sehingga dapat menghambat pertumbuhan mikrobia.
Sedangkan membran mukosa yang terdapat pada saluran pencernaan, saluran
pernapasan, dan saluran kelamin berfungsi menghalangi masuknya patogen ke
dalam tubuh.

b. Pertahanan Mekanis

Pertahanan secara mekanis dilakukan oleh rambut hidung dan silia


pada trakea. Rambut hidung berfungsi menyaring udara yang dihirup dari
berbagai partikel berbahaya dan mikrobia. Sedangkan silia berfungsi menyapu
partikel berbahaya yang terperangkap dalam lendir untuk kemudian
dikeluarkan dari dalam tubuh.

c. Pertahanan Kimiawi

Pertahanan secara kimiawi dilakukan oleh sekret yang dihasilkan oleh


kulit dan membran mukosa. Sekret tersebut mengandung zat-zat kimia yang
dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Contoh dari sekret tersebut adalah
minyak dan keringat. Minyak dan keringat memberikan suasana asam (pH 3-
5) sehingga dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme di kulit.
Sedangkan air liur (saliva), air mata, dan sekresi mukosa (mukus)
mengandung enzim lisozim yang dapat membunuh bakteri dengan cara
menghidrolisis dinding sel bakteri hingga pecah sehingga bakteri mati.

d. Pertahanan Biologis

7
Pertahanan secara biologi dilakukan oleh populasi bakteri tidak
berbahaya yang hidup di kulit dan membran mukosa. Bakteri tersebut
melindungi tubuh dengan cara berkompetisi dengan bakteri patogen dalam
memperoleh nutrisi.

2. Respons Peradangan (Inflamasi)

Inflamasi merupakan respons tubuh terhadap kerusakan jaringan,


misalnya akibat tergores atau benturan keras. Proses inflamasi merupakan
kumpulan dari empat gejala sekaligus, yakni dolor (nyeri) , rubor (kemerahan)
, calor(panas), dan tumor (bengkak). Inflamasi berfungsi mencegah penyebaran
infeksi dan mempercepat penyembuhan luka. Reaksi inflamasi juga berfungsi
sebagai sinyal bahaya dan sebagai perintah agar sel darah putih (neutrofil dan
monosit) melakukan fagositosis terhadap mikrobia yang menginfeksi tubuh.
Mekanisme inflamasi dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Adanya kerusakan jaringan sebagai akibat dari luka,sehingga mengakibatkan


patogen mampu melewati pertahanan tubuh dan menginfeksi sel-sel tubuh.
b. Jaringan yang terinfeksi akan merangsang mastosit untuk mengekskresikan
histamin dan prostaglandin.
c. Terjadi pelebaran pembuluh darah yang meningkatkan kecepatan aliran darah
sehingga permeabilitas pembuluh darah meningkat.
d. Terjadi perpindahan sel-sel fagosit (neutrofil dan monosit) menuju jaringan
yang terinfeksi.
e. Sel-sel fagosit memakan patogen.

3. Fagositosis

Fagositosis adalah mekanisme pertahanan yang dilakukan oleh sel-sel


fagosit dengan cara mencerna mikrobia/partikel asing. Sel fagosit terdiri dari dua
jenis, yaitu fagosit mononuklear dan fagosit polimorfonuklear. Contoh fagosit
mononuklear adalah monosit (di dalam darah) dan jika bermigrasi ke jaringan
akan berperan sebagai makrofag. Contoh fagosit polimorfonuklear adalah
granulosit, yaitu neutrofil, eosinofil, basofil, dan cell mast(mastosit). Sel-sel
fagosit akan bekerja sama setelah memperoleh sinyal kimiawi dari jaringan yang
terinfeksi patogen. Berikut ini adalah proses fagositosis :

8
a. Pengenalan (recognition), mikrobia atau partikel asing terdeteksi oleh sel-sel
fagosit.
b. Pergerakan (chemotaxis), pergerakan sel fagosit menuju patogen yang telah
terdeteksi. Pergerakan sel fagosit dipacu oleh zat yang dihasilkan oleh
patogen.
c. Perlekatan (adhesion), partikel melekat dengan reseptor pada membran sel
fagosit.
d. Penelanan (ingestion), membran sel fagosit menyelubungi seluruh permukaan
patogen dan menelannya ke dalam sitoplasma yang terletak dalam fagosom.
e. Pencernaan (digestion), lisosom yang berisi enzim-enzim bergabung dengan
fagosom membentuk fagolisosom dan mencerna seluruh permukaan patogen
hingga hancur. Setelah infeksi hilang, sel fagosit akan mati bersama dengan sel
tubuh dan patogen. Hal ini ditandai dengan terbentuknya nanah.
f. Pengeluaran (releasing), produk sisa patogen yang tidak dicerna akan
dikeluarkan oleh sel fagosit.
4. Protein Antimikrobia

Protein yang berperan dalam sistem pertahanan tubuh non spesifik adalah
protein komplemen dan interferon. Protein komplemen membunuh patogen dengan
cara membentuk lubang pada dinding sel dan membran plasma bakteri tersebut.
Hal ini menyebabkan ion Ca2+ keluar dari sel, sementara cairan dan garam-garam
dari luar bakteri akan masuk ke dalamnya dan menyebabkan hancurnya sel bakteri
tersebut.

Interferon dihasilkan oleh sel yang terinfeksi virus. Interferon dihasilkan


saat virus memasuki tubuh melalui kulit dan selaput lendir. Selanjutnya, interferon
akan berikatan dengan sel yang tidak terinfeksi. Sel yang berikatan ini kemudian
membentuk zat yang mampu mencegah replikasi virus sehingga serangan virus
dapat dicegah.

3) Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik

Sistem Pertahanan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap


patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem ini bekerja apabila patogen telah
berhasil melewati sistem pertahanan tubuh non spesifik. Ciri-cirinya :

9
a) Bersifat selektif
b) Tidak memiliki reaksi yang sama terhadap semua jenis benda asing
c) Mampu mengingat infeksi yang terjadi sebelumnya
d) Melibatkan pembentukan sel-sel tertentu dan zat kimia (antibodi)
e) Perlambatan waktu antara eksposur dan respons maksimal

Sistem pertahanan tubuh spesifik terdiri atas beberapa komponen, yaitu:

a) Limfosit
1. Limfosit B (Sel B)

Proses pembentukan dan pematangan sel B terjadi di sumsum tulang. Sel


B berperan dalam pembentukan kekebalan humoral dengan membentuk antibodi.
Sel B dapat dibedakan menjadi :

Sel B plasma, berfungsi membentuk antibodi.


Sel B pengingant, berfungsi mengingat antigen yang pernah masuk ke dalam
tubuh serta menstimulasi pembentukan sel B plasma jika terjadi infeksi kedua.
Sel B pembelah, berfungsi membentuk sel B plasma dan sel B pengingat.

b) Limfosit T (Sel T)

Proses pembentukan sel T terjadi di sumsum tulang, sedangkan proses


pematangannya terjadi di kelenjar timus. Sel T berperan dalam pembentukan
kekebalan seluler, yaitu dengan cara menyerang sel penghasil antigen secara
langsung. Sel T juga membantu produksi antibodi oleh sel B plasma.

Sel T dapat dibedakan menjadi :

Sel T pembunuh, berfungsi menyerang patogen yang masuk dalam tubuh, sel
tubuh yang terinfeksi, dan sel kanker secara langsung.
Sel T pembantu, berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma dan sel T
lainya serta mengaktivasi makrofag untuk melakukan fagositosis.
Sel T supresor, berfungsi menurunkan dan menghentikan respons imun dengan
cara menurunkan produksi antibodi dan mengurangi aktivitas sel T pembunuh.
Sel T supresor akan bekerja setelah infeksi berhasil ditangani.

10
4) Antibodi (Immunoglobulin/Ig)

Antibodiakan dibentuk saat ada antigen yang masuk ke dalam tubuh. Antigen
adalah senyawa protein yang ada pada patogen sel asing atau sel kanker. Antibodi
disebut juga immunoglobulin atau serum protein globulin, karena berfungsi untuk
melindungi tubuh melalui proses kekebalan (immune). Antibodi merupakan senyawa
protein yang berfungsi melawan antigen dengan cara mengikatnya, untuk selanjutnya
ditangkap dan dihancurkan oleh makrofag. Suatu antibodi bekerja secara spesifik
untuk antigen tertentu. Karena jenis antigen pada setiap kuman penyakit bersifat
spesifik, maka diperlukan antibodi yang berbeda untuk jenis kuman yang berbeda.
Oleh karena itu, diperlukan berbagai jenis antibodi untuk melindungi tubuh dari
berbagai kuman penyakit.

Antibodi tersusun dari dua rantai polipeptida yang identik, yaitu dua rantai
ringan dan dua rantai berat. Keempat rantai tersebut dihubungkan satu sama lain oleh
ikatan disulfida dan bentuk molekulnya seperti huruf Y. Setiap lengan dari molekul
tersebut memiliki tempat pengikatan antigen. Beberapa cara kerja antibodi dalam
menginaktivasi antigen yaitu :

1. Netralisasi (menghalangi tempat pengikatan virus, membungkus bakteri dan atau


opsonisasi)
2. Aglutinasi partikel yang mengandung antigen, seperti mikrobia
3. Presipitasi (pengendapan) antigen yang dapat larut
4. Fiksasi komplemen (aktivasi komplemen)

Antibodi dibedakan menjadi lima tipe seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel Tipe-Tipe Antibodi Beserta Karakteristiknya :

No. Tipe Antibodi Karakteristik

Pertama kali dilepaskan ke aliran darah pada saat


1. IgM terjadi infeksi yang pertama kali (respons kekebalan
primer)

2. IgG Paling banyak terdapat dalam darah dan diproduksi saat


terjadi infeksi kedua (respons kekebalan sekunder).

11
Mengalir melalui plasenta dan memberi kekebalan
pasif dari ibu kepada janin.

Ditemukan dalam air mata, air ludah, keringat, dan

IgA membran mukosa. Berfungsi mencegah infeksi pada


3. permukaan epitelium. Terdapat dalam kolostrum yang
berfungsi untuk mencegah kematian bayi akibat infeksi
saluran pencernaan

Ditemukan pada permukaan limfosit B sebagai reseptor


4. IgD dan berfungsi merangsang pembentukan antibodi oleh
sel B plasma.

Ditemukan terikat pada basofil dalam sirkulasi darah


dan cell mast (mastosit) di dalam jaringan yang
5. IgE
berfungsi memengaruhi sel untuk melepaskan histamin
dan terlibat dalam reaksi alergi.

Dari penjelasan tersebut, dapat kita simpulkan bahwa sistem kekebalan


tubuh berdasarkan cara mempertahankan diri dari penyakit terdiri atas beberapa
lapis seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

Tabel Beberapa Lapis Pertahanan Tubuh terhadap Penyakit :

Pertahanan Tubuh
Pertahanan Tubuh Non Spesifik
Spesifik

Pertahanan Pertama Pertahanan Kedua Pertahanan Ketiga

1. Kulit 1. Inflamasi 1. Limfosit


2. Membran mukosa 2. Sel-sel fagosit
3. Rambut hidung dan silia 3. Proteinantimikrobia 2. Antibodi
pada trakea
4. Cairan sekresi dari kulit
danmembran mukosa

12
Berdasarkan Mekanisme Kerja:

1. Kekebalan Humoral

Kekebalan humoral melibatkan aktivitas sel B dan antibodi yang beredar


dalam cairan darah dan limfe. Ketika antigen masuk ke dalam tubuh untuk pertama
kali, sel B pembelah akan membentuk sel B pengingat dan sel B plasma. Sel B
plasma akan menghasilkan antibodi yang mengikat antigen sehingga makrofag
akan mudah menangkap dan menghancurkan patogen. Setelah infeksi berakhir, sel
B pengingat akan tetap hidup dalam waktu lama. Serangkaian respons ini disebut
respons kekebalan primer.

Apabila antigen yang sama masuk kembali dalam tubuh, sel B pengingat
akan mengenalinya dan menstimulasi pembentukan sel Bplasma yang akan
memproduksi antibodi. Respons tersebut dinamakan respons kekebalan sekunder.

Respons kekebalan sekunder terjadi lebih cepat dan konsentrasi antibodi


yang dihasilkan lebih besar daripada respons kekebalan primer. Hal ini disebabkan
adanya memori imunologi, yaitu kemampuan sistem imun untuk mengenali antigen
yang pernah masuk ke dalam tubuh.

2. Kekebalan Seluler

Kekebalan seluler melibatkan sel T yang bertugas menyerang sel asing atau
jaringan tubuh yang terifeksi secara langsung. Ketika sel T pembunuh terkena
antigen pada permukaan sel asing, sel T pembunuh akan menyerang dan
menghancurkan sel tersebut dengan cara merusak membran sel asing. Apabila
infeksi berhasil ditangani, sel T supresor akan mengehentikan respons kekebalan
dengan cara menghambat aktivitas sel T pembunuh dan membatasi produksi
antibodi.

Berdasarkan Cara Memperolehnya

1) Kekebalan Aktif

Kekebalan aktif merupakan kekebalan yang dihasilkan oleh tubuh itu sendiri.
Kekebalan aktif dapat diperoleh secara alami maupun buatan.

13
a) Kekebalan Aktif Alami

Kekebalan aktif alami diperoleh seseorang setelah mengalami sakit akibat


infeksi suatu kuman penyakit. Setelah sembuh, orang tersebut akan menjadi
kebal terhadap penyakit itu. Misalnya, seseorang yang pernah sakit campak
tidak akan terkena penyakit tersebut untuk kedua kalinya.

b) Kekebalan Aktif Buatan

Kekebalan aktif buatan diperoleh melalui vaksinasi atau imunisasi.


Vaksinasi adalah proses pemberian vaksin ke dalam tubuh. Vaksin merupakan
siapan antigen yang dierikan secara oral (melalui mulut) atau melalui suntikan
untuk merangsang mekanisme pertahanan tubuh terhadap patogen. Vaksin
dapat berupa suspensi mikroorganisme yang telah dilemahkan atau dimatikan.
Vaksin juga dapat berupa toksoid atau ekstrak antigen dari suatu patogen yang
telah dilemahkan. Vaksin yang dimasukkan ke dalam tubuh akan menstimulasi
pembentukan antibodi untuk melawan antigen sehingga tubuh menjadi kebal
terhadap penyakit yang menyerangnya.

Kekebalan karena vaksinasi biasanya memiliki jangka waktu tertentu,


sehingga permberian vaksin harus diulang lagi setelah beberapa lama. Hal ini
dilakukan karena jumlah antibodi dalam tubuh semakin berkurang sehingga
imunitas tubuh juga menurun. Beberapa jenis penyakit yang dapat dicegah
dengan vaksinasi antara lain cacar, tuberkulosis, dipteri, hepatitis B, pertusis,
tetanus, polio, tifus, campak, dan demam kuning. Vaksin untuk penyakit
tersebut biasanya diproduksi dalam skala besar sehingga harganya dapat
terjangkau oleh masyarakat.

Secara garis besar, vaksin dikelompokkan menjadi 4 jenis yaitu

1. Vaksin Bacille Calmette-Guerin (BCG), polio jenis sabin, dan campak.


Vaksin ini terbuat dari mikroorganisme yang telah dilemahkan.
2. Vaksin pertusis dan polio jenis salk. Vaksin ini berasal dari mikroorganisme
yang telah dimatikan.
3. Vaksin tetanus toksoid dan difteri. Vaksin ini berasal dari toksin (racun)
mikrooganisme yang telah dilemahkan/diencerkan konsentrasinya.
4. Vaksin hepatitis B. Vaksin ini terbuat dari protein mikroorganisme.

14
2) Kekebalan Pasif

Kekebalan pasif merupakan kebalikan dari kekebalan aktif. Kekebalan pasif


diperoleh setelah menerima antibodi dari luar tubuh, baik secara alami maupun
buatan.

a) Kekebalan Pasif Alami

Kekebalan pasif alami dapat ditemukan pada bayi setelah menerima antibodi
dari ibunya melalui plasenta saat masih berada di dalam kandungan. Kekebalan
ini juga dapat diperoleh dengan pemberian ASI pertama (kolostrum) yang
mengandung banyak antibodi

b) Kekebalan Pasif Buatan

Kekebalan pasif buatan diperoleh dengan cara menyuntikkan antibodi


yang diekstrak dari suatu individu ke tubuh orang lain sebagai serum. Kekebalan
ini berlangsung singkat, tetapi mampu menyembuhkan dengan cepat. Contohnya
adalah pemberian serum antibisa ular kepada orang yang dipatuk ular berbisa.

D. GANGGUAN PADA SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Alergi

Alergi atau hipersensivitas adalah respons imun yang berlebihan terhadap


senyawa yang masuk ke dalam tubuh. Senyawa tersebut dinamakan alergen. Alergen
dapat berupa debu, serbuk sari, gigitan serangga, rambut kucing, dan jenis makanan
tertentu, misalnya udang.

Proses terjadinya alergi diawali dengan masuknya alergen ke dalam tubuh


yang kemudian merangsang sel B plasma untuk menyekresikan antibod IgE. Alergen
yang pertama kali masuk ke dalam tubuh tidak akan menimbulkan alergi, namun IgE
yang terbentuk akan berikatan dengan mastosit. Akibatnya, ketika alergen masuk ke
dalam tubuh untuk kedua kalinya, alergen akan terikat pada IgE yang telah berikatan
dengan mastosit. Mastosit kemudian melepaskan histamin yang berperan dalam

15
proses inflamasi. Respons inflamasi ini mengakibatkan timbulnya gejala alergi seperti
bersin, kulit terasa gatal, mata berair, hidung berlendir, dan kesulitan bernapas. Gejala
alergi dapat dihentikan dengan pemberian antihistamin.

2. Autoimunitas

Autoimunitas merupakan gangguan pada sistem kekebalan tubuh saat antibodi


yang diproduksi justru menyerang sel-sel tubuh sendiri karena tidak mampu
membedakan sel tubuh sendiri dengan sel asing. Autoimunitas dapat disebabkan oleh
gagalnya proses pematangan sel T di kelenjar timus. Autoimunitas menyebabkan
beberapa kelainan, yaitu :

a. Diabetes mellitus

Diabetes mellitus disebabkan oleh antibodi yang menyerang sel-sel beta di


pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon insulin. Hal ini mengakibatkan tubuh
kekurangan hormon insulin sehingga kadar gula darah meningkat.

b. Myasthenia gravis

Myasthenia gravis disebabkan oleh antibodi yang menyerang otot lurik


sehingga otot lurik mengalami kerusakan.

c. Addisons disease

Addisons disease disebabkan oleh antibodi yang menyerang kelenjar


adrenal. Hal ini mengakibatkan berat badan menurun, kadargula darah menurun,
mudah lelah, dan pigmentasi kulit meningkat.

d. Lupus

Lupus disebabkan oleh antibodi yang menyerang tubuh sendiri. Pada


penderita lupus, antibodi menyerang tubuh dengan dua cara, yaitu :

Antibodi menyerang jaringan tubuh secara langsung. Misalnya, antibodi yang


menyerang sel darah merah sehingga menyebabkan anemia.
Antibodi bergabung dengan antigen sehingga membentuk ikatan yang
dianamakan kompleks imun. Dalam kondisi normal, sel asing yang antigennya
telah diikat oleh antibodi selanjutnya akan ditangkap dan dihancurkan oleh sel-sel

16
fagosit. Namun, pada penderita lupus, sel-sel asing ini tidak dapat dihancurkan
oleh sel-sel fagosit dengan baik. Jumlah sel fagosit justru akan semakin
bertambah sambil mengeluarkan senyawa yang menimbulkan inflamasi. Proses
inflamasi ini akan menimbulkan berbagai gejala penyakit lupus. Jika terjadi
dalam jangka panjang, fungsi organ tubuh akan terganggu.

3. Radang sendi (artritis reumatoid)

Radang sendi merupakan penyakit autoimunitas yang menyebabkan


peradangan dalam waktu lama pada sendi. Penyakit ini biasanya mengenai banyak
sendi dan ditandai dengan radang pada membransinovial dan struktur sendi, atrofi
otot, serta penipisan tulang.

4. AIDS

AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan


berbagai penyakit yang disebabkan oleh melemahnya sistem kekebalan tubuh.
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus) yang
menyerang sel T pembantu yang berfungsi menstimulasi pembentukan sel B plasma
dan jenis sel T lainnya. Hal ini mengakibatkan berkurangnya kemampuan tubuh
dalam melawan berbagai kuman penyakit.

Sel T pembantu menjadi target utama HIV karena pada permukaan sel tersebut
terdapat molekul CD4 sebagai reseptor. Infeksi dimulai ketika molekul glikoprotein
pada permukaan HIV menempel ke reseptor CD4 pada permukaan sel T pembantu.
Selanjutnya, HIV masuk ke dalam sel T pembantu secara endositosis dan mulai
memperbanyak diri. Kemudian, virus-virus baru keluar dari sel T yang terinfeksi
secara eksositosis atau melisiskan sel.

Jumlah sel T pada orang normal sekitar 1.000 sel/mm3 darah, sedangkan pada
penderita AIDS, jumlah sel T-nya hanya sekitar 200 sel/mm3. Kondisi ini
menyebabkan penderita AIDS mudah terserang berbagai penyakit seperti TBC,
meningitis, kanker darah, dan melemahnya ingatan.

Penderita HIV positif umumnya masih dapat hidup dengan normal dantampak
sehat,tetapi dapat menularkan virus HIV.Penderita AIDS adalah penderitaHIV positif
yang telah menunjukkan gejala penyakit AIDS. Waktu yang dibutuhkan seorang

17
penderita HIV positif untuk menjadi penderita AIDS relatif lama,yaitu antara 5-10
tahun.Bahkan ada penderita HIV positif yang seumur hidupnya tidak menjadi
penderita AIDS.Hal tersebut dikarenakan virus HIV didalam tubuh membutuhkan
waktu untuk menghancurkan sistem kekebalan tubuh penderita. Ketika sistem
kekebalan tubuh sudah hancur, penderita HIV positif akan menunjukkan gejala
penyakit AIDS. Penderita yang telah mengalami gejala AIDS atau penderita AIDS
umumnya hanya mampu bertahan hidup selama dua tahun.

Gejala-gejala penyakit AIDS yaitu :

a. Gangguan pada sistem saraf


b. Penurunan libido
c. Sakit kepala
d. Demam
e. Berkeringat pada malam hari selama berbulan-bulan
f.Diare
g. Terdapat bintik-bintik berwarna hitam atau keunguan pada sekujur tubuh
h. Terdapat banyak bekas luka yang belum sembuh total
i. Terjadi penurunan berat badan secara drastis

Cara penularan virus HIV/AIDS :

a. Hubungan seks dengan penderita HIV/AIDS


b. Pemakaian jarum suntik bersama-sama dengan penderita
c. Transfusi darah yang terinfeksi HIV/AIDS
d. Bayi yang minum ASI penderita HIV/AIDS atau dilahirkan dari seorang ibu
penderita HIV/AIDS

Cara mencegah penularan HIV/AIDS :

a. Menghindari hubungan seks di luar nikah


b. Memakai jarum suntik yang steril
c. Menghindari kontak langsung dengan penderita HIV/AIDS yang terluka
d. Menerima transfusi darah yang tidak terinfeksi HIV/AIDS

18
E. CARA MEMPERTAHANKAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH

1. Nutrisi yang sempurna

Setiap makanan yang kita makan harus mencakup berbagai nutrisi untuk tubuh kita
karena nutrisi dan sistem imun saling berkaitan. Oleh karena itu, penting bagi kita
untuk memakan makanan yang mengandung :

a. Protein

Protein diperlukan untuk menghasilkan immunoglobulin dan berbagai


antibodi. Protein dapat diperoleh dari daging, ikan, telur, dan kacang-kacangan.

b. Vitamin dan mineral

Vitamin dan mineral dapat diperoleh dari berbagai jenis sayuran dan buah.

c. Teh hijau

Teh hijau mengandung antioksidan flavonoid yang dapat membantu


meningkatkan sistem imun. Para ahli sains menemukan bahwa kandungan theanine
pada daun teh dapat membantu sel imun badan dalam melawan bakteri dan virus.

d. Aloevera

Aloevera mengandung zat aktif seperti asam amino dan vitamin yang dapat
membantu badan dalam mengeluarkan toksin, memulihkan jaringan yang terluka, dan
meningkatkan sistem imun badan dengan cepat.

2. Olahraga yang sesuai

Olahraga minimal 15 menit setiap hari secara berkelanjutan dapat


meningkatkan ketahanan tubuh. Olahraga seperti jogging, berenang, berjalan, dan
yoga dapat meningkatkan peredaran darah, menguatkan jantung, dan meningkatkan
sistem imun dalam tubuh.

19
3. Senantiasa gembira dan bijak menangani tekanan

Tekanan psikologi yang berkepanjangan dapat mengganggu mekanisme


sistem imun dalam tubuh. Apabila otak merasa tertekan, otak akan menghasilkan
hormon kortisol yang jika berlebihan akan berdampak negatif bagi sistem kekebalan
tubuh kita

II. SISTEM HEMATOLOGI

A. PENGERTIAN
Hematologi adalah cabang ilmu kesehatan yang mempelajari darah, organ pembentuk
darah dan penyakitnya. Asal katanya dari bahasa Yunani haima artinya darah.

Hematologi secara umum dibagi atas 3 bagian kecil menurut jenis dan grup sel darah
yang dipelajari.

1. Sel darah merah


a. anemia
b. hemoglobinopati
c. bank darah (sel darah merah dan plasma)
2. Sel darah putih
a. leukemia
b. neutropenia
c. kelainan mieloproliferatif
d. sindrom mielodisplasia
e. limfoma dan penyakit limfoproliferatif
f. multimieloma
3. Plasma darah dan pembekuan darah
a. pendarahan dan kelainan pembekuan darah
b. trombosis
c. trombositopenia dan trombositosis

Darah merupakan bagian dari tubuh yang jumlahnya 6 8 % dari berat badan
total. Darah berbentuk cairan yang berwarna merah dan agak kental. Darah merupakan

20
bagian penting dari sistem transport karena darah mengalir ke seluruh tubuh kita dan
berhubungan langsung dengan sel-sel dalam tubuh kita.

B. Fungsi darah
1. Mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-paru.
2. Mengangkut sari makanan yang diserap dari usus halus ke seluruh tubuh.
3. Mengangkut sisa metabolisme menuju alat ekskresi.
4. Berhubungan dengan kekebalan tubuh karena didalamnya terkandung lekosit, antibodi
dan substansi protektif lainnya.
5. Mengangkut ekskresi hormon dari organ yang satu ke organ lainnya.
6. Mengatur keseimbangan air dalam tubuh.
7. Mengatur suhu tubuh.
8. Mengatur keseimbangan tekanan osmotik.
9. Mengatur keseimbangan asam basa tubuh.
10. Mengatur keseimbangan ion-ion dalam tubuh.
C. Komponen darah
1. Bagian korpuskuli (elemen seluler)
a. ErItrosit (sel darah merah)
Merupakan bagian utama dari sel darah. Jumlah pada pria dewasa adalah lima
juta/l darah sedangkan pada wanita empat juta/l darah. Berbentuk bikonkaf, warna
merah disebabkan oleh adanya Hemoglobin. Dihasilkan oleh limpa, hati dan sum-sum
tulang pada tulang pipih. Berusia sekitar 120 hari, sel yang telah tua dihancurkan di
hati dan dirombak menjadi pigmen bilirubin (Pigmen empedu). Fungsi primernya
adalah mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke paru-
paru. Morfologi Mikroskopis Eritrosit dengan Pembesaran objektif 100 kali.
b. Lekosit (sel darah putih)
Jumlah sel pada orang dewasa 6000 9000 sel/l darah. Diproduksi di sum-
sum tulang, limpa dan kelenjar limfe.Terdiri dari beberapa jenis, yaitu :
1). Granulosit : Lekosit yang di dalam sitoplasmanya memiliki granula. Terdiri
dari :
a). Eosinofil: Mengandung granula berwarna merah dan berperan pada reaksi alergi
(terutama infeksi cacing)
b) Basofil : Mengandung granula berwarna biru dan berperan pada reaksi alergi

21
c) Netrofil (Batang dan Segmen) : Disebut juga sel Poly Morpho Nuclear dan
berfungsi sebagai fagosit
2). Agranulosit : Lekosit yang sitoplasmanya tidak memiliki granula. Terdiri dari:
a) Limfosit Berfungsi sebagai sel kekebalan tubuh, yaitu
Limfosit T : Berperan sebagai imunitas seluler
Limfosit B : Berperan sebagai imunitas humoral
b) Monosit yaitu Lekosit dengan ukuran paling besar. Fungsi lekosit ada dua,
yaitu:
1. Fungsi defensip yaitu fungsi untuk mempertahankan tubuh terhadap benda-
benda asing termasuk mikroorganisme penyebab infeksi.
2. Fungsi reparatif yaitu fungsi yang memperbaiki / mencegah terjadinya
kerusakan terutama kerusakan vaskuler / pembuluh darah.
c) Trombosit (keping darah / sel darah pembeku)
Jumlah pada orang dewasa 200.000 500.000 sel/l darah. Bentuknya
tidak teratur dan tidak mempunyai inti. Diproduksi pada sum-sum tulang dan
berperan dalam proses pembekuan darah.

2. Bagian cair (plasma / serum)


a. Plasma adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar
sejumlah darah yang sebelumnya ditambah dengan antikoagulan.
b. Serum adalah cairan berwarna kuning muda yang didapat dengan cara memutar
sejumlah darah yang dibiarkan membeku tanpa penambahan antikoagulan. Serum
komposisinya hampir sama dengan plasma. Perbedaannya adalah pada serum :
a) Tidak mengandung fibrinogen
b) Tidak mengandung faktor pembekuan (faktor II, V dan VIII)
c) Mengandung serotonin tinggi karena adanya perusakan pada platelet
d) Bagian cairan ini terdiri atas 91 % air dan 9 % bahan padat (organik dan
anorganik) dan didalamnya mengandung berbagai macam zat, yaitu:
(1) Golongan karbohidrat contohnya glukosa
(2)Golongan protein contohnya albumin, globulin, fibrinogen
(3)Golongan lemak contohnya kolesterol
(4)Golongan enzim contohnya amilase, transaminase
(5)Golongan hormon contohnya insulin, glukagon
(6)Golongan mineral contohnya zat besi (Fe), kalium (K)
22
(7)Golongan vitamin contohnya vitamin A, vitamin K
(8)Golongan sisa metabolisme contohnya urea, asam urat, kreatinin.
(9)Golongan zat warna contohnya bilirubin

III. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM


IMUN
A. PENGKAJIAN ANAMNESIS
1. Riwayat kesehatan dahulu
Riwayat kesehatan saat ini ( berbagai kejadian yang menunjukan status sistem
imun serta faktor dan kejadian yang mempengaruhi simtem imun )
2. Faktor faktor dan kejadian yang mempengaruhi sistem imun
a. Inpeksi
b. kelainan alergi
c. kelainan autonium
d. penyakit neoplasma
e. keadaan sakit kronis
f. imunisasi
g. penggunaan obat obatan
h. transfusi darah dan faktor lain yang mempengaruhi fungsi hasil pemeriksaan
lab dan diagnostik lainnya.
3. Faktor faktor lain riwayat kebiasaan merokok minum minuman keras
- asupan diet
- tingkat stres
- pemajanan dirumah atau ditempat kerja
4. Riwayat kesejatan infeksi dan status imunisasi

Riwayat kontak dengan penyakit menular. apakah ada tindak lanjut yang
sudah dilakukan? kontak dengan infeksi apa? tanggal dan tipe terapi yang di
dapatkan.

5. Pemeriksaan fisik palpasi, nodul limfatikus, pemeriksaan kulit.


Membran mukosa dan sistem respiratorik, gastrointestinal, urogenital,
kardiovaskuler, neurosensorik.

23
6. Alergi
Riwayat alergi dan bagaimana reaksi alergi, bagaimana tindakan yang biasa
diberikan saat terjadi reaksi alergi?
7. Kelainan autoimun
Banyak kelainan autoimun seperti: seperti lupus, eritrematosis, artritis reumatoid,
psoriasis. Tanyakan keparahan, remisi, eksaserbasi, ketrbatasan fungsional, tanya
therapi yang pernah dan sedang dijalani serta efektivitasnya
8. Penyakit neoplasma
Riwayat kanker dalam keluarga (tipe, awitan, usia, hubungan pasien dengan
anggota keluarga tersebut) riwayat kangker pada pasien (tipe dan tanggal
penegakakan diagnosa, tanggal pemeriksaan skrining dan hasilnya, juga terapi
yang pernah dialami bentuk terapi radiasi, kemothrepi supresi fungsi imun.
9. Sakit kronik dan pembedahan
Riwayat penyakit : diabetes militus, penyrenal, riwayat awitan, beratnya
sakit, therapi yang sedang dijalani, riwayat operasi, pengangkatan limpah, nodul
limpakus, kelenjar timus, riwayat transplantasi organ.
10. Obat-obatan dan transfusi dara
Riwayat penggunaan obat masa lalu
Riwayat pengobatan saat ini (anti biotik, kortikosteroid, obat-obat anastesi,
supresi imun)
Riwayat tranfusi darah satu kali atau lebih penyebab reaksi.

B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan kulit

Periksa kondisi kulit,apakah memberan mukosa ada lesi, dermatitis, urtikaria,


inflamasi dan pengeluaran sceret. Perhatikan tanda- tanda infeksi calor, dolor,
turbor, tumor, functiolaisa, (perubahan fungsi)palpasi kelenjar, limpe serfikal
anterior ,aksilaris ,inguinalis, pembesaran, catat lokasi, ukuran, kosistensi dan
keluhan nyeri tekan.

24
2. Pemeriksaan persendian
Periksa sendi apakah ada nyeri tekan, pembengkakan, dan keterbatasan gerak
3. Pemeriksaan status respiratorik
Observasi frekuensi napas, batuk, sura paru, (respiratori, rettraksi dinding dada
dan lain lain).
4. Status kardiovaskuler
Evaluasi adanya hipotensi, takikardi, aritmia, vaskulitis, dan anemia.
5. Status gastrointestinal
Cekhepatosplenomegali, politus, vomitus, dan diare.
6. Status urogenital
Amati tanda-tanda infeksi(frekuensi, disuria, hematuri, sckeret dari uretra).
7. Status neorosensorik
Gangguan fungsi koknitif, pendengaran, perubahan pisual, sakit kepala, migren,
dan lain- lain.
8. Status nutrisi
Obesitas atau malnutris, kaji pemenuhan nutrisi
9. kaji tingkat stres dan kemampuan atasi tingkat masalah

C. Pemeriksaan laboratorium dan diagnostil untuk system imun :


1.Pemeriksaan darah rutin, feses, urin,serta kimia darah
2. Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap hiva (dengan KOH
10%) dan trikomonas (NaCl 0,9%)
3. Pemeriksaan secret/bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan khusus
4. Pemeriksaan serologic untuk sifilis, frambusia
5. Pemeriksaan dengan sinar wood terhadap infeksi jamur kulit
6. Pemeriksaan terhadap alergi : uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik
7. Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan imunologi adalah : widal, ASTO
(Antistreptolisin O), Rheumatoid, C-reactive protein, Seramoeba, V.D.R.L,
T.P.H.A, R.P.R, Anti HIV, HBsAG, ANTI HBc total, dan IgM Anti-HAV
8. USG, Rontgen.

D. Gangguan atau penyakit imonologi


- Imuno defisiensi(respon imun berkurang)contoh: HIV
- Hipertensintivitas (respon imun berlebihan) contoh: alergi, asma, reaksi transfusi

25
- Penyakit autoimuncontoh : Lupus, HIV/AIDS, Myasthenia gravisdll

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN PADA GANGGUAN SISTEM IMUN


1. Nyeri akut
2. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. Resiko tinggi terhadap infeksi
4. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
5. Intoleransi aktivitas
6. Kerusakan integritas kulit

F. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


keperawatan
1. Nyeri akut NOC NIC
- pain level Pain management
- pain control - lakukan pengkajian nyeri secara
- comfort level komperehensife termasuk lokasi,
kreteria hasil: karakteristik, durasi, frekuensi,
- mampu mengontrol nyeri kualitas dan faktor presipitasi
(tahu penyebab nyeri, - opservasi reaksi nonverbal dari
dan mampu kretidak nyamanan
menggunakan tehnik - gunakan tehnik terapeotik untuk
nonfarmakologi untuk mengetahui pengalaman nyeri
mengurangi nyeri, pasien
mencari bantuan) - kaji kultur yang mempengaruhi
- melaporkan bahwa nyeri respon pasien
berkurang dengan - evaluasi pengalaman nyeri masa
menggunakan lampau
manajemen nyeri. - bantu pasien dan keluarga untuk
- mampu mengenali nyeri mencari dan menemukan
(skala, intensitas, dukungan
frekuensi, dan tanda - kontol lingkungan yang dapat
nyeri) mempengaruhi nyeri seperti suhu
- menyatakan rasa nyaman ruangan, pencahayaan, dan
setelah nyeri berkurang. kebisingan.
- kaji tipe dan sumber nyeri untuk
menentukan enterpensi
- tingkatkan istirahat
- kolaborassi dengan dokter jika ada
keluhan dan tindakan nyeri tidak

26
berhasil

2. Gangguan NOC NIC


pemenuhan - Nutritional status : Nutritian Management
nutrisi kurang Nutritional status : - Kaji adanya alergi makanan
dari kebutuhan food and fluid - Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
tubuh - Intake menentukan jumlah kalori dan nutrisi
Nutritional status : yang di butuhkan pasien
nutrient intake - Anjurka pasien untuk meningkatkan
- Weight control intake Fe
Kriteria Hasil : - Anjurkan klien untuk meningkatkan
- Adanya peningkatan berar protein dan vitamin C
badan sesuai dengan - Monitor jumlah nutrisi dan
tujuan kandungan kalori
- Berat badan ideal sesuai - Berikan informasi tentang kebutuhan
dengan tinggi badan nutrisi
- Mampu mengidentifikasi - Kaji kemampuan pasien untuk
kebutuhan nutrisi mendapatkan nutrisi yang di butuhkan
- Tidak ada tanda tanda
malnutrisi
- Menunjukan pengkatan
fungsi pengecapan dari
menelan
- Tidak terjadi penurunan
berat badan yang berarti
3. Resiko tinggi NOC NIC
terhadap infeksi Infection Control (Kontrol infeksi)
- Immune Status
- Knowledge : Infection - Bersihkan lingkungan setelah dipakai
control pasien lain
- Risk control - Pertahankan teknik isolasi
- Batasi pengunjung bila perlu
Kriteria Hasil: - Instruksikan pada pengunjung untuk
mencuci tangan saat berkunjung dan
- Klien bebas dari tanda dan setelah berkunjung meninggalkan
gejala infeksi pasien
- Mendeskripsikan proses - Gunakan sabun antimikrobia untuk
penularan penyakit, ntibi cuci tangan
yang mempengaruhi - Cuci tangan setiap sebelum dan
penularan serta sesudah tindakan keperawatan
penatalaksanaannya - Gunakan baju, sarung tangan sebagai
- Menunjukkan alat pelindung
kemampuan untuk - Pertahankan lingkungan ntibio
mencegah timbulnya selama pemasangan alat

27
infeksi - Ganti letak IV perifer dan line
- Jumlah leukosit dalam central dan dressing sesuai dengan
batas normal petunjuk umum
- Menunjukkan perilaku - Gunakan kateter intermiten untuk
hidup sehat menurunkan infeksi kandung
kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi ntibiotic bila perlu
- Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit, WBC
- Monitor kerentangan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik ntibio pada
pasien yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada area
epidema
- Inspeksi kulit dan ntibiot mukosa
terhadap kemerahan, panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk minum
ntibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda
dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

4. Ketidakefektifan NOC NIC


bersihan jalan - Respiratory status: Airway suction :
nafas Ventilation - Pastikan kebutuhan oral / tracheal
- Respiratory status : suctioning.
Airway patency - Auskultasi suara nafas sebelum dan
Kriteria Hasil sesudah suctioning
- Mendemonstrasikan batuk - Minta klien nafas dalam sebelum
efektif dan suara nafas suctioning dilakukan
yang bersih, tidak ada - Berikan O2 dengan menggunakan

28
sianosis dan dyspneu nasal untuk memfasilitasi suksion
(mampu mengeluarkan nasotrakeal
sputum, mampu bernafas - Gunakan alat yang steril setiap
dengan muda, tidak ada melakukan tindakan
pursed lips) - Anjurkan pasien untuk dan nafas
- Menunjukan jalan nafas dalam setelah kateter dikeluarkan
yang paten ( klien tidak dari nasotrakeal
merasa tercekik, irama - Monitor status oksigen pasien
nafas, frekuensi nafas - Hentikan suksion dan berikan
dalam rentang normal, oksigen apabila pasien menunjukan
tidak ada suara nafas bradikardi, peningkatan saturasi O2
abnormal)
- Mampu mengidentifikasi
dan memcegah faktor
yang dapat menghambat Airway Management
jalan nafas - Buka jalan nafas, gunakan tehnik chin
lift tau jaw thrust bila perlu
- Posisikan pasien untuk
memaksimalkan ventilasi
- Identivikasi pasien perlunya
pemasangan alat jalan nafas buatan
- Pasang mayo bila perlu
- Lakukan fisioterapi dada bila perlu
- Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
- Auskultasi suara nafas , catat adanya
suara tambahan
- Lakukan suction pada mayo
- Berikan bronkodilator bila perlu
- Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbngan
- monitor respirasi dan status O2.
5. Intoleransi NOC NIC
aktivitas - Joint Movement : Active Exercise therafi : ambulation
- Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum /
- Self Care : ADLs sesudah latihan dan liat respons
- Transfer performance pasien saat latihan
Kriteria Hasil : - konsultasikan dengan terapi fisik
- Klien meningkat dalam tentang rencana ambulasi sesuai
aktivitas fisik dengan kebutuhan
- Mengerti tujuan dari - Bantu klien untuk menggunakan
peningkatan mobilitas tongkat saaat berjalan dan mencegah
- Memverbalisasi prasaan terhadap cidera

29
dalam meningkatkan - Kaji kemampuan pasien dalam
kekuatan dan kemampuan mobilisasi
berpindah - Latih pasien dalam pemenuhan
- Memperagakan kebutuhan ADLs secara mandiri
penggunaan alat sesuai kemampuan
- Bantu untuk mobilisasi ( - Dampingi dan bantu pasien saat
walker ) mobilisasi dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimnana merubah
posisi dan berikan bantuan jika di
perlukan
6. Kerusakan NOC NIC
integritas kulit - Tissue integrity: skin Pressure management
and mucous - anjurankan pasien untuk
- membranes mengguanakan pakaian yang longgar
- hemodyalis akses - hindari kerutan pada tempat tidur
kriteria hasil: - jaga kebersihan kulit agar tetap
- integritas kulit yang baik bersih dan kering
bisa dipertahankan - mobolisasi pasien (ubah posisi
(sensasi, elastisitas, passien) setiap dua ja sekali
temperatur, hidrasi, - monitor kulit akan adanya
pigmentasi) tidak ada luka kemerahan
atau lesi pada kulit - oleskan lation atau minyak/baby oil
- perkusi jaringan baik pada daerah yang tertekan
- menunjukan pemahaman - ]monitor aktivitas dan mobilisasi
dalam proses perbaiakan pasien
kulit dan mmencegah - monitor status nutrisi pasien
terjadinya cidera berulang - memandikan pasien dengan sabun
- mampu melindungi kulit dan air hangat
dan mepertahankan
kelembapan kulit dan
perawatan alami

30
IV. ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM
HEMATOLOGI
A. PENGKAJIAN :

1. Data Subjektif :

a. Riwayat Kesehatan Yang Lalu

Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu dengan interview


apakah pasien menderita: anemia, leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan
liver: hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan limpa

b. Persepsi Sehat-Pola Penanganan Kesehatan

Perawat mengkaji persepsi sehat-pola penanganan kesehatan pasien, apakah


pasien merasakan kekurangan energi/lemah, merokok atau minum alcohol, pernah
menerima transfuse.

Apakah pasien pernah menderita salah satu dari: SLE, leukemia,


myelodisplastik syndrome, infeksi Ebstein-Barr virus, sytomegalovirus, rubella
virus, hepatitis virus (A,B, atau C), infeksi saluran nafas atas, atau bastroenteritis,
infeksi HIV, ketergantungan obat (bila ya, jenis obat-obatan apa yang di
konsumsi), pembedahan, trauma kepala, sakit kepala, pandangan berkunang-
kunang, somnolen, penurunan tingkat kesadaran, perdarahan intracranial.

c. Kesehatan Keluarga

Apakah diantara anggota keluarga ada yang menderita anemia, leukemia,


perdarahan, masalah pembekuan.

d. Pola Metabolisme-Nutrisi

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami kesulitan makan, mengunyah,


menelan, bagaimana selera makan pasein, apakah pasien mengkonsumsi vitamin,
suplemen, zat besi, apakah pasien merasa mual, mengalami muntah, perdarahan,
memar, perubahan kondisi kulit, keringat malam, intoleransi terhadap suhu/iklin
yang dingin, pembengkakan pada lipatan ketiak, leher, lipatan paha.

e. Pola Eliminasi

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami buang air besar berwarna


hitam atau seperti ter, kencing berdarah, urine output berkurang, diare,
menorrhagia, ekimosis, epistaxis.

31
f. Pola Latihan-Aktifitas

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan yang berlebihan,


bernafas pendek-pendek saat istirahat dan/atau saat beraktifitas, mengalami
keterbatasan gerak sendi, gait yang tidak baik, perdarahan dan/atau memar setelah
beraktifitas.

g. Pola Istirahat-Tidur

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami rasa lelahan dan/atau


kelelahan yang lebih dari biasanya, merasa baik setelah beristirahat.

h. Pola Persepsi-Kognitif

Perawat mengkaji apakah pasien mengalami mati rasa, rasa geli, masalah
penglihatan, pendengaran, pengecapan, perubahan fungsi mental, nyeri tulang,
sendi, abdominal, perut kembung, nyeri sendi saat melakukan gerakan, nyeri otot.

i. Pola Konsep-diri-Persepsi-diri

Perawat mengkaji apakah pasien merasa: masalah kesehatannya membuat


perasaan berbeda tentang dirinya sendiri, perubahan fisik yang menyebabkan
distress.

j. Pola Berhubungan-Peran

Perawat mengkaji apakah pasien bekerja pada lingkungan yang kontak


dengan bahan-bahan yang merusak/merugikan, apakah pasien merasakan bahwa
penyakitnya merubah peran dan hubungan dirinya dengan orang lain.

k. Pola Reproduksi-Seksual

Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai masalah hematology yang


menyebabkan masalah seksual, wanita: kapan mens terakhir, siklus normal, berapa
lama mengalami perdarahan tiap siklus, peningkatan pembekuan, volume
mensturasi, pria: mengalami impotensi

l.Pola Toleransi Stres-Koping

Perawat mengkaji apakah pasien mempunyai system dukungan (keluraga,


teman, organisasi, dll) yang dapat menolong, bagaimana strategi koping yang
digunakan selama sakit

m. Pola Keyakinan-Nilai

Perawat mengkaji bagaimana pengetahuan/pendapat pasein tentang


transfuse darah, apakah pasien mempunyai konflik antara rencana terapi dan
sisteem keyakinan-nilai yang di anut.

32
n. Obat-obatan

Perawat mengkaji apakah klien pernah menggunakan obat-obatan:

1) Asam Aminosalisilik (Pamisil, PAS) yang berfungsi sebagai anti tluberkulin:


dapat menyebabkan leukositosis sekunder terhadap hipersensitivitas dan anemia.
2) Amphotericin B (Fungizone) yang berfungsi sebagai anti fungal : dapat
menyebabkan penurunan agregasi platelet, perpanjangan waktu perdarahan.
3) Asam Asetilsalisilik (aspirin) dan aspirin yang mengandung bahan (seperti:
Empirin, Percodan) yang berfungsi sebagai analgesik, antipiretik, antiinflamatori:
dapat menyebabkan anemia, leucopenia.
4) Azathioprine (Imuran) yang berfungsi sebagai immunosuppressi: anemila,
leucopenia, trombositopenia. Carbamazepine (Tegretol) anti kejang: anemila,
leucopenia, trombositopenia. Chloramphenicol (Chloromycetin) antibiotic:
Anemia, neutropenia, trombositopenia.
5) Chlorothiazide (Diuril) yang berfungsi sebagai diuretic: Trombositopenia
(kadang-kadang).
6) Kontrasepsi oral dan diethylstilbestrol yang berfungsi untuk control kelahiran,
gejala menopausal, perdarahan uterin, kanker prostate dan dapat menyebabkan:
Peningkatan factor II, V, VII, VIII, IX, X; peningkatan trombin; penurunan
protrombin dan parsial tromboplastin time (PTT); peningkatan koagulasi dan
pembentukan tromboemboli.
7) Diphenylhydantoin (Dilantin) yang berfungsi sebagai anti kejang, antiaritmia:
anemia.
8) Epinephrine (Adrenalin) yang berfungsi sebagai simpatomimetik dan dapat
menyebabkan: leukositosis.
9) Glucocorticoid (Prednisone) yang berfungsi sebagai antiinflamatori dan dapat
menyebabkan: limphopenia, neutropilia.
10)Isoniazide (INH) yang berfungsi sebagai antituberkulin dan dalpat menyebabkan:
neutropenia.
11)Methyldopa (Aldomet) yang berfungsi sebagai antihipertensi dan dalpat
menyebabkan: anemia hemolitik.
12)Phenacetin (APC, bahan Empirin) yang berfungsi sebagai analgesic, antipiretik
yang dapat menyebabkan: anemia.
13)Phenylbutazone (Butazolidin) yang berfungsi sebagai antiiflamatori yang dapat
menyebabkan: Anemia, leucopenia, neutropenia, trombositopenia.
14)Procaiamide hydrochloride (Pronestyl) yang berfungsi sebagai antiaritmia yang
dapat menyebabkan: agranulositosis.
15)Quinidine sulfate yang berfungsi sebagai antiaritmia yang dapat menyebabkan:
Agranulositosis, anemia, trombositopenia.
16)Trimethoprime-sulfamethoxazole (Bactrim, Septra) yang berfungsi sebagai
antibacterial yang dapat menyebabkan: anemia, leucopenia, neuutropenia,
trombositopenia.

33
17)Agen Antineoplastic yang berfungsi sebagai immunosuppressi, malignansi yang
dapat menyebakan: anemia, leucopenia, trombositopemia.
18)Agen Nonsteroidal Anti-inflammatory yang berfungsi sebagai antiiflamtori,
analgesi, antipiretik yang dapat menyebabkan: inhibisi agregasi platelet.
19)Qinidine atau quinine, obat penguat pada minuman keras, pemberi rasa pahit
pada minuman keras dapat menyebabkan purpura.
20)Heparin untuk antikoagulasi dapat menyebabkan:
trombositopenia/pseudotrombositopenia.

2. Data Objektif

a. Pemeriksaan Fisik

Perawat melakukan pengkajian dengan teknik inspeksi, auskultasi, palpasi dan


perkusi untuk mengidentifikasi apakah terdapat tanda dan gejala sebagai berikut :

1) Kulit.

Kulit akan tampak pucat karena berkurangnya jumlah hemoglobin (anemia);


kemerah-meahan karena menigkatnya jumalah hemoglobin (polisitemia); jaundis
karena penumpukan pigmen empedu yang disebabkan oleh hemolisis yang cepat atau
berlebihan; purpura, peteki, ekkimosis, hematom yang disebabkan oleh defisiensi
hemostatik factor pembeku yang menyebabkan perdarahan di kulit; ekskoriasi dan
pruritus disebabkan oleh garukan pada kulit karena rasa gatal sekunder terhadap
gangguan seperti penyakit Hodgkin dan peningkatan jumlah bilirubin; ulser pada
tungkai disebabkan oleh penyakit sikel sel terutama terjadi pada bagian maleolus
pergelangan kaki; perubahan warna menjadi kecoklatan disebabkan oleh hemosiderin
dan melanin dari eritrosit yang pecah dan deposit zat besi sekunder terhadap transfuse
zat besi yang berlebihan; sianosis disebabkan oleh penurunan hemoglobin;
telengiektasis disebabkan oleh hiperemik spot disebabkan oleh dilatasi kapiler atau
pembuluh darah yang kecil dan angioma kecil dan cendrung mengalmi perdarahan;
angioma disebabkan oleh tumor benigna pada pembuluh darah atau getah bening;
spidernevi disebabkan oleh dilatasi kapiler-kapiler yang tampak seperti sarang laba-
laba, hal ini berhubungan dengan penyakit liver dan peningkatan kadar estrogen pada
kehamilan.

2) Kuku.

Pada bagian kuku akan telihat dan teraba rigid memanjang, datar dan cekung
yang disebabkan oleh anemia defisiensi zat besi yang kronik.

3) Mata.

Bagian-bagian dari mata dapat terlihat jaundis pada sclera yang disebabkan
oleh penumpukan pigmen empedu karena hemolisis yang berlebihan atau cepat; pucat
pada konjungtiva disebabkan karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia);

34
perdarahan pada retina disebabkan oleh trombositopenia dan anemia; dilatasi vena-
vena akibat polisitema.

4) Mulut.

Sekitar mulut akan terlihat pucat karena penurunan jumlah hemoglobin (anemia);
ulserasi gusi dan mukosa karena anemia berat dan neutropenia; infiltrasi pada gusi
(membengkak, kemerahan, perdarahan) disebabkan oleh leukemia ; tekstrur lidah
halus oleh karena anemia pernicious dan deriseinsi zat besi.

5) Kelenjar getah bening.

Teraba lunak karena respon normal terhadap infeksi pada bayi dan anak, adanya invasi
kanker pada orang dewasa, pembesaran akibat infeksi, infiltrasi benda asing, atau
gangguan metabolic terutama lemak.

6) Dada.

Tampak pelebaran mediastinum karena pembesaran nodus lymph; teraba


tenderness/perlunakan pada seluruh bagian sternal karena kondisi leukemia yang
menyebakan erosi tulang; tenderness sternal local karena myeloma multiple akibat dari
peregangan periosteum; terdengar takikardia karena mekanisme kompensatori pada
anemia untuk meningkatkan kardiak output; teraba tekanan pols melebat karena
mekanisme kompensatori pada anemia untuk meningkatkan kardiak output dengan
meningkatkan volume sekuncup; terdengar murmur karena biasanya murmur sistolik
akan mucul pada anemia disebabkan oleh peningkatan jumlah dan kecepatan dari
viskositas rendah melalui katup pulmonik; terdengar bruit (terutama karotis) karena
kecepatan dari viskositas darah yang rendah melalui katub pulmoni; angina pectoris
karena peningkatan aliran darah dengan viskositas rendah melalui pembuluh darah;
hipertensi dan bradikardia karena anemia.

7) Abdomen.

Dari palpasi ditemukan hepatomegali akibat dari leukemia, sirosis atau fibrosis
sekunder terhadap kelebihan zat besi pada sikel sel atau thalasemia; spenomegali karena
leukemia, lymphoma, mononucleosis; dari auskultasi akan terdengar bruit dan rub akibat
infraksi splenik

8) System saraf.

Dari hasil pemerisaan sensasi getar, propriosepsi/posisi, nyeri, sentuhan, getaran


dan reflek tendon ditemukan kerusakan fungsi system saraf karena defisiensi cobalamin
atau penekanan dari saraf oleh massa.

9) Punggung dan ekstremitas.

Pasien mengeluh nyeri punggung, yang merupakan penyebab adalah reaksi


hemolitik akut dari nyeri panggul karena ginjal berperan dalam lproses hemolisis;

35
multiple myeloma dari pembesaran tumor yang meregang periosteum atau kelemahan
jaringan penyokong yang menyebabkan strain ligament dan spasme otot; dan penyakit
sikel sel. Dari inspeksi akan tampak peteki akibat dari tirah baring pada kondisi pasien
yang mengalami trombositopenia. Athralgia yang disebabkan oleh leukemia karena
adanya penyakit pada tulang : sumsum tulang, dan sikel sel dari hemartrosis.Pasien
juga akan mengeluh nyeri tulang akibat invasi sel leukemia ke tulang, demineralisasi
akibat dari hematopoietik dan malignansi yang padat meningkatkan kemungkinan patah
tulang patologi, dan penyakit sikel sel.

b. Laboratorium

1) Hitung Darah Lengkap

Perawat melakukan pengkajian kolaborasi untuk mengetahui apakah pemeriksaan


komponen darah lengkap masih dalam batas normal atau tidak, rinciannya dapat dilihat
dalam table dibawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

Hb Mengukur kapasitas pengangkutan gas Wanita: 12-16 g/dl


oleh sel darah merah (120-160 g/L)

Pria: 13.5-18 g/dl


(135-180 g/L)

Wanita: 38-47 % (38-


Mengukur volume sel dari darah merah 47)
Hct yang diekspresikan sebagai persentasi
dari volume darah total Pria: 40-54 % (40-54)

Hitung jumlah sel darah merah dalam Wanita 4,0-5,0 X 10


sirkulasi pangkat 6/l (4,0-5,0
Total RBC X 10 pangkat 12/L)

Pria: 4,5-6,0 X 10
pangkat 6/l (4,5-6,0
X 10 pangkat 12/L)

36
82-98 fl

Isi sel darah


merah
Membedakan ukuran relative sel darah
MCV (mean merah, kekurangan MCV refleksi dari
corpuscular mikrositosis, penigkatan MCV refleksi
volume) makrositosi

23-33 pg
Mengukur rata-rata berat dari Hb/RBC;
MCH yang rendah indikasi dari
MCH (mean mikrositosis atau hipokromia, MCHC
corpuscular meninggi dari makrositosis
haemoglobin)

Evaluasi saturasi RBC dengan Hb;


32-36% (0,32-0,36)
MCHC rendah indikasi dari hipokromia,
MCHC (mean MCHC tinggi terjadi pada spherocytosis
corpuscular
haemoglobin
concentration)

Mengukur jumlah total leukosit

WBC Membedakan masing-masing bagian sel 4.000-11.000/l (4-11


darah putih, membedakan nilai absolute pangkat 9/L)
WBC dengan mengalikan persentasi tipe sel
dilferensial oleh jumlah total sel darah putih dan Neutropil: 50-70%
membagi dengan 100 (0,50-0,70)

Eusinopil: 2-4% (0,2-


0,4)

Basopil: 0-2% (0-0,2)

Lymposit: 20-40%
(0,20-0,40)

Monosit: 4-8% (0,4-


0,8)
Platelet Mengukur jumlah platelet untuk
mempertahankan fungsi pembekuan
(tidak mengukur kualitas fungsi platelet)
150.000-400.000 /l
(150-400 X 10 pangkat

37
9/L)

2) Pemeriksaan Factor Pembekuan

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif untuk menilai apakah factor


pembekuan dalam batas normal atau tidak, dapat dilihat dalam table dibawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

Jumlah platelet Hitung jumlah dari platelet dalam sirkulasi 15.000-


400.000/l

12-15 sec
Protrhrombin Pengkajian koagulasi ekstrinsik dengan mengukur
time (PT) factor I, II, V, VII, X

International Standarisasi system dari PT berdasarkan referensi 2.0-3.0*


normalized model kalibrasi dan dihitung dengan
ratio (INR) membandingkan PT pasien dengan nilai control

Activated Pengkajian koagulasi inntrinsik dengan mengukur


partial factor I, II, V, VIII, IX, X, XI, XII; memanjang 30-45 sec
thromboplastin bila menggunakan heparin
time (APTT)

Automated
coagulation Evaluasi koagulasi intrinsic; lebih akurat dari
time (ACT) APTT; digunakan selama dialysis, prosedur
bypass arteri koroner, arteriogram
150-180

Thromboplastin
generation test Refleksi dari generasi tromboplastin; bila
(TGT) abnormal, dilakukan tahap kedua untuk

38
mengidentifikasi kehilangan factor koagulasi

Bleeding time <12 sec


(100%)
Mengukur perdarahan insisi kulit yang kecil;
refleksi dari kemampuan konstriksi pembuluh
darah kecil
Thrombin time
1-6 min
Refleksi adekuasi trombin; perpanjangan trombin
time indikasi inadekuat koagulasi sekunder
terhadap penurunan aktifitas trombin

8-12 sec
Fibrinogen
Refleksi dari kadar fibrinogen; peningkatan
fibrinogen kemungkinan mengindikasikan
peningkatan pembentukan fibrin, membuat pasien
hiperkoagulasi; penurunan fibrinogen indikasi dari
kemungkinan pasien risiko perdarahan
200-400
mg/dl (2.0-
Refleksi dari derajad fibrinolisis; refleksi dari 4.0g/L)
kelebihan fibrinolisis dan predisposisi terjadi
Fibrin split perdarahan (bila ada); kemungkinan indikasi dari
products disseminated intravascular coagulation (DIC)

Refleksi dari retraksi pembekuan dari efek test <10mg/L


tube setelah 24 jam; digunakan untuk
mengkonfirmasi masalah platelet
Clot retraction

Refleksi dari integritas kapiler ketika tekanan


positif atau negative dilakukan untuk bagian tubuh
yang berbeda; test positif mengindikasikan
trombositopenia, reaksi vascular toksik 50-100%
Capillary dalam 24 jam
fragility test
(tourniquet test,
Rumpel-Leede
Refleksi dari adanya monomer fibrin (bagian
test)
fibrin setelah elemen polimerisasi dan stabilisasi No peteki
pembekuan); test positif mengindikasikan

39
predisposisi terjadi perdarahan dan kemungkinan atau negative
adanhya DIC
Protamine
sulfate test

Negative

3) Berbagai Pemeriksaan Darah

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif untuk mengetahui berbagai


komponen dalam darah apakah dalam batas normal atau tidak, dapat dilihat pada table
di bawah ini:

Studi Deskripsi dan Tujuan Nilai Normal

ESR Mengukur sedimentasi atau pengendapan Wanita: 1-20 mm


sel darah merah dalam 1 jam. Proses dalam 1 jam
inflamatori menyebabkan perubahan
protein plaslma, menghasilkan agregasi Pria: 1-15 mm
seldarah merah dan membuat mereka dalam 1 jam
bertambah berat. Sedimentasi yang lebih
cepat, ESR meninggi

Mengukur sel darah merah immature,


refleksi dari aktifitas sumsum tulang 0,5-1,5% dari
Jumlah memproduksi sel darah merah jumlah sel darah
Reticulosyte merah

(0,005-0,015 dari
RBC)
Mengukur tingkat hemolisis sel darah
merah atau ketidakmampuan liver untuk
mengekskresikan jumlah normal bilirubin; Total: 0,2-1,3 mg/dl
Billirubin meningginya bilirubin indirek dengan (3,4-22mol/L)
masalah hemolitik
Direct: 0,1-
0,3mg/dl (1,7-5,1

40
mol/L)

Indirect: 0,1-1,0
mg/dl (1,7-17
mol/L)
Refleksi dari jumlah iron dikombinasi
dengan protein dalam serum; akurat
mengindikasikan status penyimpanan iron 50-150 g/dl (9,0-
Iron dan penggunaannya 26,9 mol/L)

Serum
Mengukur persentasi dari saturasi
transferring, protein mengikat iron;
evaluasi jumlah dari iron ekstra yang 250-410 g/dl (45-
dapat di bawa 73 mol/L)

Total iron-
binding Diferensiasi tipe anemia hemolitik; deteksi
capacity dari antibody immune

Coombstest Deteksi dari antibody yang mendekati sel


darah merah
Negative

Deteksi dari antibody dalam serum


Direct

Negative

Indirect
Deteksi bentuk sel darah (megatrombosit)

Morfologi sel Normal


Deteksi factor risiko terinfeksi

Antibody Negative
HIV Deteksi factor risiko

Negative
Antiplatelet Deteksi factor risiko

41
antibody

Deteksi anemia dan trombositopenia Negative

Antinuclear
antibody
Negative

Antiglobulin
test

4) Pemeriksaan Sistem Hematologi

Perawat melakukan pemeriksaan kolaboratif system hematology untuk


mengetahui apakah kondisinya dalam batas normal atau tidak, dapat di lihat pada
table di bawah ini:

Pemeriksaan Deskripsi dan Tujuan Tanggungjawab


Keperawatan

Pemeriksaan Urine Pengukuran menggunakan Mengambil specimen


elektroporetik untuk medeteksi urine
Bence Jones protein adanya protein Bence Jones,
yang dapat terjadi pada kondisi
multiple myeloma, hasil negative
mengindikasikan pasien normal

Radioisotope Radioaktif isotop diinjeksikan


melalui IV. Gambaran dari Tidak ada yang
Scan liver/spleen spesifik
pancaran radioaktif digunakan
untuk mengevaluasi struktur

42
limpa dan liver.

Bone scan Prosedur sama dengan skan Tidak ada yang


limpa, dalam hal ini digunakan spesifik
untuk tujuan evaluasi struktur
tulang

Isotopic Radionuclide digunakan untuk Tidak ada yang

lymphangiography mengkaji kelenjar getah bening spesifik


dan system kelenjar getah
bening. Technetium 99m. teknik
ini lebih invasive dari pada
radiografi lymphangiography

Informasikan
Radiology
Tujuannya adalah untuk kepada psien
Lymphangiograpraphy mengevaluasi nodus lymph tentang apa yang
secara cermat. Radiopaque zat harus di antisipasi.
kontras berupa minyak di Siapkan format
infuskan perlahan ke dalam persetujuan. Kaji
pembuluh lymph melalui jarum sensitifitas terhadap
kecil pada dorsal kaki. iodine. Gerikan
Radioghraph segera diambil dan preparat sedasi, bila
juga pada hari berikutnya di perlukan.
Instruksikan ke
pasien bahwa urine
akan berwarna
kebiruan akibat
pengeluaran zat
konntras melalui
urine selama 1-2
hari.
Informasikan
tentang dapat
mengalami demam,
kelemahan, dan
pegal otot selama

43
12-4 jam. Tanda-
tanda dari emboli
minyak ke dalam
paru-paru (batuk-
batuk, dispnu, nyeri
pleuritik, dan batuk
darah)

Pemeriksaan radiology
noninvasive menggunakan
Computed tomography computer dan sinar x
(CT) mengevaluasi limpa, liver atau Tidak ada yang
nodus lymph spesifik

Prosedur noninvasive
memberikan gambaran sensitive Instruksikan pasien
Magnetic resonance dari jaringan lunak tanpa
untuk melepas benda
imaging (MRI) menggunakan zat kontras. Tanpa dari bahan metal dan
ionisasi radiasi. Teknik ini katakana tanyakan
digunakan untuk mengevaluasi tentang riwayat
limpa, liver, dan nodus lymph pembedahan
pemasangan plate,
atau bahan metal
lainnya.

Dengan teknik mengeluarkan


sumsum tulang melalui area
anestesi local untuk Jelaskan prosedur ke
mengevaluasi status jaringan pasien. Siapkan
Biopsy format persetujuan.
pembentukan darah. Digunakan
Bone marrow untuk mendiagnosa multiple Jelaskan preprosedur
myeloma, semua tipe leukemia, akan diberikan
dan beberapa limpoma dan tumor analgesic untuk
(misalnya tumor payudara). Juga meningkatkan rasa
untuk mengkaji kemanjuran nyaman dan
terapi leukemia koperatif. Lakukan
balutan yang
menekan setelah
prosedur. Kaji
perdarahan di area
biopsy

Tujuan untuk pemeriksaan

44
histology lymph untuk
menentukan diagnosis dan terapi
Jelaskan prosedur ke
pasien. Siapkan
Lymph node biopsy format persetujuan.
Dilakukan saat operasi dengan Gunakan teknik steril
visualisasi langsung pada area saat mengganti
bersangkutan balutan setelah
prosedur. Evaluasi
Open
dengan teliti adanya
komplikasi, terutama
perdarahan dan
Dilakukan di tempat tidur atau
edema
ruang khusus

Closed (needle)

5)Pemeriksaan Golongan Darah

Golongan RBC Serum aglutinin Donor yang Donor yang


aglutinogen tidak dapat
dapat diterima diterima

A A Anti-B A dan O B dan AB

B B Anti-A B dan O A dan AB

AB A dan B --- A, B, AB, dan ---


O
O Donor Anti-A dan anti- A, B, dan
universal B O AB

B. Diagnosa Keperawatan

Mengacu pada hasil pengkajian tersebut, kemungkinan diagnosa keperawatan yang dapat
terjadi pada kondisi pasien dengan gangguan system hematology antara lain sebagai berikut:

1. Intolerasi aktifitas berhubungan dengan kelemahan dan lesu ditandai dengan


sulit/tidak dapat mentoleransi peningkatan aktifitas ( misalnya, pols meningkat,
respirasi rate meningkat saat istirahat dan/atau beraktifitas)
2. Perubahan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia dan
penangnanan ditandai dengan berat badan menurun, serum albumin rendah, kadar besi
menurun, defisiensi vitamin, berat badan lebih rendah dari biasanya

45
3. Nyeri berhubungan dengan perdarahan ke dalam jaringan dan prosedur diagnostic
4. Cemas berhubungan dengan ketakutan akibat kurangnya pengetahuan, proses
penyakit, prosedur diagnostic dan terapi
5. Risiko infeksi berhubungan dengan penurunan neutropil dan perubahan respon
terhadap invasi mikroba dan adanya lingkungan yang pathogen

C. INTERVENSI KEPERAWATAN

NO Diagnosa keperawatan Tujuan dan kriteria hasil Intervensi


1. Intoleransi aktifitas NOC NIC
berhubungan dengan - Joint Movement : Active Exercise therafi : ambulation
kelemahan dan lesu - Mobility Level - Monitoring vital sign sebelum
ditandai dengan - Self Care : ADLs / sesudah latihan dan liat
sulit/tidak dapat - Transfer performance respons pasien saat latihan
mentoleransi Kriteria Hasil : - konsultasikan dengan terapi
peningkatan aktifitas ( - Klien meningkat dalam aktivitas fisik tentang rencana ambulasi
misalnya, pols fisik sesuai dengan kebutuhan
meningkat, respirasi - Mengerti tujuan dari - Bantu klien untuk
rate meningkat saat peningkatan mobilitas menggunakan tongkat saaat
istirahat dan/atau - Memverbalisasi prasaan dalam berjalan dan mencegah
beraktifitas) meningkatkan kekuatan dan terhadap cidera
kemampuan berpindah - Kaji kemampuan pasien dalam
- Memperagakan penggunaan alat mobilisasi
- Bantu untuk mobilisasi (walker - Latih pasien dalam
) pemenuhan kebutuhan ADLs
- secara mandiri sesuai
kemampuan
- Dampingi dan bantu pasien
saat mobilisasi dan bantu
penuhi kebutuhan ADLs ps
- Berikan alat bantu jika klien
memerlukan
- Ajarkan pasien bagaimnana
merubah posisi dan berikan
bantuan jika di perlukan
2. Perubahan nutrisi: NOC NIC
kurang dari kebutuhan - Nutritional status : Nutritian Management
tubuh berhubungan Nutritional status : food and - Kaji adanya alergi makanan

46
dengan anoreksia dan fluid - Kolaborasi dengan ahli gizi
penangnanan ditandai - Intake untuk menentukan jumlah
dengan berat badan Nutritional status : nutrient kalori dan nutrisi yang di
menurun, serum albumin intake butuhkan pasien
rendah, kadar besi - Weight control - Anjurka pasien untuk
menurun, defisiensi Kriteria Hasil : meningkatkan intake Fe
vitamin, berat badan - Adanya peningkatan berar badan - Anjurkan klien untuk
lebih rendah dari sesuai dengan tujuan meningkatkan protein dan
biasanya - Berat badan ideal sesuai dengan vitamin C
tinggi badan - Monitor jumlah nutrisi dan
- Mampu mengidentifikasi kandungan kalori
kebutuhan nutrisi - Berikan informasi tentang
- Tidak ada tanda tanda kebutuhan nutrisi
malnutrisi - Kaji kemampuan pasien untuk
- Menunjukan pengkatan fungsi mendapatkan nutrisi yang di
pengecapan dari menelan butuhkan
- Tidak terjadi penurunan berat
badan yang berarti
3. Nyeri berhubungan NOC NIC
dengan perdarahan ke - pain level Pain management
dalam jaringan dan - pain control - lakukan pengkajian nyeri
prosedur diagnostic - comfort level secara komperehensife
kreteria hasil: termasuk lokasi,
- mampu mengontrol nyeri (tahu karakteristik, durasi,
penyebab nyeri, dan mampu frekuensi, kualitas dan
menggunakan tehnik faktor presipitasi
nonfarmakologi untuk - opservasi reaksi nonverbal
mengurangi nyeri, mencari dari kretidak nyamanan
bantuan) - gunakan tehnik terapeotik
- melaporkan bahwa nyeri untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen - kaji kultur yang
nyeri. mempengaruhi respon
- mampu mengenali nyeri (skala, pasien
intensitas, frekuensi, dan tanda - evaluasi pengalaman nyeri
nyeri) masa lampau
- menyatakan rasa nyaman - bantu pasien dan keluarga
setelah nyeri berkurang. untuk mencari dan
menemukan dukungan
- kontol lingkungan yang
dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan, dan

47
kebisingan.
- kaji tipe dan sumber nyeri
untuk menentukan
enterpensi
- tingkatkan istirahat
- kolaborassi dengan dokter
jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil
4. Cemas berhubungan NOC NIC
dengan ketakutan akibat Anxiety Reduction
kurangnya pengetahuan, - Anxiety self-control (penurunan kecemasan)
- Anxiety level
proses penyakit, prosedur
- Coping - Gunakan pendekatan yang
diagnostic dan terapi
menenangkan
- Nyatakan dengan jelas
Kriteria Hasil : harapan terhadap pelaku
- Klien mampu pasien
mengidentifikasi dan - Jelaskan semua prosedur dan
apa yang dirasakan selama
mengungkapkan gejala
cemas. prosedur
- Mengidentifikasi, - Pahami prespektif pasien
mengungkapkan dan terhadap situasi stress
- Temani pasien untuk
menunjukkan tehnik untuk
mengontol cemas. memberikan keamanan dan
- Vital sign dalam batas mengurangi takut
normal. - Dorong keluarga untuk
menemani anak
- Postur tubuh, ekspresi wajah,
- Lakukan back / neck rub
bahasa tubuh dan tingkat
aktivfitas menunjukkan - Dengarkan dengan penuh
berkurangnya kecemasan. perhatian
- Identifikasi tingkat kecemasan
- Bantu pasien mengenal situasi
yang menimbulkan kecemasan
- Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan,
ketakutan, persepsi
- Instruksikan pasien
menggunakan teknik relaksasi
- Berikan obat untuk
mengurangi kecemasan

5. Risiko infeksi NIC


berhubungan dengan NOC Infection Control (Kontrol
penurunan neutropil dan infeksi)

48
perubahan respon
terhadap invasi mikroba - Immune Status - Bersihkan lingkungan setelah
dan adanya lingkungan - Knowledge : Infection dipakai pasien lain
yang pathogen control - Pertahankan teknik isolasi
- Risk control - Batasi pengunjung bila perlu
- Instruksikan pada pengunjung
Kriteria Hasil: untuk mencuci tangan saat
berkunjung dan setelah
- Klien bebas dari tanda dan berkunjung meninggalkan
gejala infeksi pasien
- Mendeskripsikan proses - Gunakan sabun antimikrobia
penularan penyakit, ntibi yang untuk cuci tangan
mempengaruhi penularan serta - Cuci tangan setiap sebelum
penatalaksanaannya dan sesudah tindakan
- Menunjukkan kemampuan keperawatan
untuk mencegah timbulnya - Gunakan baju, sarung tangan
infeksi sebagai alat pelindung
- Jumlah leukosit dalam batas - Pertahankan lingkungan ntibio
normal selama pemasangan alat
- Menunjukkan perilaku hidup - Ganti letak IV perifer dan line
sehat central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
- Gunakan kateter intermiten
untuk menurunkan infeksi
kandung kencing
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi ntibiotic bila
perlu
- Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan local
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentangan terhadap
infeksi
- Pertahankan teknik ntibio pada
pasien yang beresiko
- Berikan perawatan kulit pada
area epidema
- Inspeksi kulit dan ntibiot
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Inspeksi kondisi luka / insisi

49
bedah
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum ntibiotic sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

50
Sistem kekebalan tubuh ( imunitas ) adalah sistem mekanismepadaorganismeyang
melindungi tubuh terhadap pengaruhbiologis luar dengan mengidentifikasi dan
membunuhpatogen. Sistem imun terbagi dua berdasarkan perolehannya atau
asalnya,yaitu:
1. Sistem imun Non Spesifik (Sistem imun alami)
2. Sistem imun Spesifik (Sistem imun yang didapat/hasil adaptasi)
Imunisasi merupakan salah satu usaha manusia untuk menjadikanindividu kebal.
terhadap suatu penyakit.Imunisasi terbagi 2,yaitu:
a. Imunisasi aktif: Diperoleh karena tubuh secara aktif membuatantibody sendiri.
b. Imunisasi Pasif : kekebalan yang didapat dari pemindahan antibody darisuatu
individu ke individu lainnya.
Beberapa faktor yang mempengaruhi sistem imun tubuh adalah Faktor Keturunan,
Faktor Stres, Faktor Usia, Faktor Hormone, Faktor Nutrisi dan Penyalahgunaan
Antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

1. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis Dan NANDA


NIC NOC. edisi revisi jilit 2.

51
2. Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. (2015). APLIKASI Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.
3. Di ambil pada 19 November 2017 dari http//coc.uc.edu/cater/web
resources/assessment.htm
4. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://heldaupik.blogspot.co.id/2013/11/askep-sistem-hematologi.html
5. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://wijayanti200495.blogspot.co.id/2016/10/makalah-gangguan-sistem-
hematologi.html
6. Di ambil pada 19 November 2017 dari
http://ibnunajib6969.mahasiswa.unimus.ac.id/wp-
content/uploads/sites/438/2016/05/makalah-hematologi..pdf

52

Anda mungkin juga menyukai