Anda di halaman 1dari 6

B.

Teknik Analisis Tingkat Kesukaran


Suatu tes tidakk boleh terlalu mudah, dan juga tidak boleh terlalu sukar. Sebuah item
yang terlalu mudah sehingga dapat dijawab dengan benar oleh semua siswa bukanlah
merupakan item yang baik . begitu pula item yang terlalu sukar sehingga tidak dapat dijawab
oleh semua siswa juga bukan merupakan item yang baik. Jadi item yang baik adalah item
yang mempunyai derajat kesukaran tertentu.[5]
Menurut Witherington dalam bukunya berjudul psychological Education,
mengatakan bahwa sudah atau belum memadainya derajat kesukaran item tes hasil belajar
dapat diketahui dari besar kecilnya angka yang melambangkan tingkat kesulitan dari item
tersebut. Angka yang dapat memberikan petunjuk mengenai tingkat kesukaran item itu
dikenal dengan istilah difficulty index ( angka index kesukaran item), yang dalam dunia
evaluasi hasil belajar umumnya dilambangkan dengan huruf P, yaitu singkatan dari kata
proportion( proporsi =proposa). Dan angka indek kesukaran item itu besarnya berkisar antara
0,00 sampai dengan 1,00. Artinya, angka indek kesukaran itu paling rendah adalah 0,00 dan
paling tinggi adalah 1,00. Angka indek kesukaran sebesar 0,00 ( P= 0,00) merupakan
petunjuk bagi tester bahwa butir item tersebut termasuk dalam katagori item yang terlalu
sukar, sebab di sini seluruh testee tidak dapat menjawab item dengan betul ( yang dapat
menjawab dengan betul =0). Sebaliknya, apabila angka indek kesukaran item itu adalah 1,00
( P= 1,00) hal ini mengandung makna bahwa butir item yang bersangkutan adalah termasuk
dalam katagori item yang terlalu mudah, sebab di sini seluruh testee dapat menjawab dengan
betul butir item yang bersangkutan ( yang dapat menjawab dengan butir = 100%= 100= 1,00
Menurut ketentuan yang sering diikuti, indeks kesukaran sering diklasifikasikan sebagai
berikut:
Soal dengan P 0,00 sampai 0,30 adalah soal sukar
Soal dengan P 0,30 sampai 0,70 adalah soal sedang
Soal dengan P 0,70 sampai 1,00 adalah soal mudah

C. Teknik Analisis Daya Pembeda Item


Daya pembeda (item discriminination) adalah untuk menentukan dapat
tidaknya suatu soal membedakan kelompok dalam aspek yang diukur sesuai dengan
perbedaan yang ada dalam kelomppok itu. Indeks yang digunakan dalam membedakan antara
peserta tes yang berkemampuan tinggi dengan peserta tes yang berkemampuan rendah.
Indeks ini menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan fungsi tes secara
keseluruhan.[9]
Mengetahui daya pembeda item itu penting sekali, sebab salah satu dasar yang
dipegang untuk menyusun butir-butir item tes hasil belajar adalah adanya anggapan, bahwa
kemampuan antara siswa yang satu dengan siswa yang lain itu berbeda-beda, dan bahwa
butir-butir tes hasil belajar itu haruslah mampu memberikan hasil tes yang mencerminkan
adanya perbedaan-perbedaan kemampuan yang terdapat di kalangan siswa tersebut.[10]
Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi,
disingkat D. Seperti halnya indeks kesukaran, indeks diskriminasi (daya pembeda) ini
berkisar antara 0,00 sampai 1,00. Hanya bedanya, indeks kesukaran tidak mengenal tanda
negatif (-), tetapi pada indeks diskriminasi ada tanda negatif.[11]
Daya pembeda item itu dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya
angka indeks diskriminasi item. Angka indeks diskriminasi item adalah sebuah angka yang
menunjukkan besar kecilnya daya pembeda yang dimiliki oleh sebutir item. Daya pembeda
pada dasarnya dihitung atas dasar pembagian siswa ke dalam dua kelompok, yaitu kelompok
atas yakni kelompok yang tergolong pandai, dan kelompok bawah, yaitu kelompok siswa
yang tergolong bodoh. Dalam hubungan ini, jika sebutir item memiliki angka indeks
diskriminasi item dengan tanda positif, hal ini merupakanmpetunjuk bahwa butir item
tersebut telah memiliki daya pembeda, dalam arti bahwa siswa yang termasuk kategori
pandai lebih banyak yang dapat menjawab dengan betul terhadap butir item yang
bersangkutan, sedangkan siswa yang termasuk kategori bodoh lebih banyak yang menjawab
salah.
Jika sebutir item angka indeks diskriminasinya = 0,00 (nihil), maka hal ini
menunjukkan bahwa butir item yang bersangkutan tidak memiliki daya pembeda sama sekali,
dalam arti bahwa jumlah siswa kelompok atas yang jawabannya betul (atau salah) sama
dengan jumlah siswa kelompok bawah yang jawabannya betul. Jadi diantara kedua kelompok
siswa tersebut tidak ada perbedaannya sama sekali, atau perbedaannya sama dengan nol.
Adapun apabila angka indeks diskriminasi item dari sebutir item bertanda negatif,
maka pengertian yang terkandung didalamnya adalah, bahwa butir item yang bersangkutan
lebih banyak dijawab betul oleh siswa kelompok bawah ketimbang siswa kelompok
atas.[12] Dengan demikian ada tiga titik pada daya pembeda yaitu:
Adapun klasifikasi daya pembeda adalah:

Besarnya angka
indeks diskriminasi Klasifikasi interpretasi
item (D)

Butir item yang bersangkutan


daya pembedanya lemah sekali,
Kurang dari 0,20 Poor (jelek)
dianggap tidak memiliki daya
pembeda yang baik

Butir item yang bersangkutan


0,20 0.40 Satisfactory (cukup) telah memiliki daya pembeda
yang cukup (sedang)
Butir item yang bersangkutan
0,40 0,70 Good (baik) telah memiliki daya pembeda
yang baik
Butir item yang bersangkutan
Excellent (sangat
0,70 1,00 telah memiliki daya pembeda
baik)
yang baik sekali

Butir item yang bersangkutan


Bertanda negatif - daya pembedanya negatif (jelek
sekali)[16]

D. Teknik Analisis Fungsi Distraktor


Pada saat membicarakan tentang objektif bentuk multiple choice item telah
dikemukakan bahwa pada tes objektif bentuk multiple choice item tesebut untuk setiap butir
item yang dikeluarkan dalam tes hasil belajar telah dilengkapi dengan beberapa kemungkinan
jawab, atau yang sering dikenal dengan istilah option atau alternatif.
Option atau alternatif itu jumlahnya berkisar antara tiga sampai dengan lima buah, dan
dari kemungkinan-kemungkinan jawab yang terpasang pada setiap butir item itu, salah satu
diantaranya adalah merupakan jawaban betul, sedangkan sisanya adalah merupakan jawaban
salah. Jawaban-jawaban salah itulah yang biasa dikenal dengan istilah distraktor (pengecoh).
Tujuan utama dari pemasangan distraktor pada setiap butir item itu adalah, agar dari
sekian banyak testee yang mengikuti tes hasil belajar ada yang tertarik untuk memilihnya,
sebab mereka menyangka bahwa distraktor yang mereka pilih itu merupakan jawaban betul.
Jadi mereka terkecoh, menganggap bahwa distraktor yang terpasang pada item itu sebagai
kunci jawaban item, padahal bukan. Semakin banyak testee yang terkecoh, maka dapat
dinyatakan bahwa distraktor yang dipasang itu makin dapat menjalankan fungsinya dengan
sebaik-baiknya. Sebaliknya, apabila distraktor yang dipasang pada setiap butir item itu tidak
laku(maksudnya: tidak ada seoangpun dari sekian banyak testee yang merasa tertarik untuk
memilih distraktor tersebut sebagai jawaban betul), maka hal ini mengandung makna bahwa
distraktor tersebut tidak menjalankan fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, distraktor
baru dapat dikatakan telah dapat menjalankan fungsinya dengan baik, apabila distraktor
tersebut telah memiliki daya tarik demikian rupa, sehingga para testee (khususnya yang
termasuk kategori kemampuan rendah) merasa bimbang, dan ragu-ragu sehingga pada
akhirnya mereka menjadi terkecoh untuk memilih distraktor sebagai jawaban betul, sebab
mereka mengira bahwa yang mereka pilih itu kunci jawaban item, padahal bukan.
Menganalisis fungsi distraktor sering dikenal dengan istilah lain, yaitu: menganalisis
pola penyebaran jawaban item. Adapun yang dimaksud pola penyebaran item ialah suatu pola
yang dapat menggambarkan bagaimana testee menentukan pilihan jawabnya terhadap
kemungkinan-kemungkinan jawab yang telah dipasangkan pada setiap butir item.
Suatu kemungkinan dapat terjadi, yaitu bahwa dari keseluruhan alternatif yang
dipasang pada butir item tertentu, samasekali tidak dipilih oleh testee. Dengan kata lain,
testee menyatakan blangko. Pernyataan blangko ini sering dikenal dengan
istilah Oniet dfan biasa diberi lambang dengan huruf O.[17]
Sesuatu distraktor dapat diperlakukan dengan tiga cara:
a. Diterima, karena sudah baik
b. Ditolak, karena tidak baik
c. Ditulis kembali, karena kurang baik
Kekurangannya mungkin hanya terletak pada rumusan kalimatnya sehingga hanya
perlu ditulis kembali, dengan perubahan seperlunya. Menulis soal adalah suatu pekerjaan
sulit, sehingga apabila masih dapat diperbaiki saja, tidak dibuang. Suatu distraktor dapat
dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5% pengikut tes.[18]

Anda mungkin juga menyukai