A=bC
Keterangan :
A = absorbansi
= absorptivitas molar
C = Konsentrasi zat
2. Sejarah
Sejarah singkat tentang serapan atom pertama kali diamati oleh
Frounhofer, yang pada saat itu menelaah garis-garis hitam pada spetrum
matahari. Sedangkan yang mememfaatkan prinsip serapan atom pada bidang
analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh di tahun 1995. Sebelum
ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode
analis spektrografik. Beberapa cara ini yang sulit dan memakan waktu,
kemudian segera di gantikan dengan Spektroskopi Serapan Atom atau Atomic
Absorption Spectroscopy (ASS). Metode ini sangat tepat untuk analisis Zat
pada konsentrasi rendah. Teknik ini mempunyai beberapa kelebihan di
bandingkan metode spektroskopi emisi konvensional.Memang selain dengan
metode serapan atom,unsur-unsur dengan energi eksitasi dapat juga dianalisis
dengan fotometri nyala,tetapi untuk unsure-unsur dengan energi eksitasi tinggi
hanya dapat dilakukan dengan fotometri nyala Untuk analisis dengan garis
spectrum resonansi antara 400-800 nm,fotometri nyala sangat berguna
sedangkan antara 200-300 nm metode ASS lebih baik daripada fotometri
nyala.Untuk analisis kualitatif,metode fotometri nyala lebih disukai dari ASS,
karena ASS memerlukan lampu katoda spesifik (hallow
cathode).kemonokromatisan dalam ASS merupakan sarat utama. Dari segi
biaya AAS lebih mahal dari fotometri nyala berfilter. Dapat dikatakan bahwa
metode fotometri nyala dan AAS merupakan komplomenter satu sama lainnya.
3. Fungsi
AAS (Atomic Absorption Spectrometry) berfungsi untuk menentukan kadar
konsentrasi dari unsur metalik untuk kepentingan medis dalam pemeliharaan
kesehatan, seperti kalsium, magnesium, tembaga, seng, dan besi.
Selain itu, AAS juga dapat digunakan untuk menentukan apakah obat-
obatan terapeutik tingkat seperti lithium telah dicapai dalam darah dan juga
dapat mendeteksi kuatitatif kadar racun pada logam.
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah Udara : C2H2 (suhu
nyala 1900 2000 C), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 3000 C), Udara :
propana (suhu nyala 1700 1900 C). Banyaknya atom dalam nyala
tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala tergantung perbandingan gas
bahan bakar dan oksidan.
5. Prinsip Kerja
Prinsip dasar dari pengukuran secara AAS ini adalah, proses penguraian
molekul menjadi atom dengan batuan energi dari api atau listrik. Atom yang
berada dalam keadaan dasar ini bisa menyerap sinar yang dipancarkan oleh
sumber sinar, pada tahap ini atom akan berada pada keadaan tereksitasi. Sinar
yang tidak diserap oleh atom akan diteruskan dan dipancarkan pada detektor,
kemudian diubah menjadi sinyal yang terukur. Panjang gelombang sinar
bergantung pada konfigurasi elektron dari atom sedangkan intensitasnya
bergantung pada jumlah atom dalam keadaan dasar, dengan demikian AAS
dapat digunakan baik untuk analisa kuantitatif maupun kualitatif.
Hal inilah yang menyebabkan metode AAS sangat spesifik dan hampir
bebas gangguan karena frekuensi radiasi yang diserap adalah karakteristik
untuk setiap unsur. Gangguan hanya akan terjadi apabila panjang radiasi
resonansi dari dua unsur yang sangat berdekatan satu sama lain.
c. Monokromator
Setelah radiasi resonansi dari lampu katoda berongga melalui populasi
atom di dalam nyala, energy radiasi ini sebagian diserap dan sebagian lagi
diteruskan. Fraksi radiasi yang diteruskan dipisahkan dari radiasi lainnya.
Pemilihan atau pemisahan radiasi tersebut dilakukan oleh monokromator.
Monokromator berfungsi untuk memisahkan radiasi resonansi yang
telah mengalami absorpsi tersebut dari radiasi-radiasi lainnya. Radiasi
lainnya berasal dari lampu katoda berongga, gas pengisi lampu katoda
berongga atau logam pengotor dalam lampu katoda berongga.
Monokromator terdiri atas sistem optik yaitu celah, cermin dan kisi.
d. Detektor
Detektor berfungsi mengukur radiasi yang ditransmisikan oleh sampel dan
mengukur intensitas radiasi tersebut dalam bentuk energi listrik.
e. Rekorder
Sinyal listrik yang keluar dari detektor diterima oleh piranti yang dapat
menggambarkan secara otomatis kurva absorpsi.
f. Lampu Katoda
Lampu katoda merupakan sumber cahaya pada AAS. Lampu katoda
memiliki masa pakai atau umur pemakaian selama 1000 jam. Lampu
katoda pada setiap unsur yang akan diuji berbeda-beda tergantung unsur
yang akan diuji, seperti lampu katoda Cu, hanya bisa digunakan untuk
pengukuran unsur Cu. Lampu katoda terbagi menjadi dua macam, yaitu :
g. Tabung Gas
Tabung gas pada AAS yang digunakan merupakan tabung gas yang
berisi gas asetilen. Gas asetilen pada AAS memiliki kisaran suhu
20.000K, dan ada juga tabung gas yang berisi gas N2O yang lebih panas
dari gas asetilen, dengan kisaran suhu 30.000K. Regulator pada tabung
gas asetilen berfungsi untuk pengaturan banyaknya gas yang akan
dikeluarkan, dan gas yang berada di dalam tabung. Spedometer pada
bagian kanan regulator merupakan pengatur tekanan yang berada di dalam
tabung.
Pengujian untuk pendeteksian bocor atau tidaknya tabung gas
tersebut, yaitu dengan mendekatkan telinga ke dekat regulator gas dan
diberi sedikit air, untuk pengecekkan. Bila terdengar suara atau udara,
maka menendakan bahwa tabung gas bocor, dan ada gas yang keluar. Hal
lainnya yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan sedikit air sabun
pada bagian atas regulator dan dilihat apakah ada gelembung udara yang
terbentuk. Bila ada, maka tabung gas tersebut positif bocor. Sebaiknya
pengecekkan kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak
akan dapat menyebabkan saluran gas tersumbat. Gas didalam tabung
dapat keluar karena disebabkan di dalam tabung pada bagian dasar tabung
berisi aseton yang dapat membuat gas akan mudah keluar, selain gas juga
memiliki tekanan.
h. Ducting
Ducting merupakan bagian cerobong asap untuk menyedot asap atau
sisa pembakaran pada AAS, yang langsung dihubungkan pada cerobong
asap bagian luar pada atap bangunan, agar asap yang dihasilkan oleh
AAS, tidak berbahaya bagi lingkungan sekitar. Asap yang dihasilkan dari
pembakaran pada AAS, diolah sedemikian rupa di dalam ducting, agar
polusi yang dihasilkan tidak berbahaya.
Cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
Penggunaan ducting yaitu, menekan bagian kecil pada ducting kearah
miring, karena bila lurus secara horizontal, menandakan ducting tertutup.
Ducting berfungsi untuk menghisap hasil pembakaran yang terjadi pada
AAS, dan mengeluarkannya melalui cerobong asap yang terhubung dengan
ducting.
i. Kompresor
Kompresor merupakan alat yang terpisah dengan main unit, karena
alat ini berfungsi untuk mensuplai kebutuhan udara yang akan digunakan
oleh AAS, pada waktu pembakaran atom. Kompresor memiliki 3 tombol
pengatur tekanan, dimana pada bagian yang kotak hitam merupakan
tombol ON-OFF, spedo pada bagian tengah merupakan besar kecilnya
udara yang akan dikeluarkan, atau berfungsi sebagai pengatur tekanan,
sedangkan tombol yang kanan merupakantombol pengaturan untuk
mengatur banyak/sedikitnya udara yang akan disemprotkan ke burner.
Bagian pada belakang kompresor digunakan sebagai tempat penyimpanan
udara setelah usai penggunaan AAS.
Alat ini berfungsi untuk menyaring udara dari luar, agar bersih.posisi ke
kanan, merupakan posisi terbuka, dan posisi ke kiri merupakan posisi
tertutup. Uap air yang dikeluarkan, akan memercik kencang dan dapat
mengakibatkan lantai sekitar menjadi basah, oleh karena itu sebaiknya
pada saat menekan ke kanan bagian ini, sebaiknya ditampung dengan lap,
agar lantai tidak menjadi basah dan uap air akan terserap ke lap.
j. Burner
Burner merupakan bagian paling terpenting di dalam main unit, karena
burner berfungsi sebagai tempat pancampuran gas asetilen, dan
aquabides, agar tercampur merata, dan dapat terbakar pada pemantik api
secara baik dan merata. Lobang yang berada pada burner, merupakan
lobang pemantik api, dimana pada lobang inilah awal dari proses
pengatomisasian nyala api.
Perawatan burner yaitu setelah selesai pengukuran dilakukan, selang
aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi aquabides selama 15
menit, hal ini merupakan proses pencucian pada aspirator dan burner
setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan untuk menghisap
atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan diuji. Selang
aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di bagian
kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
Nilai eksitasi dari setiap logam memiliki nilai yang berbeda-beda.
Warna api yang dihasilkan berbeda-beda bergantung pada tingkat
konsentrasi logam yang diukur. Bila warna api merah, maka menandakan
bahwa terlalu banyaknya gas. Dan warna api paling biru, merupakan warna
api yang paling baik, dan paling panas.
7. Cara Kerja
a. Gas di buka terlebih dahulu, kemudian kompresor, lalu ducting, main unit,
dan komputer secara berurutan.
b. Di buka program SAA (Spectrum Analyse Specialist), kemudian muncul
perintah apakah ingin mengganti lampu katoda, jika ingin mengganti klik
Yes dan jika tidak No.
c. Dipilih yes untuk masuk ke menu individual command, dimasukkan nomor
lampu katoda yang dipasang ke dalam kotak dialog, kemudian diklik setup,
kemudian soket lampu katoda akan berputar menuju posisi paling atas
supaya lampu katoda yang baru dapat diganti atau ditambahkan dengan
mudah.
d. Dipilih No jika tidak ingin mengganti lampu katoda yang baru.
e. Pada program SAS 3.0, dipilih menu select element and working
mode.Dipilih unsur yang akan dianalisis dengan mengklik langsung pada
symbol unsur yang diinginkan.
f. Jika telah selesai klik ok, kemudian muncul tampilan condition settings.
Diatur parameter yang dianalisis dengan mensetting fuel flow :1,2 ;
measurement; concentration ; number of sample: 2 ; unit concentration :
ppm ; number of standard : 3 ; standard list : 1 ppm, 3 ppm, 9 ppm.
g. Diklik ok and setup, ditunggu hingga selesai warming up.
h. Diklik icon bergambar burner/ pembakar, setelah pembakar dan lampu
menyala alat siap digunakan untuk mengukur logam.
i. Pada menu measurements pilih measure sample.
j. Dimasukkan blanko, didiamkan hingga garis lurus terbentuk, kemudian
dipindahkan ke standar 1 ppm hingga data keluar.
k. Dimasukkan blanko untuk meluruskan kurva, diukur dengan tahapan yang
sama untuk standar 3 ppm dan 9 ppm.
l. Jika data kurang baik akan ada perintah untuk pengukuran ulang, dilakukan
pengukuran blanko, hingga kurva yang dihasilkan turun dan lurus.
m. Dimasukkan ke sampel 1 hingga kurva naik dan belok baru dilakukan
pengukuran.
n. Dimasukkan blanko kembali dan dilakukan pengukuran sampel ke 2.
o. Setelah pengukuran selesai, data dapat diperoleh dengan mengklik icon
print atau pada baris menu dengan mengklik file lalu print.
p. Apabila pengukuran telah selesai, aspirasikan air deionisasi untuk membilas
burner selama 10 menit, api dan lampu burner dimatikan, program pada
komputer dimatikan, lalu main unit AAS, kemudian kompresor, setelah itu
ducting dan terakhir gas.
8. Perawatan/Maintenance
a. Untuk cara pemeliharaan lampu katoda ialah bila setelah selesai digunakan,
maka lampu dilepas dari soket pada main unit AAS, dan lampu diletakkan
pada tempat busanya di dalam kotaknya lagi, dan dus penyimpanan ditutup
kembali. Sebaiknya setelah selesai penggunaan, lamanya waktu pemakaian
dicatat.
b. Untuk cara pemeliharaan ducting, yaitu dengan menutup bagian ducting
secara horizontal, agar bagian atas dapat tertutup rapat, sehingga tidak
akan ada serangga atau binatang lainnya yang dapat masuk ke dalam
ducting. Karena bila ada serangga atau binatang lainnya yang masuk ke
dalam ducting , maka dapat menyebabkan ducting tersumbat.
c. Untuk cara pemeliharaan burner yaitu setelah selesai pengukuran
dilakukan, selang aspirator dimasukkan ke dalam botol yang berisi
aquabides selama 15 menit, hal ini merupakan proses pencucian pada
aspirator dan burner setelah selesai pemakaian. Selang aspirator digunakan
untuk menghisap atau menyedot larutan sampel dan standar yang akan
diuji. Selang aspirator berada pada bagian selang yang berwarna oranye di
bagian kanan burner. Sedangkan selang yang kiri, merupakan selang untuk
mengalirkan gas asetilen. Logam yang akan diuji merupakan logam yang
berupa larutan dan harus dilarutkan terlebih dahulu dengan menggunakan
larutan asam nitrat pekat. Logam yang berada di dalam larutan, akan
mengalami eksitasi dari energi rendah ke energi tinggi.
d. Untuk cara pemeliharaan tabung gas yaitu sebaiknya saat pengecekkan
kebocoran, jangan menggunakan minyak, karena minyak akan dapat
menyebabkan saluran gas tersumbat.
9. Kalibrasi
a. Cara biasa
Kurva kalibrasi dengan cara biasa ada 2 jenis yaitu :
1) Konsentrasi mencakup seluruh daerah kerja (working range)
a. Konsentrasi larutan kalibrasi mencakup sebagian daerah kerja (hanya
yang linier)
Catatan : jangan sampai terjadi perbedaan absorban yang > 0,01 unit
antara 2 hasil pengukuran, Bila ini terjadi, berarti presisi menurun.
Catatan : labu takar no. 5 digunakan untuk set zero setiapkali larutan
kalibrasi akan diukur.
1. Pengertian GC
Kromatografi gas (GC) adalah jenis umum dari kromatografi yang
digunakan dalam kimia analitik untuk memisahkan dan menganalisis senyawa
yang dapat menguap tanpa dekomposisi. GC dapat digunakan untuk pengujian
kemurnian zat tertentu, atau memisahkan komponen yang berbeda dari
campuran (jumlah relatif komponen tersebut juga dapat ditentukan). GC dapat
digunakan dalam mengidentifikasi suatu senyawa.
Kromatografi gas, berdasarkan fasa gerak dan fasa diamnya merupakan
kromatografi gas-cair. Dimana fasa geraknya berupa gas yang bersifat inert,
sedangkan fasa diamnya berupa cairan yang inert pula, dapat berupa polimer
ataupun larutan.
Pengertian kromatografi menyangkut metode pemisahan yang didasarkan
atas distribusi deferensial diantara dua fasa mengacu pada beberapa sifat
komponen sampel, yaitu :
a. Melarut dalam cairan
b. Melekat pada permukaan padatan halus
c. Bereaksi secara kimia
2. Fungsi
Fungsi gas chromatography adalah menganalisa struktur molekul senyawa dan
memisahkan fraksi-fraksi kimia dalam senyawa.
3. Prinsip Kerja
Pada dasarnya prinsip yang digunakan pada kromatografi gas secara garis
besar adalah menggunakan kolom dan sampel yang diinjeksikan harus yang
tahan panas karena menggunakan gas pembakar. Disamping itu pada
kromatografi gas, selain oleh afinitasnya terhadap fase diam maupun fase
gerak, pemisahannya juga ditentukan oleh titik didih keatsirian dari sampel.
Gambar skema GC
Gambar injektor GC
b. Tempat injeksi
Dalam kromatografi gas cuplikan harus dalam bentuk fase uap. Gas
dan uap dapat dimasukkan secara langsung. Tetapi kebanyakan senyawa
organik berbentuk cairan dan padatan. Hingga dengan demikian senyawa
yang berbentuk cairan dan padatan pertama-tama harus diuapkan. Ini
membutuhkan pemanasan sebelum masuk dalam kolom.
Tempat injeksi dari alat GLC/KGC selalu dipanaskan. Dalam
kebanyakan alat, suhu dari tempat injeksi dapat diatur. Aturan pertama
untuk pengaturan suhu ini adalah batiwa suhu tempat injeksi sekitar 50C
lebih tinggi dari titik didih campuran dari cuplikan yang mempunyai titik didih
yang paling tinggi. Bila kita tidak mengetahui titik didih komponen dari
cuplikan maka kita harus mencoba-coba. Sebagai tindak lanjut suhu dari
tempat injeksi dinaikkan. Jika puncak-puncak yang diperoleh lebih baik, ini
berarti bahwa suhu percobaan pertama terlalu rendah. Namun demikian
suhu tempat injeksi tidak boleh terlalu tinggi, sebab kemungkinan akan
terjadi perubahan karena panas atau penguraian dari senyawa yang akan
dianalisa.
Cuplikan dimasukkan ke dalam kolom dengan cara menginjeksikan
melalui tempat injeksi. Hal ini dapat dilakukan dengan pertolongan jarum
injeksi yang sering disebut "a gas tight syringe".
Perlu diperhatikan bahwa kita tidak boleh menginjeksikan cuplikan
terlalu banyak, karena GC sangat sensitif. Biasanya jumlah cuplikan yang
diinjeksikan pada waktu kita mengadakan analisa 0,5 -50 ml untuk gas dan
0,2 - 20 ml untuk cairan seperti pada gambar di bawah.
c. Kolom
Ada dua jenis kolom yang digunakan dalam GC. Yang pertama adalah
kolom kemas, yaitu berupa tabung yang terbuat dari gelas atau steinstless
berisi suatu padatan inert yang dikemas secara rapi. Kolom ini memiliki
ukuran panjang 1,5-10 m dan diameter 2,2-4 nm. Yang kedua adalah kolom
kapiler, yang biasanya terbuat dari silica dengan lapisan poliamida. Kolom
jenis ini biasanya memiliki ukuran panjang 20-26 m dengan diameter yang
sangant kecil.
d. Detektor
Detektor berfungsi sebagai pendeteksi komponen-komponen yang
telah dipisahkan dari kolom secara terus-menerus, cepat, akurat, dan dapat
melakukan pada suhu yang lebih tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifat-
sifat molekul dari senyawa organik menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk menghasilkan kromatogram. Detektor
yang umum digunakan:
1) Detektor hantaran panas (Thermal Conductivity Detector_ TCD)
2) Detektor ionisasi nyala (Flame Ionization Detector_ FID)
3) Detektor penangkap elektron (Electron Capture Detector _ECD)
4) Detektor fotometrik nyala (Falame Photomertic Detector _FPD)
5) Detektor nyala alkali
6) Detektor spektroskopi massa
e. Oven kolom
Kolom terletak didalam sebuah oven dalam instrumen. Suhu oven
harus diatur dan sedikit dibawah titik didih sampel. Jika suhu diset terlalu
tinggi, cairan fase diam bisa teruapkan, juga sedikit sampel akan larut pada
suhu tinggi dan bisa mengalir terlalu cepat dalam kolom sehingga menjadi
terpisah.
f. Recorder
Rekorder berfungsi sebagai pengubah sinyal dari detektor yang
diperkuat melalui elektrometer menjadi bentuk kromatogram. Dari
kromatogram yang diperoleh dapat dilakukan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dengan cara membandingkan waktu retensi
sampel dengan standar. Analisis kuantitatif dengan menghitung luas area
maupun tinggi dari kromatogram. Sinyal analitik yang dihasilkan detektor
disambungkan oleh rangkaian elektronik agar bisa diolah oleh rekorder
atau sistem data.
Sebuah rekorder bekerja dengan menggerakkan kertas dengan
kecepatan tertentu. di atas kertas tersebut dipasangkan pena yang
digerakkan oleh sinyal keluaran detektor sehingga posisinya akan berubah-
ubah sesuai dengan dinamika keluaran penguat sinyal detektor. Hasil
rekorder adalah sebuah kromatogram berbentuk pik-pik dengan pola yang
sesuai dengan kondisi sampel dan jenis detektor yang digunakan.
Ada beberapa detektor yang dapat digunakan dalam kromatografi gas.
Detektor yang berbeda akan memberikan berbagai jenis selektivitas.
Detektor non selektif merespon senyawa kecuali gas pembawa, Detektor
selektif meresponi berbagai senyawa dengan sifat fisik atau kimia umum
dan detektor khusus menanggapi suatu senyawa kimia tunggal. Detektor
juga dapat dikelompokkan ke dalam concentration dependant detectors and
mass flow dependant detectors.
Sinyal dari concentration dependant detectors terkait dengan
konsentrasi zat terlarut dalam detektor, dan biasanya Pengenceran sampel
akan menurunkan respon detektor. Mass flow dependant detectors biasanya
menghancurkan sampel, dan sinyal tersebut tergantung dengan laju di
mana molekul-molekul zat terlarut menuju ke detektor.
5. Cara Kerja
Mengaktifkan GC
a. Aktifkan Un-interrupable Power Supply (UPS) jika ada.
b. Buka katup gas (alirkan gas ke GC)
1) Gas Helium (He) sebagai gas pembawa (carier)
2) Gas Nitrogen (N2) sebagai pembawa (carier) dan sebagai make up gas
(FID)
3) Gas Hydrogen (H2) sebagai gas pembakar (FID)
4) Gas Compress Air sebagai pembakar (FID)
c. Aktifkan computer.
d. Aktifkan Gas Chromatography (GC) dengan tombol On/Off berada di sisi kiri
bawah, tunggu hingga GC selesai initialisasi & self test (kira-kira 2 menit).
e. Aktifkan software chemstation dengan doble Program click kiri icon
instrument 1 online atau klik start Instrument 1 online. ChemStation
f. Pastikan menu berada pada Load Method (Conditioning Methode) Method
Method and Run Control pilih metode yang diinginkan.
g. Sebelum digunakan, pastikan column sudah diconditioning dengan suhu
20oC dibawah suhu maximum column atau diatas suhu operational tetapi
tidak diperbolehkan melewati suhu max column seperti yang tertera di tag
column.
h. Conditioning GC selama 30 menit. Pilih Methode yang akan digunakan
untuk analisa (Method and Run Control)
Analisis Sampel
a. Isi Operator Sample Info Isi identitas sampel melalui : Run Control Name,
Sub Directory (untuk memudahkan pencarian data, gunakan tanggal hari
ini), Nama Signal, Nama Sample, komentar bila ada.
b. Apabila menggunakan Sequance, isi identitas sampel melalui : Sequence
Isi Operator Name, Sub Directory (untuk memudahkan Parameter
pencarian data, gunakan tanggal hari ini), Pastikan Data file Prefix/Counter,
Nama Signal, Counter.
c. Pastikan Parts of Method to Run berada pada According to Runtime
Checklist :
1) Location : isikan lokasi vial sampel
2) Sample Name : sampel yang akan dianalisa
3) Method Name : method yang digunakan untuk analisa
4) Inj/Location : jumlah injeksi pada satu lokasi vial
5) Inj Volume : jumlah sampel yang diinjeksikan ke GC
6) Injector : Front atau Back
7) Sample Info : apabila diperlukan
8) Save Sequence
d. Tunggu hingga status di layar computer ready (warna hijau) atau pada
display GC : Ready for Injection dan lampu indicator not ready (warna
merah) pada panel GC off.
e. Run Sequence.
f. Pastikan ikon Sequence aktif dengan cara pilih Run Control
g. Tunggu hingga analisa selesai, hasil analisa akan langsung tercetak secara
otomatis.
Kalibrasi Standar
a. Setelah selesai running standard, pada menu View klik menu Data
Analysis, double click Data yang diinginkan.
b. Ambil data yang akan dianalisa melalui : File
c. Bila pada data yang dipilih terdapat peak yang tidak dikehendaki (Auto
Integration), klik Integration, Save lewat icon bergambar buku, isi nilai
parameter yang cocok, klik Yes.
d. Isi Calibration Table melalui Calibration, isi column dengan nama Auto
Calibration Table Concentrasi masing-masing compound, klik Yes.
h. Bila data sudah terkalibrasi dan ingin di edit, cukup melalui Replace, bila
ada waktu retensi (RT) yang berubah, ganti dengan RT yang baru.
i. Simpan data yang sudah terkalibrasi.
j. Cetak hasil kalibrasi melalui menu Report
Mematikan GC
6. Perawatan/Maintenance GC
Setelah selesai analisis, pada menu Real Time Analysis lakukan pencucian
kolom dengan cara mengklik File, Open method file, pilih file Cleaning-FID, klik
Open.
a. Klik
b. Tunggu hingga parameter tercapai dan tunggu baseline hingga cukup lurus
( 30-60 menit).
c. Untuk mendinginkan suhu, klik File, Open method file, pilih file Cooling-
down, klik Open.
d. Klik
e. Tunggu hingga semua parameter tercapai.
f. Klik untuk mematikan system.
g. Tutup semua menu GC solution dan lakukan shut down PC.
h. Matikan GC-2010.
i. Buka kran drain cock pada kompresor udara untuk membuang sisa
kondensat dari tangki.
j. Tutup aliran gas He/N2 dan H2.
k. Cuci microsyringe dengan pelarut yang sesuai