ISBN 978-979-1295-27-7
Didukung oleh:
Penulis:
Tim CSIS
Yose Rizal Damuri
Haryo Aswichayono
Ira Setiati
David Christian
Adinova Fauri
Percetakan:
PT Kanisius, Yogyakarta
PETA
JALAN
PENGARUSUTAMAAN
PERSAINGAN
USAHA
Daftar Isi 4
Daftar Gambar 7
Kata Pengantar 9
Pengarusutamaan Persaingan Usaha yang Sehat
BAB 1 Pendahuluan 13
Daftar Referensi 88
Gambar 4.1. 48
Sistematika Pemikiran Peta Jalan Pengarusutamaan PPU
Gambar 4.2. 49
Rangkuman Tahapan dalam Peta Jalan Pengarusutamaan PPU
Gambar 4.3. 50
Output Masing-Masing Tahap dalam Peta Jalan Pengarusutamaan PPU
Gambar 5.1. 56
Alur Pemikiran Pembentukan Forum Diskusi Persaingan Usaha
Gambar 5.2. 60
Mekanisme Hubungan Kelembagaan Kunci dalam Proses Peninjauan
Regulasi
Gambar 5.3. 67
Kerangka Waktu Aktivitas Pengarusutamaan PPU pada Aspek
Kelembagaan
Gambar 6.1. 69
Pemetaan Pemangku Kepentingan dalam Pengarusutamaan PPU
Gambar 6.2. 71
Proses Penyusunan Regulasi Baru & Penerapan PPU di Dalamnya
Gambar 6.3. 75
Kerangka Waktu Pengarusutamaan PPU pada Aspek Konsultasi
dan Koordinasi
Gambar 7.1. 82
Kerangka Waktu Pengarusutamaan PPU pada Aspek Hukum
dan Perundangan
Tabel 2.2. 23
Perbandingan Unadjusted & Adjusted CR4, 1985-2012
Tabel 3.1. 34
Regulasi Perundangan di Indonesia 16
Tabel 3.2. 36
Indikator Kualitas Regulasi Indonesia
Box 4.1. 51
Sejumlah Prinsip Persaingan Usaha (PPU) Menurut PECC
Box 5.1. 57
Contoh Forum Diskusi Sejenis di Sektor Lain
Box 5.2. 62
Instrumen Daftar Periksa Persaingan Usaha dari KPPU
K/L Kementerian/Lembaga
K/L/P Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah
KPPU Komisi Pengawas Persaingan Usaha
LPR Lembaga Peninjauan Regulasi
PPU Prinsip Persaingan Usaha
P
erekonomian nasional menghadapi situasi
ekternal yang sulit. Perekonomian global mengalami proses
pemulihan yang lamban ditandai oleh penurunan permintaan
terhadap komoditas Sumber Daya Alam (SDA). Harga komoditas
pertambangan, perkebunan, perikanan dan pertanian menurun drastis.
Era commodity booming sudah berakhir. Pertumbuhan ekonomi nasional
yang dalam 10 tahun terakhir ditopang oleh ekspor komoditas SDA
mengalami pelambatan. Perekonomian nasional membutuhkan sumber
pendorong pertumbuhan ekonomi yang baru sehingga lebih berkelanjutan
dalam jangka panjang.
Productivity growth sebagai new source of growth. Pengalaman beberapa
negara, khususnya Korea yang mencapai status sebagai negara maju dengan
pendapatan per kapita lebih besar US$ 12.750,- pada tahun 2000 karena
ditopang oleh productivity growth yang tinggi. Demikian juga China yang
tumbuh sekitar 10 persen dalam beberapa dekade terakhir karena ditopang
oleh pertumbuhan produktifitas (total factor productivity growth).
Pengalaman internasional menunjukkan bahwa pertumbuhan
produktifitas sebagai sumber pertumbuhan ekonomi tinggi yang
berkelanjutan karena sejak awal mengadopsi kebijakan dan hukum
persaingan. Pemerintah Jepang dalam beberapa dekade sebelumnya
melakukan mainstreaming prinsip persaingan ke dalam proses pengambilan
kebijakan publiknya.
Sementara perekonomian Indonesia baru sekitar 15 tahun mengadopsi
BAB 1
Pendahuluan
I
klim usaha berbasis kompetisi yang adil diperlukan
perekonomian untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi,
baik untuk kepentingan alokasi sumber daya maupun distribusi
hasil aktifitas perekonomian. Ini menjadi salah satu aspek penting
mengingat penerapan prinsip persaingan usaha dapat meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dengan menciptakan harga yang lebih kompetitif
di pasaran, dan meningkatkan investasi sehingga dapat menciptakan
lebih banyak lapangan kerja. Kondisi perekonomian yang berbasis pro-
kompetisi dapat dicapai dengan dua mekanisme; implementasi dari
hukum persaingan usaha, dan pengarusutamaan prinsip persaingan
usaha ke dalam setiap kebijakan dan regulasi ekonomi. Meskipun hukum
persaingan usaha sudah dinilai cukup berhasil dalam satu dekade terakhir,
namun penegakan hukum persaingan usaha masih terbatas atau berbasis
pada perilaku persaingan tidak sehat yang terjadi. Prinsip persaingan
usaha (PPU) masih belum menjadi komponen utama dalam pembuatan
kebijakan dan regulasi ekonomi.
Pengarusutamaan prinsip persaingan usaha merupakan strategi untuk
mengintegrasikan PPU yang adil dalam pembangunan. Pengintegrasian
tersebut dimulai dari proses perencanaan, penganggaran, pelaksanaan,
serta pemantauan dan evaluasi seluruh regulasi, kebijakan, dan program
pembangunan. Pengarusutamaan prinsip persaingan usaha ditujukan
untuk mewujudkan iklim usaha yang lebih kompetitif, yaitu dunia usaha
P
enerapan prinsip persaingan dalam perekonomian
sangat penting karena perannya yang sentral dalam mendorong
efisiensi dan produktivitas. Dalam situasi perekonomian yang
menerapkan prinsip persaingan, terdapat banyak perusahaan
dalam setiap industri. Perusahaan-perusahaan ini harus berproduksi
secara efisien (dengan biaya minimum) untuk bisa bertahan dan mereka
yang tidak efisien harus keluar dari pasar. Perusahaan juga harus aktif
melakukan inovasi produk maupun metode produksi agar bertahan
menghadapi persaingan. Pada gilirannya, tingkat harga yang terbentuk
di pasarpun semakin mencerminkan biaya minimum sehingga semakin
dapat terjangkau oleh masyarakat dalam perekonomian. Dimensi sosial
prinsip persaingan ini mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat
lewat pembentukan harga yang lebih rendah dan peningkatan daya
beli konsumen.
Studi kepustakaan mencatat hubungan positif yang riil antara
meningkatnya persaingan usaha dan pertumbuhan ekonomi, produktivitas,
1 Dalam kasus pengecualian seperti itu, peraturan yang dikeluarkan harus didesain secara efisien untuk tetap
mempertahankan keseimbangan antara persaingan usaha dan peraturan tersebut.
Jumlah industri dengan perusahaan berposisi dominan 138 101 115 115
Jumlah perusahaan berposisi dominan (dominant firms) 195 154 182 182
0.9
0.8
0.6
Barrier to competition
0.5
Other discriminary measures
0.4
Restrictions to movement of people
0.3
Restrictions on foreign entry
0.2
Average
0.1
Minimum
0
r l e ng e ng ng ce t t t t r
te ion ga ing ur i om io
n ng
i ur i i n or or or or rie
pu ct Le unt ect eer lec ibut ast ict ord ank ura nsp nsp nsp nsp ou
om stru co hit in Te str dc
n
p
ec l b ns tra tra tra tra C
g a r I
C on
C Ac Arc En Di ro otio nd rcia r e
Ai tim oad Ra
il
B M u e i
So mm R
ar
o M
C
BAB 3
Syarat Perlu
Pengarusutamaan PPU:
Mekanisme Peninjauan
Regulasi
P
roses pengarusutamaan prinsip persaingan
usaha (PPU) membutuhkan berbagai prinsip yang mendasari
persaingan usaha menjadi bagian dalam perumusan kebijakan
dan regulasi. Salah satu cara yang untuk mendukung proses
tersebut adalah dengan memasukan prinsip-prinsip persaingan usaha
dalam kerangka reformasi regulasi. Penerapan kebijakan persaingan
usaha dan reformasi regulasi merupakan dua proses yang saling berkaitan
untuk menghasilkan kebijakan dan regulasi ekonomi yang berkualitas
dan mendukung kinerja perekonomian. Upaya untuk memperbaiki
iklim regulasi di Indonesia merupakan suatu syarat perlu untuk dapat
memastikan agar PPU menjadi bagian penting dalam setiap regulasi dan
kebijakan ekonomi.
Untuk dapat menjadikan PPU sebagai bagian terintegrasi dari
kebijakan dan regulasi ekonomi, prinsip-prinsip tersebut harus menjadi
elemen penting dalam proses peninjauan regulasi (regulatory review).
Proses peninjauan tersebut menjadi penyeimbang antara berbagai prinsip
lainnya yang perlu diperhatikan pula, seperti prinsip kemanfaatan, legalitas,
serta keadilan.
dan menjadi elemen pengganti bagi kebijakan persaingan usaha dengan prinsip
perlindungan konsumen dan kesejahteraan ekonomi sebagai landasannya.
Tetapi prinsip persaingan usaha tidak akan dapat menjadi elemen penting jika
tidak ada mekanisme untuk peninjauan dan reformasi regulasi.
Kualitas Regulasi
a. Barriers to entry
Terdapat beberapa regulasi yang secara spesifik memberikan hambatan
bagi pelaku usaha lain untuk masuk dan beroperasi di sektor tertentu.
Salah satunya adalah regulasi di sektor kelistrikan. Undang-Undang Nomor 15
Tahun 1985 tentang Ketenagalistrikan menyatakan bahwa PLN merupakan
pemilik tunggal dari aset transmisi serta distribusi listrik nasional. UU ini
juga menutup kesempatan bagi sektor swasta untuk melakukan distribusi
serta penjualan energi. Peran pelaku usaha swasta dalam jasa pembangkitan
listrik sangat terbatas, dan dibutuhkan izin khusus yang memperbolehkan
perusahaan swasta untuk membangkitkan tenaga listrik dan menjualnya ke
jenis konsumen tertentu dengan jumlah terbatas, seperti kawasan industri.
Dengan regulasi tersebut, PLN menjadi pemain tunggal dalam sektor listrik
dan tidak dihadapkan pada persaingan usaha dari perusahaan swasta.
Usaha untuk melakukan reformasi di sektor listrik Indonesia yang
monopolis dengan memperkenalkan kompetisi dengan perusahaan swasta
pada setiap subsektor listrik (pembangkitan, transmisi, dan distribusi)
yang sempat dilakukan pemerintah melalui penerbitan Undang-Undang
No 20 Tahun 2002 mengalami kegagalan setelah dibatalkan Mahkamah
Konstitusi (MK) pada Desember 2004. Akibatnya, regulasi yang berlaku
kembali ke UU No 15 Tahun 1985 yang kembali mengokohkan dominasi
Pada
tingkatan regulasi daerah, pemerintah pusat telah menjalankan
mekanisme peninjauan untuk regulasi daerah sejak awal program
desentralisasi.
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 memberi
kewenangan kepada pemerintah, terutama Kementerian Dalam Negeri,
untuk mengawasi peraturan daerah (perda) provinsi maupun kabupaten/
kota. Selain itu, Kementerian Keuangan juga melakukan pemeriksaan perda
mengenai pajak dan retribusi daerah. Undang-Undang Nomor 28 Tahun
2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah juga berusaha mencapai beberapa
aspek lainnya seperti kepastian berusaha dan perbaikan kemampuan
perpajakan daerah.
Tujuan dari keseluruhan Peta Jalan ini adalah bahwa prinsip persaingan
usaha (PPU) dapat dimasukkan sebagai salah satu elemen pertimbangan
dalam penyusunan kebijakan ekonomi serta seluruh regulasi yang terkait
dengan sektor ekonomi. Pengintegrasian prinsip persaingan usaha dalam
kerangka kebijakan dan regulasi ekonomi di Indonesia mengandung
beberapa dimensi, serta perlu untuk dilakukan secara bertahap. Strategi dan
penekanan untuk masing-masing tahapan dalam pengarusutamaan prinsip
persaingan usaha tentunya berbeda-beda, sebagaimana akan dijelaskan pada
bagian-bagian berikutnya.
Kesempatan
Bertepatan dengan inisiatif
Reformasi Regulasi dari Presiden
Peninjauan
Regulasi
Pokok Persoalan Baru
dan
- Kesadaran PPU yang Eksisting PPU
Terintegrasi
masih rendah Strategi & Upaya dalam Regulasi
Kondisi - Regulasi/kebijakan melalu Peta Jalan Sektor
Persaingan ekonomi yang tidak P3U Ekonomi
Instrumen
Usaha pada berpihak pada Integrasi PPU
Saat Ini persaingan usaha yang ke dalam
sehat Regulasi
- Saran/pertimbangan Ekonomi
KPPU kurang diakomodasi
- Terbatasnya kapasitas
dalam penerapan PPU
Manfaat
Tantangan
Persaingan
Usaha bagi Belum adanya otoritas tunggal
Ekonomi regulasi
1 2 3
Mencapai konsensus Prinsip persaingan Tinjauan ulang dan
mengenai prinsip usaha digunakan dalam revisi pada regulasi
persaingan usaha serta menyusun regulasi baru eksisting, berdasarkan
kerangka insitusinya prinsip kompetisi
Pembahasan aktivitas serta komponen yang dibutuhkan dalam Peta Jalan ini
secara umum dikelompokkan ke dalam tiga aspek, yaitu (1) aspek kelembagaan,
(2) aspek konsultasi & koordinasi, dan (3) aspek hukum dan perundangan.
BAB 5
Aspek Kelembagaan
D
alam Aspek Kelembagaan dan Organisasi, terdapat
delapan aktivitas kunci untuk mendukung pengarusutamaan
prinsip persaingan usaha (PPU) dalam penyusunan regulasi
dan kebijakan ekonomi, yaitu: (a) pembentukan dan
pelaksanaan Forum Diskusi Persaingan Usaha, (b) pembentukan atau
penunjukkan Lembaga Peninjauan Regulasi (LPR) serta mekanisme
koordinasinya dengan KPPU, (c) penyusunan Daftar Periksa Persaingan
Usaha (competition checklist) yang akan digunakan dalam proses peninjauan
regulasi, (d) penyusunan guideline integrasi PPU di dalam pembuatan
atau peninjauan regulasi, (e) pembentukan basis data regulasi ekonomi,
serta kaitannya dengan persaingan usaha, (f ) pembangunan kapasitas dan
sosialisasi proses peninjauan regulasi kepada Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah (K/L/P) (f ) penentuan indikator kinerja, dan (g)
monitoring dan evaluasi.
Integrasi PPU
Tercapai
Kesadaran PPU Adakan Forum dalam seluruh
konsensus PPU
yang masih Diskusi regulasi ekonomi
di tingkat
rendah Persaingan Usaha (baru dan
nasional
eksisting)
ISD mulai berjalan sejak 2010, yang saat ini memiliki keanggotaan
tripartite, yaitu APINDO dan KADIN dari dunia usaha, Kementerian
Perdagangan dari Pemerintah, serta CSIS sebagai perwakilan akademisi.
Tujuan dari ISD adalah untuk memfasilitasi berbagai pemangku
kepentingan di sektor jasa dalam mempromosikan pertumbuhan
dan efisiensi sektor jasa di Indonesia melalui koordinasi yang bersifat
tripartite tersebut. Selain memfasilitasi dialog antar pemangku
kepentingan, pendekatan strategis dan holistik dari ISD yang didasarkan
pada penelitian evidence-based juga menghasilkan input konkrit bagi
Pemerintah yang berguna untuk pengembangan sektor jasa Indonesia,
terutama dalam area perdagangan dan investasi di sektor jasa.
Sejumlah aktivitas yang secara rutin dilakukan ISD mencakup ISD Annual
Services Summit, ISD Public Forum and Roundtable Dialogue yang
melibatkan pelaku usaha dan pejabat kunci pemerintahan, ISD Dialogue
Series, ISD Policy Research, Executive Luncheons antara pelaku usaha
utama di sektor jasa dengan pemerintah, serta Konsultasi Sektor Swasta.
Tugas utama LPR adalah melakukan peninjauan baik pada regulasi yang
akan disusun (regulasi baru) dan melakukan peninjauan serta memberikan
rekomendasi revisi jika diperlukan pada regulasi eksisting, agar seluruh
regulasi di tingkat nasional dapat sesuai dengan prinsip good regulatory
practices. Fungsi dan peranan LPR juga dijelaskan lebih lanjut pada Bab 3.
Dalam Peta Jalan ini, PPU akan diintegrasikan sebagai salah satu elemen
penting dalam pertimbangan/analisis peninjauan regulasi. Oleh karena
itu, untuk menganalisis aspek persaingan usaha dalam proses peninjauan
regulasi, LPR harus berkoordinasi dengan KPPU.
Untuk memberikan kepastian hubungan kerja antara LPR dan KPPU,
maka dokumen legal penunjukkan LPR (atau regulasi turunannya) harus
dilengkapi dengan mekanisme koordinasi LPR dengan KPPU dalam
analisis persaingan usaha pada proses peninjauan regulasi baru maupun
regulasi eksisting.
Peta Jalan ini memberi masukan mengenai mekanisme koordinasi antara
LPR dengan KPPU. Dalam hal ini, LPR tetaplah merupakan otoritas tunggal
yang memiliki wewenang untuk meninjau serta memberikan rekomendasi
revisi terhadap regulasi yang bersifat mengikat. Sementara itu, KPPU akan
menjalankan fungsinya untuk peninjauan terhadap kebijakan pemerintah
(seperti tercantum dalam Pasal 35 di UU No 5 Tahun 199934) melalui LPR45.
Sebagai contoh, jika ada rancangan regulasi baru yang dinilai KPPU
menyalahi PPU yang telah dikonsensuskan sebelumnya, maka KPPU
berhak meminta revisi rancangan regulasi tersebut, yang nantinya akan
disampaikan LPR kepada kementerian pengusul regulasi tersebut melalui
mekanisme peninjauan regulasi LPR. Mekanisme kelembagaan LPR serta
koordinasinya dengan KPPU dapat dilihat dalam Gambar 5.2 di bawah
ini. Pembentukan atau penunjukkan LPR serta mekanisme konsultasinya
dengan KPPU ditargetkan dapat selesai pada akhir tahun 2018.
4 Pasal 35 UU No 5 Tahun 1999 menyebutkan bahwa salah satu tugas KPPU adalah untuk memberikan saran
dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli atau persaingan
usaha tidak sehat. Dalam Peta Jalan ini. KPPU akan berperan melakukan analisis/tinjauan persaingan usaha
terhadap kebijakan pemerintah (yang dituangkan dalam regulasi eksisting atau rancangan regulasi) terutama
di sektor ekonomi.
5 Perlu diingat bahwa meskipun penting, persaingan usaha hanya merupakan salah satu elemen dalam analisis
substansi regulasi. Oleh karena itu, LPR mungkin saja menunjuk institusi lain di luar KPPU untuk melakukan
analisis/tinjauan pada aspek lain (selain persaingan usaha) yang juga terdapat dalam good regulatory practices.
PRESIDEN
Memberikan Arahan Prioritas Kebijakan dan Langkah-langkah
Reformasi Regulasi
Pelaksanaan
Kementrian/Lembaga/Pemda Rencana Tindakan
FOD
(K/L/P) Tindak (Cabut/Revisi/
Pertahankan)
yang sudah ada/eksisting. Daftar Periksa ini sendiri sejak awalnya memang
dirancang oleh KPPU untuk digunakan oleh Kementerian/Lembaga/
Pemerintah Daerah (K/L/P) yang mengeluarkan rancangan regulasi
sebagai suatu self-assessment sebelum keluar dengan sebuah rancangan
regulasi baru.
Dengan menggunakan Daftar Periksa ini sebagai instrumen analisis
rancangan regulasi baru, diharapkan bahwa regulasi yang dihasilkan nantinya
boleh selaras dengan PPU yang sehat, sebagaimana dijelaskan dalam UU No
5 Tahun 1999. Namun demikian, selama ini pemberlakuan self-assessment
tersebut sifatnya adalah sukarela (voluntary), dan belum banyak dilakukan
pada praktiknya.
Daftar Periksa Persaingan Usaha yang disusun KPPU ini sendiri terdiri
dari sejumlah pertanyaan tertutup (Ya/Tidak). Pertama-tama, seluruh
regulasi akan diperiksa menggunakan Daftar Periksa I. Jika seluruh
pertanyaan pada Daftar Periksa I dijawab Tidak, maka rancangan peraturan
tersebut dinilai sejalan dengan prinsip persaingan usaha yang sehat. Namun
demikian, jika terdapat setidaknya satu jawaban Ya pada Daftar Periksa I,
pemeriksaan akan dilanjutkan dengan empat kemungkinan tindak lanjut:
a. Apabila penyebabnya adalah pengaturan kegiatan atau perjanjian
yang dikecualikan oleh peraturan perundangan, sebagaimana
diatur dalam pasal 50 huruf a UU No 5/1999, maka pemeriksaan
dihentikan. Peraturan perundangan yang diperiksa tetap berlaku
sebagaimana mestinya.
b. Apabila penyebabnya adalah adanya penunjukan monopoli oleh
pelaku usaha tertentu sebagaimana diatur dalam pasal 51 UU No
5/1999, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan menggunakan daftar
periksa III.
c. Apabila penyebabnya adalah karena rumusan pengaturannya salah
sehingga bertentangan dengan UU No 5/1999 maka dilakukan
harmonisasi dengan tujuan merevisi atau mencabut klausul
pengaturan yang bertentangan dengan UU No 5/1999.
d. Apabila penyebabnya adalah rumusan pengaturan untuk tujuan
perlindungan pelaku usaha tertentu, maka Pemerintah Pusat/Daerah
harus melakukan Kajian Analisa Dampak untuk mengetahui dampak
dari peraturan tersebut.
Daftar Periksa I:
Untuk Seluruh Peraturan Sektor Ekonomi yang tidak dikecualikan UU No. 5
Tahun 1999
Sumber: KPPU
Pada sejumlah bagian lain dalam Peta Jalan ini, telah dijelaskan
bagaimana terdapat legitimasi65 untuk mengintegrasikan PPU ke dalam
proses peninjauan regulasi baru maupun eksisting. Namun demikian, pada
tingkat operasional integrasi tersebut, diperlukan suatu dokumen yang berisi
petunjuk pelaksanaan (guideline) integrasi PPU di dalam proses penyusunan
atau peninjauan regulasi, sebagai turunan dari UU atau PP yang lebih tinggi
mengenai amanat peninjauan regulasi.
Di dalam Petunjuk Pelaksanaan Integrasi PPU, terdapat beberapa aspek
penting yang perlu dijelaskan. Pertama, perlu dijelaskan tata cara pelaksanaan
integrasi PPU dalam proses peninjauan regulasi secara lebih terperinci,
misalnya terkait dengan tata cara pengisian Daftar Periksa Persaingan
Usaha dengan self-assessment oleh K/L/P, mekanisme rekomendasi rencana
tindak dari KPPU terhadap hasil tinjauan persaingan usaha dari regulasi
tertentu, serta hal-hal lainnya. Kedua, perlu dijelaskan secara lebih terperinci
mengenai mekanisme evaluasi self-assessment K/L/P yang dilakukan
oleh KPPU. Hal ini penting agar seluruh pihak dapat mengetahui dengan jelas
mengenai berbagai aspek persaingan usaha yang ditinjau, serta membantu
KPPU agar dapat melakukan evaluasi tersebut dengan obyektif. Ketiga, perlu
dijelaskan mengenai mekanisme ketika terjadi perbedaan pendapat antara
KPPU dengan K/L/P dalam aspek persaingan usaha pada proses peninjauan
regulasi. Hal ini bisa saja diakomodasi dalam bentuk Focus Group Discussion
(FGD) yang melibatkan K/L/P terkait dan pemangku kepentingan lainnya.
Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 6 mengenai Koordinasi &
Konsultasi.
Petunjuk Pelaksanaan Integrasi PPU dalam Proses Peninjauan Regulasi
ini diharapkan mulai disusun segera setelah tercapai konsensus PPU pada
akhir tahun 2017. Ditargetkan bahwa pada awal tahun 2019, guideline telah
selesai dan dapat mulai disosialisasikan ke pemangku kepentingan relevan,
terutama K/L/P, sehingga siap dioperasikan sejak pertengahan tahun 2019.
6 Dua bentuk legitimasi utama sebagaimana dijelaskan pada Aspek Perundangan adalah melalui Rancangan
Pembangunan Jangka Menengah Nasional/RPJMN 2020-2024 dan dasar hukum yang mengatur mengenai
proses peninjauan regulasi.
Segala aktivitas integrasi PPU dalam regulasi sektor ekonomi ini terpusat
di LPR dan KPPU sebagai focal point. Peran kedua lembaga tersebut sangat
Konsensus
Pembentukan/ Checklist &
Nasional tentang
Penunjukkan LPR Guideline
PPU
67
BAB 6
Aspek Konsultasi &
Koordinasi
D
alam Aspek Konsultasi dan Koordinasi, terdapat
empat aktivitas kunci untuk mendukung pengarusutamaan
prinsip persaingan usaha (PPU) dalam penyusunan kebijakan
dan regulasi ekonomi, yaitu: (a) penyusunan Daftar Pemangku
Kepentingan untuk Pengarusutamaan PPU serta posisi dan peran masing-
masing, (b) penyusunan mekanisme konsultasi dan koordinasi penerapan
PPU dalam proses peninjauan regulasi, (c) mekanisme konsultasi dan
koordinasi dengan legislatif/DPR, (d) mekanisme pelaporan kegiatan
kepada Presiden.
Kementrian Perdagangan
PPU yang sehat perlu diterapkan dalam setiap regulasi dari setiap
K/L/P, terutama yang terkait sektor ekonomi. Untuk itu, PPU perlu
dimasukkan sebagai salah satu elemen dalam proses analisis penyusunan
maupun peninjauan regulasi, baik yang baru maupun eksisting. Diperlukan
sebuah mekanisme yang secara sistematis dapat menjamin setiap K/L/P
pengusul regulasi dapat memasukkan PPU dalam analisis regulasi tersebut.
Perlu disusun dokumen yang secara jelas mengelaborasi mekanisme
konsultasi serta koordinasi antara K/L/P dengan LPR dan KPPU dalam
Gambar 6.2. Proses Penyusunan Regulasi Baru & Penerapan PPU di Dalamnya
Pemeriksaan
Analisa Evaluasi Pengkajian Competition
Pengkajian Penelitian Dampak (AD) (AD) Checklist
(AD) oleh KPPU
Pelaksanaan
Rencana
Rencana FGD
Tindak
Tindak
Cabut
Revisi
Pertahankan Pengesahan
Regulasi
7 Perlu diperhatikan juga bahwa dalam praktiknya, mekanisme konsultasi dengan legislatif baru dapat benar-
benar dipersiapkan setelah terbit dasar hukum yang mengatur mengenai proses peninjauan regulasi. Hal ini
akan dijelaskan lebih lanjut pada Bab 7 tentang Aspek Hukum & Perundangan. Tanpa adanya dasar hukum
tersebut, mekanisme konsultasi belum bisa dibicarakan dengan legislatif, meskipun telah tercipta konsensus
PPU di tingkat nasional.
Mekanisme Mekanisme
Konsultasi Konsultasi ke
Penerapan PPU DPR &
dalam PPK Presiden
Stakeholders Mapping
75
BAB 7
Aspek Hukum &
Perundangan
R
ancangan Peta Jalan yang dibuat tidak akan berjalan
tanpa ada dasar hukum yang mengaturnya. Pengarusutamaan
prinsip persaingan usaha harus didasarkan oleh Undang-
Undang dan peraturan pelaksananya. Dasar hukum diperlukan
agar setiap regulasi maupun kebijakan ekonomi yang ada, baik yang akan
dibuat maupun yang sudah ada, dapat memasukkan prinsip persaingan
usaha di dalamnya. Berikut adalah beberapa syarat perlu dan syarat cukup
dalam aspek peraturan perundangan untuk mengarusutamakan prinsip
persaingan usaha ke dalam regulasi maupun kebijakan ekonomi.
Prinsip persaingan usaha akan masuk ke dalam salah satu dari sekian
banyak aspek yang ada dalam proses peninjauan regulasi. Prinsip tersebut
Salah satu alat atau mekanisme yang dapat digunakan untuk memasukan
prinsip persaingan usaha ke dalam kebijakan ataupun regulasi pada sektor
ekonomi adalah melalui peninjauan regulasi. Peninjauan regulasi yang
nantinya diatur oleh peraturan perundangan, baik melalui revisi Undang-
Undang No 12 tahun 2011 tentang pembentukan peraturan perundang-
undangan maupun dalam satu perundangan tersendiri (dapat berbentuk PP
saat ini, yang tentunya sangat diperlukan, masih bersifat sukarela (voluntary).
Prinsip persaingan usaha tetap perlu untuk diarusutamakan ke dalam setiap
regulasi maupun kebijakan ekonomi, untuk menyaring regulasi-regulasi
ataupun kebijakan yang mempengaruhi kondisi persaingan usaha yang
sehat. Maka dari itu penting pengarusutamaan prinsip persaingan usaha
masuk ke dalam rencana awal RPJM Nasional di tahun 2019 yang nantinya
akan di legitimasi pada Peraturan Presiden tentang RPJM Nasional 2020.
Rancangan Awal
RPJMN 2020-2024
Perpres RPJMN
2020-2024
Bab 8: Penutup
BAB 8
Penutup
P
eta Jalan Prinsip Persaingan Usaha ini disusun untuk
dapat memberikan arahan mengenai rencana strategis dalam
menjadikan prinsip-prinsip persaingan usaha yang sehat
sebagai elemen penting dalam setiap pembentukan kebijakan
dan peraturan ekonomi. Integrasi berbagai prinsip tersebut dalam
pembuatan kebijakan akan menjamin terciptanya lingkungan usaha
berbasis kompetisi yang adil, yang diperlukan perekonomian untuk
meningkatkan produktivitas dan efisiensi, baik untuk kepentingan alokasi
sumber daya maupun distribusi hasil aktifitas perekonomian. Iklim usaha
yang kompetitif juga akan mendorong terciptanya inovasi dan perbaikan
aktifitas ekonomi, yang merupakan syarat penting dalam era integrasi
perekonomian global.
Penyusunan peta jalan ini didasarkan atas berbagai inisiatif yang telah
dilakukan dan direncanakan oleh pemerintah Indonesia terutama dalam hal
perbaikan iklim regulasi. Upaya perbaikan regulasi dan kebijakan tersebut
akan menjadi pintu masuk bagi terciptanya kebijakan ekonomi yang
memperhatikan prinsip-prinsip penting bagi persaingan usaha yang sehat.
Dalam upaya pengarusutamaan tersebut, Peta Jalan ini memperhatikan tiga
aspek utama yang harus dipersiapkan.
Aspek pertama adalah aspek kelembagaan yang perlu ada untuk
mendukung proses pengarusutamaan PPU ini. Pembahasan dalam aspek
kelembagaan tersebut ditekankan pada peran dari lembaga kunci yang
terkait, terutama bagi dua lembaga yang menjadi titik fokus (focal point)
dalam berbagai regulasi ekonomi yang baru saja dibentuk, sejalan dengan
proses peninjauan regulasi. Pada tahap ketiga, proses pengarusutamaan ini
juga akan ditujukan untuk berbagai regulasi yang telah ada, berikut dengan
evaluasi regulasi yang berlaku secara komprehensif.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam implementasi berbagai aspek
yang dibicarakan dalam Peta Jalan ini adalah peran dari masing-masing
pemangku kepentingan terutama bagi pembuat kebijakan dan regulasi.
Tabel 8.1 memberikan pemetaan peran dari berbagai lembaga dan pemangku
kepentingan yang terlibat dalam proses ini. Koordinasi dan pembagian peran
serta keterlibatan penuh dari seluruh lembaga yang terlibat merupakan
kunci dari keberhasilan pelaksanaan Peta Jalan ini.
Aspek Kelembagaan
1 Pembentukan dan pelaksanaan KPPU & Seluruh pemangku Menjaga keberlanjutan Forum
Forum Diskusi Persaingan Usaha Sekretariat Forum kepentingan Menjamin partisipasi pengambil keputusan utama
3 Penyusunan Daftar Periksa KPPU LPR Penyesuaian Daftar Periksa yang ada sejalan
Persaingan Usaha dalam proses dengan konsensus PPU
peninjauan regulasi
5 Pembentukan basis data regulasi LPR Kemenko Ekon, Banyaknya jumlah regulasi
ekonomi, serta kaitannya dengan Kemendagri, Kesulitan dalam sistematisasi basis data karena
persaingan usaha Kemendag, kompleksnya regulasi
BKPM, Bappenas,
Kemkumham
7 Penentuan indikator kualitas regulasi KPPU LPR Memilih metodologi yang tepat
1 Daftar Pemangku Kepentingan untuk KPPU & LPR Sekretariat Forum Kesulitan dalam pemetaan pemangku kepentingan
Pengarusutamaan PPU serta Peran Kurangnya pengetahuan mengenai PPU,
Masing-masing Penerimaan pemangku kepentingan tentang PPU
Kesediaan pemangku kepentingan untuk menjadikan PPU
sebagai elemen utama dalam pengambilan kebijakan
2 Mekanisme Konsultasi dan Koordinasi KPPU & LPR K/L/P Mengatasi perbedaan kepentingan antar pemangku
Penerapan PPU dalam Peninjauan Regulasi kepentingan dalam kaitannya dengan PPU
antara K/L/P dengan LPR & KPPU
4 Mekanisme Pelaporan Aktivitas LPR & Lembaga K/L/P Memastikan agar laporan pengarusutamaan PPU menjadi
Pengarusutamaan PPU kepada Presiden Kepresidenan prioritas Presiden
2 Dasar Hukum Proses Peninjauan Regulasi Bappenas, Kemenko Ekonomi Integrasi pada revisi UU No 12 tahun 2011: Memasukan bab
Kemkumham, DPR baru mengenai evaluasi peninjauan regulasi
UU tersendiri: Lama waktu yang diperlukan untuk membuat
UU yang baru
PP tersendiri: secara relatif tidak memiliki tingkatan kekuatan
hukum yang tinggi (dibandingkan dengan UU)
4 Rancangan Awal Rencana Pembangunan Bappenas KPPU Menjadikan PPU sebagai salah satu arus utama dalam RPJMN
Jangka Menengah Nasional (RPJMN)
2020-2024 yang memasukkan
Pengarusutamaan PPU
87
Daftar Referensi