Anda di halaman 1dari 18

BAGIAN I :

PRINSIP-PRINSIP

PENYEDIAAN AIR MINUM


BAB 1

SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

RINGKASAN

Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa dapat menjelaskan prinsip-prinsip


penyediaan air minum yang dapat diringkas sebagai berikut (lihat Gambar 1.1):

1. Ada empat komponen sistem penyediaan air minum, yaitu pengumpulan air,
pengolahan air, sistem transmisi, dan sistem distribusi air minum.

2. Penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan kualitas, kuantitas, dan


kontinyuitas.

3. Persyaratan kualitas air minum ditetapkan untuk menjamin bahwa air yang
dikonsumsi merupakan air yang tidak menimbulkan bahaya atau gangguan
pada kesehatan. Parameter kualitas air meliputi parameter biologis, kimia
(organik dan anorganik), radioaktifitas, dan fisik.

4. Prinsip pemilihan unit pengolahan air didasarkan pada dimensi polutan yang
terkandung dalam air. Urutan proses pengolahan biasanya dimulai dari
dimensi polutan terbesar diikuti oleh dimensi yang lebih kecil.

1
Gambar 1.1 Ringkasan Bab 1

2
MATERI

1.1. Komponen Penyediaan Air Minum

Penyediaan air minum merupakan rangkaian kegiatan yang berkaitan dengan upaya
menyediakan air dari sumber air hingga diterima oleh konsumen. Komponen
penyediaan air minum meliputi (lihat Gambar 1.3):

a. Pengumpulan air (air baku) dari sumbernya

b. Pengolahan air

c. Transmisi (mengalirkan air dari sumber air atau instalasi pengolahan air
menuju daerah pelayanan)

d. Distribusi (mengalirkan air ke konsumen di daerah pelayanan)

Penyediaan air minum yang baik harus memenuhi prinsip prinsip kualitas,
kuantitas, dan kontinyuitas. Kualitas berarti bahwa air harus memenuhi kualitas
sebagaimana ditentukan dalam standar kualitas air minum ( DEPKES RI ataupun
WHO). Tujuannya adalah agar konsumen memperoleh air yang cukup aman bagi
kesehatan. Kuantitas berarti bahwa jumlah air yang tersedia harus dapat memenuhi
kebutuhan standar, misalnya untuk minum (memasak), mandi, mencuci, dan
kebutuhan rumah tangga lainnya. Kontinyuitas berarti bahwa air yang tersedia harus
dapat memenuhi kebutuhan konsumen dalam waktu terus-menerus (kontinyu
sepanjang tahun).

1.2. Kebutuhan Air Minum

Kebutuhan air minum untuk suatu wilayah pelayanan tergantung pada beberapa factor
antara lain :
a. Populasi
b. Kondisi iklim
c. Kebiasaan dan gaya hidup
d. Fasilitas plumbing
e. Industri
f. Harga air

3
Gambar 1.2 Sistem penyediaan air minum

Kebutuhan air secara keseluruhan pada suatu daerah pelayanan dapat


diestimasikan dengan menjumlahkan kebutuhan air untuk rumah tangga,
perdagangan, industri dan fasilitas social.

Macam kebutuhan air:

a. Domestik: untuk keperluan rumah tangga (mandi, mencuci, minum, memasak,


flushing, dll)

b. Publik: sekolah, rumah sakit, tempat ibadah, kantor, taman, dll

c. Komersial: hotel, perdagangan, laundry, dll

4
d. Industri

1.2.1. Variasi kebutuhan (debit) air:

Konsumsi air tidak selalu tetap, terdapat variasi konsumsi dalam tahunan, bulanan,
mingguan, harian bahkan dalam jam . Pada musim kemarau konsumsi air akan
untuk minum, mandi dan penyiraman taman akan meningkat. Pada hari libur dan
akhir minggu kebutuhan air akan lebih besar dibandingkan dengan hari hari
biasa.

a. Debit rata-rata: yaitu debit yang diperoleh dari perhitungan kebutuhan rata-rata
seluruh pemakai air.

b. Debit hari maksimum: yaitu debit yang diperoleh dari hasil perkalian debit
rata-rata dengan faktor hari maksimum (berkisar 1,2 hingga 2, tipikal: 1,5)

c. Debit jam puncak: yaitu debit yang diperoleh dari hasil perkalian debit rata-
rata dengan faktor jam puncak (berkisar 2 hingga 3)

1.3. Kualitas Air Baku dan Air Minum

1.3.1. Standar Kualitas Air Baku

Air baku untuk air minum dapat diambil dari berbagai sumber air, antara lain:

a. Air permukaan, meliputi air sungai, danau, waduk/bendungan, dan rawa.

b. Air tanah, meliputi mata air, sumur dangkal, dan sumur dalam.

c. Air hujan

d. Air laut

Kelayakan pemilihan sumber air didasarkan pada:

a. Kuantitas air yang diperlukan, termasuk kemungkinan peningkatan


kebutuhan air di masa yang akan datang.

b. Kualitas air baku, termasuk kemungkinan adanya kontaminasi di masa


yang akan dating.

5
c. Kondisi iklim.

d. Aspek pembiayaan, meliputi tingkat kesulitan pembangunan intake, biaya


investasi, biaya operasi dan pemeliharaan, dan jarak sumber air ke daerah
pelayanan.

Secara umum, karakteristik air permukaan dan air tanah dapat dilihat pada
Tabel 1.1.

Tabel 1.1 Karakteristik Umum Air Permukaan dan Air Tanah


Karakteristik Air Permukaan Air Tanah
Temperatur Bervariasi, tergantung pada Relatif konstan
musim
Turbiditas, padatan tersuspensi Bervariasi, kadang tinggi Rendah atau nol, kecuali
tanah karts
Warna Terutama disebabkan oleh Disebabkan oleh padatan
SS (clay, algae), kecuali air terlarut (asam humat)
yang sangat lunak atau
asam (asam humat)
Kandungan mineral Bervariasi, tergantung pada Besar, biasanya lebih besar
tanah, hujan, efluen, dll daripada di air permukaan
Besi dan mangan Biasanya tidak ada, kecuali Biasanya ada
pada dasar danau atau
kolam dalam proses
eutrofikasi
CO2 agresif Biasanya tidak ada Sering ada
Oksigen terlarut Sering mendekati jenuh, Biasanya tidak ada
kecuali pada air yang
tercemar
Hidrogen sulfida Biasanya tidak ada Sering ada
Ammonium Ditemukan hanya pada air Sering ditemukan
yang tercemar
Nitrat Umumnya rendah Kadang-kadang tinggi
Silika Biasanya sedang Sering tinggi
Organisme Bakteri (patogenik), virus, Bakteri besi
plankton
Pelarut terklorinasi Jarang Sering ada
Sumber: Water Treatment Handbook, Vol. 1 Tahun 1995, hal. 24

Standar kualitas air baku di Indonesia mengacu pada baku mutu yang
ditetapkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001. Pada Pasal 8

6
ayat (1) disebutkan bahwa klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat)
kelas, di antaranya adalah kelas satu, yaitu air yang peruntukannya dapat
digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Pada PP
tersebut dilampirkan baku mutu untuk air kelas I seperti pada Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Baku Mutu Air Kelas Satu (Air Baku Air Minum)
Parameter Satuan Nilai Keterangan
1 2 3 4

Fisika
o
Temperatur C deviasi 3 Deviasi temperatur dari keadaan almiahnya
Residu Terlarut mg/ L 1000
Bagi pengolahan air minum secara konvesional,
Residu Tersuspensi mg/L 50
residu tersuspensi 5000 mg/ L

Kimia Anorganik
Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut,
pH 6-9
maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
BOD mg/L 2
COD mg/L 10
DO mg/L 6 Angka batas minimum
Total Fosfat sbg P mg/L 0,2
NO3 sebagai N mg/L 10
NH3-N mg/L 0,5
Arsen mg/L 0,05
Kobalt mg/L 0,2
Barium mg/L 1
Boron mg/L 1
Selenium mg/L 0,01
Kadmium mg/L 0,01
Khrom (VI) mg/L 0,05
Bagi pengolahan air minum secara
Tembaga mg/L 0,02
konvensional, Cu 1 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara
Besi mg/L 0,3
konvensional, Fe 5 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara
Timbal mg/L 0,03
konvensional, Pb 0,1 mg/L
Mangan mg/L 0,1
Air Raksa mg/L 0,001
Bagi pengolahan air minum secara
Seng mg/L 0,05
konvensional, Zn 5mg/L
Khlorida mg/l 600
Sianida mg/L 0,02
Fluorida mg/L 0,5

7
Parameter Satuan Nilai Keterangan
1 2 3 4
Bagi pengolahan air minum secara
Nitrit sebagai N mg/L 0,06
konvensional, NO2-N 1 mg/L
Sulfat mg/L 400
Khlorin bebas mg/L 0,03 Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Bagi pengolahan air minum secara
Belereng sebagai H2S mg/L 0,002
konvensional, S sebagai H2S <0,1 mg/L

Mikrobiologi
jml/100
Fecal coliform 100 Bagi pengolahan air minum secara
ml
konvensional, fecal coliform 2000 jml / 100 ml
jml/100
Total coliform 1000 dan total coliform 10000 jml/100 ml
ml

Radioaktifitas
Gross-A Bq /L 0,1
Gross-B Bq /L 1

Kimia Organik
Minyak dan Lemak ug /L 1000
Detergen sebagai MBAS ug /L 200
Senyawa Fenol ug /L 1
sebagai Fenol
BHC ug /L 210
Aldrin / Dieldrin ug /L 17
Chlordane ug /L 3
DDT ug /L 2
Heptachlor dan heptachlor
ug /L 18
epoxide
Lindane ug /L 56
Methoxyclor ug /L 35
Endrin ug /L 1
Toxaphan ug /L 5
Sumber: Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001

1.3.2. Standar Kualitas Air Minum

Air harus memenuhi kualitas sebagaimana ditentukan dalam standar kualitas


air minum. Standar kualitas air minum ditetapkan sebagai acuan dalam
menentukan kualitas air yang layak dikonsumsi/diminum.

Latar belakang perlunya penetapan standar kualitas air minum adalah:


air merupakan kebutuhan mutlak manusia
air yang dikonsumsi harus aman
air sebagai media penularan penyakit

Tujuan penetapan standar kualitas air minum adalah agar konsumen


memperoleh air yang cukup aman bagi kesehatan.

8
Karakteristik umum air yang layak dikonsumsi adalah:
Bebas dari organisme patogenik
Mempunyai kandungan bahan toxic akut yang rendah
Jernih
Tidak bergaram
Bebas dari bahan penyebab bau dan rasa yang berlebihan
Tidak mengandung bahan penyebab korosif

Standar kualitas air minum yang berlaku adalah:

Standar Badan Kesehatan Dunia (WHO)

Keputusan Menteri Kesehatan RI (Tabel 1.3)

Tabel 1.3 Persyaratan Kualitas Air Minum


Kadar Maksimum
Parameter Satuan Ket.
yang Diperbolehkan
1 2 3 4

1. Bakteriologis
a. Air Minum
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml 0
b. Air yang masuk sistem distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml 0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml 0
c. Air pada sistem distribusi
E. Coli atau fecal coli Jumlah per 100 ml 0
Total Bakteri Coliform Jumlah per 100 ml 0

2. Kimia
A. Bahan-bahan anorganik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)
Antimony mg/liter 0,005
Air raksa mg/liter 0,001
Arsenic mg/liter 0,01
Barium mg/liter 0,7
Boron mg/liter 0,3
Cadmium mg/liter 0,003
Kromium mg/liter 0,05
Sianida mg/liter 0,07
Fluroride mg/liter 1,5
Timbal mg/liter 0,01
Molybdenum mg/liter 0,07

9
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Ket.
yang Diperbolehkan
1 2 3 4
Nikel mg/liter 0,02
Nitrat sebagai NO3) mg/liter 50
Nitrit sebagai NO2) mg/liter 3
Selenium mg/liter 0,01

B. Bahan-bahan anorganik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)


Ammonia mg/l 1,5
Aluminium mg/l 0,2
Chloride mg/l 250
Copper mg/l 1
Kesadahan mg/l 500
Hidrogen Sulfide mg/l 0,05
Besi mg/l 0,3
Mangan mg/l 0,1
pH - 6,5 - 8,5
Sodium mg/l 200
Sulfate mg/l 250
Padatan terlarut mg/l 1000
Seng mg/l 3

C. Bahan-bahan organik (yang memiliki pengaruh langsung pada kesehatan)


Chlorinated alkanes:
Carbon tetrachloride g/liter 2
dichloromethane g/liter 20
1,2 -dichloroethane g/liter 30
1,1,1 -trichloroethane g/liter 2000
Chlorinated ethenes:
vinyl chloride g/liter 5
1,1 -dichloroethene g/liter 30
1,2 -dichloroethene g/liter 50
Trichloroethene g/liter 70
Tetrachloroethene g/liter 40
Benzene g/liter 10
Toluene g/liter 700
Xylenes g/liter 500
benzo[a]pyrene g/liter 0,7
Chlorinated benzenes:
Monochlorobenzene g/liter 300
1,2 -dichlorobenzene g/liter 1000
1,4 -dichlorobenzene g/liter 300
Trichlorobenzenes (total g/liter 20
Lain-lain:
di(2-ethylhexyadipate g/liter 80
di(2-ethylhexyphthalate g/liter 8
Acrylamide g/liter 0,5
Epichlorohydrin g/liter 0,4
Hexachlorobutadiene g/liter 0,6

10
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Ket.
yang Diperbolehkan
1 2 3 4
edetic acid (EDTA g/liter 200
Nitriloacetic acid g/liter 200
Tributyltin oxide g/liter 2

D. Bahan-bahan organik (yang kemungkinan dapat menimbulkan keluhan pada konsumen)


Toluene g/l 24-170
Xylene g/l 20-1800
Ethylbenzene g/l 2-200
Styrene g/l 4-2600
Monochlorobenzene g/l 10-12
1.2 -dichlorobenzene g/l 1-10
1.4 -dichlorobenzene g/l 0,3-30
Trichlorobenzenes (total) g/l 5-50
2 -chlorophenol g/l 600-1000
2,4 -dichlorophenol g/l 0,3-40
2,4,6 -trochlorophenol g/l 2-300

E. Pestisida
Alachlor g/liter 20
Aldicarb g/liter 10
aldrin/dieldrin g/liter 0,03
Atrazine g/liter 2
Bentazone g/liter 30
Carbofuran g/liter 5
Chlordane g/liter 0,2
Chlorotoluron g/liter 30
DDT g/liter 2
1,2 -dibromo-3-chloropropane g/liter 1
2,4 -D g/liter 30
1,2 -dichloropropane g/liter 20
1,3 -dichloropropane g/liter 20
Heptachlor and Heptachlor g/liter 0,03
epoxide
Hexachlorobenzene g/liter 1
Isoproturon g/liter 9
Lindane g/liter 2
MCPA g/liter 2
Molinate g/liter 6
Pendimethalin g/liter 20
Pentachlorophenol g/liter 9
Permethrin g/liter 20
Propanil g/liter 20
Pyridate g/liter 100
Simazine g/liter 2
Trifluralin g/liter 20
Chlorophenoxy herbicides selain
2,4-D dan MCPA
2,4 -DB g/liter 90

11
Kadar Maksimum
Parameter Satuan Ket.
yang Diperbolehkan
1 2 3 4
Dichlorprop g/liter 100
Fenoprop g/liter 9
Mecoprop g/liter 10
2,4,5 -T g/liter 9

F. Desinfektan dan hasil sampingannya


Monochloramine, di- and mg/l 3
trichloramine
Chlorine mg/l 5
Bromate g/liter 25
Chlorite g/liter 200
2,4,6 -trichlorophenol g/liter 200
Formaldehyde g/liter 900
Bromoform g/liter 100
Dibromochloromethane g/liter 100
Bromodichloro-methane g/liter 60
Chloroform g/liter 200
Chlorinated acetic acids:
Dichloroacetic acid g/liter 50
Trichloroacetic acid g/liter 100
Chloral hydrate (Trichloroacetal- g/liter 10
dehyde)
Dichloroacetonitrile g/liter 90
Dibromoacetonitrile g/liter 100
Trichloroacetonitrile g/liter 1
Cyanogen chloride g/liter 70
(sebagai CN) g/liter 25

3. Radioaktifitas
Gross alpha activity Bq/liter 0,1
Gross beta activity Bq/liter 1

4. Fisik
Warna TCU 15
Rasa dan bau Tidak berbau
- -
dan berasa
Temperatur C Suhu udara 3 C
Kekeruhan NTU 5
Sumber: Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/MENKES/SK/VII/2002
Tanggal 29 Juli 2002

1.4. Pengolahan Air Minum

1.4.1. Tujuan Pengolahan Air Minum

12
Tujuan pengolahan air minum adalah:

a. Mendapatkan air yang aman dikonsumsi

Air yang aman dikonsumsi adalah air yang tidak mengandung bahan kimia
dan/atau mikroorganisme yang berbahaya bagi kesehatan.

b. Mendapatkan air yang diterima masyarakat

Agar diterima masyarakat, air harus jernih dan tidak berwarna, tidak
berasa, tidak berbau, dan cukup dingin.

c. Mendapatkan air dengan fasilitas yang dibangun dan dioperasikan dengan


biaya yang reasonable

Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memperoleh air dengan harga yang
terjangkau.

1.4.2. Konsep Pengolahan Berdasar Dimensi Polutan

Unit pengolahan air minum sangat tergantung pada karakteristik air baku yang
akan diolah. Air baku dengan kualitas yang baik (mendekati kualitas air
minum) tentu tidak memerlukan unit pengolahan sebanyak dan sekompleks
pengolahan air baku dengan kualitas yang buruk. Pada pengolahan air baku
berkualitas buruk, diperlukan unit pengolahan yang lengkap.

Secara umum, pengolahan air minum secara lengkap dapat dibagi menjadi tiga
tahap pengolahan, yaitu tahap pendahuluan/pertama (pretreatment/primary),
tahap kedua (secondary treatment), dan tahap lanjutan (advanced treatment).

Pembagian tahapan pengolahan ini didasarkan pada konsep pengolahan


berdasar pada dimensi polutan. Pengolahan tahap pendahuluan ditujukan
untuk menghilangkan polutan berdimensi besar seperti sampah (plastik, kertas,
kayu, bangkai dll), lumpur kasar (grit), dan partikel diskret. Jenis pengolahan
pada tahap pendahuluan ini didominasi oleh proses fisik, seperti penyaringan
kasar (screening), pencacahan (comminution), penyisihan grit, prasedimentasi,
dan sebagainya.

Pengolahan tahap kedua ditujukan untuk menghilangkan polutan berdimensi


lebih kecil yang lebih sulit dihilangkan dengan cara fisik, misal partikel yang

13
berbentuk koloid atau tersuspensi. Partikel berbentuk koloid ini dapat
diendapkan setelah mengalami proses penggabungan partikel. Proses fisik-
kimia untuk menghilangkan partikel jenis ini adalah koagulasi-flokulasi-
sedimentasi-filtrasi cepat.

Pengolahan tahap lanjutan ditujukan untuk menghilangkan polutan berdimensi


molekuler dan ionik. Polutan ini biasanya dalam bentuk terlarut di air
(dissolved atau soluble), seperti bahan organik, mineral/logam, nutrien, gas
terlarut, dan sebagainya. Jenis pengolahan yang diperlukan relatif lebih
kompleks dan melibatkan proses fisik, kimiawi, dan biologi.

Gambar 1.3 menunjukkan konsep pengolahan berdasar pada dimensi polutan


dilengkapi dengan contoh unit pengolahan yang diperlukan.

Gambar 1.3 Tahap pengolahan berdasarkan dimensi polutan

Tabel 1.4 Diskripsi Unit Pengolahan Air Minum


Unit Operasi dan
No Deskripsi dan Prinsip Aplikasi
Proses
Trash Rack (UO) Terdapat pada pintu intake untuk menghilangkan sampah atau
A
benda terapung
Saringan kasar Saringan (screen) pembersihan mekanik, terpasang pada pintu
B (coarse screen/fish intake atau sumuran pengumpul sebelum pompa. Menghalangi
screen) (UO) ikan dan menghilangkan padatan kecil
C Mikrostrainer (UO) Menghilangkan algae dan plankton dari air baku
Menghilangkan rasa dan bau yang disebabkan bahan organik
volatile dan gas dan mengoksidasi besi dan mangan. Sistem
D Aerasi (UP)
aerasi meliputi aerator gravitasi, spray aerator, diffuser, dan
aerator mekanis.

14
Unit Operasi dan
No Deskripsi dan Prinsip Aplikasi
Proses
Mempercepat dan menyeragamkan pendistribusian bahan kimia
E Pengadukan (UO)
dan gas ke dalam air
Pemakaian bahan pengoksidasi seperti ozone, potasium
permanganate, dan senyawa klorin ke dalam air baku atau unit
F Pre-oxidation (UP)
pengolahan lain, menghambat pertumbuhan mikroba dan
mengoksidasi senyawa penyebab rasa bau dan warna
Koagulasi merupakan proses penambahan dan pengadukan cepat
G Koagulasi (UP) dari koagulan menghasilkan destabilasi partikel koloid dan
pembentukan inti flok
Flokulasi merupakan proses penggumpalan partikel penyebab
H Flokulasi (UO) kekeruhan dan warna yang telah didestabilisasi, membentuk flok
yang mudah mengendap
Pemisahan suspended solids atau flok yang terbentuk proses
I Sedimentasi (UO) pengolahan secara gravitasi. Dipakai setelah koagulasi dan
flokulasi dan presipitasi kimia
Penghilangan partikel dengan penyaringan menggunakan media
J Filtrasi (UO) berbutir. Media filtrasi bisa single (pasir, anthrasit, dll), mixed
(tercampur), atau multilayered (berlapis-lapis media)
Penambahan bahan kimia ke dalam air dan mengubah bentuk
padatan terlarut spesifik menjadi bentuk tak terlarut. Unit ini
Presipitasi Kimia
K digunakan untuk menghilangkan kesadahan, besi, mangan, dan
(UP)
beberapa logam berat yang dapat diendapkan oleh presipitasi
kimia
Penggunaan kapur-soda abu adalah proses presipitasi kimia
Kapur-soda abu
L yang digunakan untuk pelunakan kesadahan, di mana kelebihan
(UP)
jumlah kalsium dan magnesium diendapkan dari air.
Menjaga keseimbangan kimiawi air setelah proses pelunakan air
oleh proses soda abu-kapur. Gelembung-gelembung CO2
M Rekarbonasi (UP)
mengubah bentuk Mg dan Ca jenuh ke dalam bentuk terlarut,
dan terjadi penurunan pH.
Menghilangkan senyawa penyebab bau dan rasa, senyawa-
Adsorpsi karbon senyawa klor, dan logam. Unit ini digunakan dalam bentuk
N
aktif (UP) bubuk karbon aktif (PAC) pada intake atau karbon aktif granuler
(GAC) setelah filtrasi
Menghilangkan senyawa tertentu pada air dengan cara adsorpsi
O Alum aktif (UP) hidrolitik, efektif untuk digunakan dalam menghilangkan
fluoride, fosfat, arsen, dan selenium
Membunuh organisme vector penyakit yang terdapat dalam
sumber air baku. Disinfeksi dicapai dengan cara radiasi
P Disinfeksi (UP) ultraviolet dan melalui bahan kimia oksidatif seperti; klorin,
iodin, bromin, KMnO4 dan ozone. Klorine merupakan bahan
kimia yang paling banyak digunakan dalam disinfeksi
Ammonia mengubah residu klor bebas menjadi kloramin. Dalam
bentuk ini, klor menjadi kurang reaktif, lebih tahan lama dan
Q Ammoniasi (UP) mempunyai kecenderungan yang lebih kecil bersenyawa dengan
senyawa-senyawa organik, sehingga mengurangi bau, rasa dan
pembemtukan THM

15
Unit Operasi dan
No Deskripsi dan Prinsip Aplikasi
Proses
Sodium fluoride, sodium silicofluoride, dan asam hidrofluosilik
dapat ditambahkan dalam tahap akhir dari pengolahan air
R Fluoridasi (UP)
minum untuk menghasilkan air yang mempunyai level fluoride
minimum yang aman terhadap kerusakan gigi
Konsentrasi Nitrat yang berlebih dalam air minum dapat
menyebabkan methemoglobinemia pada bayi. Nitrat direduksi
Denitrifikasi menjadi gas nitrogen oleh mikroorganisme dalam lingkungan
S
Biologis (UP) anaerob. Sumber organik seperti ethanol atau gula dibutuhkan
untuk bereaksi sebagai donor Hidrogen (akseptor oksigen) dan
untuk menyuplai karbon yang diperlukan untuk sintesis
Meliputi penghilangan garam terlarut pada air. Demineralisasi
Demineralisasi
T dapat dilakukan dengan cara ion exchange, proses membran,
(UP)
distilasi, dan pembekuan
Kation dan anion dalam air dihilangkan secara selektif ketika air
dilewatkan melalui bed yang berisi resin penukar anion dan
T1 Ion exchange (UP) kation. Bed tersebut diregenerasi setelah habis kapasitas
pertukarannya. Beberapa resin tertentu mampu menurunkan
kesadahan, nitrat dan ammonia
Reverse Osmosis Membran semi permeable digunakan untuk menghasilkan air
T2 (RO) dan berkualitas tinggi dengan cara menghilangkan padatan terlarut.
Ultraflitrasi (UO) RO juga digunakan untuk penyisihan arsen dan nitrat
Energi potensial listrik digunakan untuk menghilangkan kation
Elektrodialisis
T3 dan anion melalui membran ion-selektif untuk menghasilkan air
(UO)
yang terdemineralisasi dan brine (air garam)
Evaporasi, kondensasi dan distilasi berefek ganda dengan
T4 Distilasi (UO) kompresi uap air adalah metode yang paling umum digunakan
untuk sistem demineralisasi skala besar
Air asin didinginkan hingga mencapai titik beku. Es
mengandung air murni, sementara garam terlarutnya tertinggal
T5 Pembekuan (UO)
dalam larutan. Es dicairkan untuk mendapatkan air tawar.
Metode ini digunakan di daerah beriklim dingin
Sumber: Qasim et el. (2000)

16
Daftar Bacaan

-----, Water Treatment Handbook, 6th edition, Volume 1, Degremont Water


and the Environment, 1991

Fair, Gordon M., Geyer, John C., dan Okun, Daniel A., Water and Wastewater
Engineering, Volume 2: Water Purification and Wastewater Treatment and
Disposal, John Wiley and Sons Inc. New York, 1981

Kawamura, Susumu, Integrated Design of Water Treatment Facilities, John


Wiley & Sons, Inc., New York, 1991

Qasim, S.R., Motley, E.M., dan Zhu, G., Water Work Engineering: Planning,
Design & Operation, Prentice Hall PTR, Texas, 2000

17

Anda mungkin juga menyukai