10.09.2013
Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang.
Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 - 19 tahun adalah sekitar 41
juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini
banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali
yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet
yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai
kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri
maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan
dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan
sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan
rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri,
pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-
awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain
sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka
sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-
image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka
akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.
Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik
pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat
unik dan hebat. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia
sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan
remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka
dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena
mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja.
Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan
lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk
dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan
masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan -
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang risiko
dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang risiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas sosial yang berganti - ganti pasangan dan perilaku
menentang bahaya seperti balapan motor, naik gunung dll. Alasan perilaku yang mengundang risiko ada
bermacam - macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap
hal yang dinilai rendah, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.
Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi
perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi
sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di
masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, maupun perubahan sosial.
Dalam keadaan serba tanggung ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri
(konflik internal), maupun konflik lingkungan sekitarnya (konflik eksternal). Apabila konflik ini tidak
diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di
masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan
mental.
Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu dilakukan pengenalan awal (deteksi dini) perubahan
yang terjadi dan karateristik remaja dengan mengidentifikasi beberapa faktor risiko dan faktor protektif
sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang
baik fisik maupun psikisnya.
Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik,
dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan
penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat
sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang
bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan
lingkungannya.
1. Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).
2. Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
3. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.
Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan
mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya
tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang
memadai.
Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan
kepribadian seorang remaja, yaitu;
1. Faktor risiko
Dapat bersifat individual, konstektual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada
seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.
a. Faktor individu.
1. Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup
nyata, seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya.
2. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa
tertekan. Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan
disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung memicu timbulnya
perilaku risiko tinggi bagi remaja.
b. Faktor psikososial.
1. Keluarga
Ketidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada
orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak
empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan
temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
2. Sekolah
Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak
terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja.
Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha
menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh
seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.
Bullying dapat bersifat (a) fisik seperti, mencubit, memukul, memalak, atau menampar; (b) psikologik
seperti, mengintimidasi, mengabaikan, dan diskriminasi; (c) verbal seperti, memaki, mengejek, dan
memfitnah. Semua kondisi ini merupakan tekanan dan pengalaman traumatis bagi remaja dan seringkali
mempresipitasikan terjadinya gangguan mental bagi remaja
Hazing adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang sudah senior yang
berusaha mengintimidasi kelompok yang lebih junior untuk melakukan berbagai perbuatan yang
memalukan, bahkan tidak jarang kelompok senior ini menyiksa dan melecehkan sehingga menimbulkan
perasaan tidak nyaman baik secara fisik maupun psikik. Perbuatan ini seringkali dilakukan sebagai
prasyarat untuk diterima dalam suatu kelompok tertentu. Ritual hazing ini sudah lama dilakukan sebagai
tradisi dari tahun ke tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang dalam suatu kelompok dan
biasanya hanya berlangsung singkat, namun tidak jarang terjadi perpanjangan sehingga menimbulkan
tekanan bagi remaja yang mengalaminya.
Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berdampak negatif
bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 - 26%. Dalam
penelitian tersebut dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang tidak
percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga angka absebsi menjadi tinggi, dan
kesulitan dalam berkonsetransi di kelas sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang
mereka yang mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan melakukan
tindak bunuh diri.
3. Situasi dan kehidupan Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan
mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan,
pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.
2. Faktor protektif
Faktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai
faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan jiwa tertentu. Rutter
(1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan
respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya.
Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi atau tidaknya
masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental di kemudian hari.
Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja
maka tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang diwarnai oleh;
1. Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan kekurangan dan kelebihan
diri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.
2. Role of anticipation and role of experimentation, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif
tertentu dalam lingkungannya, serta adanya keberanian untuk bereksperimen dengan perannya tersebut
yang tentunya disertai dengan kesadaran akan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.
3. Apprenticeship, yaitu kemauan untuk belajar dari orang lain untuk meningkatkan
kemampuan/keterampilan dalam belajar dan berkarya.
1. Perubahan psikoseksual
Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan
perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh
hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan
terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan lainnya.
Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya
dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini
dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.
Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja.
Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya
berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan dunianya adalah sekolah.
Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di
luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dan lainnya.
Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman
sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman
sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku
antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dan lainnya.
Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi
pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi
merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian, sebagian remaja juga
menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi
perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku
berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.
Menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih
abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan
kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. E. Erikson dalam teori perkembangan
psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap
yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai
belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang
terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu
perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan
tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.
Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai
sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang
merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawab pertanyaan siapakah aku? dan kemanakah tujuan
hidup saya?
Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role
confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan
tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan
kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas
diri di masa remaja ini.
Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila
ads dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil
keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya,
remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu,
mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi
orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi
orangtua sendiri tidak berbuat demikian.
Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan
kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan
memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan
ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang
tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.
Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapkan
dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai
sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan
dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.
Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang
nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut.
Pencegahan
Salah satu usaha pencegahan agar permasalahan remaja tidak menjadi gangguan atau penyimpangan pada
remaja adalah usaha kita untuk dapat melakukan pengenalan awal atau deteksi dini. Beberapa instrumen
skreening sudah banyak dikembangkan untuk melakukan deteksi dini terhadap penyimpangan masalah
psikososial remaja diantaranya adalah The Child Behavior Checklist (CBCL), Pediatric Symptom Checklist
(PSC), the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).
Pediatric symptom checklist adalah alat untuk mendeteksi secara dini kelainan psikososial untuk mengenali
adanya masalah emosional dan perilaku, didalamnya berisi beberapa pertanyaan tentang kondisi-kondisi
perilaku anak yang dikelompokkan dalam 3 masalah yaitu atensi, internalisasi, dan eksternalisasi. Terdapat 2
versi, yaitu PSC-17 yang diisi oleh orang tua untuk anak usia 4-16 tahun dan PSC-35 yang diisi sendiri oleh
remaja (Youth-PSC) untuk remaja usia > 11 tahun.
Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur
segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal
diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah
melakukan tindakan penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat
negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga,
lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan
bangsa dan negara.
Beberapa istilah yang sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat adalah sebagai berikiut:
Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/y yobat yang dapat
menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri sehingga
menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.
NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /ypsikologi seseorang
(pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, ykecerdasan, dan lain-lain
akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.
Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan ypenggunaan obat meskipun
terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna.
Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat yuntuk memperoleh efek positif
atau menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.
Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai ydengan timbulnya toleransi
terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan.
Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang
berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode pencegahan adalah sebagai
berikut:
1. Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.
2. Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut dapat berupa
risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
3. Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko dalam suatu
keluarga yang disfungsional.
Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk memperbaiki mengurangi faktor risiko dan
memperkuat faktor protektif dari individu, keluarga
dan lingkungannya. Faktor risiko mempermudah seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif
membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat. Tugas dari seorang dokter anak adalah mengawasi
terhadap faktor risiko tersebut, mengatasinya atau merujuknya kepada ahli lain. Dengan menggunakan alat
Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener seperti CRAFFT screening test yang cukup
sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko terjadinya penyalahgunaan zat/obat.
Kuesioner CRAFFT
C:Apakah pernah berkendaraan (car) dengan atau tanpa seseorang dalam keadaan mabuk atau setelah
memakai obat-obatan?
R: Apakah minum alkohol atau memakai obat untuk relaks, merasa diri lebih baik (fit in)?
A: Apakah pernah minum alkohol atau memakai obat saat sendirian (alone)?
F: Apakah anda pernah melupakan (forget) hal-hal yg telah anda lakukan selama selama menggunakan
alkohol atau obat-obatan?
F: Apakah keluarga atau teman (friend) anda pernah mengatakan kepada anda untuk menghentikan
kebiasaan minum-minum atau penggunaan obat-obatan?
T: Apakah terlibat masalah (trouble) akibat minum alkohol atau memakai obat?
Bila didapatkan dua atau lebih jawaban ya, maka remaja mempunyai masalah yang serius dalam
penyalahgunaan zat.
Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat
merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yan terus menerus yang dapat
membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu cara pendekatan yang
komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan
jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.
Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas
terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri,
kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat
remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan.
Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah
yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :
Peran Orangtua
Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
Membekali anak dengan dasar moral dan agama
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua - anak
Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
Menjadi tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan yang sehat
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak Hindarkan anak dari NAPZA
Peran Guru
Peran Media
Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)y
Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)y
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas ybiaya khusus untuk remaja
Saat ini masih sedikit klinik khusus kesehatan remaja, sehingga para remaja yang memiliki masalah psikososial
diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater terdekat. Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di
masyarakat bisa dikembangkan untuk mempunyai divisi khusus yang menangani permasalahan remaja.
Pembentukan Klinik Kesehatan Remaja agaknya bisa menjadi solusi mengatasi makin tingginya remaja yang
terkena penyakit infeksi seksual menular dan penyakit lain akibat penyalahgunaan narkoba. Melalui klinik
khusus tersebut, remaja bisa mengungkapkan persoalannya tanpa takut-takut guna dicarikan solusi atas
masalahnya tersebut.
Asmiani Fawziah, Bela Itri Agriani, Istianah, Nofitri Annu Radha, Yohana Linda P.
ABSTRAK
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).
Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka
ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa
menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama
rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan
sesudahnya. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan
berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai
dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu perubahan pada perkembangan perilaku kognitif, sosioemosional,
dan seksual.
PENDAHULUAN
Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).
Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka
ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa
Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Perilaku kognitif merupakan suatu
perilaku remaja yang ditandai dengan bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal
merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan bagaimana remaja berinteraksi dengan
kehidupan sosialnya. Dan perilaku seksual yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut
berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa pubertas. Dimana masa tersebut
Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Itu dinamakan masa
pubertas. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki
ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa
bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat
Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pengontrolan diri dari orang tua, masyarakat
dilingkungan dimana mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan
keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda,
dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin
kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih
banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan
pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi
masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu sebagao
orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya.
MASA REMAJA
Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti
a) Menurut Stanley Hall (1) Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm
and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan
baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing
maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.
b) Menurut Stanley Hall (2) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.
c) Menurut Erikson (3) masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk mencari
d) Menurut Piaget (4), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana
anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama,
Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-
ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah :
MASA PUBERTAS
Pengertian Pubertas
Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi
seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan
berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan
berlangsung dengan cepat. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan
Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja
putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon
seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)
yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone
(LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua
jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating
Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon
tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai
pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai
berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang
berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal
Karakteristik anak puber antara lain: merasa diri sudah dewasa sehingga anak sering membantah atau
menentang, emosi tidak stabil sehingga anak puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur dirinya
sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau genk sehingga mudah
terpengaruh oleh teman sekelompoknya. Anak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan budaya baru yang sering
bertentangan dengan norma masyarakat, serta memiliki rasa keingitahuan yang besar pada hal-hal baru yang
mengakibatkan perilaku coba-coba tanpa didasari dengan informasi yang benar dan jelas (8).
5. Masa negatif
Tahap Pubertas
Dalam tahap pra puber ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.
2. Tahap Puber
Kriteria kematangan seksual mulai muncul, terjadi haid pada anak perempuan dan pengalaman mimpi basah pada anak
laki-laki. Ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks.
3. Tahap Pasca Puber
Ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi secara matang.
Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yakni hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan
besarnya individu dan hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Dalam keadaan
2. Peranan Gonad
Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ seks yakni ciri seks primer bertambah besar dan
fungsinya menjadi matang dan ciri seks sekunder seperti rambut kemaluan mulai berkembang.
Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh
kelenjar pituitary bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan secara
berangsur-angsur dan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi anatar hormon gonadotropik dan gonad
berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu dan berkurang menjelang wanita mendekati menopause
Gonad atau testis yang terletak pada scrotum pada usia 14 tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang.
Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun setelah itu pertumbuhannya menurun. Testis sudah
berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Setelah pertumbuhan testis meningkat maka pertumbuhan penis
meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya kemudian berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau
fungsi organ reproduksi pria sudah matang maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.
Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram. Pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba
falopi, telur-telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunujuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak
b. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.
c. Kelenjar lemak semakin membesar dan menjadi lebh aktif sehingga dapat menimbulakan jerawat. Kelenjar keringat di
d. Otot bertambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu.
f. Benjolan kecil di sekitar susu pria mulai timbul. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik
a. Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak
bawah kulit.
b. Payudara muali berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu
c. Rambut kemaluan timbul. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak.
d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lubang pori-pori bertambah besar.
e. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.
Kelenjar keringat di ketiak mengelurkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.
f. Otot semakin besar dan semakin kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.
Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas
Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)
merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).
Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-
masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka
dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir
Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu
serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman
masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan
kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.
Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten
dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.
Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata,
luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan
keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam
realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka
Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan
sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan
rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.
Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam
kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka
menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau
mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang
direfleksikan (self-image).
Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka
akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin
karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan
Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak
memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak
sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.
Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh
menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya
diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati- diri positif pada
remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan
lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi
masalah itu sebagai seseorang yang baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.
Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik remaja juga memperngaruhi sikap
dan perilaku. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini
lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada
keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik,
guru-guru, dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar akibat
Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian
disebabkan karena remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena
banyak hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada saat remaja
perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa
remaja laki-laki tidak banyak berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perempuan:
Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung secara bertahap. Tidak terjadi secara
serentak dengan kepesatan perkembangan seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan
sama kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih akrab untuk menyesuaikan dirinya.
Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku
yang mengganggu daripada remaja laki-laki. Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-
laki, dan remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.
Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada
kemampuan dan kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain
sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan Dunbar,
Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah
cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan. Remaja yang merasa sulit atau tidak mampu
berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau
berkomunikasi (11)
Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai berikut (12) :
1. Ingin Menyendiri
Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai
kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun,
sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan ekperimen seks melalui
masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa
remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya.
2. Bosan
Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial,
dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang
menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan
3. Inkoordinasi
Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa kikuk dan
janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.
4. Antagonisme sosial
Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara dua
seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa
puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.
Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil
merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih,
mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan
semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu
mengendalikan emosinya.
Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena
daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak
remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.
7. Terlalu sederhana
Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala
penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar
yang buruk.
3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja
a. Berpacaran
Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden
menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga
memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap
perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari
kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi
dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja
memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran
berarti remaja tersebut modern dan tidak kampungan. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu
pendorong (14)
Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada
masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja
memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut memang
sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi
remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah
oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.
Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja
memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak
terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif
terjangkau).
Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja
cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak
dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri akibat
dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya
dan cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.
Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja
berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma.
Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti
remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara
fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama
melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk
melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau
saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan
rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa
memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya (15 )
Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja
kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran
kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa pubertas merupakan masa pertumbuhan tulang-
tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja, dimana ditandai dengan adanya menstruasi
pada wanita dan mimpi basah pada pria yang diikuti oleh cirri-ciri seks sekunder, seperti tumbuhnya rambut pada ketiak
dan kemaluan, pinggul membesar, payudara membesar, suara berubah. Hal tersebut berdampak pada perkembangan
perilaku remaja, baik secara kognitif (operasional formal), sosioemosional (ingin menyendiri, bosan, emosi meningkat),
Saran
Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya, remaja yang mengalami masa pubertas
akan terus mencari identitas diri mereka hingga mereka menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian
identitas diri tersebut yang memerlukan bimbingan agar mereka dapat menemukan identitas diri yang sesuai dengan
dirinya dan norma yang ada. Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan bagaiman perilaku mereka.
Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh keluarga atau lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau
lingkungan di luar sekolah. Bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan norma yang
yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang norma tersebut diharapkan agar remaja dapat
berprilaku sesuai dengan norma yang ada. Sedangkan bimbingan yang dilakukan di sekolah dengan cara memberikan
pelajaran tentang moral, norma dan masa pubertas. Lingkungan di luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku
remaja, karena lingkungan yang baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku yang baik bagi remaja yang ada di
lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA
4. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
5. Laksmiwati, I. A. A. Transformasi Sosial dan Perilaku Reproduksi Remaja ; Available from URL:http://ejournal.unud.ac.id.
6. Putri, R. L., Hadi, C. Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja ; Available from : URL:http://fpsi.unair.ac.id
8. Noviasari, E., Saputri, K. N., Masrurroh, I. N. Mata Pelajaran Pendidikan Reproduksi Remaja dalam Kurikulum SMP untuk
Menghindarkan Remaja dari Tindak Aborsi Akibat Free Seks. 2010. Available from : URL:http://kemahasiswaan.um.ac.id
9. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
11. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
12. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga
13. Monks, Knoers, Hadiyanto, S. R. 1982. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogjakarta : UGM
Press.
14. Harfina, D. S. Perilaku Seksual Remaja dan Tingkat Pendidikan. Kasus di Kota Bengkulu dan Surabaya. Available from :
URL:http://www.katalog.pdii.lipi.go.id.
15. Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, R. T. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX. Jakarta :
Penerbit Kencana.
16. Harfina, D. S. Perilaku Seksual Remaja dan Tingkat Pendidikan. Kasus di Kota Bengkulu dan Surabaya. Available from :
URL:http://www.katalog.pdii.lipi.go.id.
1.
thanks, pencerahannya
Balas
2.
Erlan
Balas
3.
Balas
4.
tq...
Balas
5.
nice share...
Balas
6.
akuahmadjuga suka
Balas
7.
makasih.. saya ikut pakai untuk tugas ya... tidak di publikasikan in syaa Allah
Balas
8.
Terima kasih, membantu sekali bagi saya sebagai orang tua seorang anak remaja
Balas
9.
Balas
10.
kenapa anak-anak lebih banyak pernah berpacaran daripada yang belum berpacaran
Balas
11.
Balas
12.
Balas
Balasan
1.
Balas
13.
ternyata beda pertumbuhan seksual pria dan wanita ya, makasih infonya gan
Balas
14.
vimax asli25 Agustus 2016 21.01
lanjut gan tulis artikel berikutnya yg lbh menarik selalu kami ikuti
Balas
15.
Balas
16.
salam gan, saya ijin bergabung untuk berbagi informasi tentang sebuah alat bantu wanita yang dapat
membantu meningkatkan rangsangan, alat ini lebih dikenal dengan sebutan seks toys.
Balas
17.
nice blog
Balas
18.
Balas
19.
Balas
20.
http://vallenciakangnata.blogspot.com/2017/05/selamat-jalan-kapten-terry.html
situs terpercaya!!!!
joint dan bukti kan sendiri!
Untuk info selengkapnya silahkan hubungi kami di :
website : WWW.PELANGI99,COM
Skype : pelangi_capsa / Pelangi99
BB : 2B3D585E
LINe: pelangi99.com
whatsap:+855 166 75 661
Facebook : Pelangi99
No HP : +855 166 75 661
Yahoo : pelangi99_cs@yahoo.com
Balas
21.
Balas
Cari Tulisan :
GreatLife (22)
GreatMom (3)
GreatMuslimah (24)
GreatPlace (2)
GreatPsychologist (25)
IniCeritaku (27)
islam (27)
NtMS (26)
Psikologi (5)
PsikologiIndustri (2)
PsikologiKlinis (4)
PsikologiLingkungan (2)
PsikologiPendidikan (3)
PsikologiSosial (3)
Psikoterapi (3)
Renungan (9)
Its My Life
2013 (8)
o April (5)
Ali bin Abi Thalib : Ilmu dan Harta
10 Wasiat Imam Hasan Al Banna
A Different Trip (Repost)
Perkembangan Perilaku Remaja Pada Masa Pubertas
Teori Psikoanalisis Sosial : Erich Fromm
o Maret (3)
2012 (79)
2011 (5)
Its My Follower