Anda di halaman 1dari 6

Nama :Vika Novianti

No :35. 11Mipa 2

Peri Palsu

Tanggal 19 November 2017 disaat angin malam mengantarkan hujan, aku sedang
duduk di ruang tamu meneguk satu cangkir teh buatan bapakku sambil sesekali jari-jemariku
usil membuka jendela rumah. Dan memaknai setiap bulir-bulir air yang merAyapi genteng
rumahku. Mala mini angin sungguh nakal. Aku kedinginan namun tidak membuat para kodok
dan jangkrik berputus asa menari-nari. Ingin rasanya aku menari bersama mereka untuk
melepaskan semua beban dan amarah yang ku pendam selama 6 tahun belakangan ini.
Kejadia 6 tahun silam membuatku menjadi sosok yang dermawan akan rasa acuh dan curiga
terlebih bagi seseorang yang seenaknya membaptis dirinya sebagai temanku.

Tuhan telah menciptakan makhluk hidup berpasangan-pasang agar hidup


berdampingan. Mungkin ini dilakukan agar tidak merasa kesepian seperti yang aku alami
selama 6 tahun ini. Aku merasakan kesepian bukan karena awet menjomblo bahkan disaat
sudah melewati sweet seventeenku. Ini lebih tepatnya aku merasa terusik. Ketentraman dan
kenyamananku telah direnggut oleh orang dari masa laluku. Ia tampaknya tenang-tenang saja.
Melihatnya aku semakin muak. Ingin rasanya membalaskan dendamku kepadanya. Namun
aku mengurungkan niatku ini. Ini bukan berarti aku seorang pecundang yang tak bisa
menuntut hak asasiku selaku manusia, namun ini berkenaan mengenai tujuan hidupku. Aku
terus berkelana di tapal batas duniaku. Untung saja Tuhan memberikan kesempatan bertemu
dengan orang-orang baru dan bertukar pengalaman. Dari itulah aku bisa mengenali jati diriku.
Aku harap diriku seperti rumah besar-yang bisa hidup berdampingan dengan sifat yang
beragam namun aku tak terpengaruh oleh mereka, karena aku rumah besar yang
mempunyai hati dan pikiran yang lurus dan lapang.

Tuhan telah merancang dan menggariskannya untukku. Mempertemukanku dengan


orang macam itu. Mungkin ini juga arti namaku. Arti namaku bak lorong waktu yang
mengilhami takdirku. Ibuku yang memberikan nama Irlana padaku, beliau terinspirasi dari
kata berkelana. Agar aku menjadi orang yang terus mencari sesuatu yang aku inginkan. Aku
terus berkelana mencari sosok yang memberikan perhatiannya kepadaku selain ibu. Dialah
yang sering kita sebut sebagai sahabat. Menurutku sahabat adalah orang yang ada disaat suka
dan duka bak saudara. Seperti itulah definisiku mengenai sahabat. Pengertianku tak pernah
berubah walaupun kejadian 6 tahun silam telah meluluhlantakan kepercAyaanku. Sekarang
entah kemana rasa percAyaku dengan orang lain. Mungkin sekarang rasa percAyaku untuk
orang lain telah kabur dan telah berganti dengan rasa curiga yang terus menghinggapi
pikiranku. Entah itu pikiran sadar maupun di bawah alam sadar, aku tetap saja menjadi orang
yang curiga.

Angin malam terlanjur membawaku menerawang jauh kedalam masa laluku. Masa 6
tahun silam itu, membuat seorang kepercAyaan Irlana mengenai sahabtanya telah hancur
lebur . Sepertinya senja yang tenang mampu menyalakuan api dendam

Bagaimana bisa kamu seperti ini, Irlana? kata seseorang

Maaf pak Rafa tadi saya terjebak di ruang ganti pemeran. Jawabku

Mana mungkin kamu bisa terjebak di dalam ruangan yang tak terkunci ini?

Tapi pak benar tadi pintunya terkunci.

Irlana, kamu jangan coba membohongi. Kalau kamu memang tidak mau megikuti lomba
drama lebih baik dari awal kamu menolaknya. Dari pada seperti ini, hampir saja nama sekolah
kita tercorang. Untung saja ada Aya. Dia yang tadi menggantikanmu. Jika tidak ada dia, mau
ditaruuh di mana nama sekolah kita?

Pak Rafa tapi saya tidak berbohong.jawabku

Sudahlah Irlana jangan lempar batu sembunyi tangan. Timpal pak Rafa

Tiba-tiba di antara perdebatanku dengan pak Rafa ada suara dari belakang. Suara itu sangat
familiar di telingaku. Dan ternyata benar dugaanku. Sumber bunyi itu berasal darinya.

Maaf pak saya mengganggu. Kata seseorang tepat di belakang kami

Iya da apa Aya?Tanya pak Rafa

Ehm..sebelumnya maaf jika saya lancing menguping pembicaraan bapak dengan Irlana. Saya
hanya ingin mengatakan kalau Irlana, sahabat saya tidak mungkin seperti yang bapak
tuduhkan.

Saya bukan menuduhnya. Saya ingin dia berbicara dengan jujur. Coba kamu pikir,
memangnya ada pintu bisa mengunci dan membuka dirinya sendiri? Apa itu masuk akal?

Mungkin saya iya pak? kata Aya

Apa maksudmu, Aya?kata pak Rafa

Maksud saya pasti ada yang tidak menyukai Irlana untuk memenangkan lomba drama ini
sehingga diaberbuat seperti itu. Kata Aya

Mengapa kamu bisa berpikiran seperti itu? Apa karena dia sahabatmu? Bisa saja temanmu
ini, si Lana, dia membuat skenario seolah-olah pintu bisa membuka dan mengunci dirinya
sendiri. Dan itulah yang dilakukan oleh ratunya dalam drama yaitu berpura-pura tidak tahu.
Kata pak Rafa

Siapa yang bapak maksud dengan ratunya drama?t anya Aya

Siapa lagi kalau bukan temanmu Lana, Aya? jawab pak Rafa

Oh.. jadi begitu pak. Saya paham sekarang jika Lana tidak bersalah. Seperti yang saya
katakan sebelumnya, menurut saya ada seseorang yang tidak menginginkan Lana untuk
mengikuti lomba ini. Karena dia tahu Lana adalah ratu drama. Dan jika Lana mengikuti
lomba ini maka dapat dengan mudah memenangkannya. Dengan kata lain Lana dianggap
sebagai saingan terberat. Maka dari itu dia megunci Lana dan saat pak Rafa mencari Lana di
ruang ganti, pelakunya pun membuka pintu ini. Pelakunya seperti orang terdekat Lana. Dia
tahu semuanya. Orang terdekat Lana selain aku adalah Destra Dan mungkin saja itu Destra
karena akhir-akhir ibi dia terlihat sedih. Kata Aya

Apa maksudmu Aya? Kamu jangan berpikiran negatif seperti itu?

Lihatlah Aya Si Ratu Drama telah megakuinya. Kamu sudah membelanya mati-matian,
tetapi apa yang dia lakukan kebalikannya. Dia memperlemah argumen mu. Kata pak Rafa

Bukan begitu pak. saya hanya ingin masalah diselesaikan dengan pikiran yang dingin. Untuk
itu kita harus mencari benang merahnya.

Baiklah kita akan mencari benang merahnya dan berpikir dengan kepala dingin. Dan jika
memang kamu sengaja melakukan ini maka saya pastikan kamu akan mendapat sanksi yang
tegas.Kita mulai dari CCTV itu.Bagaiman apa kalian setuju?kata pak Rafa

Saya setuju pak. Jawabku dengan tegas.

Baik bapak duluan, kalian nanti menyusul. Kata pak Rafa

Bapak Rafa berlalu, pergi meninggalkank dengan Aya di koridor. Aku mengamati
Aya. Dia terlihat aneh setelah mendengar kata CCTV itu.

Aya!Aya!Teriakku

Oh.. ada apa?Tanya Aya

Kamu melamun ya? Apa yang kamu pikirkan?Tanyaku

Oh tidak apa-apa. Sebaiknya kamu duluan nanti aku menyusul.Jawab Aya

Ok!Baiklah! Jawab Aya

***
Oh Tuhan apa yang sudah aku lakukan pada sahabatku. Maafkan aku Irlana. Aku tidak
bisa berbuat apa-apa. Aku terlalu lemah. Andaikan kamu tidak mencurangiku. Andaikan
kamu tidak mengambil posisi Si Nomor Satu, mataku pasti tak akan pernah buta oleh rasa
cemburu.

Oh Tuhan apa yang harus aku lakukan? Apakah aku akan diam? Bagaimanapun aku
harus menyusul ke sana. Aku harus berani. Aku mencoba menggerakan kakiku, satu ubin ku
lewati. Jantungku pun semakin berdetak lebih cepat sepertinya darah yang dipompa lebih
banyak dari biasanya. Keringatku tak ada habis-habisnya menetes deras. Jarakku yang hanya
beberapa jengkal dengan pintu itu membuat diriku semakin terlihat seperti mayat hidup. Aku
berusaha mengatur sistem sirkulasi pernapasanku yang terganggu. Mencari celah-celah yang
bisa digunakan sebagai sumber oksigen di antara dinding-dinding yang menghimpit
kepercayaannku. Aku mencoba mengetuk dinding pintu itu. Namun tak ada seorangpun yang
menjawabnya. Aku semakin takut. Bukan hanya jantungku yang berdenyut tak karuan tapi
juga kepalaku. Mungkin sebentar lagi akan meledak. Aku semakin kehabisan oksigen diantara
dinding-dinding yang menakutkan ini. Aku sudah tidak tahan lagi. Aku memberanikan diriku
ini. Aku mendorong pintu itu tapi mereka hanya diam membeku. Tatapan mata Irlana
membuatku semakin tersudut. Oh Ya Tuhan Apakah aku sudah ketahuan?

Ehm..Aya?Kata pak Rafa

Ada apa pak?

Aya memang benar dugaanmu kalau Irlana tidak bersalah? Kita sudah menemukan barang
bukti ini. Kata pak Rafa (sambil merogoh sakunya dan menunjukan barang yang dimaksud)

Liontin biru?Kata Aya

Iya benar Aya Liontin biru .Dan aku dan pak Rafa pasti akan mengungkapnya. Kata Irlana

Baik bapak tinggal dulu ya. Kata pak Rafa (melambaikan tangan dan berhambur keluar)

***

Semburat warna jingga bernyala-nyala. Hatiku teriris kesakitan. Warna jingga yang
harusnya melambangkan ketenangan kini berubah menjadi keraguanku untuk sahabat yang ku
sebut sebagai orang terbaik. Mengapa dia melakukan ini? gunamku dalam hati

Aya! Kataku memulai pembicaraan itu

Ada apa Irlana?TanyaAya

Apa yang bisa kamu jelaskan dengan liontin biru ini ?

E..eitu..
Cukup Aya! Aku tahu walaupun kamu tidak menjawabnya ini pasti punyamu.
Karena kamulah satu-satunya yang memiliki liontin ini karena itu adalah hadiah pemberianku.
Mengapa kamu melakukan ini padaku? Apa salahku? Kataku sambil menangis tersedu-sedu

Untuk apa kamu mengis Irlana seharusnya aku yang menangis. Dan seharusnya aku
pula yang bertanya mengapa kamu melakukan ini?Balasnya

Apa maksudmu Aya? Kataku tak mengerti

Maksudku kamulah penyebabnya. Gara-gara kamu mata dan hatiku ini tak bisa ku
cegah. Ingin sekali aku mencekik dirimu. Kamu telah merenggut posisi nomor satu itu.
Seharusnya aku yang mendapatkan predikat ratunya dalam drama bukan dirimu Irlana. Kamu
manusia busuk! Timpalnya

Apa aku tidak salah dengar Aya?Inikah dirimu?

Apa kamu tuli Irlana. Inilah diriku yang sesungguhnya. Aku adalah korban dari
mulut manismu. Seharusnya kamu berterima kasih karena aku mengalah dan
menyumbangkan posisi nomor satu ini untukmu. Tapi sepertinya kamu bukan orang yang
tahu terima kasih. Kamu sudah ku biarkan mendapatkan gelar itu tapi kamu malah semakin
menggebu-gebu menyinarkan parasmu. Katanya

Aya! Ternyata aku salah menilaimu. Aku pikir kamu sahabat terbaikku yang selalu
ada untukku di kala susah maupun senang. Aku sudah menganggapmu sebagai saudara tetapi
kamu

Cukup Irlana aku muak menbdengar definisimu itu. Sepertinya kamu belum tahu apa
pengertianku tentang sahabat. Pengertianku tentang sahabat adalah seseorang yang bisa
memberikan keuntungan bukan kerugian seperti dirimu itu. Lebih baik sekarang kamu
membalas budiku ini dengan menutup mulut. Hitung-hitung sebagai ganti rugi karena telah
banyak menyita waktu untuk selalu bersamamu. Ingat Irlana jika kamu ingin terus menjadi
sahabatku kamu harus tutup mulut.Katanya

Walaupun tidak kamu minta, aku akan diam. Ini bukan sebagai tanda pembalas budi
atas kebaikanmu karena telah mengorbankan waktumu. Karena ini adalah prinsipku. Kmau
adalah sahabatku maka akan terus seperti itu. Aku tidak akan membuka mulut karena aku
ingin tahu seberapa besar kesadaranmu. Kataku

Terserah aku tidak peduli.Balasnya

Diapun meninggalkanku. Hari telah berganti dengan cepat. Duniaku yang dulu indah
penuh warna sahabat semakin hilang. 6 tahun bersama kenangan itu membuatku semakin tak
berdaya. Namun untunglah Tuhan mempertmukanku dengan orang baru.
Pukul 21.00 jam dindingku berdentang. Dentangan suararanya membawaku keluar ke
masa laluku. Angin malam masih saja ingin mengusikku dengan masa laluku. Namun aku
diselamatkan oleh rasa kantukku. Aku terbaring di atas ranjangku dengan melepaskan masa
laluku. Aku bermimpi indah menantikan waktu eok tiba-dimana kehidupanku akan dipenuhi
oleh cinta di antara masa-masa itu.

Anda mungkin juga menyukai