Responsi Anemia DF Besi
Responsi Anemia DF Besi
LAPORAN KASUS
1.1 IDENTITAS
Nama : An. PK
Umur : 6 Tahun
Pemeriksaan
1.2 ANAMNESA
Pasien datang dibawa oleh orang tuanya ke Rumah Sakit Umum Daerah
1
minggu yang lalu sebelum masuk rumah sakit.menurut ibu pasien
awalnya bibir pasien berwarna pucat namun sejak 1 minggu yang lalu
pucat nampak pada seluruh tubuh hingga telapak tangan pasien serta
semakin meluas diseluruh tubuh . ibu pasien juga berkata bahwa tubuh
makan pasien juga berkurang, Pasien menjadi malas makan dan minum.
Nyeri kepala (+) Demam (+), kejang (-) Batuk (-),sesak (-),mual(-),
Saat hamil, kesehatan ibu pasien baik. Ibu pasien hanya pernah
mengalami anemia dan hanya diberi obat penambah darah dan vitamin,
2
1.2.6 Riwayat Kelahiran
Pasien dilahirkan dirumah lahir secara spontan dan ditolong oleh bidan.
muda merata, tidak ada kebiruan/kuning, tidak ada kejang, lumpuh (-),
21 Hari,
POLIO 4 x pemberian
2 Bulan , 4 Bulan, 6
3
Bulan
imunisasi.
Usia 1 bulan
Usia 2 bulan
Usia 3 4 bulan
Usia 5 bulan
Usia 6 bulan
4
Usia 7 bulan
Usia 8 Bulan
Pasien diberikan ASI sejak lahir sampai usia 10 bulan.minum ASI 6-8
5
1.3 PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-tanda Vital : TD = -
N = 120 x/menit
R = 26 x/menit
SB = 36,,70C
Status Gizi : BB = 17 kg
TB/PB = 130 cm
Umur = 6 Tahun
baik)
stomatitis (-).
6
THT : Telinga : Serumen (-), sekret (-)
Tonsil T1-T1
Leher dan Axila : Pembesaran kelenjar getah bening (-) , nyeri tekan (-), terasa
panas (-)
Ekstremitas : Akral hangat (-), edema (-), capillary refil time < 3, sianosis
7
1.4 PEMERIKSAAN PENUNJANG
sel (+), target sel (+) 0-1/Lp, polikromasit (+), eritrosit berinti (+), (ortokromic
Leukosit: jumlah kesan cukup; gram imatur (+),granulasit toksit netrofil (+),
Trombosit : jumlah kesan menurun, penyebaran tidak merata, trombosit besar (+).
Kesan: - obs bisi topeni (anemia berat dengan poikilositosis berat dan
8
Adakah: perdarahan ? penakit liver ? limfoproliferatif disorder
(disertai organo megali limpa / hepar membesar ?) dan juga disertai occult blood
pucat
lemas
sesak
Bronkiolitis
1.7 PERENCANAAN
1.7.1 Diagnostik
9
1.7.2 Terapi
- Pasien Di puasakan
1.7.3 Monitoring
- Tanda-tanda vital
1.7.4 Edukasi
1.8 PROGNOSIS
10
FOLLOW UP
O : Kesadaran : Komposmentis
KU Tampak kesakitan
terlentang
11
Perkusi : Tidak diperiksa
ada gallop
baik.
Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik
A : Bronkopneumoni
- Puasa
12
S : Demam (-), Batuk (+), Sesak (+)
O : Kesadaran : Komposmentis
umum
terlentang
tidak panas
13
Perkusi : Tidak diperiksa
ada gallop
baik.
Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik
A : Bronkopneumoni
- Puasa
14
S : Demam (-), Batuk (+), Sesak (+)
O : Kesadaran : Komposmentis
multipel (> 1), mobile, ukuran 1 mm, tidak nyeri, tidak panas,
perabaan kenyal.
15
Auskultasi : Bising usus normal 2-3kali/menit
Ekstremitas : Akral teraba Hangat, udem (-), sianosis (-),CRT <2 detik
P :
- O2 Nasal 1-2 Liter per menit canule Monitoring
- Foto Thoraks AP
16
BAB II
PEMBAHASAN
Seorang pasien anak laki laki, usia 8 bulan, BB 7,3 kg datang ke RSU
Abepura dengan keluhan demam hilang timbul yang dirasakan sejak 5 hari sebelum
masuk rumah sakit. Disertai dengan batuk sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit,
lendir (+), berwarna putih (+), darah, dan juga terdapat keluhan lain rewel (+),
umum pasien tampak rewel, Vital sign : Respiratory Rate 68x/m yang merupakan
nilai prediktif positif bronkopneumonia dari 45%, dan Suhu axilla 38,5C. inspeksi
ditemukan pernapasan cuping hidung, dan retraksi intercostal yang merupakan usaha
pernapasan pada anak untuk mengatasi obstruksi dan pada auskultasi di dapatkan
didapatkan gejala yang mengarah pada infeksi umum dari bronkopneumonia, yaitu
gejala infeksi umum (demam, gelisah, malaise, penurunan nafsu makan) dan gejala
respiratori (batuk dan sesak). Disebut TB paru aktif karena pada pasien didapatkan
rontgen toraks didapatkan hasil TB paru aktif. Dan juga ada riwayat batuk-batuk
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan
17
berdasarkan penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi
nafas. Bronkopneumonia adalah bercak-bercak infiltrat difus merata pada kedua paru
(dapat meluas hinnga daerah perifer paru) disertai dengan peningkatan corakan
bakterial pada semua kelompok umur. Virus ( Respiratory Syncytial Virus) lebih
sering ditemukan pada anak kurang dari 5 tahun. Virus ( Respiratory Syncytial
Virus) merupakan virus penyebab tersering pada anak kurang dari 3 tahun. Pada
umur lebih muda, adenovirus, parainfluenza virus, influenza virus juga ditemukan.
anak-anak, dan biasanya merupakan penyebab tersering yang ditemukan pada anak
18
Sebagian besar gambaran klinis pneumonia pada anak berkisar antara ringan
hingga sedang, sehingga dapat berobat jalan saja. Hanya sebagian kecil yang berat,
perawatn di RS. Pada pasien ini diindikasikan untuk rawat inap karena terdapat
Gambaran klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada berat
- Gejala infeksi umum, yaitu demam, sakit kepala, gelisah, malaise, penurunan
napsu makan, keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah atau diare; kadang-
- Gejala gangguan respiratori, yaitu batuk, sesak napas, retraksi dada, takipneu,
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda klinis seperti pekak perkusi,
suara napas melemah, dan rhonki. Akan tetapi pada neonatus dan bayi kecil, gejala
dan pneumonia lebih beragam dan tidak selalu jelas terlihat. Pada perkusi dan
paling kuat adanya pneumonia adalah demam, sianosis dan lebih dari satu gejala
respiratori sebagai berikut : takipneu, batuk, napas cuping hidung, retraksi, ronki
dan suara napas melemah. Napas cepat dinilai dengan menghitung frekuensi napas
selama satu menit penuh ketika bayi/anak dalam keadaan tenang. Sesak napas dapat
19
dilihat dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam ketika menarik
penurunan nafsu makan) dan gejala respiratori (batuk dan sesak). Manifestasi klinis
atas (ISPA), yaitu batuk dan rinitis (pada pasien ini didahului dengan batuk),
peningkatan usaha bernafas, demam tinggi mendadak (pada pneumonia bakteri), dan
penurunan nafsu makan. Keluhan yang paling menonjol pada pasien dengan
Dari pemeriksaan fisik didapatkan pada Vital sign : Respiratory Rate 68x/m
yang merupakan nilai prediktif positif bronkopneumonia dari 45%, dan Suhu axilla
38,5C. inspeksi ditemukan pernapasan cuping hidung, dan retraksi intercostal yang
merupakan usaha pernapasan pada anak untuk mengatasi obstruksi dan pada
Pasien ini juga didiganosis dengan TB Paru. Tuberkulosis Paru adalah infeksi
dari fokus primer, limfangitis dan kelenjar getah bening regional yang membesar.
sangat bervariasi dan berganung pada beberapa faktor. Faktor yang berperan adalah
20
kuman TB, pejamu, serta interaksi antar keduanya. Anak kecil sering tidak
menunjukkan gejala walaupun sudah tampak pembesaran kelenjar hilus pada foto
a. Manifestasi sistemik. Gejala yang bersifat umum dan tidak spesifik karena
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit atau keadaan lain. Salah satu gejala
sistemik yang tersering adalah Demam. Demam biasanya tidak tinggi dan
hilang timbul dalam jangka waktu yang cukup lama. Manifestasi sistemik lain
yang sering dijumpai adalah anoreksia, berat badan (BB) tidak naik (turun,
tetap atau naik, tetapi tidak sesuai dengan grafik tumbuh), dan malaise (letih,
organ yang terkena, misalnya kelenjar limfe, susunan saraf pusat (SSP), tulang
dan kulit
pasien TB dewasa aktif/baru, kumpulan gejala dan tanda klinis, uji tuberkulin dan
tidak selalu dapat teridentifikasi, sehingga analisis yang seksama terhadap semua
a. Dicurigai Tuberkulosis
pasti
2. Anak dengan :
21
rejan
- Berat badan meurun, batuk dan mengi yang tidak membaik dengan
b. Mungkin Tuberkulosis
(Buku Ajar Respirologi Anak, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) 2010. Hal 207)
Pada pasien ini diagnosa juga dengan TB paru karena pada anamnesa
didapatkan batuk, dan demam yang tidak diketahui penyebabnya. Pada pemeriksaan
fisik didapatkan rhonki dan hasil pameriksaan penunjang radiologi didapatkan kesan
TB paru. Riwayat kontak TB (+), ada keluarga pasien dengan riwayat batuk lama
di bawah regio colli sinistra, jumlah 2, Imobile, tidak nyeri, berukuran 1 mm.
Pasien mendapatkan nilai Scoring 7, sehingga pasien perlu untuk mendapatkan terapi
OAT RHZ.
Foto toraks tidak direkomendasikan untuk dilakukan secara rutin pada anak
dengan infeksi saluran nafas bawah akut ringan. Pemeriksaan dilakukan pada
22
penderita pneumonia yang dirawat inap atau bila tanda klinis yang membingungkan.
Foto torak ulang hanya dilakukan bila didapatkan atelektasis, kecurigaan terjadi bila
kompilkasi pneumonia berat, gejala yang menetap atau memburuk, atau tidak
dilakukan jika pada pasien ditemukan tanda dan gejala klinik distres pernapasan
seperti takipneu, batuk, dan ronki dengan atau tanpa suara napas yang melemah.
Pada pasien di lakukan pemeriksaan foto thoraks karena ditemukan tanda dan gejala
klinik distres pernapasan seperti takipneu, batuk, dan ronki dengan atau tanpa suara
Umumnya, infeksi tersebut disebabkan oleh virus. Secara klinin ditadai dengan
episode pertama wheezing pada bayi yang didahului dengan gejala IRA. Diagnosis
dan pemeriksaan penunjang lainnya. Gejala awal berupa infeksi respiratori atas
akibat virus, seperti pilek ringan, batuk dan demam. Satu hingga dua hari kemudian
timbul batuk yang disertau dengan sesak napas. Selanjunya dapat di temukan
wheezing, sianosis dan penurunan nafsu makan. Pemeriksaan fisik oada anak yang
penigkatan suhu di atas 38,5, selain itu dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan
dan faringitis. Pada pemeriksaan auskultasu paru ditemukan ronki. Sianosis dapat
terjadi dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apneu, terutama pada bayi berusia <
6 minggu. Pada foto rontgen toraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat,
23
tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan pada asma, pneumonia viral
terlihat perbaikan klinis sehingga dipikirkan untuk tidak perlu dilakukan kultur
bakteri.6,7
tpm mikro. Cairan ini diindikasikan untuk mengatasi dehidrasi, menambah kalori
55 gram, NaCl 2,25 gram dan air untuk larutan injeksi 1000 mL.8
Pada pasien ini diberi antibiotik, Injeksi Cefotaxime 2x400 mg (i.v), inj
Getamisisn 1x20mg (i.v) dan injeksi Ranitidin 2x8 mg (i.v). Terapi antibiotik ini
kulit atau struktur kulit, infeksi tulang dan sendi, infeksi, infeksi itra-abdomen, dan
dibagi dalam 2-4 dosis. Pada bronkopneumonia, dengan pemberian antibiotika yang
memadai dan dimulai secara dini pada perjalanan penyakit tersebut, maka mortalitas
bronkopneumonia akibat bakteri pneumococcus selama masa bayi dan masa kanak-
24
Injeksi Gentamisin bersifat bakterisid yang aktif terutama terhadap gram
untuk ulkus gaster ringan, ulkus duodenum ringan, ZollingerEllison, keadaan yang
Pada pasien ini diberi terapi Nebulizer combivent per 6 jam. Penggunaan
pemberian bronkodilator adalah karena pada usia bayi peran bronkodilator kurang
bermanfaat.11
Pada hari perawatan I, pasien masih sesak, panas, dan batuk, serta dipuasakan.
Pada pemeriksaan fisik masih ditemukan pernapasan cuping hidung, retraksi dan
rhonki. Terapi pada pasien ini dilanjutkan. Perbaikan klinis terlihat pada hari
perawatan 2, dimana sesak dan batuk sudah berkurang. Pada hari perawatan 3,
selain berkurangnya sesak dan batuk, pch, retraksi, dan rhonki juga ikut berkurang.
Pada Hari Ke-3 ini pasien juga diperbolehkan untuk minum ASI dan juga pasien
25
sudah bisa Berdiri dengan pegangan, duduk tanpa pegangan, mengangkat kepala
setinggi 45, menggerakan kepala dari kiri/kanan menuju tengah, melihat dan
menatap wajah, mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengaceh, suka tertawa
tanganya.
26
DAFTAR PUSTAKA
1. Retno AS, Landia S, Makmuri MS. Pneumonia. Divisi Respirologi Bagian Ilmu
NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku ajar respirologi anak. Edisi ke-1. Jakarta: IDAI;
2010. h. 350-365.
Saunders. 2011.
5. Zain MS. Bronkiolitis. Dalam: Rahajoe NN, Supriyatno B, Setyanto DB. Buku
7. Hazinski TA. The respiratory system. Dalam: Rudolph AM, Rudolph CD,
Hostetter MK, Lister G, Siegel NJ, penyunting. Rudolphs pediatrics. Edisi ke-
27
10. Formularium Spesialistik Ilmu Kesehatan Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia
2012; H. 83-85
11. Wilson LM. Tanda dan gejala penting pada penyakit pernapasan. Dalam: Price
SA, Wilson LM. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. Edisi ke-6.
28