PENDAHULUAN
Konsep risiko dan return bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan.
Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung return, investor juga harus
memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. Berikut akan diilustrasikan dalam 2 kasus,
sebagai latar belakang mengenai konsep return dan risiko.
Kasus 1
Animo berinvestasi di emas yang cukup tinggi membuka celah bisnis bagi sejumlah
perusahaan untuk menawarkan investasi emas berimbal hasil tinggi ke publik. Ada sejumlah
perusahaan yang berani menawarkan imbal hasil selangit.
- Raihan Jewellery
Investasi emas ini mulai mendulang masalah sejak awal Januari 2013 ketika
investor tidak lagi menerima pembayaran bonus yang dijanjikan. Selain itu, Raihan
juga terbukti mangkir dari janji pembelian kembali emas dari investor. Padahal,
investor dijanjikan buyback yang terdapat dalam kontrak pembelian emas.
- VGMC
1
Kasus 2
2
BAB II
PEMBAHASAN
Definisi Return
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi
yang dilakukannya.
Dari kedua sumber return diatas, maka kita bisa menghitung return total
suatu investasi dengan menjumlahkan yield dan capital gain yang diperoleh dari
suatu investasi. Perlu diketahui bahwa yield hanya akan berupa angka nol (0) dan
postif (+), sedangkan capital gain (loss) bisa berupa angka minus (-), nol (0) dan
positif (+) secara matematis return total suatu investasi bisa dituliskan :
Definisi Risiko
3
Untuk menggambarkan lebih lanjut mengenai keadaan resiko yang timbul
dalam financial assets, berikut akan diberikan suatu ilustrasi seperti dibawah ini:
Dengan demikian pengertian risk dari kedua ilustrasi tersebut diatas, akan
mempunyai dampak yang berbeda bagi investor apabila mereka dihadapkan pada
situasi pengambilan keputusan di bidang investasi. Maka didalam rangka proses
pengambilan keputusan, sebaiknya kita buat banyak kemungkinan-kemungkinan
alternatif yang akan kita pilih. Hal ini dimaksudkan agar kita dapat memilih
alternatif yang paling menguntungkan.
4
c. Risiko inflasi : Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya beli
yang telah diinvestasikan.
d. Risiko nilai tukar : Risiko ini berkaian dengan fluktuasi nilai tukar mata
uang domestik (negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang negara
lainnya.
e. Risiko pasar : Dengan adanya fluktuasi pasar, maka perubahan indeks pasar
saham secara keseluruhan dapat terjadi.
2. Unsystematic risk
Adalah risk yang dapat didiversifikasikan/dihindari oleh para investor. Misalnya:
a. Risiko bisnis : merupakan risiko bisnis yang terdapat pada suatu jenis
perusahaan/ industri.
b. Risiko likuiditas : Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin
likuid sekuritas tersebut, demikian pula sebaliknya.
c. Risiko financial : Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya.
E (R) = n
=1 R i pri
Keterangan :
E(R) : return harapan dari sekuritas
Ri : return ke-i yang mungkin terjadi
pri : probabilitas kejadian return ke-i
n : banyaknya return yang mungkin terjadi
5
Dimana X merupakan penjumlahan nilai return selama suatu periode, n adalah
total jumlah periode.
Contoh Soal:
= 0,15
Jadi, return harapan dari sekuritas ABC adalah 0,15 atau 15%
Menghitung Risiko
Varians Return = 2 = 2
=1( ()) . Pri
Deviasi standar = = 2
2 = Varians return
6
= Deviasi standart
E(R) = Return harapan dari suatu sekuritas
Ri = Return ke i yang mungkin terjadi
pri = probabilitas kejadian return ke i
Contoh Soal :
Perhitungan varians dan deviasi standar saham DEF
= 0,56125
Untuk mengestimasi return, investor harus memperhitungkan setiap kemungkinan
terwujudnya tingkat return tertentu, atau yang lebih dikenal dengan probabilitas kejadian.
Probability suatu kejadian diartikan sebagai harapan dimana kejadian tersebut bisa terjadi.
7
Sebagai gambaran, berikut ini diberikan ilustrasi mengenai kemungkinan akan turun hujan
hari ini atau besok. Melihat keadaan cuaca, maka kemungkinannya adalah 60% akan turun
hujan dan 40% akan tidak turun hujan. Maka dapat dibuat probabilitynya:
Kejadian Probability
Hujan 0,6 = 60%
Tidak hujan 0,4 = 40%
1,0 = 100%
Demikian pula halnya apabila kita ingin menginvestasikan uang kita dalam saham dari
perusahaan X dan perusahaan Y, dimana kita akan berharap untuk memperoleh capital
gain dan deviden atas keputusan yang akan kita pilih tersebut.
Saham Perusahaan X
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 100%
Normal 0,4 15%
Resesi 0,3 - 70%
1,0
Saham Perusahaan Y
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return
Kuat 0,3 20%
Normal 0,4 15%
Resesi 0,3 10%
1,0
Dari ilustrasi diatas, dapat dilihat bahwa dalam keadaan ekonomi kuat maka kita akan
dapat memperoleh return yang tinggi pada kedua perusahaan tersebut, baik dalam bentuk.
Pada situasi ini kita mempunyai kemungkinan hanya 30%.Dalam keadaan normal return yang
kita dapat atas pembelian saham kedua perusahaan tersebut akan sama besarnya, yakni 15%,
dan kemungkinan yang akan terjadi adalah 40%.Sedangkan dalam kondisi resesi, maka return
dari kedua perusahaan tersebut sangat berbeda yaitu antara -70% pada perusahaan X dan
10% pada perusahaan Y, dan kemungkinan yang akan terjadinya adalah 30%.
Dalam hal ini untuk mengukur risiko maupun return, bisa dilihat dari 3 aspek yaitu :
1. Variabilitas Of Return
8
Ditinjau dari variabilitas of return-nya, maka perusahaan X mempunyai risiko yang
lebih besar apabila dibandingkan dengan perusahaan Y. Hal ini disebabkan karena
variabilitas rate of return dari perusahaan X lebih besar daripada variabilitas rate of return
perusahaan Y. Apabila kita kalikan setiap kemungkinan hasil dengan probability dari
masing-masing dan kemudian kita jumlahkan hasilnya, maka kita akan memperoleh apa yang
disebut weighted average of return atau yang diartikan sebagai expected rate of return
. Sebagai gambaran bisa dilihat pada contoh perhitungan dibawah ini.
Perusahaan X
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Kuat 0,3 100% 30%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 - 70% - 21%
Expected Rate of Return = 15%
Perusahaan Y
Keadaan ekonomi Probability Rate of Return Expected Return
Kuat 0,3 20% 6%
Normal 0,4 15% 6%
Resesi 0,3 10% 3%
Expected Rate of Return = 15%
Dari ilustrasi perhitungan diatas, jika dilihat dari expected return yang dihasilkan oleh
kedua perusahaan besarnya sama, akan tetapi apabila ditinjau dari sisi variabilitas rate of
return keduanya berbeda. Mana dari kedua perusahaan diatas yang lebih besar risikonya.
Untuk lebih jelasnya, maka dapat kita gambarkan sebagai berikut ini :
a. Ada manusia yang mencari risiko, dan tanpa adanya risiko ia kurang senang. Type ini
disebut dengan Risk Seeker.Risk seeker akan lebih memilih investasi yang
mempunyai risiko yang lebih besar, tentunya dengan harapan return yang besar pula.
b. Manusia yang mencari keseimbangan antara risiko dan return. Type ini disebut
dengan Risk Indifference. Artinya, investor mengharapkan adanya tambahan return
jika ada tambahan risiko yang ia hadapi.
c. Manusia yang menginginkan tambahan return yang lebih besar dengan adanya
kenaikan/tambahan risiko yang ia hadapi. Type ini disebut dengan Risk
Averter.Risk Averterakan memilih investasi yang resikonya lebih kecil. Type ini
9
lebih banyak jumlahnya. Didalam Risk Averterada teori yang disebut dengan
Deminishing Marginal Utility of Money. Maksud dari pengertian tersebut adalah
bahwasannya setiap adanya satu tambahan kemakmuran yang diberikan, kalau terus
menerus ditambah maka pertambahan total utility-nya akan semakin menurun.
Contoh, apabila seseorang yang tidak mempunyai uang sama sekali, kemudian dia
menerima uang sebesar Rp. 10.000,- maka ia akan menggunakannya untuk keperluan yang
paling mendesak; tetapi apabila ia menerima kembali Rp. 10.000,-, maka ini juga akan
berguna baginya tetapi sudah tidak sepenting seperti pada yang pertama kalinya. Dengan
demikian utility yang kedua kurang dari yang pertama kali. Dengan kata lain, marginal
utility-nya semakin menurun. Demikian pula kalau ia menerima untuk yang ketiga kalinya
dan seterusnya. Untuk itu kita bisa mengatakan bahwa marginal utility of money adalah
deminishing. Untuk lebih jelasnya, bisa kita lihat dalam ilustrasi gambar berikut ini.
Dapat kita lihat, bahwa pada tingkatan wealth (kemakmuran) 2.500, total utility-nya
sebesar 6 dan pada tingkatan wealth5.000 total utility-nya sebesar 10. Dengan adanya
pertambahan dalam tingkat kemakmuran, disini menyebabkan adanya pertambahan utility
sebesar 4. Pada keadaan wealth7.500 total utility-nya sebesar 12, tetapi pertambahan utility-
nya hanya sebesar 2.
Dengan demikian, disini dapat disimpulkan bahwa dengan semakin bertambahnya tingkat
wealth, hal ini akan menyebabkan semakin menurunnya pertambahan total utility.
Seseorang yang mempunyai constant marginal utility for money akan menilai setiap dana
yang diterima sama saja dengan setiap dana yang dikeluarkan. Di lain pihak dimana
seseorang dengan deminishing marginal utility for money akan memperoleh lebih banyak
kerugian dari setiap dana yang hilang dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari
setiap dana tambahan yang ia terima.
Itulah sebabnya orang akan lebih banyak menghindar dari risiko dan akan meminta return
yang lebih banyak dari setiap investasi yang mempunyai risiko yang tinggi.
2. Standard Deviasi
Untuk menghitung besarnya standard deviasi, maka kita perlu mengetahui hal-hal sebagai
berikut:
10
a. Hitung besarnya expected rate of return () dengan formulasi:
, dimana:
R = rate of return
P = probability of return
n = total kemungkinan
= expected rate of return
b. Kurangkan expected rate of return () dari rate of return ( R ) untuk memperoleh
besarnya deviasiatas expected rate of return. Deviasinya adalah : ( R )
c. Kuadratkan masing-masing deviasi dan kemudian dikalikan dengan masing-masing
probability of return untuk bisa memperoleh varians-nya.
Variance:
d. Akar dari varians adalah sama dengan standard deviasi.
3. Arithmetic Mean dan Geometric Mean
Perhitungan return sebenarnya cukup sederhana, yaitu (harga jual - harga beli + deviden)
/ harga beli. Misalkan suatu saham dibeli dengan harga Rp 10.000. Setahun kemudian harga
saham naik menjadi Rp 15.000 dan investor menjualnya. Dalam periode tersebut juga sudah
dibagikan dividen sebesar Rp 1.000 yang sudah dinikmati oleh investor. Sehingga return
adalah = 60%.
Metode Arithmetic Mean menggunakan cara yang sederhana yaitu dengan membagi total
return tersebut dengan jumlah tahunnya. Misalkan return tahun 2010 sampai 2013 berturut-
turut adalah 30%, 20%, dan 25%, maka Arithmetic Mean = (20%+25%+15%)/3 =20%.
Sedangkan Geometric Meandapat dihitung dengan cara(1+20%) x (1+25%) x (1+15%).
Hasilnya kemudian di akar pangkat 3 (sesuai jumlah tahun) kemudian hasilnya dikurangi 1.
Hasil yang diperoleh adalah 19.9305%
Dengan menggunakan contoh, Return Panin Dana Maksima selama 5 tahun adalah
244.24% (total return) adalah sama dengan 28.01% (Annualized Return/Geometric Mean
menurut Bloomberg).
Total return lebih familiar bagi investor awam karena dengan mudah menggambarkan
tingkat pengembalian historis dalam jangka panjang. Misalkan return 5 tahun adalah 200%,
artinya jika kita menginvestasikan uang Rp 1 juta 5 tahun yang lalu, maka sekarang sudah
menghasilkan keuntungan Rp 2 juta. Sementara istilah Annualized Return lebih sering
digunakan investor yang lebih sophisticated. Hal ini tidak terlepas, bahwa baik buruknya
11
kinerja tidak hanya digambarkan dengan return saja namun juga oleh volatilitasdan
perbandingan terhadap free-risk. Dalam prakteknya volatilitas (standar deviasi) dan free-risk
dinyatakan dalam tahunan sehingga tingkat return juga disetahunkan.
Penghitungan tingkat perubahan aliran return pada periode yang bersifat serial dan
kumulatif sebaiknya mengunakan metode geometric mean. Sedangkan arithmetic mean, akan
lebih baik dipakai untuk menghitung nilai rata-rata aliran return yang tidak bersifat kumulatif.
Dalam manajemen portofolio dikenal adanya konsep pengurangan risiko sebagai akibat
penambahan sekuritas kedalam portofolio. Rumus untuk menghitung varians portofolio bisa
dituliskan sebagai berikut:
p =
1/2
Contoh: misal risiko setiap sekuritas sebesar 0,20. Maka risiko portofolio akan menurun
terus Jikaas yang dimasukkan kedalam portofolio. Misalnya jika kita memasukkan 100 saham
dalam portofolio tersebut maka risiko portofolio akan berkurang dari 0,20 menjadi 0,02.
0,20
p = = 0,02
1001/2
Contoh perhitungan statistik di atas membuktikan bahwa semakin banyak jenis saham
yang dimasukkan dalam portofolio akan menyebabkan semakin berkurangnya risiko
portofolio.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam
portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko. Meskipun demikian, manfaat
pengurangan risiko portofolio akan semakin menurun sampai pada jumlah tertentu, dan
setelah itu tambahan sekuritas tidak akan mengurangi risiko portofolio.
Beberapa hasil studi empiris tentang jumlah saham dalam portofolio yang bisa
mengurangi risiko, menghasilkan rekomendasi bahwa untuk mengurangi risiko portofolio
diperlukan sedikitnya antara 10-20 jenis saham. Penilitian yang sama juga pernah dilakukan
Tandelilin (1998) di pasar modal Indonesia dan Filipina. Penelitian tersebut menghasilkan
rekomendasi bahwa untuk meminimalkan risiko sedikitnya diperlukan 14 saham untuk pasar
modal Filipina dan 15 saham untuk pasar modal Indonesia.
12
2.4 Diversifikasi
1. Diversifikasi Random
Diversifikasi random terjadi ketika investor menginvestasikan dananya secara
acak pada berbagai jenis saham atau asset yang berbeda atau.Investor memilih asset-
asset yang akan dimasukkan ke dalam portofolio tanpa terlalu memperhatikan
karakterisitiknya (misal, tingkat risiko dan return yang diharapkan serta industri).
2. Diversifikasi Markowitz
Diversifikasi Markowitz mempertimbangkan berbagai informasi mengenai
karakteristik setiap sekuritas yang akan dimasukkan dalam portofolio. Diversifikasi
ini menjadikan pembentukan portofolio menjadi lebih selektif terutama dalam
memilih aset-aset sehingga diharapkan memberikan manfaat diversifikasi yang paling
optimal.
Filosofi Diversifikasi Markowitz: janganlah menaruh semua telur ke dalam
satu keranjang. Kontribusi penting dari ajaran Markowitz adalah bahwa risiko
portofolio tidak boleh dihitung dari penjumlahan semua risiko aset-aset yang ada
dalam portofolio, tetapi harus dihitung dari kontribusi risiko asset tersebut terhadap
risiko portofolio, atau diistilahkan dengan kovarians.
E (Rp) =
= E( )
Dalam hal ini :
13
Wi = bobot portofolio sekuritas ke-i
Wi = jumlah total bobot portofolio = 1,0
E (Ri) = return yang diharapkan dari sekuritas ke-i
N = jumlah sekuritas-sekuritas yang ada dalam portofolio
Contoh: sebuah portofolio yang terdiri dari 3 jenis saham ABC, DEF, dan GHI
menawarkan return yang diharapkan masing-masing sebesar 15%, 20% dan 25%. Misalnya,
presentase dana yang diinvestasikan pada saham ABC sebesar 40%, saham DEF 30% dan
saham GHI 30%, maka return yang diharapkan dari portofolio tersebut adalah:
E (Rp ) = 0,4 (0,15) + 0,3 (0,2) + 0,3 (0,25)
= 0,195 atau 19,5%
Ri = + + ei
Dalam hal ini :
Ri = return sekuritas i
RM = return indeks pasar
= bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
= ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return pasar
ei = kesalahan resudual
Pergitungan return sekuritas dalam model indeks tunggal melibatkan dua komponen
utama, yaitu :
14
,
=
Asumsi yang dipakai dalam model indeks tunggal adalah bahwa sekuritas akan
berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas tersebut mempunyai respon yang sama terhadap
return pasar. Penyederhaan dalam model indeks tunggal tersebut ternyata bisa
menyederhanakan penghitungan risiko portofolio Markowitz yang sangat kompleks menjadi
perhitungan sederhana.
15
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Return merupakan salah satu factor yang memotivasi investor berinvestasi dan juga
merupakan imbalan atas keberanian investor menanggung risiko atas investasi yang
dilakukannya.
Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan
capital gain/loss. Yield merupakan return yang mencerminkan aliran kas yang diperoleh
secara periodik dari suatu investasi. Jika kita berinvestasi pada sebuah obligasi misalnya,
maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi. Demikian pula halnya jika kita
membeli saham, yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan
capital gain (loss) sebagai komponen kedua dari return merupakan kenaikan (penurunan)
harga suatu surat berharga (bisa saham maupun surat hutang jangka panjang), yang bisa
memberikan keuntungan (kerugian) bagi investor. Dalam kata lain capital gain(loss) bisa
juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas.
Konsep risiko dan return bagaikan dua sisi mata uang yang selalu berdampingan.
Artinya, dalam berinvestasi, disamping menghitung return, investor juga harus
memperhatikan risiko yang harus ditanggungnya. semakin bertambahnya tingkat wealth, hal
ini akan menyebabkan semakin menurunnya pertambahan total utility.
Seseorang yang mempunyai constant marginal utility for money akan menilai setiap
dana yang diterima sama saja dengan setiap dana yang dikeluarkan. Di lain pihak dimana
seseorang dengan deminishing marginal utility for money akan memperoleh lebih banyak
kerugian dari setiap dana yang hilang dibandingkan dengan keuntungan yang diperoleh dari
setiap dana tambahan yang ia terima.
Itulah sebabnya orang akan lebih banyak menghindar dari risiko dan akan meminta
return yang lebih banyak dari setiap investasi yang mempunyai risiko yang tinggi.
Dalam konteks portofolio, semakin banyak jumlah saham yang dimasukkan dalam
portofolio, semakin besar manfaat pengurangan risiko.Meskipun demikian, manfaat
pengurangan risiko portofolio akan semakin menurun sampai pada jumlah tertentu, dan
setelah itu tambahan sekuritas tidak akan mengurangi risiko portofolio.
16
DAFTAR PUSTAKA
Jogiyanto, Hartono. 2015. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Yogyakarta: BPFE-
Yogyakarta.
Tandelilin, Eduardus, 2010. Portfolio dan Investasi: Teori dan Aplikasi, Edisi Pertama,
Yogyakarta: Kanisius
Van Horne, James. 2010. Fundamentals of Financial Management: Prinsip-Prinsip
Manajemen Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.
17