Contohnya adalah Lingkungan hidup adalah suatu konsep holistik dan integral yang
berwujud di bumi ini dalam bentuk susunan, dan fungsi interaktif antar semua komponen
yang ada, baik yang insani (biotik), maupun yang ragawi (abiotik), dan sosial. Ketiganya
saling mempengaruhi, menentukan, dan sating interaksi, sehingga senantiasa
lingkungan berada dalam dinamika, perubahan, dan ketidakpastian. Lingkungan
hidup tidak bisa lepas dari kehidupan manusia, untuk kesejahteraan manusia,
tetapi tanpa melupakan makhluk hidup lainnya. Pada kehidupan manusia,
manusia mempunyai kemampuan adaptasi lebih besar daripada makhluk hidup
lainnya melalui adaptasi kultural, oleh karenanya lingkungan sosial budaya
menjadi penting bagi manusia.
8. UU No. 32 Tahun 2009 merupakan suatu kebijakan pemerintah yang mengatur segala
sesuatu yang berkaitan tentang pengelolaan dan pengendalian lingkungan hidup agar
bersinergi denga pembangunan mulai dari rencana hingga penindakan hukumnya.
Perbedaan mendasar antara Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan
Lingkungan Hidup dengan Undang-Undang ini adalah adanya penguatan yang terdapat dalam
yang didasarkan pada tata kelola pemerintahan yang baik karena dalam setiap proses
Secara umum, perbedaan antara UUPLH, 1997 Dengan Rencana Undang-Undang Perlindungan Dan
B. RUU Pengelolaan Lingkungan Hidup, 2009 yang telah disahkan tanggal 8 September 2009 terdiri
atas 18 bab dan 86 pasal
1. PERBEDAAN MATERI
1. Isi UUPLH saat ini (UU No 23/1997) lebih menitik beratkan pada isu pencemaran lingkungan
hidup (brown issue), sedangkan pengelolaan sumberdaya alam meskipun telah diatur dalam
sinergi dan kapasitas untuk menjalankan kebijakan, baik yang terkait dengan
pengelolaan sumberdaya alam maupun pengelolaan lingkungan hidup.
memberikan kewenangan kuat kepada penyidik pegawai negeri sipil. Wewenangnya mulai dari
memeriksa kebenaran laporan, dokumen, hingga menangkap dan menahan pelanggar
lingkungan.
2. PPNS. Pada Bab XV tentang Penyidikan, terdapat sembilan kewenangan PPNS, seperti memeriksa
kebenaran laporan, memeriksa orang/badan hukum, meminta keterangan dan bukti, serta
memeriksa pembukuan, catatan, dan dokumen. Lainnya, menyita bahan dan barang hasil
pelanggaran, meminta bantuan ahli terkait penyidikan, memasuki lokasi untuk memotret, dan
membuat rekaman video. Terakhir, wewenang menangkap dan menahan tersangka pelanggar
lingkungan.
3. Dalam RUU PLH yang baru terkandung keinginan untuk memberi mandat yang lebih luas kepada
lingkup pengelolaan lingkungan. Ranah pengelolan lingkungan hidup yang semula sebatas pada
tampak diperluas ke: i) alokasi dan fungsi ruang; dan ii) pemanfaatan dan/atau pencadangan
4. Dalam RUU PLH, pemulihan diletakkan sebagai bagian elemen pengendalian (bagian keempat
dari Bab V Pengendalian, Pasal 23 dan 24), disamping itu pemulihan atas kerusakan dan
pencemaran yang selama ini telah terjadi belum secara eksplisit dinyatakan untuk diatasi oleh
negara dalam Pasal 23 dan 24. Dalam RUU PLH, pemantauan hanya diletakkan sebagai bagian
dari kewenangan pejabat pengawas (Pasal 30). DalamPasal 7. kewajiban pemerintah pusat dan
pemerintah daerah membuat Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KHLS). Hal ini tidak terdapat
dalam UU No. 23 Tahun 1997. Dari penerapan KHLS dalam UU PPLH diharapkan pembangunan
berkelanjutan sebagai dasar dan integrasi suatu kebijakan, rencana, dan program
pembangunan.
5. penguatan analisis mengenai dampak lingkungan (Amdal). Upaya itu diharapkan mencegah
penyusun dokumen Amdal, penerapan sanksi hukum bagi pelanggar bidang Amdal, dan Amdal
sebagai persyaratan utama memperoleh izin lingkungan sebagai prasyarat memperoleh izin
6. Sistem hukum dapat ditegakkan oleh pejabat pengawas dengan penghentian pelanggaran di
lapangan dengan pemberlakukan UU PPLH. Begitu pula penangkapan, penahan, hasil penyidikan
dapat dilakukan oleh penyidik PNS yang dibawa ke jaksa penuntut umum (JPU) bersama
kepolisian. Pemberi izin lingkungan tidak sesuai prosedur dan pejabat yang tidak melaksanakan
tugas pengawasan lingkungan dapat dipidana. (bila pejabat publik yang berwenang dengan
sengaja melakukan tindakan yang menimbulkan kerusakan dan pencemaran lingkungan hidup
dapat dipidana setahun dan didenda Rp1 miliar,)