Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN
NOVEMBER 2017
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
BELLS PALSY
Oleh :
PEMBIMBING :
dr. Hj. Nurhani, Sp.S
(Dibawakan dalam rangka tugas kepaniteraan klinik bagian Ilmu Penyakit Saraf)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2017
1
A. PENDAHULUAN
a. IDENTITAS PASIEN
b. ANAMNESIS
Keluhan utama :
Bibir mencong ke kanan
3
II. PEMERIKSAAN FISIK
a) Status present
Kesadaran : Composmentis
Tekanan Darah : 140/ 80 mmHg
Nadi : 84 x/menit
Suhu : 36,5oC
Pernafasaan : 22 x/menit
Kepala : Normocephal
Mata : pucat (-), ikterik (-), pupil bulat isokor 3mm/3mm.
Telinga : DBN
Leher : DBN
Thorak : DBN
Paru Paru : Vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung : Bunyi jantung I-II murni reguler, Gallop (-), Murmur (-).
Abdomen : DBN
Ekstremitas : Akral Teraba hangat pada keempat ekstremitas. edema (-).
b) Status Psikiatri
o Perasaan hati : Normal
o Proses berpikir : DBN
o Kecerdasan : Sesuai tingkat pendidikan
o Memori : Baik
o Psikomotor : Tenang
4
c) Status Neurologis
GCS : E4M6V5
1) Kepala
o Bentuk : Normocephal
o Penonjolan :-
o Posisi : Normal
o Pulsasi :-
2) Leher
o Sikap : Normal
o Pergerakan : DBN
o Kaku kuduk : Tidak ada
3) Nervus Kranialis
N.I ( Olfaktorius )
Subjektif TidakDilakukan
N. II ( Optikus )
5
2. Pupil
- Bentuk/ukuran Bulat / 3 mm Bulat / 3 mm
- Isokor / anisokor Isokor Isokor
- RCL + +
- Refleks konsensiul + +
- Refleks akomodasi + +
3. Gerakan bola mata
- Paresis ke arah - -
N.V (Trigeminus)
Sensibilitas wajah + +
Menggigit terganggu terganggu
Mengunyah terganggu terganggu
Refleks masseter + +
Refleks kornea + +
N. VII ( Fasialis )
N.VIII ( Vestibulokoklearis )
6
Tes webber Tidak dilakukan
N. IX
N. X ( Vagus )
N.XI (Assesorius)
N.XII ( Hipoglosus )
Artikulasi Jelas
7
4) Badan dan anggota gerak
a. Badan
Kanan Kiri
f) Refleks kremaster : +
g) Sensibilitas :
o Taktil : dbn
o Nyeri : dbn
o Suhu : dbn
b. Anggota gerak
a) Ekstremitas
Kanan Kiri
Ekstremitas Atas
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 5
8
Kanan Kiri
Ekstremitas Bawah
Postur Tubuh Baik Baik
Atrofi Otot Tidak ada Tidak ada
Tonus Otot Normal Normal
Gerak involunter (-) (-)
Kekuatan Otot 5 5
Refleks
Klonus - -
Hoffman Tromer - -
9
c. Sensibilitas
Eksteroseptif
o Taktil : dbn
o Nyeri : dbn
o Suhu : dbn
Proprioseptif :
o Rasa Sikap : dalam batas normal dalam batas normal
o Rasa nyeri dalam : dalam batas normal dalam batas normal
Fungsi kortikal
o Rasa diskriminasi : dalam batas normal dalam batas normal
o Stereognosis : dalam batas normal dalam batas normal
c) Gerakan-gerakan abnormal :
o Tremor :-
o Athetosis :-
o Mioklonus :-
o Khorea :-
d) Alat vegetatif :
o Miksi : Lancar
o Defekasi : Lancar
10
o Ereksi : Tidak dievaluasi
5) Fungsi Luhur :
o Memori : baik
o Fungsi bahasa : baik
o Visuospasial : baik
o Praksia : baik
o Kalkulasi : baik
RESUME
Seorang perempuan berusia 65 tahun dikonsul dari bagian Interna dengan
keluhan mulut mencong ke kanan sejak 2 hari yang lalu (1hari sebelum MRS).
Keluhan dirasakan muncul tiba-tiba dan membuat pasien merasa suit mengunyah
dan menelan makanan. Pasien juga mengeluh kram pada kedua tungkai. Pasien
dirawat pada bagian penyakit dalam dengan diagnosis DM, Hipoglikemia &
Hipertensi. dan nyeri kepala (-). Mual (-), muntah (-), demam (-), riwayat trauma
sebelumnya (-). BAB biasa, dan BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan:
STATUS PRESENS
Kesadaran Compos mentis
Tensi 140/80 mmHg
Nadi 84 x/menit
Pernapasan 22 x/menit
Suhu 36,5oC
STATUS NEUROLOGIS
GCS E4 M6 V5
Koordinasi dan keseimbangan Normal
11
Babinsky -/-
KEKUATAN MOTORIK
5 5
5 5
A. Non Medikamentosa:
o Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang penyakit dan pengobatan
yang diberikan.
o Kompres air hangat pada bagian yang sakit +/- 20 menit
o Massage wajah kearah atas.
o Dianjurkan untuk menjalani fisioterapi.
o Mata ditutup saat tidur
B. Medikamentosa :
o Bio ATP 3X1
o Mecobalamin 3x1
o Cameloc 15mg 2x1
o Omeprazole 1x1
12
Clorida : 97,5 mmoL/L
GDP : 301 mmoL/L (30/10/2017)
GD2PP : 397 mmoL/L (30/10/2017)
HbA1c : 11,1%
VII. PROGNOSIS
Ad vitam : ad bonam
Ad fungsionam : ad bonam
13
C. ANALISA KASUS
14
Derajat 3 : Angkat alis sedikit, menutup mata komplit dengan usaha,
mulut bergerak sedikit lemah dengan usaha maksimal.
Derajat 4 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit
dengan usaha, mulut bergerak asimetris dengan usaha maksimal.
Derajat 5 : Tidak dapat mengangkat alis, menutup mata inkomplit
dengan usaha, mulut sedikit bergerak
Derajat 6 : Tidak bergerak sama sekali
Etiologi dari Bells palsy sampai saat ini masuh dalam perdebatan.edema
pada N.VII diyakini mempunyai peran atas terjadinya kelumpuhan pada
BellsPalsy. Keterlibatan herpes zooster atas terjadinya inflamasi sekarang sedang
berkembang, keadaan autoimmune juga dipercaya mempunyai peran dalam
beberapa kasus Bells Palsy.
Lesi yang terjadi pada Bells palsy bersifat perifer dikarenakan bentuk
anatomi dari tulang tengkorak yang dilewati N.VII mudah mengganggu terutama
apabila terjadi inflamasi dan menyebabkan edema setempat. 80-90% penderita
15
Bells palsy dapat sembuh dengan sendirinya tanpa defisit neurologis (Sembuh
sempurna). Pemberian kortikosteroid ditemukan dapat mempercepat
penyembuhan, dan perlu tappering off untuk penggunaan steroid. Obat antiviral
dapat diberikan apabila memang ada arah kecurigaan terjadinya infeksi virus,
studi membuktikan bahwa untuk pasien penderita Bells palsy yang mendapatkan
terapi antivirus disertai dengan steroid pada masa akut (<72 jam onset)
memberikan efek yang lebih baik dibandingkan dengan dengan terapi steroid
tunggal, namun pada pasien dengan onset yang sudah lama pemberian antivirus
tidak efektif.
Diagnosis topis ditegakkan dari gambaran klinis dimana pada pasien ini
hanya didapatkan gangguan pada otot ekspresi wajah, namun tidak didapatkan
hiperakusis, gangguan perasa dan gangguan pendengaran. Namun didapatkan
hipestesi sehingga topis pada kasus ini bisa diperkirakan antara ganglion
genikulatum dan foramen stylomastoideus.
16
Regenerasi motorik inkomplitIni merupakan deformitas terbesar dari
kelumpuhan saraf fasialis. Dapat terjadi akibat penekanan saraf motorik
yang mensarafi otot-otot ekspresi wajah. Regenerasi saraf yang tidak
maksimal dapat menyebabkan kelumpuhan semua atau beberapa
ototwajah. Manifestasi dari deformitas ini dapat berupainkompetensi oral,
epifora dan hidung tersumbat.
Regenerasi sensorik inkomplit Manifestasinya dapat berupa disgeusia,
ageusia atau disesthesia.
Regenerasi Aberrant Selama regenerasi dan perbaikan saraf fasialis, ada
beberapa serabut saraf yang tidak menyambung pada jalurnya tapi
menyambung dengan serabut saraf yang ada didekatnya. Regenerasi
aberrant ini dapat menyebabkan terjadinya gerakan involunter yang
mengikuti gerakan volunter (sinkinesis).
17
D. KESIMPULAN
18
DAFTAR PUSTAKA
19