Anda di halaman 1dari 24

Masalah kesehatan mental emosional remaja

10.09.2013

Sebanyak 29% penduduk dunia terdiri dari remaja, dan 80% diantaranya tinggal di negara berkembang.
Berdasarkan sensus di Indonesia pada tahun 2005, jumlah remaja yang berusia 10 - 19 tahun adalah sekitar 41
juta orang (20% dari jumlah total penduduk Indonesia dalam tahun yang sama). Dalam era globalisasi ini
banyak tantangan yang harus dihadapi oleh para remaja yang tinggal di kota besar di Indonesia, tidak terkecuali
yang tinggal di daerah perdesaan seperti, tuntutan sekolah yang bertambah tinggi, akses komunikasi/internet
yang bebas, dan juga siaran media baik tulis maupun elektronik. Mereka dituntut untuk menghadapi berbagai
kondisi tersebut baik yang positif maupun yang negatif, baik yang datang dari dalam diri mereka sendiri
maupun yang datang dari lingkungannya. Dengan demikian, remaja harus mempunyai berbagai keterampilan
dalam hidup mereka sehingga mereka dapat sukses melalui fase ini dengan optimal.

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan
sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan
rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah
dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis. Dalam hal kesadaran diri,
pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam kesadaran diri mereka (self-
awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain
sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau mengkritik diri mereka
sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan (self-
image). Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka
akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran.

Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik
pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat
unik dan hebat. Pada usia 16 tahun ke atas, keeksentrikan remaja akan berkurang dengan sendirinya jika ia
sering dihadapkan dengan dunia nyata. Pada saat itu, remaja akan mulai sadar bahwa orang lain tenyata
memiliki dunia tersendiri dan tidak selalu sama dengan yang dihadapi atau pun dipikirkannya. Anggapan
remaja bahwa mereka selalu diperhatikan oleh orang lain kemudian menjadi tidak berdasar. Pada saat inilah,
remaja mulai dihadapkan dengan realita dan tantangan untuk menyesuaikan impian dan angan-angan mereka
dengan kenyataan. Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat tidak memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena
mereka tidak sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh menjadi
orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung jawab. Rasa percaya diri dan
rasa tanggung jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati diri positif pada remaja.
Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan
lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana
menghadapi masalah itu sebagai seseorang yang baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk
dicobanya. Remaja akan membayangkan apa yang akan dilakukan oleh para idolanya untuk menyelesaikan
masalah seperti itu. Pemilihan idola ini juga akan menjadi sangat penting bagi remaja. Dari beberapa dimensi
perubahan yang terjadi pada remaja seperti yang telah dijelaskan diatas maka terdapat kemungkinan -
kemungkinan perilaku yang bisa terjadi pada masa ini. Diantaranya adalah perilaku yang mengundang risiko
dan berdampak negatif pada remaja. Perilaku yang mengundang risiko pada masa remaja misalnya seperti
penggunaan alkohol, tembakau dan zat lainnya; aktivitas sosial yang berganti - ganti pasangan dan perilaku
menentang bahaya seperti balapan motor, naik gunung dll. Alasan perilaku yang mengundang risiko ada
bermacam - macam dan berhubungan dengan dinamika fobia balik (conterphobic dynamic), rasa takut dianggap
hal yang dinilai rendah, perlu untuk menegaskan identitas maskulin dan dinamika kelompok seperti tekanan
teman sebaya.

Masa remaja merupakan masa yang kritis dalam siklus perkembangan seseorang. Di masa ini banyak terjadi
perubahan dalam diri seseorang sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja tidak dapat dikatakan lagi
sebagai anak kecil, namun ia juga belum dapat dikatakan sebagai orang dewasa. Hal ini terjadi oleh karena di
masa ini penuh dengan gejolak perubahan baik perubahan biologik, psikologik, maupun perubahan sosial.
Dalam keadaan serba tanggung ini seringkali memicu terjadinya konflik antara remaja dengan dirinya sendiri
(konflik internal), maupun konflik lingkungan sekitarnya (konflik eksternal). Apabila konflik ini tidak
diselesaikan dengan baik maka akan memberikan dampak negatif terhadap perkembangan remaja tersebut di
masa mendatang, terutama terhadap pematangan karakternya dan tidak jarang memicu terjadinya gangguan
mental.

Untuk mencegah terjadinya dampak negatif tersebut, perlu dilakukan pengenalan awal (deteksi dini) perubahan
yang terjadi dan karateristik remaja dengan mengidentifikasi beberapa faktor risiko dan faktor protektif
sehingga remaja dapat melalui periode ini dengan optimal dan ia mampu menjadi individu dewasa yang matang
baik fisik maupun psikisnya.

Perkembangan psikososial pada remaja

Masa remaja adalah masa yang ditandai oleh adanya perkembangan yang pesat dari aspek biologik, psikologik,
dan juga sosialnya. Kondisi ini mengakibatkan terjadinya berbagai disharmonisasi yang membutuhkan
penyeimbangan sehingga remaja dapat mencapai taraf perkembangan psikososial yang matang dan adekuat
sesuai dengan tingkat usianya. Kondisi ini sangat bervariasi antar remaja dan menunjukkan perbedaan yang
bersifat individual, sehingga setiap remaja diharapkan mampu menyesuaikan diri mereka dengan tuntutan
lingkungannya.

Ada tiga faktor yang berperan dalam hal tersebut, yaitu;

1. Faktor individu yaitu kematangan otak dan konstitusi genetik (antara lain temperamen).
2. Faktor pola asuh orangtua di masa anak dan pra-remaja.
3. Faktor lingkungan yaitu kehidupan keluarga, budaya lokal, dan budaya asing.

Setiap remaja sebenarnya memiliki potensi untuk dapat mencapai kematangan kepribadian yang memungkinkan
mereka dapat menghadapi tantangan hidup secara wajar di dalam lingkungannya, namun potensi ini tentunya
tidak akan berkembang dengan optimal jika tidak ditunjang oleh faktor fisik dan faktor lingkungan yang
memadai.

Dengan demikian akan selalu ada faktor risiko dan faktor protektif yang berkaitan dengan pembentukan
kepribadian seorang remaja, yaitu;

1. Faktor risiko

Dapat bersifat individual, konstektual (pengaruh lingkungan), atau yang dihasilkan melalui interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Faktor risiko yang disertai dengan kerentanan psikososial, dan resilience pada
seorang remaja akan memicu terjadinya gangguan emosi dan perilaku yang khas pada seorang remaja.

Faktor risiko dapat berupa;

a. Faktor individu.

1. Faktor genetik/konstitutional; berbagai gangguan mental mempunyai latar belakang genetik yang cukup
nyata, seperti gangguan tingkah laku, gangguan kepribadian, dan gangguan psikologik lainnya.
2. Kurangnya kemampuan keterampilan sosial seperti, menghadapi rasa takut, rendah diri, dan rasa
tertekan. Adanya kepercayaan bahwa perilaku kekerasan adalah perilaku yang dapat diterima, dan
disertai dengan ketidakmampuan menangani rasa marah. Kondisi ini cenderung memicu timbulnya
perilaku risiko tinggi bagi remaja.

b. Faktor psikososial.

1. Keluarga
Ketidakharmonisan antara orangtua, orangtua dengan penyalahgunaan zat, gangguan mental pada
orangtua, ketidakserasian temperamen antara orangtua dan remaja, serta pola asuh orangtua yang tidak
empatetik dan cenderung dominasi, semua kondisi di atas sering memicu timbulnya perilaku agresif dan
temperamen yang sulit pada anak dan remaja.
2. Sekolah
Bullying merupakan salah satu pengaruh yang kuat dari kelompok teman sebaya, serta berdampak
terjadinya kegagalan akademik. Kondisi ini merupakan faktor risiko yang cukup serius bagi remaja.
Bullying atau sering disebut sebagai peer victimization adalah bentuk perilaku pemaksaan atau usaha
menyakiti secara psikologik maupun fisik terhadap seseorang/sekelompok orang yang lebih lemah, oleh
seseorang/sekelompok orang yang lebih kuat.
Bullying dapat bersifat (a) fisik seperti, mencubit, memukul, memalak, atau menampar; (b) psikologik
seperti, mengintimidasi, mengabaikan, dan diskriminasi; (c) verbal seperti, memaki, mengejek, dan
memfitnah. Semua kondisi ini merupakan tekanan dan pengalaman traumatis bagi remaja dan seringkali
mempresipitasikan terjadinya gangguan mental bagi remaja
Hazing adalah kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anggota kelompok yang sudah senior yang
berusaha mengintimidasi kelompok yang lebih junior untuk melakukan berbagai perbuatan yang
memalukan, bahkan tidak jarang kelompok senior ini menyiksa dan melecehkan sehingga menimbulkan
perasaan tidak nyaman baik secara fisik maupun psikik. Perbuatan ini seringkali dilakukan sebagai
prasyarat untuk diterima dalam suatu kelompok tertentu. Ritual hazing ini sudah lama dilakukan sebagai
tradisi dari tahun ke tahun sebagai proses inisiasi penerimaan seseorang dalam suatu kelompok dan
biasanya hanya berlangsung singkat, namun tidak jarang terjadi perpanjangan sehingga menimbulkan
tekanan bagi remaja yang mengalaminya.
Bullying dan hazing merupakan suatu tekanan yang cukup serius bagi remaja dan berdampak negatif
bagi perkembangan remaja. Prevalensi kedua kondisi di atas diperkirakan sekitar 10 - 26%. Dalam
penelitian tersebut dijumpai bahwa siswa yang mengalami bullying menunjukkan perilaku yang tidak
percaya diri, sulit bergaul, merasa takut datang ke sekolah sehingga angka absebsi menjadi tinggi, dan
kesulitan dalam berkonsetransi di kelas sehingga mengakibatkan penurunan prestasi belajar; tidak jarang
mereka yang mengalami bullying maupun hazing yang terus menerus menjadi depresi dan melakukan
tindak bunuh diri.
3. Situasi dan kehidupan Telah terbukti bahwa terdapat hubungan yang erat antara timbulnya gangguan
mental dengan berbagai kondisi kehidupan dan sosial masyarakat tertentu seperti, kemiskinan,
pengangguran, perceraian orangtua, dan adanya penyakit kronik pada remaja.

2. Faktor protektif

Faktor protektif merupakan faktor yang memberikan penjelasan bahwa tidak semua remaja yang mempunyai
faktor risiko akan mengalami masalah perilaku atau emosi, atau mengalami gangguan jiwa tertentu. Rutter
(1985) menjelaskan bahwa faktor protektif merupakan faktor yang memodifikasi, merubah, atau menjadikan
respons seseorang menjadi lebih kuat menghadapi berbagai macam tantangan yang datang dari lingkungannya.
Faktor protektif ini akan berinteraksi dengan faktor risiko dengan hasil akhir berupa terjadi atau tidaknya
masalah perilaku atau emosi, atau gangguan mental di kemudian hari.

Rae G N dkk. mengemukakan berbagai faktor protektif, antara lain adalah:

1. Karakter/watak personal yang positif.


2. Lingkungan keluarga yang suportif.
3. Lingkungan sosial yang berfungsi sebagai sistem pendukung untuk memperkuat upaya penyesuaian diri
remaja.
4. Keterampilan sosial yang baike. Tingkat intelektual yang baik.

Menurut E. Erikson, dengan memperkuat faktor protektif dan menurunkan faktor risiko pada seorang remaja
maka tercapailah kematangan kepribadian dan kemandirian sosial yang diwarnai oleh;

1. Self awareness yang ditandai oleh rasa keyakinan diri serta kesadaran akan kekurangan dan kelebihan
diri dalam konteks hubungan interpersonal yang positif.
2. Role of anticipation and role of experimentation, yaitu dorongan untuk mengantisipasi peran positif
tertentu dalam lingkungannya, serta adanya keberanian untuk bereksperimen dengan perannya tersebut
yang tentunya disertai dengan kesadaran akan kelebihan dan kekurangan yang ada dalam dirinya.
3. Apprenticeship, yaitu kemauan untuk belajar dari orang lain untuk meningkatkan
kemampuan/keterampilan dalam belajar dan berkarya.

Masalah aktual kesehatan mental remaja saat ini

1. Perubahan psikoseksual

Produksi hormon testosteron dan hormon estrogen mempengaruhi fungsi otak, emosi, dorongan seks dan
perilaku remaja. Selain timbulnya dorongan seksual yang merupakan manifestasi langsung dari pengaruh
hormon tersebut, dapat juga terjadi modifikasi dari dorongan seksual itu dan menjelma dalam bentuk pemujaan
terhadap tokoh-tokoh olah raga, musik, penyanyi, bintang film, pahlawan, dan lainnya.

Remaja sangat sensitif terhadap pandangan teman sebaya sehingga ia seringkali membandingkan dirinya
dengan remaja lain yang sebaya, bila dirinya secara jasmani berbeda dengan teman sebayanya maka hal ini
dapat memicu terjadinya perasaan malu atau rendah diri.

2. Pengaruh teman sebaya

Kelompok teman sebaya mempunyai peran dan pengaruh yang besar terhadap kehidupan seorang remaja.
Interaksi sosial dan afiliasi teman sebaya mempunyai peranan yang besar dalam mendorong terbentuknya
berbagai keterampilan sosial. Bagi remaja, rumah adalah landasan dasar sedangkan dunianya adalah sekolah.
Pada fase perkembangan remaja, anak tidak saja mengagumi orangtuanya, tetapi juga mengagumi figur-figur di
luar lingkungan rumah, seperti teman sebaya, guru, orangtua temanya, olahragawan, dan lainnya.

Dengan demikian, bagi remaja hubungan yang terpenting bagi diri mereka selain orangtua adalah teman-teman
sebaya dan seminatnya. Remaja mencoba untuk bersikap independent dari keluarganya akibat peran teman
sebayanya. Di lain pihak, pengaruh dan interaksi teman sebaya juga dapat memicu timbulnya perilaku
antisosial, seperti mencuri, melanggar hak orang lain, serta membolos, dan lainnya.

3. Perilaku berisiko tinggi


Remaja kerap berhubungan berbagai perilaku berisiko tinggi sebagai bentuk dari identitas diri. 80% dari remaja
berusia 11-15 tahun dikatakan pernah menunjukkan perilaku berisiko tinggi minimal satu kali dalam periode
tersebut, seperti berkelakuan buruk di sekolah, penyalahgunaan zat, serta perilaku antisosial (mencuri,
berkelahi, atau bolos) dan 50% remaja tersebut juga menunjukkan adanya perilaku berisiko tinggi lainnya
seperti mengemudi dalam keadaan mabuk, melakukan hubungan seksual tanpa kontrasepsi, dan perilaku
criminal yang bersifat minor. Dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa 50% remaja pernah menggunakan
marijuana, 65% remaja merokok, dan 82% pernah mencoba menggunakan alkohol.

Dengan melakukan perbuatan tersebut, mereka mengatakan bahwa mereka merasa lebih dapat diterima, menjadi
pusat perhatian oleh kelompok sebayanya, dan mengatakan bahwa melakukan perilaku berisiko tinggi
merupakan kondisi yang mendatangkan rasa kenikmatan (fun). Walaupun demikian, sebagian remaja juga
menyatakan bahwa melakukan perbuatan yang berisiko sebenarnya merupakan cara mereka untuk mengurangi
perasaan tidak nyaman dalam diri mereka atau mengurangi rasa ketegangan. Dalam beberapa kasus perilaku
berisiko tinggi ini berlanjut hingga individu mencapai usia dewasa.

4. Kegagalan pembentukan identitas diri

Menurut J. Piaget, awal masa remaja terjadi transformasi kognitif yang besar menuju cara berpikir yang lebih
abstrak, konseptual, dan berorientasi ke masa depan (future oriented). Remaja mulai menunjukkan minat dan
kemampuan di bidang tulisan, seni, musik, olah raga, dan keagamaan. E. Erikson dalam teori perkembangan
psikososialnya menyatakan bahwa tugas utama di masa remaja adalah membentuk identitas diri yang mantap
yang didefinisikan sebagai kesadaran akan diri sendiri serta tujuan hidup yang lebih terarah. Mereka mulai
belajar dan menyerap semua masalah yang ada dalam lingkungannya dan mulai menentukan pilihan yang
terbaik untuk mereka seperti teman, minat, atau pun sekolah. Di lain pihak, kondisi ini justru seringkali memicu
perseteruan dengan orangtua atau lingkungan yang tidak mengerti makna perkembangan di masa remaja dan
tetap merasa bahwa mereka belum mampu serta memperlakukan mereka seperti anak yang lebih kecil.

Secara perlahan, remaja mulai mencampurkan nilai-nilai moral yang beragam yang berasal dari berbagai
sumber ke dalam nilai moral yang mereka anut, dengan demikian terbentuklah superego yang khas yang
merupakan ciri khas bagi remaja tersebut sehingga terjawab pertanyaan siapakah aku? dan kemanakah tujuan
hidup saya?

Bila terjadi kegagalan atau gangguan proses identitas diri ini maka terbentuk kondisi kebingungan peran (role
confusion). Role confusion ini sering dinyatakan dalam bentuk negativisme seperti, menentang dan perasaan
tidak percaya akan kemampuan diri sendiri. Negativisme ini merupakan suatu cara untuk mengekspresikan
kemarahan akibat perasaan diri yang tidak adekuat akibat dari gangguan dalam proses pembentukan identitas
diri di masa remaja ini.

5. Gangguan perkembangan moral

Moralitas adalah suatu konformitas terhadap standar, hak, dan kewajiban yang diterima secara bersama, apabila
ads dua standar yang secara sosial diterima bersama tetapi saling konflik maka umumnya remaja mengambil
keputusan untuk memilih apa yang sesuai berdasarkan hati nuraninya. Dalam pembentukan moralitasnya,
remaja mengambil nilai etika dari orangtua dan agama dalam upaya mengendalikan perilakunya. Selain itu,
mereka juga mengambil nilai apa yang terbaik bagi masyarakat pada umumnya. Dengan demikian, penting bagi
orangtua untuk memberi suri teladan yang baik dan bukan hanya menuntut remaja berperilaku baik, tetapi
orangtua sendiri tidak berbuat demikian.

Secara moral, seseorang wajib menuruti standar moral yang ada namun sebatas bila hal itu tidak mebahayakan
kesehatan, bersifat manusiawi, serta berlandaskan hak asasi manusia. Dengan berakhirnya masa remaja dan
memasuki usia dewasa, terbentuklah suatu konsep moralitas yang mantap dalam diri remaja. Jika pembentukan
ini terganggu maka remaja dapat menunjukkan berbagai pola perilaku antisosial dan perilaku menentang yang
tentunya mengganggu interaksi remaja tersebut dengan lingkungannya, serta dapat memicu berbagai konflik.

6. Stres di masa remaja

Banyak hal dan kondisi yang dapat menimbulkan tekanan (stres) dalam masa remaja. Mereka berhadapkan
dengan berbagai perubahan yang sedang terjadi dalam dirinya maupun target perkembangan yang harus dicapai
sesuai dengan usianya. Di pihak lain, mereka juga berhadapan dengan berbagai tantangan yang berkaitan
dengan pubertas, perubahan peran sosial, dan lingkungan dalam usaha untuk mencapai kemandirian.

Tantangan ini tentunya berpotensi untuk menimbulkan masalah perilaku dan memicu timbulnya tekanan yang
nyata dalam kehidupan remaja jika mereka tidak mampu mengatasi kondisi tantangan tersebut.

Pencegahan
Salah satu usaha pencegahan agar permasalahan remaja tidak menjadi gangguan atau penyimpangan pada
remaja adalah usaha kita untuk dapat melakukan pengenalan awal atau deteksi dini. Beberapa instrumen
skreening sudah banyak dikembangkan untuk melakukan deteksi dini terhadap penyimpangan masalah
psikososial remaja diantaranya adalah The Child Behavior Checklist (CBCL), Pediatric Symptom Checklist
(PSC), the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ).

Pediatric symptom checklist adalah alat untuk mendeteksi secara dini kelainan psikososial untuk mengenali
adanya masalah emosional dan perilaku, didalamnya berisi beberapa pertanyaan tentang kondisi-kondisi
perilaku anak yang dikelompokkan dalam 3 masalah yaitu atensi, internalisasi, dan eksternalisasi. Terdapat 2
versi, yaitu PSC-17 yang diisi oleh orang tua untuk anak usia 4-16 tahun dan PSC-35 yang diisi sendiri oleh
remaja (Youth-PSC) untuk remaja usia > 11 tahun.

Remaja cenderung energetik, selalu ingin tahu, emosi yang tidak stabil, cenderung berontak dan mengukur
segalanya dengan ukurannya sendiri dengan cara berfikir yang tidak logis. Kadang remaja melakukan hal-hal
diluar norma untuk mendapatkan pengakuan tentang keberadaan dirinya dimasyarakat, salah satunya adalah
melakukan tindakan penyalahgunaan obat/zat. Ditinjau dari aspek sosial, masalah ini bukan hanya berakibat
negatif terhadap diri penyandang masalah saja, melainkan membawa dampak juga terhadap keluarga,
lingkungan sosial, lingkungan masyarakatnya, bahkan dapat mengancam dan membahayakan masa depan
bangsa dan negara.

Beberapa istilah yang sering dikaitkan dengan penyalahgunaan obat adalah sebagai berikiut:

Penyalahgunaan zat atau bahan lainnya (NAPZA) yaitu penggunaan zat/y yobat yang dapat
menyebabkan ketergantungan dan efek non-terapeutik atau non-medis pada individu sendiri sehingga
menimbulkan masalah pada kesehatan fisik / mental, atau kesejahteraan orang lain.
NAPZA adalah bahan/zat yang dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan /ypsikologi seseorang
(pikiran,perasaan, perilaku) serta dapat menimbulkan ketergantungan fisik dan psikologi.
Intoksikasi obat adalah perubahan fungsi-fungsi fisiologis, psikologis, emosi, ykecerdasan, dan lain-lain
akibat penggunaan dosis obat yang berlebihan.
Adiksi obat adalah gangguan kronis yang ditandai dengan peningkatan ypenggunaan obat meskipun
terjadi kerusakan fisik, psikologis maupun sosial pada pengguna.
Ketergantungan psikologis adalah keinginan untuk mengkonsumsi obat yuntuk memperoleh efek positif
atau menghindari efek negatif akibat tidak mengkonsumsinya.
Ketergantungan fisik adalah adaptasi fisiologis terhadap obat yang ditandai ydengan timbulnya toleransi
terhadap efek obat dan sindroma putus obat bila dihentikan.

Tidak ada metode pencegahan yang sempurna, yang dapat diterapkan untuk seluruh populasi. Populasi yang
berbeda memerlukan tindakan pencegahan yang berbeda pula. Pembagian metode pencegahan adalah sebagai
berikut:

1. Pencegahan universal, ditujukan untuk populasi umum baik untuk keluarga maupun anak.
2. Pencegahan selektif, ditujukan bagi keluarga dan anak dengan risiko tinggi. Risiko tersebut dapat berupa
risiko demografis, lingkungan psiko-sosial dan biologis.
3. Pencegahan terindikasi, ditujukan terhadap kasus yang mengalami berbagai faktor risiko dalam suatu
keluarga yang disfungsional.

Semua upaya pencegahan pada umumnya ditujukan untuk memperbaiki mengurangi faktor risiko dan
memperkuat faktor protektif dari individu, keluarga
dan lingkungannya. Faktor risiko mempermudah seseorang untuk menjadi pengguna sedangkan faktor protektif
membuat seseorang cenderung tidak menggunakan obat. Tugas dari seorang dokter anak adalah mengawasi
terhadap faktor risiko tersebut, mengatasinya atau merujuknya kepada ahli lain. Dengan menggunakan alat
Skrining penyalahgunaan zat pada remaja dalam bentuk kuesener seperti CRAFFT screening test yang cukup
sederhana dan relevan dapat untuk mengenali risiko terjadinya penyalahgunaan zat/obat.

Kuesioner CRAFFT

C:Apakah pernah berkendaraan (car) dengan atau tanpa seseorang dalam keadaan mabuk atau setelah
memakai obat-obatan?
R: Apakah minum alkohol atau memakai obat untuk relaks, merasa diri lebih baik (fit in)?
A: Apakah pernah minum alkohol atau memakai obat saat sendirian (alone)?
F: Apakah anda pernah melupakan (forget) hal-hal yg telah anda lakukan selama selama menggunakan
alkohol atau obat-obatan?
F: Apakah keluarga atau teman (friend) anda pernah mengatakan kepada anda untuk menghentikan
kebiasaan minum-minum atau penggunaan obat-obatan?
T: Apakah terlibat masalah (trouble) akibat minum alkohol atau memakai obat?
Bila didapatkan dua atau lebih jawaban ya, maka remaja mempunyai masalah yang serius dalam
penyalahgunaan zat.

Peran Orang Tua Dan Lingkungan

Perilaku berisiko tinggi yang dilakukan remaja perlu dicermati dengan bijaksana karena di satu pihak dapat
merupakan perilaku sesaat tapi juga dapat pula merupakan pola perilaku yan terus menerus yang dapat
membahayakan diri, orang lain maupun lingkungan. Untuk itu diperlukan suatu cara pendekatan yang
komprehensif dari semua pihak baik orang tua, guru maupun masyarakat sekitar agar memahami perkembangan
jiwa remaja dengan harapan masalah remaja dapat tertanggulangi.

Selain ketiga masalah psikososial yang sering terjadi pada remaja seperti yang disebutkan dan dibahas diatas
terdapat pula masalah masalah lain pada remaja seperti tawuran, kenakalan remaja, kecemasan, menarik diri,
kesulitan belajar, depresi dll. Semua masalah tersebut perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak mengingat
remaja merupakan calon penerus generasi bangsa. Ditangan remajalah masa depan bangsa ini digantungkan.

Terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan dalam upaya untuk mencegah semakin meningkatnya masalah
yang terjadi pada remaja, yaitu antara lain :

Peran Orangtua

Menanamkan pola asuh yang baik pada anak sejak prenatal dan balita
Membekali anak dengan dasar moral dan agama
Mengerti komunikasi yang baik dan efektif antara orangtua - anak
Menjalin kerjasama yang baik dengan guru
Menjadi tokoh panutan dalam perilaku maupun menjaga lingkungan yang sehat
Menerapkan disiplin yang konsisten pada anak Hindarkan anak dari NAPZA

Peran Sebagai Pendidik


Orang tua hendaknya menyadari banyak tentang perubahan fisik maupun psikis yang akan dialami remaja.
Untuk itu orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan kepada anak. Nilai-nilai agama yang ditanamkan
orang tua kepada anaknya sejak dini merupakan bekal dan benteng mereka untuk menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi. Agar kelak remaja dapat membentuk rencana hidup mandiri, disiplin dan bertanggung
jawab, orang tua perlu menanamkan arti penting dari pendidikan dan ilmu pengetahuan yang mereka dapatkan
di sekolah, di luar sekolah serta di dalam keluarga.

Peran Sebagai Pendorong


Menghadapi masa peralihan menuju dewasa, remaja sering membutuhkan dorongan dari orang tua. Terutama
saat mengalami kegagalan yang mampu menyurutkan semangat mereka. Pada saat itu, orang tua perlu
menanamkan keberanian dan rasa percaya diri remaja dalam menghadapi masalah, serta tidak gampang
menyerah dari kesulitan.

Peran Sebagai Panutan


Remaja memerlukan model panutan di lingkungannya. Orang tua perlu memberikan contoh dan teladan, baik
dalam menjalankan nilai-nilai agama maupun norma yang berlaku di masyarakat. Peran orang tua yang baik
akan mempengaruhi kepribadian remaja.

Peran Sebagai Pengawas


Menjadi kewajiban bagi orang tua untuk melihat dan mengawasi sikap dan perilaku remaja agar tidak
terjerumus ke dalam pergaulan yang membawanya ke dalam kenakalan remaja dan tindakan yang merugikan
diri sendiri. Namun demikian hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap penuh curiga,
justru akan menciptakan jarak antara anak dan orang tua, serta kehilangan kesempatan untuk melakukan dialog
terbuka dengan anak dan remaja.

Peran Sebagai Teman


Menghadapi remaja yang telah memasuki masa akil balig, orang tua perlu lebih sabar dan mau mengerti tentang
perubahan pada remaja. Perlu menciptakan dialog yang hangat dan akrab, jauh dari ketegangan atau ucapan
yang disertai cercaan. Hanya bila remaja merasa aman dan terlindung, orang tua dapat menjadi sumber
informasi, serta teman yang dapat diajak bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah mereka.

Peran Sebagai Konselor


Peran orang tua sangat penting dalam mendampingi remaja, ketika menghadapi masa-masa sulit dalam
mengambil keputusan bagi dirinya. Orang tua dapat memberikan gambaran dan pertimbangan nilai yang positif
dan negatif , sehingga mereka mampu belajar mengambil keputusan terbaik. Selain itu orang tua juga perlu
memiliki kesabaran tinggi serta kesiapan mental yang kuat menghadapi segala tingkah laku mereka, terlebih
lagi seandainya remaja sudah melakukan hal yang tidak diinginkan. Sebagai konselor, orang tua dituntut untuk
tidak menghakimi, tetapi dengan jiwa besar justru harus merangkul remaja yang bermasalah tersebut.
Peran Sebagai Komunikator.
Suasana harmonis dan saling memahami antara orang tua dan remaja, dapat menciptakan komunikasi yang baik.
Orang tua perlu membicarakan segala topik secara terbuka tetapi arif. Menciptakan rasa aman dan telindung
untuk memberanikan anak dalam menerima uluran tangan orang tua secara terbuka dan membicarakan
masalahnya. Artinya tidak menghardik anak.

Peran Guru

Bersahabat dengan siswa


Menciptakan kondisi sekolah yang nyaman
Memberikan keleluasaan siswa untuk mengekspresikan diri pada kegiatan ekstrakurikuler
Menyediakan sarana dan prasarana bermain dan olahraga
Meningkatkan peran dan pemberdayaan guru BP
Meningkatkan disiplin sekolah dan sangsi yang tegas
Meningkatkan kerjasama dengan orangtua, sesama guru dan sekolah lain
Meningkatkan keamanan terpadu sekolah bekerjasama dengan Polsek setempa
Mengadakan kompetisi sehat, seni budaya dan olahraga antar sekolah
Menciptakan kondisi sekolah yang memungkinkan anak berkembang secara sehat adalah hal fisik,
mental, spiritual dan sosial
Meningkatkan deteksi dini penyalahgunaan NAPZA

Peran Pemerintah dan masyarakat

Menghidupkan kembali kurikulum budi pekerti


Menyediakan sarana/prasarana yang dapat menampung agresifitas anak melalui olahraga dan bermain
Menegakkan hukum, sangsi dan disiplin yang tegas
Memberikan keteladanan
Menanggulangi NAPZA, dengan menerapkan peraturan dan hukumnya secara tegas
Lokasi sekolah dijauhkan dari pusat perbelanjaan dan pusat hiburan

Peran Media

Sajikan tayangan atau berita tanpa kekerasan (jam tayang sesaui usia)y
Sampaikan berita dengan kalimat benar dan tepat (tidak provokatif)y
Adanya rubrik khusus dalam media masa (cetak, elektronik) yang bebas ybiaya khusus untuk remaja

Saat ini masih sedikit klinik khusus kesehatan remaja, sehingga para remaja yang memiliki masalah psikososial
diperiksakan kepada dokter ahli jiwa psiakater terdekat. Peran Puskesmas yang kini sudah mengakar di
masyarakat bisa dikembangkan untuk mempunyai divisi khusus yang menangani permasalahan remaja.

Pembentukan Klinik Kesehatan Remaja agaknya bisa menjadi solusi mengatasi makin tingginya remaja yang
terkena penyakit infeksi seksual menular dan penyakit lain akibat penyalahgunaan narkoba. Melalui klinik
khusus tersebut, remaja bisa mengungkapkan persoalannya tanpa takut-takut guna dicarikan solusi atas
masalahnya tersebut.

Penulis : Satgas Remaja IDAI

Sumber : Buku Bunga Rampai Keseharan Remaja


Perkembangan Perilaku Remaja Pada Masa Pubertas

PERKEMBANGAN PERILAKU REMAJA PADA MASA PUBERTAS

Asmiani Fawziah, Bela Itri Agriani, Istianah, Nofitri Annu Radha, Yohana Linda P.

Program Studi Psikologi Fakultas Kedokteran

Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).

Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka

ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa

menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik. Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama

rentang kehidupan, masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan

sesudahnya. Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi

seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan

berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai

dengan perubahan-perubahan akibat pubertas yaitu perubahan pada perkembangan perilaku kognitif, sosioemosional,

dan seksual.

Kata kunci : perilaku, remaja, pubertas

PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm and Stress).

Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan baik maka

ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa

menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

Perilaku remaja terdiri dari perilaku kognitif, sosioemosional, dan seksual. Perilaku kognitif merupakan suatu

perilaku remaja yang ditandai dengan bagaimana pola berpikir dari remaja itu. Sedangkan perilaku sosioemosianal

merupakan suatu perilaku yang erat kaitannya dengan emosi remaja dan bagaimana remaja berinteraksi dengan
kehidupan sosialnya. Dan perilaku seksual yakni suatu perilaku yang berkaitan erat dengan bagaimana remaja tersebut

berpacaran. Perilaku-perilaku tersebut tentunya berkaitan erat dengan masa pubertas. Dimana masa tersebut

merupakan masa tumbuh kembang yang dialami oleh semua remaja.

Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan berlangsung dengan cepat. Itu dinamakan masa

pubertas. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan pada laki-laki

ditandai dengan mimpi basah. Kini, dikenal adanya pubertas dini pada remaja. Penyebab pubertas dini ialah bahwa

bahan kimia DDT sendiri, DDE, mempunyai efek yang mirip dengan hormon estrogen. Hormon ini diketahui sangat

berperan dalam mengatur perkembangan seks wanita.

Pada masa pubertas itulah perkembangan remaja perlu adanya pengontrolan diri dari orang tua, masyarakat

dilingkungan dimana mereka berada. Karena pada masa itu remaja merasa semakin mampu dalam pengambilan

keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda,

dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak. Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin

kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata, luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih

banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan

pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam realitas yang menjadi masalah adalah prientasi

masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka pilihan-pilihan yang memadai. Untuk itu sebagao

orang tua, dan masyarakat harus mengenal remaja itu pada tingkat perkembangan dalam masa pubertasnya.

MASA REMAJA

Pengertian Masa Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti

remaja) yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa.

a) Menurut Stanley Hall (1) Masa remaja merupakan masa dimana dianggap sebagai masa topan badai dan stress (Storm

and Stress). Karena mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah dengan

baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggungjawab, tetapi kalau tidak terbimbing

maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki masa depan dengan baik.

b) Menurut Stanley Hall (2) usia remaja antara 12 sampai usia 23 tahun.

c) Menurut Erikson (3) masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana remaja berusaha untuk mencari

identitas diri (Search for self - Identity).

d) Menurut Piaget (4), masa remaja adalah usia di mana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia di mana

anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkatan yang sama,

sekurang-kurangnya dalam masalah hak.


e) WHO (5) mendefinisikan masa remaja merupakan periode perkembangan antara pubertas, perlihan biologis masa anak-

anak dan masa dewasa, yaitu antara umur 10-20 tahun.

Ciri-Ciri Masa Remaja

Seperti halnya dengan semua periode yang penting selama rentang kehidupan, masa remaja mempunyai cirri-

ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut diantaranya adalah :

a. Masa remaja sebagai periode yang penting

b. Masa remaja sebagai periode peralihan

c. Masa remaja sebagai periode perubahan

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistic

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa

Ciri Ciri Khusus Masa Remaja (6 )

a. ertumbuhan fisik yang sangat cepat

b. Emosinya yang tidak stabil

c. Perkembangan seksual sangat menonjol

d. Cara berpikirnya bersifat kausalitas ( hukum sebab akibat )

e. Terikat erat dengan kelompoknya

MASA PUBERTAS

Pengertian Pubertas

Pubertas adalah masa ketika seorang anak mengalami perubahan fisik, psikis, dan pematangan fungsi

seksual. Masa pubertas dalam kehidupan kita biasanya dimulai saat berumur delapan hingga sepuluh tahun dan

berakhir lebih kurang di usia 15 hingga 16 tahun. Pada masa ini memang pertumbuhan dan perkembangan

berlangsung dengan cepat. Pada perempuan pubertas ditandai dengan menstruasi pertama (menarche), sedangkan

pada laki-laki ditandai dengan mimpi basah ( 7 ).

Pada saat seorang anak memasuki masa pubertas yang ditandai dengan menstruasi pertama pada remaja

putri atau pun perubahan suara pada remaja putra, secara biologis dia mengalami perubahan yang sangat besar.
Pubertas menjadikan seorang anak tiba-tiba memiliki kemampuan untuk ber-reproduksi. Pada masa pubertas, hormon

seseorang menjadi aktif dalam memproduksi dua jenis hormon (gonadotrophins atau gonadotrophic hormones)

yang berhubungan dengan pertumbuhan, yaitu: 1) Follicle-Stimulating Hormone (FSH); dan 2). Luteinizing Hormone

(LH). Pada anak perempuan, kedua hormon tersebut merangsang pertumbuhan estrogen dan progesterone: dua

jenis hormon kewanitaan. Pada anak lelaki, Luteinizing Hormone yang juga dinamakan Interstitial-Cell Stimulating

Hormone (ICSH) merangsang pertumbuhan testosterone. Pertumbuhan secara cepat dari hormon-hormon

tersebut di atas merubah sistem biologis seorang anak. Anak perempuan akan mendapat menstruasi, sebagai

pertanda bahwa sistem reproduksinya sudah aktif. Selain itu terjadi juga perubahan fisik seperti payudara mulai

berkembang, dll. Anak lelaki mulai memperlihatkan perubahan dalam suara, otot, dan fisik lainnya yang

berhubungan dengan tumbuhnya hormon testosterone. Bentuk fisik mereka akan berubah secara cepat sejak awal

pubertas dan akan membawa mereka pada dunia remaja.

Karakteristik anak puber antara lain: merasa diri sudah dewasa sehingga anak sering membantah atau

menentang, emosi tidak stabil sehingga anak puber cenderung merasa sedih, marah, gelisah, khawatir, mengatur dirinya

sendiri sehingga terkesan egois, dan sangat mengutamakan kepentingan kelompok atau genk sehingga mudah

terpengaruh oleh teman sekelompoknya. Anak mudah terpengaruh oleh lingkungan dan budaya baru yang sering

bertentangan dengan norma masyarakat, serta memiliki rasa keingitahuan yang besar pada hal-hal baru yang

mengakibatkan perilaku coba-coba tanpa didasari dengan informasi yang benar dan jelas (8).

Ciri-Ciri Masa Pubertas

1. Periode tumpang tindih

2. Periode yang singkat

3. Masa puber dibagi dalam tahap-tahap

4. Masa pertumbuhan dan perubahan yang pesat

5. Masa negatif

6. Terjadi pada berbagai usia

Tahap Pubertas

1. Tahap Pra Puber

Dalam tahap pra puber ciri-ciri seks sekunder mulai tampak tetapi organ reproduksi belum sepenuhnya berkembang.

2. Tahap Puber

Kriteria kematangan seksual mulai muncul, terjadi haid pada anak perempuan dan pengalaman mimpi basah pada anak

laki-laki. Ciri-ciri seks sekunder terus berkembang dan sel-sel diproduksi dalam organ-organ seks.
3. Tahap Pasca Puber

Ciri-ciri seks sekunder telah berkembang baik dan organ-organ seks mulai berfungsi secara matang.

Kondisi yang Menyebabkan Perubahan Pubertas

1. Peran Kelenjar Pituitary

Kelenjar pituitary mengeluarkan dua hormon yakni hormon pertumbuhan yang berpengaruh dalam menentukan

besarnya individu dan hormon gonadotropik yang merangsang gonad untuk meningkatkan kegiatan. Dalam keadaan

demikianlah perubahan-perubahan pada masa puber mulai terjadi.

2. Peranan Gonad

Dengan pertumbuhan dan perkembangan gonad, organ seks yakni ciri seks primer bertambah besar dan

fungsinya menjadi matang dan ciri seks sekunder seperti rambut kemaluan mulai berkembang.

3. Interaksi Kelenjar Pituitary dan Gonad

Hormon yang dikeluarkan oleh gonad yang telah dirangsang oleh hormon gonadotropik yang dikeluarkan oleh

kelenjar pituitary bereaksi terhadap kelenjar ini dan menyebabkan penurunan jumlah hormon pertumbuhan secara

berangsur-angsur dan sehingga menghentikan proses pertumbuhan. Interaksi anatar hormon gonadotropik dan gonad

berlangsung terus sepanjang kehidupan reproduksi individu dan berkurang menjelang wanita mendekati menopause

dan pria mendekati klimakteric.

Ciri Seks Primer

1. Ciri Seks Primer pada Laki-Laki

Gonad atau testis yang terletak pada scrotum pada usia 14 tahun baru sekitar 10 persen dari ukuran matang.

Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun setelah itu pertumbuhannya menurun. Testis sudah

berkembang penuh pada usia 20 atau 21 tahun. Setelah pertumbuhan testis meningkat maka pertumbuhan penis

meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya kemudian berangsur-angsur dengan besarnya. Kalau

fungsi organ reproduksi pria sudah matang maka biasanya mulai terjadi mimpi basah.

2. Ciri Seks Primer pada Wanita

Berat uterus anak usia 11 atau 12 tahun berkisar 5,3 gram. Pada usia 16 tahun rata-rata beratnya 43 gram. Tuba

falopi, telur-telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini. Petunujuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak

perempuan menjadi matang adalah datangnya haid.

Ciri Seks Sekunder

1. Ciri Seks Sekunder pada Laki-Laki


a. Tumbuhnya rambut kemaluan setelah testis dan penis mulai membesar. Kemudian setelah pertumbuhan rambut

kemaluan hampir selesai timbullah rambut ketiak dan rambut di wajah.

b. Kulit menjadi lebih kasar, tidak jernih, warnanya pucat dan pori-pori meluas.

c. Kelenjar lemak semakin membesar dan menjadi lebh aktif sehingga dapat menimbulakan jerawat. Kelenjar keringat di

ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak.

d. Otot bertambah besar dan kuat sehingga member bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu.

e. Suara berubah menjadi serak.

f. Benjolan kecil di sekitar susu pria mulai timbul. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik

jumlahnya maupun besarnya.

2. Ciri Seks Sekunder pada Perempuan

a. Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak

bawah kulit.

b. Payudara muali berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu

payudara menjadi lebih besar dan lebih bulat.

c. Rambut kemaluan timbul. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah mulai tampak.

d. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat, dan lubang pori-pori bertambah besar.

e. Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat.

Kelenjar keringat di ketiak mengelurkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid.

f. Otot semakin besar dan semakin kuat sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki.

g. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. (9)

PERKEMBANGAN PERILAKU REMAJA

Perkembangan perilaku remaja pada masa pubertas ditandai dengan perubahan-perubahan akibat pubertas

yaitu sebagai berikut :

1. Perkembangan Perilaku Kognitif Remaja

Perkembangan kognitif remaja, dalam pandangan Jean Piaget (seorang ahli perkembangan kognitif)

merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal (period of formal operations).

Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam usaha memecahkan masalah-

masalah yang kompleks dan abstrak. Kemampuan berpikir para remaja berkembang sedemikian rupa sehingga mereka

dengan mudah dapat membayangkan banyak alternatif pemecahan masalah beserta kemungkinan akibat atau
hasilnya. Kapasitas berpikir secara logis dan abstrak mereka berkembang sehingga mereka mampu berpikir

multi-dimensi seperti ilmuwan.

Para remaja tidak lagi menerima informasi apa adanya, tetapi mereka akan memproses informasi itu

serta mengadaptasikannya dengan pemikiran mereka sendiri. Mereka juga mampu mengintegrasikan pengalaman

masa lalu dan sekarang untuk ditransformasikan menjadi konklusi, prediksi, dan rencana untuk masa depan. Dengan

kemampuan operasional formal ini, para remaja mampu mengadaptasikan diri dengan lingkungan sekitar mereka.

Masa remaja ialah masa semakin meningkatnya pengambilan keputusan. Remaja yang lebih tua lebih kompeten

dalam mengambil keputusan disbanding remaja yang lebih muda, dimana mereka lebih kompeten daripada anak-anak.

Kemampuan untuk mengambil keputusan tidak menjamin kemampuan itu diterapkan, karena dalam kehidupan nyata,

luasnya pengalaman adalah penting. Remaja perlu lebih banyak peluang untuk mempraktekkan dan mendiskusikan

keputusan realistis. Dalam beberapa hal, kesalahan pengambilan keputusan pada remaja mungkin terjadi ketika dalam

realitas yang menjadi masalah adalah prientasi masyarakat terhadap remaja dan kegagalan untu member mereka

pilihan-pilihan yang memadai (10).

2. Perkembangan Perilaku Sosioemosional Remaja

Masa remaja merupakan masa yang penuh gejolak. Pada masa ini mood (suasana hati) bisa berubah dengan

sangat cepat. Perubahan mood (swing) yang drastis pada para remaja ini seringkali dikarenakan beban pekerjaan

rumah, pekerjaan sekolah, atau kegiatan sehari-hari di rumah. Meski mood remaja yang mudah berubah-ubah

dengan cepat, hal tersebut belum tentu merupakan gejala atau masalah psikologis.

Dalam hal kesadaran diri, pada masa remaja para remaja mengalami perubahan yang dramatis dalam

kesadaran diri mereka (self-awareness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka

menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi atau selalu mengkritik mereka seperti mereka mengagumi atau

mengkritik diri mereka sendiri. Anggapan itu membuat remaja sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang

direfleksikan (self-image).

Remaja cenderung untuk menganggap diri mereka sangat unik dan bahkan percaya keunikan mereka

akan berakhir dengan kesuksesan dan ketenaran. Remaja putri akan bersolek berjam-jam di hadapan cermin

karena ia percaya orang akan melirik dan tertarik pada kecantikannya, sedang remaja putra akan membayangkan

dirinya dikagumi lawan jenisnya jika ia terlihat unik dan hebat.

Para remaja juga sering menganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka terlihat tidak

memikirkan akibat dari perbuatan mereka. Tindakan impulsif sering dilakukan; sebagian karena mereka tidak

sadar dan belum biasa memperhitungkan akibat jangka pendek atau jangka panjang.

Remaja yang diberi kesempatan untuk mempertangung-jawabkan perbuatan mereka, akan tumbuh

menjadi orang dewasa yang lebih berhati-hati, lebih percaya-diri, dan mampu bertanggung-jawab. Rasa percaya
diri dan rasa tanggung-jawab inilah yang sangat dibutuhkan sebagai dasar pembentukan jati- diri positif pada

remaja. Kelak, ia akan tumbuh dengan penilaian positif pada diri sendiri dan rasa hormat pada orang lain dan

lingkungan. Bimbingan orang yang lebih tua sangat dibutuhkan oleh remaja sebagai acuan bagaimana menghadapi

masalah itu sebagai seseorang yang baru; berbagai nasihat dan berbagai cara akan dicari untuk dicobanya.

Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik remaja juga memperngaruhi sikap

dan perilaku. Namun ada bukti yang menunjukkan bahwa perubahan dalam sikap dan perilaku yang terjadi pada saat ini

lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada

keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima remaja puber dari orang tua, kakak-adik,

guru-guru, dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan social pada periode ini, semakin besar akibat

psikologis dari perubahan-perubahan fisik.

Pada umumnya pengaruh masa puber lebih banyak pada remaja perempuan daripada remaja laki-laki, sebagian

disebabkan karena remaja perempuan biasanya lebih cepat matang daripada remaja laki-laki dan sebagian karena

banyak hambatan-hambatan social mulai ditekankan pada perilaku remaja perempuan justru pada saat remaja

perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan. More membahas sebab-sebab mengapa

remaja laki-laki tidak banyak berpengaruh oleh perubahan-perubahan masa puber seperti halnya remaja perempuan:

Masa puber rupanya lebih merupakan kejadian yang berlangsung secara bertahap. Tidak terjadi secara

serentak dengan kepesatan perkembangan seperti yang dialami remaja perempuan. Rangsangan yang ditimbulkan

sama kuatnya atau lebih kuat bagi pria namun ia mempunyai kesempatan lebih akrab untuk menyesuaikan dirinya.

Karena mencapai masa puber lebih dulu, remaja perempuan lebih cepat menunjukkan tanda-tanda perilaku

yang mengganggu daripada remaja laki-laki. Tetapi perilaku remaja perempuan lebih cepat stabil daripada remaja laki-

laki, dan remaja perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

Seberapa serius perubahan masa puber akan mempengaruhi perilaku sebagian besar bergantung pada

kemampuan dan kemauan remaja puber untuk mengungkapkan keprihatinan dan kecemasannya kepada orang lain

sehingga dengan begitu ia dapat memperoleh pandangan yang baru dan yang lebih baik. Seperti yang dijelaskan Dunbar,

Reaksi efektif terhadap perubahan terutama ditentukan oleh kemampuan untuk berkomunikasi. Komunikasi adalah

cara untuk mengatasi kecemasan yang selalu disertai tekanan. Remaja yang merasa sulit atau tidak mampu

berkomunikasi dengan orang lain lebih banyak berperilaku negatif daripada remaja yang mampu dan mau

berkomunikasi (11)

Akibat perubahan masa puber pada sikap dan perilaku remaja adalah sebagai berikut (12) :

1. Ingin Menyendiri

Kalau perubahan pada masa puber mulai terjadi, remaja biasanya menarik diri dari teman-teman dan dari berbagai

kegiatan keluarga dan sering bertengkar pada teman-teman dan pada anggota keluarga. Remaja puber kerap melamun,
sering tidak dimengerti dan diperlakukan dengan kurang baik, dan ia juga mengadakan ekperimen seks melalui

masturbasi. Gejala menarik diri ini mencakup ketidakinginan berkomunikasi dengan orang-orang lain. Dalam masa

remaja, remaja berusaha untuk melepaskan diri dari milieu orang tua dengan maksud untuk menemukan dirinya.

Erikson menyebutnya untuk menemukan identitas diri (13)

2. Bosan

Remaja puber bosan dengan permainan yang sebelumnya amat digemari, tugas-tugas sekolah, kegiatan-kegiatan sosial,

dan kehidupan pada umumnya. Akibatnya, remaja sedikit sekali bekerja sehingga prestasinya diberbagai bidang

menurun. Remaja menjadi terbiasa untuk tidak mau berprestasi khususnya karena sering timbul perasaan akan keadaan

fisik yang tidak normal.

3. Inkoordinasi

Pertumbuhan pesat dan tidak seimbang mempengaruhi pola koordinasi gerakan, dan remaja akan merasa kikuk dan

janggal selama beberapa waktu. Setelah pertumbuhan melambat, koordinasi akan membaik secara bertahap.

4. Antagonisme sosial

Remaja puber seringkali tidak mau bekerja sama, sering membantah, dan menentang. Permusuhan terbuka anatara dua

seks yang berlainan diungkapkan dalam kritik, dan komentar-komentar yang merendahkan. Dengan berlanjutnya masa

puber, remaja kemudian menjadi lebih ramah, lebih dapat bekerja sama dan lebih sabar kepada orang lain.

5. Emosi yang meninggi

Kemurungan, merajuk, ledakan amarah dan kecenderungan untuk menangis karena hasutan yang sangat kecil

merupakan ciri-ciri bagian awal masa puber. Pada masa ini remaja merasa khawatir, gelisah, dan cepat marah. Sedih,

mudah marah, dan suasana hati yang negative sangat sering terjadi selama masa prahaid dan awal periode haid. Dengan

semakin matangnya keadaan fisik remaja, ketegangan lambat laun berkurang dan remaja sudah mulai mampu

mengendalikan emosinya.

6. Hilangnya kepercayaan diri

Remaja yang tadinya sangat yakin pada diri sendiri sekaran menjadi kurang percaya diri dan takut akan kegagalan karena

daya tahan fisik menurun dank arena kritik yang bertubi-tubi datang dari orang tua dan teman-temannya. Banyak

remaja laki-laki dan perempuan setelah masa puber mempunyai perasaan rendah diri.

7. Terlalu sederhana

Perubahan tubuh yang terjadi selama masa puber menyebabkan remaja menjadi sangat sederhana dalam segala

penampilannya karena takut orang-orang lain akan memperhatikan perubahan yang dialaminya dan member komentar

yang buruk.
3. Perkembangan Perilaku Seksual Remaja

a. Berpacaran

Berpacaran dikalangan remaja bukanlah merupakan hal yang biasa, dibuktikan dari hampir sebagian responden

menyatakan bahwa mereka pernah atau sedang berpacaran. Sebagian remaja berpendapat bahwa pacaran juga

memberikan dampak yang positif, misalnya terpacu untuk belajar lebih giat atau memberikan dampak negatif terhadap

perilaku remaja mengarah keseksualitas. Usia pertama berpacaran berkisar 14-17 tahun. Hal ini di dukung juga dari

kegiatan yang biasa dilakukan remaja ketika berpacaran adalah ngobrol, namun tak jarang juga berpacaran diselingi

dengan berciuman. Mengapa remaja memilih berpacaran ? banyak faktor pendorong yang menyebabkan remaja

memilih berpacaran. Dikalangan remaja muncul trend yang menyatakan bahwa jika seseorang remaja berpacaran

berarti remaja tersebut modern dan tidak kampungan. Perkembangan terhadap informasi juga menjadi salah satu

pendorong (14)

b. Mengenal Media pornografi

Sebagian besar remaja pernah menggunakan/melihat media pornografi pada saat berusia 14-17 tahun. Pada

masa tersebut merupakan masa remaja dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Dan sepatutnya pada masa ini, remaja

memperoleh informasi seks yang benar sehingga remaja tidak salah dalam bertingkah laku. Informasi tersebut memang

sangat diperlukan oleh remaja. Informasi mengenai kesehatan reproduksi merupakan hal yang perlu diketahui bagi

remaja. Lembaga pendidikan hendaknya memikirkan bagaimana agar informasi tersebut dapat diberikan melalui sekolah

oleh seorang guru tau dijadikan suatu mata pelajaran penunjang byang memiliki kurikulum pelajaran.

Media yang biasa/ sering digunakan remaja yaitu foto/gambar (semakin maraknya internet sehingga remaja

memanfaatkannya untuk hal yang negatif dengan mengunjungi situs-situs X yang memberikan informasi seks yang tidak

terbatas), majalah dan VCD/ film (semakin banyak dan mudahnya diperoleh remaja didukung dengan harga yang relatif

terjangkau).

Kebanyakan remaja menggunakanmedia pornografiu di rumah, sekolah, bioskop atau rumah teman. Remaja

cenderung memilih di rumah teman, karena merasa lebih leluasa dan dapat berdiskusi bersama jika ada yang tidak

dipahami. Sumber media pornografi sebagian besar diperoleh melalui teman, menyewa atau membelinya sendiri akibat

dorongan rasa ingintahu yang tinggi. Keinginan tahu remaja adalah hal yang wajar, namun bagaimana mengemasnya

dan cara penyampaian informasi yang tepat, gar remaja tidak salah menafsirkannya.

c. Mengalami Masalah Masturbasi dan Hubungan seksual

Pemahaman remaja mengenai masturbasi atau onani masih sangatlah rendah. Dan dikalangan remaja

berpendapat bahwa jika melakukan masturbasi atau onani berarti melakukan perbuatan yang melanggar norma.

Hubungan seksual merupakan perilaku seksual yang tertinggi, karena jika remaja berani melakukan hal tersebut berarti

remaja telah dan harus siap menerima segala resiko yang akan dihadapi.
Pada umumnya usia pertama kali melakukan hal tersebut berkisar 15-19 tahun. Pada masa ini memang secara

fisik telah siap, namun banyak hal lain perlu diingat bahwa resikonya pun akan besar. Pacar merupakan pasangan utama

melakukan hubungan seks tersebut. Hal ini berarti kondisi pacaran dapat mendorong dan merangsang untuk

melakukannya. Didukung dengan pacaran yang dilakukan di rumah tanpa adanya pengawasan dari orang tua atau

saudara. Alasan utama remaja melakukan hubungan seksual adalah karena cinta atau sama-sama mau, terangsang dan

rasa ingin tau. Jika dilihat dari umur remaja pertama kali melakukan hubungan seksual, telah dapat tercermin bahwa

memang ketiga alasan di atas lah yang mendorong seorang remaja menyerahkan kehormatannya (15 )

d. Mengalami berbagai Permasalahan Remaja

Apabila remaja dihadapkan dalam suatu kondisi yang tidak diinginkan maka tjika terjadi kehamilan, remaja

kebanyakan akan memilih akan meneruskannya dan menikah, karena menurut kalangan remaja bahwa pengguguran

kandungan merupakan perbuatan yang tercela. Dan jika pun pengguguran kandungan yang dipilih maka hal tersebut

akan dilakukan dengan seorang dokter kandungan.(16)

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan isi makalah, maka dapat disimpulkan bahwa pubertas merupakan masa pertumbuhan tulang-

tulang dan kematangan seksual yang terjadi pada masa awal remaja, dimana ditandai dengan adanya menstruasi

pada wanita dan mimpi basah pada pria yang diikuti oleh cirri-ciri seks sekunder, seperti tumbuhnya rambut pada ketiak

dan kemaluan, pinggul membesar, payudara membesar, suara berubah. Hal tersebut berdampak pada perkembangan

perilaku remaja, baik secara kognitif (operasional formal), sosioemosional (ingin menyendiri, bosan, emosi meningkat),

maupun seksual (berpacaran, hubungan seksual, pornografi).

Saran

Remaja memerlukan bimbingan baik dari keluarga atau lingkungannya, remaja yang mengalami masa pubertas

akan terus mencari identitas diri mereka hingga mereka menemukan identitas diri mereka yang sebenarnya, pencarian

identitas diri tersebut yang memerlukan bimbingan agar mereka dapat menemukan identitas diri yang sesuai dengan

dirinya dan norma yang ada. Identitas diri tersebut yang nantinya akan menentukan bagaiman perilaku mereka.

Pencarian identitas diri pada remaja dapat di bimbing oleh keluarga atau lingkungan, baik itu lingkungan sekolah atau

lingkungan di luar sekolah. Bimbingan oleh keluarga dilakukan dengan memberitahukan batasan-batasan norma yang

yang berlaku di agama ataupun masyarakat, pemberitahuan tentang norma tersebut diharapkan agar remaja dapat

berprilaku sesuai dengan norma yang ada. Sedangkan bimbingan yang dilakukan di sekolah dengan cara memberikan

pelajaran tentang moral, norma dan masa pubertas. Lingkungan di luar sekolah juga dapat mempengaruhi perilaku

remaja, karena lingkungan yang baik tentunya juga akan memberikan contoh perilaku yang baik bagi remaja yang ada di

lingkungannya.
DAFTAR PUSTAKA

1. No name. Definisi Remaja. 2008 ; Available from : URL:http://www.creasoft.files.wordpress.com

2. No name. Definisi Remaja. 2008 ; Available from : URL:http://www.creasoft.files.wordpress.com

3. No name. Definisi Remaja. 2008 ; Available from : URL:http://www.creasoft.files.wordpress.com

4. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

5. Laksmiwati, I. A. A. Transformasi Sosial dan Perilaku Reproduksi Remaja ; Available from URL:http://ejournal.unud.ac.id.

6. Putri, R. L., Hadi, C. Bagaimana Lebih Memahami Seorang Diri Remaja ; Available from : URL:http://fpsi.unair.ac.id

7. Maria. U. Kenakalan remaja. 2009. Available from : URL:http://www.damandiri.or.id.

8. Noviasari, E., Saputri, K. N., Masrurroh, I. N. Mata Pelajaran Pendidikan Reproduksi Remaja dalam Kurikulum SMP untuk

Menghindarkan Remaja dari Tindak Aborsi Akibat Free Seks. 2010. Available from : URL:http://kemahasiswaan.um.ac.id

9. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

10. Santrock, J. W. 2002. Life Span Development. Jakarta : Erlangga

11. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

12. Hurlock, E. B. 1980. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta : Erlangga

13. Monks, Knoers, Hadiyanto, S. R. 1982. Psikologi Perkembangan Pengantar dalam berbagai bagiannya. Yogjakarta : UGM

Press.

14. Harfina, D. S. Perilaku Seksual Remaja dan Tingkat Pendidikan. Kasus di Kota Bengkulu dan Surabaya. Available from :

URL:http://www.katalog.pdii.lipi.go.id.

15. Papalia, D. E., Old, S. W., Feldman, R. T. 2008. Human Development (Psikologi Perkembangan) Bagian V s/d IX. Jakarta :

Penerbit Kencana.

16. Harfina, D. S. Perilaku Seksual Remaja dan Tingkat Pendidikan. Kasus di Kota Bengkulu dan Surabaya. Available from :

URL:http://www.katalog.pdii.lipi.go.id.

Diposting oleh Asmiani Fawziah di 11.04

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest

Label: PsikologiKlinis, PsikologiPerkembangan


22 komentar:

1.

Anonim6 Oktober 2013 13.41

thanks, pencerahannya

Balas

2.

Herlan Maulana10 Oktober 2013 22.57

Erlan

Balas

3.

Tio Kamal20 Desember 2013 16.08

Terima kasih postingan sangat membantu sebagai refrensi tugas saya

Balas

4.

Anonim31 Desember 2013 17.42

tq...

Balas

5.

Anonim23 Januari 2014 09.36

nice share...

Balas

6.

akuahmadjuga11 Mei 2014 16.14

akuahmadjuga suka

Balas

7.

Anonim15 Oktober 2014 04.57

makasih.. saya ikut pakai untuk tugas ya... tidak di publikasikan in syaa Allah

Balas

8.

Anonim20 Februari 2015 00.59

Terima kasih, membantu sekali bagi saya sebagai orang tua seorang anak remaja
Balas

9.

Abufajree Ahmad3 Maret 2015 10.22

untuk mbakasmianifawziah sebaiknyasbgai psikolog muslimah harus memberi tambahan penekanan


bahwa berhubungan sex dengan pacar, masturbasi dll adalah kegiatan yang harusnya dihindari
mengingat perbuatan tsb merupakan perbuatan yang tidak diridloi Allah subhana wa ta'ala. jalan
keluarnya adalah dengan mempererat tali hubungan dalam keluarga terkait untuk lebih mendekatkan diri
kepada agama Allah subhana wa ta'aladgn perbanyak ibadah, belajar ilmu2 syar'ie dsb. wallaahu
muwaffiq

Balas

10.

Goper27 Mei 2015 20.08

kenapa anak-anak lebih banyak pernah berpacaran daripada yang belum berpacaran

Balas

11.

Andung Mei18 Agustus 2015 13.56

MOHON IJIN COPAS ARTIKELNNYA THANKYUUUUU

Balas

12.

Andung Mei18 Agustus 2015 14.05

MOHON IJIN COPAS ARTIEKELNYA THANKSSS

Balas

Balasan

1.

hardie10 Desember 2015 12.32

kita bisa belajar tentang seks edukasi yg baik dan benar.


https://play.google.com/store/apps/details?id=com.otmi.marikitabicara link ini merupaka games
seru beserta penjelasannya tentang permasalah yg sering terjadi dalam kalangan remaja. yu
jangan kita anggap tabu lagi ya tentang pentingnya seks edukasi.

Balas

13.

vitalitas pria25 Agustus 2016 21.00

ternyata beda pertumbuhan seksual pria dan wanita ya, makasih infonya gan

Balas

14.
vimax asli25 Agustus 2016 21.01

lanjut gan tulis artikel berikutnya yg lbh menarik selalu kami ikuti

Balas

15.

pembesar penis25 Agustus 2016 21.02

bisa jadi acuan tulisannya gan, makasih

Balas

16.

Mona Liza6 September 2016 21.24

salam gan, saya ijin bergabung untuk berbagi informasi tentang sebuah alat bantu wanita yang dapat
membantu meningkatkan rangsangan, alat ini lebih dikenal dengan sebutan seks toys.

Balas

17.

anabolic rx24 asli14 Maret 2017 02.33

nice blog

Balas

18.

masalikhan14 Maret 2017 02.34

Ciri-ciri Vimax Asli


Ciri-ciri Anabolic 24rx Asli
Obat Anabolic
24rx Asli
Hammer Of thor asli

Balas

19.

Ikke Febry27 April 2017 19.40

Trus perubahan perilakunya apa kak ?

Balas

20.

vallencia kangnata26 Mei 2017 05.28

http://vallenciakangnata.blogspot.com/2017/05/selamat-jalan-kapten-terry.html

situs terpercaya!!!!
joint dan bukti kan sendiri!
Untuk info selengkapnya silahkan hubungi kami di :
website : WWW.PELANGI99,COM
Skype : pelangi_capsa / Pelangi99
BB : 2B3D585E
LINe: pelangi99.com
whatsap:+855 166 75 661
Facebook : Pelangi99
No HP : +855 166 75 661
Yahoo : pelangi99_cs@yahoo.com

Balas

21.

Merk Masker untuk Memutihkan Wajah28 Juli 2017 10.19

Blog yang isi nya bermanfaat..


Bisa mengerti perkembangan remaja dalam hal perilakunya

Balas

Muat yang lain...

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Cari Tulisan :
GreatLife (22)
GreatMom (3)
GreatMuslimah (24)
GreatPlace (2)
GreatPsychologist (25)
IniCeritaku (27)
islam (27)
NtMS (26)
Psikologi (5)
PsikologiIndustri (2)
PsikologiKlinis (4)
PsikologiLingkungan (2)
PsikologiPendidikan (3)
PsikologiSosial (3)
Psikoterapi (3)
Renungan (9)

Its My Life
2013 (8)
o April (5)
Ali bin Abi Thalib : Ilmu dan Harta
10 Wasiat Imam Hasan Al Banna
A Different Trip (Repost)
Perkembangan Perilaku Remaja Pada Masa Pubertas
Teori Psikoanalisis Sosial : Erich Fromm
o Maret (3)

2012 (79)

2011 (5)
Its My Follower

Anda mungkin juga menyukai