Anda di halaman 1dari 12

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas

Makale kecamatan Makale kabupaten Tana Toraja. Wilayah kerja

Puskesmas Makale terdiri dari beberapa kelurahan dan

lembang,dengan batas-batas sebagai berikut :

a. Di sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Sanggalangi.

b. Di sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sangalla.

c. Di sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Mengkendek,

d. Di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Rembon.

Wilayah kecamatan Makale terletak pada elevasi 500m s.d 2.000m di

atas permukaan laut. Keadaan topografi bervariasi mulai dari lembah

sampai bergunung.

2. Tenaga Pelayanan Kesehatan

Pegawai tetap terdapat 80 orang yang terdiri dari:

a. Dokter Umum 1 orang

b. Dokter Gigi 1 orang

c. Perawat 42 orang

d. Bidan 12 orang

e. Kesling 1 orang
f. Gizi 1 orang

g. Bidan Desa/PTT 10 orang

h. Magang 24 orang

3. Analisis Visi dan Misi Puskesmas Makale

a. Visi

Masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan

b. Misi

1) Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui

pemberdayaan masyarakat

2) Melindungi kesehatan masyarakat dengan menjamin

tersedianya upaya kesehatan yang Paripurna, Merata, Bermutu

dan Berkeadilan

3) Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya

Kesehatan

4) Menciptakan tata kelola kepemerintahan yang baik


B. Hasil Penelitian

1. Analisis Univariat

a. Jenis kelamin
Jenis kelamin merupakan masalah kesehatan dapat ditemukan

pada laki-laki dan perempuan, tetapi terkadang ada perbedaan

penyebaran penyakit yang terjadi pada keduanya.

Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di
Puskemas Makale tahun 2014-2016 (n=30)

Jenis kelamin n %

Laki-laki 12 40

Perempuan 18 60

Total 30 100

Sumber : data primer

Berdasarkan tabel 5.1 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 30

responden jenis kelamin perempuan sebanyak 18 responden (60%)

sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 12 responden

(40%).
b. Peran PMO

Tabel 5.2

Distribusi frekuensi peran PMO dengan kepatuhan minum obat


penderita TB di wilayah kerja Puskesmas Makale
tahun 2014-2016 (n=30).

Peran PMO n %

Kurang 2 6,7

Baik 28 93,3

Total 30 100

Sumber: data Primer

Berdasarkan tabel 5.2 diatas dapat disimpulkan bahwa 30 responden

didapatkan 24 responden (85,7%) peran PMO baik, 4 orang (14,3%)

peran PMO kurang.

c. Efek samping obat

Tabel 5.3
Distribusi frekuensi efek samping obat penderita TB Paru di
wilayah Puskesmas Makale tahun 2014-2016 (n=30).
Efek samping obat n %

Berat 4 13.3

Ringan 26 86,7

Total 30 100

Sumber: data primer

Berdasarkan tabel 5.3 di atas diketahui bahwa sebagian besar

responden mempunyai efek samping obat yang ringan yaitu

sebanyak 26 responden (86,7%) dan selebihnya adalah responden


dengan efek samping terhadap obat berat yaitu sebanyak 4

responden (13,3%).

d. Jarak rumah

Tabel 5.4
Distribusi frekuensi jarak rumah penderitaTB Paru di
Wilayah Puskesmas Makale tahun 2014-2016
Jarak rumah n %

Jauh 12 40,0

Dekat 18 60,0

Total 30 100,0

Sumber: Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.4 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 30

responden didapat bahwa jumlah responden yang jarak rumah

dekat 18 responden (60%) sedangkan jumlah responden yang

jarak rumah jauh 12 responden (40%).

Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi kepatuhan berobat Penderita TB Paru
Di wilayah puskesmas Makale tahun 2014-2016
Kepatuhan minum obat n %

Tidak patuh 4 13,3

Patuh 26 86,7

Total 30 100,0

Sumber : Data Primer

Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat disimpulkan bahwa dari 30

responden didapat bahwa jumlah responden yang patuh berobat 26


responden (86,7%) sedangkan jumlah responden yang tidak patuh

berobat 4 responden(13,3%)

2. Analisis Bivariat

a. Hubungan Peran PMO dengan kepatuhan berobat pada pasien TB

Paru di wilayah puskemas Makale

Tabel 5.6
Hubungan Peran PMO dengan Kepatuhan minum obat
Penderita TB Paru di wilayah puskesmas Makale
tahun 2014-2016 (n=30)

Peran Kepatuhan Minum Obat Jumlah


PMO Tidak Patuh Patuh P
n % n % n %
Kurang 0 0,0 2 100,0 2 100,0
1.000
Baik 4 14,3 24 85,7 28 100,0

Total 4 13,3 26 86,7 30 100,0

Sumber Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.6 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 28 responden

dengan peran PMO baik, sebanyak 24 responden 4 (86,7%) patuh

berobat,sebanyak 4 responden (14,3 ) tidak patuh. Dan 2 responden dengan

peran PMO kurang semuanya patuh (100%)patuh berobat.Hasil analisis statistic

dengan uji chi square diperoleh nilai p=1,000 (p>0,05) yang berarti hipotesis

ditolak dan tidak ada hubungan peran PMO dengan kepatuhan minum obat

penderita TB Paru.
b. Hubungan Efek samping obat dengan Kepatuhan berobat pada
Pasien TB Paru
Tabel 5.7
Hubungan Efek Samping Obat Dengan Kepatuhan minum
obat Pada Penderita TB Paru di wilayah puskesmas Makale
tahun 2014-2016 (n=30)

Efek Kepatuhan Minum obat P


Samping Jumlah
Obat

Tidak Patuh Patuh

n % n % n %

Berat 0 0,0 4 100,0 4 100,0


1,000
Ringan 4 15,4 22 84,6 26 100,0

Jumlah 4 13,3 26 86,7 30 100,0

Sumber Data Primer

Berdasarkan Tabel 5.7 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 26 responden

yang mengalami efek samping ringan, sebanyak 22 responden (84,6%) patuh

minum obat, sebanyak 4 responden (15,4%) tidak patuh minum obat. Dari 4

responden yang mengalami efek samping berat sebanyak 4 responden (100%)

patuh berobat. Hasil Analisa Statistik dengan uji square diperoleh nilai

p=1,000 (p>0,05). Yang berarti hipotesis ditolak dan tidak ada hubungan efek

samping obat dengan kepatuhan minum obat penderita TB Paru.


c. Hubungan jarak rumah dengan kepatuhan minum obat pada
Penderita TB Paru

Tabel 5.8
Hubungan Jarak rumah dengan Kepatuhan Minum Obat pada
Penderita TB Paru di wilayah puskesmas Makale
Tahun 2014-2016

Kepatuhan Minum Obat Jumlah


Jarak
rumah
Tidak Patuh Patuh P
N % n % n %

Jauh 1 8,3 11 91,7 12 100,0


0,632
Dekat 3 16,7 15 83,3 18 100,0

Jumlah 4 13,3 26 86,7 30 100,0

Sumber Data Primer


Berdasarkan tabel 5.8 di atas dapat disimpulkan bahwa dari 18 responden

dengan jarak rumah dekat sebanyak 15 responden (83,3%) patuh minum obat,

dan sebanyak 3 responden (16,7%) tidak patuh. Dan 12 responden dengan

jarak rumah jauh sebanyak 11 responden (91,7%) patuh minum obat dan

sebanyak 1 responden (8,3%) tidak patuh minum obat. Hasil Analisis

Statistik dengan uji chi square diperoleh nilai p=0,632 (p>0,05) yang berarti

hipotesis ditolak dan tidak ada hubungan jarak rumah dengan kepatuhan

minum obat pada penderita TB Paru.


C. Pembahasan

1. Hubungan peran PMO dengan kepatuhan minum obat TB Paru di

puskemas Makale tahun 2014-2016

Berdasarkan hasil analisa data dari 30 responden 6,7% yang kurang

sedangkan 93,3% peran PMO baik. Hasil uji chi square diperoleh

p=1,000(>0,05). Jadi tidak ada hubungan antara peran PMO dengan

kepatuhan minum obat. Peran PMO yang baik didukung oleh beberapa

faktor antara lain hubungan PMO dengan pasien dan keterdekatan PMO

dengan pasien. Menurut Amilya (2009) tentang keefektifan peran PMO

dari keluarga dan bukan keluarga dengan kesembuhan penderita TB

Paru. Sedangkan menurut (Djitowiyono & Jamil, 2008), kelanjutan

berobat pasien TB Paru diperlukan pengawasan minum obat. PMO

sangatdiperlukan dalam pengobatan TB Paru. Sedangkan peniliti Idrus

Salim (2002) menyatakan bahwa Peran PMO sangar berpengaruh

terhadap kepatuhan minum obat dan kesembuhan.

2. Hubungan Efek Samping obat dengan kepatuhan minum obat TB

Paru di puskemas Makale tahun 2014-2016

Berdasarkan analisa data dari 30 responden 13,3% yang mempunyai

efek samping yang berat sedangkan 86,7% mempunyai efek samping

yang ringan. Hasil uji chi square di peroleh p=1,000(>0,05). Jadi tidak

ada hubungan antara efek samping obat dengan kepatuhan minum obat.

Menurut Anderson dan Benergi di India menyimpulkan ketidak patuhan

penderita berkaitan dengan diagnosis penyakit TB Paru. Alasan lain


adalah rasa bosan berobat dikarenakan terlalu lama, kurangnya

pangetahuan penderita tentang TB Paru, petugas ksehatan yang tidak

mengigatkan penderita bila lalai pengobatan dan adanya anggapan bahwa

pengobatan yang diberikan kurang baik. Dari hasil penelitian inilah

peneliti berasumsi perlu adanya produk baru yang efek sampingnya

semakin sedikit serta waktu yang diperlukan dalam pengobatan juga

lebih singkat.

3. Hubungan jarak rumah dengan kepatuhan minum obat pada

Penderita TB Paru di puskesmas Makale Tahun 2014-2016

Berdasarkan analisa data dari 30 responden 40% responden yang

mempunyai jarak rumah yang jauh dan sebanyak 60% responden yang

memiliki jarak rumah yang dekat. Hasil uji chi square diperoleh

p=0.632(>0,05). Jadi tidak ada hubungan antara jarak rumah dengan

kepatuhan minum obat. Hal ini sejalan dengan penelitian yang di

arpasien yang berkunjung ke RRJ Hortus Meridicus Tawangmangu lebih

banyak yang berasal dari luar Kabupaten Karananyar. Penelitian

melakukan wawancara kepada beberapa responden dan dari responden

menyatakan bahwa seberapa jauh jarak yang ditempuh untuk

kesembuhan pasien akan dilakukan, artinya jarak bukan merupakan

halangan bagi mereka yang berobat.

Menurut Rosalina (2007) mengatakan bahwa perilaku seseorang atau

masyarakat tentang kesehatan salah satunya ditentukan oleh

ketersediaan fasilitas serta kemudahan untuk mencapainya. Sebagai


contoh seseorang yang tidak mau memberikan pengobatan tentang TB

Paru pada keluarga karena rumahnya jauh dari tempat pelayanan

kesehatan.

Faktor ketidakpatuhan berobat dipengaruhi oleh jarak rumah ke unit

pelayanan kesehatan oleh masyarakat, karena terbiasa meminta

pertolongan pada dukun dengan alasan kemudahan jangkauan pelayanan

yang lebih baik dan biaya yang murah. Hal ini sejalan dengan teori

Roalina (2007) perilaku seseorang atau masyaraka tentang kesehatan

salah satunya ditentukan oleh ketersediaan fasilitas serta kemudahan

untuk mencapainya. Chomisah (2001) melakukan yang penelitian

menunjukkan p=0,876 yang berarti tidak ada hubungan responden yang

berjarak jauh dan responen berjarak dekat dengan kepatuhan minum obat

penderita TB Paru.

D. Keterbatasan

Beberapa keterbatasan yang dialami oleh peneliti selama melaksanakan

penelitian adalah sebagai berikut :

1. Sumber pengetahuan peneliti tentang metodologi penelitian masih sangat

kurang dan penelitian ini merupakan pengalaman peneliti yang pertama.

2. Penelitian dilakukan dengan skala kecil

3. Penelitian ini dilakukan hanya di satu wilayah kerja puskesmas sehingga

hasilnya tidak dapat di genaralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai