Anda di halaman 1dari 20

AAS (Atomic Absorption Spectrometry)

1. Pengertian Atomic Absorption Spectrometry

Spektrofotometri Serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis untuk


penentuan unsur-unsur logam dan metaloid yang berdasarkan pada
penyerapan (absorpsi) radiasi oleh atom-atom bebas unsur tersebut.

Sekitar 67 unsur telah dapat ditentukan dengan cara AAS. Banyak


penentuan unsur-unsur logam yang sebelumnya dilakukan dengan metoda
polarografi, kemudian dengan metoda spektrofotometri UV-VIS, sekarang
banyak diganti dengan metoda AAS.

Ada lima komponen dasar alat SSA :

a. Sumber sinar : biasanya dalam bentuk HOLLOW CATHODE yang


mengemisikan spectrum sinar yang akan diserap oleh
atom.
b. Nyala Api : merupakan sel absorpsi yang menghasilkan sampel
berupa
atom-atom
c. Monokromator : untuk mendispersikan sinar dengan panjang gelombang
tertentu
d. Detektor : untuk mengukur intensitas sinar dan memperkuat sinyal
e. Readout : gambaran yang menunjukan pembacaan setelah
diproses oleh
alat elektronik

Seperti umumnya pada peralatan spectrometer, analisi kuantitatif suatu


sampel berdasarkan Hukum Lambert-Beer, yaitu :

A=bC

Keterangan :

A = absorbansi

= absorptivitas molar

b = lebar sampel yang dilalui sinar

C = Konsentrasi zat

Rumusan hokum Lambert Beer menunjukan bahwa besarnya nilai


absorbansi berbanding lurus (linear) dengan konsentrasi. Berdasarkan
penelitian, kelinieran hokum Lamber-Beer umumnya hanya terbatas pada nilai
absorban 0,2 sampai dengan 0,8.

2. Sejarah
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh
Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum
matahari. Sedangkan yang mememfaatkan prinsip serapan atom pada bidang
analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1995. Sebelum
ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode
analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu,
kemudian segera di gantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom atau Atomic
Absorption Spectroscopy (ASS). Metode ini sangat tepat untuk analisis Zat
pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di
bandingkan metode spektroskopi emisi konvensional.Memang selain dengan
metode serapan atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi dapat juga dianalisis
dengan fotometri nyala,tetapi untuk unsure-unsur dengan energi eksitasi tinggi
hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala Untuk analisis dengan garis
spectrum resonansi antara 400-800 nm,fotometri nyala sangat berguna
sedangkan antara 200-300 nm metode ASS lebih baik daripada fotometri
nyala.Untuk analisis kualitatif,metode fotometri nyala lebih disukai dari ASS,
karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow
cathode).kemonokromatisan dalam ASS merupakan sarat utama. Dari segi
biaya AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa
metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplomenter satu sama lainnya.

3. Fungsi
AAS (Atomic Absorption Spectrometry) berfungsi untuk menentukan kadar
konsentrasi dari unsur metalik untuk kepentingan medis dalam pemeliharaan
kesehatan, seperti kalsium, magnesium, tembaga, seng, dan besi.
Selain itu, AAS juga dapat digunakan untuk menentukan apakah obat-
obatan terapeutik tingkat seperti lithium telah dicapai dalam darah dan juga
dapat mendeteksi kuatitatif kadar racun pada logam.

4. Jenis dan tipe AAS


Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS :
a. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam
pada suhu 1700 C atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan
dilakukan atomisasi dengan cara memasukan cairan tersebut ke dalam
nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala yang diperlukan untuk
atomisasi setiap unsure berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan dengan
nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan
oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan
nyala:
1) Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi
unsur yang akan dianalisa
2) Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
3) Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
4) Gas cukup murni dan bersih (UHP)

Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu
nyala 1900 2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara :
propana (suhu nyala 1700 1900 C). Banyaknya atom dalam nyala
tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung perbandingan gas
bahan bakar dan oksidan.

b. Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energi listrik pada
batang karbon (CRA Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA
Graphite Tube Atomizer) yang mempunyai 2 elektroda.

Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik dialirkan


sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan
unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 C.
pemanasan larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu :

1) Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut


2) Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi
dekomposisi dan penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel
sehingga diperoleh garam atau oksida logam
3) Pengatoman (atomization)

c. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk
unsur As, Se, Sb yang mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih
dari 800 C sehingga atomisasi dilakukan dengan membentuk senyawa
hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai menjadi atom-atomnya melalui
reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya merkuri (Hg).

5. Prinsip Kerja
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang
berada dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh
sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar
yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor,
kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar
bergantung pada konfigurasi elektron dari atom sedangkan intensitasnya
bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar, dengan demikian AAS
dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif.

Spektrofotometri serapan atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang


didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang
berada pada tingkat energi dasar (ground state). Penyerapan tersebut
menyebabkan tereksitasinya elektron dalam kulit atom ke tingkat energi yang
lebih tinggi. Keadaan ini bersifat labil, elektron akan kembali ke tingkat energi
dasar sambil mengeluarkan energi yang berbentuk radiasi.

Dalam AAS, atom bebas berinteraksi dengan berbagai bentuk energi


seperti energi panas, energi elektromagnetik, energi kimia dan energi listrik.
Interaksi ini menimbulkan proses-proses dalam atom bebas yang menghasilkan
absorpsi dan emisi (pancaran) radiasi dan panas.

Radiasi yang dipancarkan bersifat khas karena mempunyai panjang


gelombang yang karakteristik untuk setiap atom bebas. Adanya absorpsi atau
emisi radiasi disebabkan adanya transisi elektronik yaitu perpindahan electron
dalam atom, dari tingkat energi yang satu ke tingkat energi yang lain.

Absorpsi radiasi terjadi apabila ada elektron yang mengabsorpsi energi


radiasi sehingga berpindah ke tingkat energi yang lebih tinggi. Emisi terjadi
apabila ada elektron yang berpindah ke tingkat energi yang lebih rendah
sehingga terjadi pelepasan energi dalam bentuk radiasi.

Panjang gelombang dari radiasi yang menyebabkan eksitasi ke tingkat


eksitasi tingkat-1 disebut panjang gelombang radiasi resonansi. Radiasi ini
berasal dari unsur logam/metalloid. Radiasi resonansi dari unsur X hanya dapat
diabsorpsi oleh atom X, sebaliknya atom X tidak dapat mengabsorpsi radiasi
resonansi unsur Y. Tak ada satupun unsur dalam susunan berkala yang radiasi
resonansinya menyamai unsur lain.

Hal inilah yang menyebabkan metode AAS sangat spesifik dan hampir
bebas gangguan karena frekuensi radiasi yang diserap adalah karakteristik
untuk setiap unsur. Gangguan hanya akan terjadi apabila panjang radiasi
resonansi dari dua unsur yang sangat berdekatan satu sama lain.

6. Bagian dan Fungsi


a. Sumber radiasi resonansi
Sumber radiasi resonansi yang digunakan adalah lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp) atau Electrodeless Discharge Tube
(EDT). Elektroda lampu katoda berongga biasanya terdiri dari wolfram dan
katoda berongga dilapisi dengan unsur murni atau campuran dari unsur
murni yang dikehendaki.
Tanung lampu dan jendela (window) terbuat dari silika atau kuarsa, diisi
dengan gas pengisi yang dapat menghasilkan proses ionisasi. Gas pengisi
yang biasanya digunakan ialah Ne, Ar atau He.
Pemancaran radiasi resonansi terjadi bila kedua elektroda diberi
tegangan, arus listrik yang terjadi menimbulkan ionisasi gas-gas pengisi.
Ion-ion gas yang bermuatan positif ini menembaki atom-atom yang terdapat
pada katoda yang menyebabkan tereksitasinya atom-atom tersebut. Atom-
atom yang tereksitasi ini bersifat tidak stabil dan akan kembali ke tingkat
dasar dengan melepaskan energy eksitasinya dalam bentuk radiasi. Radiasi
ini yang dilewatkan melalui atom yang berada dalam nyala.
b. Atomizer
Atomizer terdiri atas Nebulizer (sistem pengabut), spray chamber dan
burner (sistem pembakar)
1) Nebulizer berfungsi untuk mengubah larutan menjadi aerosol (butir-butir
kabut dengan ukuran partikel 15 20 m) dengan cara menarik larutan
melalui kapiler (akibat efek dari aliran udara) dengan pengisapan gas
bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke ruang pengabut. Partikel-
partikel kabut yang halus kemudian bersama-sama aliran campuran gas
bahan bakar, masuk ke dalam nyala, sedangkan titik kabut yang besar
dialirkan melalui saluran pembuangan.
2) Spray chamber berfungsi untuk membuat campuran yang homogen
antara gas oksidan, bahan bakar dan aerosol yang mengandung contoh
sebelum memasuki burner.
3) Burner merupakan sistem tepat terjadi atomisasi yaitu pengubahan
kabut/uap garam unsur yang akan dianalisis menjadi atom-atom normal
dalam nyala.

c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda
berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.

d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.

e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.

f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :

1) Lampu Katoda Monologam : Digunakan untuk mengukur 1 unsur


2) Lampu Katoda Multilogam : Digunakan untuk pengukuran beberapa
logam sekaligus, hanya saja harganya lebih mahal.
3) Soket pada bagian lampu katoda yang hitam, yang lebih menonjol
digunakan untuk memudahkan pemasangan lampu katoda pada saat
lampu dimasukkan ke dalam soket pada AAS. Bagian yang hitam ini
merupakan bagian yang paling menonjol dari ke-empat besi lainnya.
4) Lampu katoda berfungsi sebagai sumber cahaya untuk memberikan
energi sehingga unsur logam yang akan diuji, akan mudah tereksitasi.
Selotip ditambahkan, agar tidak ada ruang kosong untuk keluar
masuknya gas dari luar dan keluarnya gas dari dalam, karena bila ada
gas yang keluar dari dalam dapat menyebabkan keracunan pada
lingkungan sekitar.
5) Cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu
diletakkan pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus
penyimpanan ditutup kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan,
lamanya waktu pemakaian dicatat.

g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas
tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan
diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara,
maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal
lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun
pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung
berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.

h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau
sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh
AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting.

i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan
oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.

j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.

k. Buangan pada AAS


Buangan pada AAS disimpan di dalam drigen dan diletakkan terpisah
pada AAS. Buangan dihubungkan dengan selang buangan yang dibuat
melingkar sedemikian rupa, agar sisa buangan sebelumnya tidak naik lagi
ke atas, karena bila hal ini terjadi dapat mematikan proses pengatomisasian
nyala api pada saat pengukuran sampel, sehingga kurva yang dihasilkan
akan terlihat buruk. Tempat wadah buangan (drigen) ditempatkan pada
papan yang juga dilengkapi dengan lampu indicator. Bila lampu indicator
menyala, menandakan bahwa alat AAS atau api pada proses
pengatomisasian menyala, dan sedang berlangsungnya proses
pengatomisasian nyala api. Selain itu, papan tersebut juga berfungsi agar
tempat atau wadah buangan tidak tersenggol kaki. Bila buangan sudah
penuh, isi di dalam wadah jangan dibuat kosong, tetapi disisakan sedikit,
agar tidak kering.

7. Cara Kerja
a. Gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit,
dan komputer secara berurutan.
b. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
Yes dan jika tidak No.
c. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas
supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan
mudah.
d. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
e. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan.
f. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :
ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
g. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
h. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
i. Pada menu measurements pilih measure sample.
j. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
k. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
l. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
m. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
n. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
o. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
p. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu
ducting dan terakhir gas.

8. Perawatan/Maintenance
a. Untuk cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
b. Untuk cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
c. Untuk cara pemeliharaan burner yaitu setelah selesai pengukuran
dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi
aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan
untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan
diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di
bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
d. Untuk cara pemeliharaan tabung gas yaitu sebaiknya saat pengecekkan
kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat
menyebabkan saluran gas tersumbat.

9. Kalibrasi
a. Cara biasa
Kurva kalibrasi dengan cara biasa ada 2 jenis yaitu :
1) Konsentrasi mencakup seluruh daerah kerja (working range)
a. Konsentrasi larutan kalibrasi mencakup sebagian daerah kerja (hanya
yang linier)

Prosedur : sama dengan pekerjaan penentuan batas daerah kerja

Catatan : jangan sampai terjadi perbedaan absorban yang > 0,01 unit
antara 2 hasil pengukuran, Bila ini terjadi, berarti presisi menurun.

b. Cara adisi standar


1) Sediakan 5 buah labu takar yang sama ukurannya
Pipet X mL larutan contoh yang akan diukur ke dalam labu takar no 1 4
Pipet X mL air ke dalam labu takar no. 5
Pipet X mL larutan standar analit Z yang :
0 ppm Z ke dalam labu takar no. 1 dan 5
a ppm Z ke dalam labu takar no. 2
2a ppm Z ke dalam labu takar no. 3
3a ppm Z ke dalam labu takar no. 4
2) Tambahkan asam bila perlu (biasanya HNO3, atau lainnya), tambahkan
air hingga tanda batas
3) Homogenkan larutan dengan baik, ukur absorban dengan AAS
4) Buat grafik standar adisi, kemudian tentukan Cz konsentrasi analit Z

Catatan : labu takar no. 5 digunakan untuk set zero setiapkali larutan
kalibrasi akan diukur.

c. Cara high precision ratio (bracketing)

10. Kelebihan dan Kekurangan


Keuntungan metoda AAS adalah :
a. Spesifik
b. Batas (limit) deteksi rendah
c. Dari satu larutan yang sama, beberapa unsur berlainan dapat diukur
d. Pengukuran dapat langsung dilakukan terhadap larutan contoh (preparasi
contoh sebelum pengukuran lebih sederhana, kecuali bila ada zat
pengganggu)
e. Dapat diaplikasikan kepada banyak jenis unsur dalam banyak jenis contoh.
f. Batas kadar-kadar yang dapat ditentukan adalah amat luas (mg/L hingga
persen)
Kelemahan Metode AAS adalah :

a. Kurang sempurnanya preparasi sampel, seperti :


1) Proses destruksi yang kurang sempurna
2) Tingkat keasaman sampel dan blanko tidak sama
3) Kesalahan matriks, hal ini disebabkan adanya perbedaan matriks
sampel dan matriks standar
4) Aliran sampel pada burner tidak sama kecepatannya atau ada
penyumbatan pada jalannya aliran sampel.

b. Gangguan kimia berupa :


1) Disosiasi tidak sempurna
2) Ionisasi
3) Terbentuknya senyawa refraktori
GC (GAS CHROMATOGRAPHY)

1. Pengertian GC
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang
digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa
yang dapat menguap tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian
kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari
campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat
digunakan dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert,
sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer
ataupun larutan.
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi deferensial diantara dua fasa mengacu pada beberapa sifat
komponen sampel, yaitu :
a. Melarut dalam cairan
b. Melekat pada permukaan padatan halus
c. Bereaksi secara kimia

Sifat-sifat tersebutlah yang dimanfaatkan dalam metode kromatografi ini,


yaitu perbedaan migrasi komponen-komponen di dalam sampel. Kromatografi
gas terdiri dari 2 yaitu kromatografi gas cairan dengan mekanisme pemisahan
partisi, yaitu:

a. Kromatografi gascair (KGC),


fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung
sehingga solut akan terlarut dalam fase diam. Partisi komponen cuplikan
didasarkan atas kelarutan uap komponen bersangkutan pada zat cair (fasa
diam).
b. Kromatografi gas-padat (KGP)
fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Pada
kromatografi gas-padat, partisi komponen cuplikan didasarkan atas
fenomena adsorpsi pada permukaan zat padat (fasa diam). Namun KGP
jarang digunakan sehingga pada umumnya yang disebut dengan GC saat
ini adalah KGC.

2. Fungsi
Fungsi gas chromatography adalah menganalisa struktur molekul senyawa dan
memisahkan fraksi-fraksi kimia dalam senyawa.

3. Prinsip Kerja
Pada dasarnya prinsip yang digunakan pada kromatografi gas secara garis
besar adalah menggunakan kolom dan sampel yang diinjeksikan harus yang
tahan panas karena menggunakan gas pembakar. Disamping itu pada
kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase diam maupun fase
gerak, pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih keatsirian dari sampel.

4. Bagian dan Fungsi

Gambar skema GC

Gambar injektor GC

Gambar jenis kolom pada GC


Gambar flame ionisation detector pada GC

GC memiliki bagian dan fungsi sebagai berikut :


a. Gas Pengangkut
Gas pengangkut/ pemasok gas (carrier gas) ditempatkan dalam silinder
bertekanan tinggi. Biasanya tekanan dari silinder sebesar 150 atm. Tetapi
tekanan ini sangat besar untuk digunakan secara Iansung. Gas pengangkut
harus memenuhi persyaratan :
1) Harus inert, tidak bereaksi dengan cuplikan, cuplikan-pelarut, dan
material dalam kolom.
2) Murni dan mudah diperoleh, serta murah.
3) Sesuai/cocok untuk detektor.
4) Harus mengurangi difusi gas.
5) Gas-gas yang sering dipakai adalah : helium, argon, nitrogen, karbon
dioksida dan hidrogen. Gas helium dan argon sangat baik, tidak mudah
terbakar, tetapi sangat mahal. H2 mudah terbakar, sehingga harus
berhati-hati dalam pemakaiannya. Kadang-kadang digunakan juga CO2.
6) Pemilihan gas pengangkut atau pembawa ditentukan oleh ditektor yang
digunakan. Tabung gas pembawa dilengkapi dengan pengatur tekanan
keluaran dan pengukur tekanan. Sebelum masuk ke kromatografi, ada
pengukur kecepatan aliran gas serta sistem penapis molekuler untuk
memisahkan air dan pengotor gas lainnya. Pada dasarnya kecepatan
alir gas diatur melalui pengatur tekanan dua tingkat yaitu pengatur kasar
(coarse) pada tabung gas dan pengatur halus (fine) pada kromatografi.
Tekanan gas masuk ke kromatograf (yaitu tekanan dari tabung gas)
diatur pada 10-50 psi (di atas tekanan ruangan) untuk memungkinkan
aliran gas 25-150 mL/menit pada kolom terpaket dan 1-25 mL/menit
untuk kolom kapiler.

b. Tempat injeksi
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini
membutuhkan pemanasan sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam
kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama
untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50C
lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih
yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari
cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari
tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini
berarti bahwa suhu percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian
suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan
terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa yang akan
dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan
terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan
0,2 - 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di bawah.

c. Kolom
Ada dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang pertama adalah
kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari gelas atau steinstless
berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Kolom ini memiliki
ukuran panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4 nm. Yang kedua adalah kolom
kapiler, yang biasanya terbuat dari silica dengan lapisan poliamida. Kolom
jenis ini biasanya memiliki ukuran panjang 20-26 m dengan diameter yang
sangant kecil.

d. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor
yang umum digunakan:
1) Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
2) Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
3) Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
4) Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
5) Detektor nyala alkali
6) Detektor spektroskopi massa

Detector, yang paling umum digunakan dalam GC adalah detector


ionisasi nyala (FID) dan detector kondutivitas termal (TCD). Kedunya peka
terhadap berbagai komponen dan dapat berfungsi pada berbagai
konsentrasi. Sementara TCD pada dasarnya universal dan dapat
digunakan untuk mendeteksi setiap komponen selain gas pembawa
(selama konduktivitas mereka berbeda dari gas pembawa, suhu
detektor),dalam jumlah besar sensitif terutama untuk hidrokarbon.
Sedangkan FID tidak dapat mendeteksi air. TCD adalah detector non-
destruktif, sedangkan FID adalah detector destruktif. Biasanya detector ini
akan dihubungkan dengan Spektrokopi Masa, sehingga akan menjadi
rangkaian alat GC-MS. Adapun salah satu bentuk dari FID adalah sebagai
berikut :

e. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven
harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu
tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada
suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.

f. Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang dihasilkan detektor
disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder
atau sistem data.
Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan
kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang
digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-
ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil
rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang
sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan.
Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas.
Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis selektivitas.
Detektor non selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa, Detektor
selektif meresponi berbagai senyawa dengan sifat fisik atau kimia umum
dan detektor khusus menanggapi suatu senyawa kimia tunggal. Detektor
juga dapat dikelompokkan ke dalam concentration dependant detectors and
mass flow dependant detectors.
Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan
konsentrasi zat terlarut dalam detektor, dan biasanya Pengenceran sampel
akan menurunkan respon detektor. Mass flow dependant detectors biasanya
menghancurkan sampel, dan sinyal tersebut tergantung dengan laju di
mana molekul-molekul zat terlarut menuju ke detektor.

5. Cara Kerja
Mengaktifkan GC
a. Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
b. Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
1) Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
2) Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas
(FID)
3) Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
4) Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
c. Aktifkan computer.
d. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri
bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
e. Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
f. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
Method and Run Control pilih metode yang diinginkan.
g. Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu
20oC dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi
tidak diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag
column.
h. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan
untuk analisa (Method and Run Control)

Analisis Sampel

a. Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control Name,
Sub Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan tanggal hari
ini), Nama Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
b. Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui : Sequence
Isi Operator Name, Sub Directory (untuk memudahkan Parameter
pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Pastikan Data file Prefix/Counter,
Nama Signal, Counter.
c. Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime
Checklist :
1) Location : isikan lokasi vial sampel
2) Sample Name : sampel yang akan dianalisa
3) Method Name : method yang digunakan untuk analisa
4) Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
5) Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
6) Injector : Front atau Back
7) Sample Info : apabila diperlukan
8) Save Sequence
d. Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada
display GC : Ready for Injection dan lampu indicator not ready (warna
merah) pada panel GC off.
e. Run Sequence.
f. Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
g. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak secara
otomatis.

Kalibrasi Standar

a. Setelah selesai running standard, pada menu View klik menu Data
Analysis, double click Data yang diinginkan.
b. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
c. Bila pada data yang dipilih terdapat peak yang tidak dikehendaki (Auto
Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai
parameter yang cocok, klik Yes.
d. Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama Auto
Calibration Table Concentrasi masing-masing compound, klik Yes.
h. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila
ada waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
i. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
j. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report

Mematikan GC

a. Turunkan suhu inlet dan detector tanpa mematikan gas carrier.


b. Tunggu hingga suhu di Oven, Inlet, dan Detector berada pada suhu dibawah
50 0C.
c. Close software Chemstation : File
d. Tekan tombol Off (matikan GC)
e. Matikan UPS jika ada
f. Tutup kembali katup gas Helium (He), Nitrogen (N2), Hydrogen (H2), dan
Compress Air.

6. Perawatan/Maintenance GC
Setelah selesai analisis, pada menu Real Time Analysis lakukan pencucian
kolom dengan cara mengklik File, Open method file, pilih file Cleaning-FID, klik
Open.
a. Klik
b. Tunggu hingga parameter tercapai dan tunggu baseline hingga cukup lurus
( 30-60 menit).
c. Untuk mendinginkan suhu, klik File, Open method file, pilih file Cooling-
down, klik Open.
d. Klik
e. Tunggu hingga semua parameter tercapai.
f. Klik untuk mematikan system.
g. Tutup semua menu GC solution dan lakukan shut down PC.
h. Matikan GC-2010.
i. Buka kran drain cock pada kompresor udara untuk membuang sisa
kondensat dari tangki.
j. Tutup aliran gas He/N2 dan H2.
k. Cuci microsyringe dengan pelarut yang sesuai

Anda mungkin juga menyukai