Anda di halaman 1dari 8

1.

CARA-CARA MEMANEN BENIH


Persiapan panen
Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan sebelum TBM
dimutasikan ke TM .Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi
dengan biaya panen seminimal mungkin . Hal-hal yang perlu dilakukan di dalam persiapan
pelaksanaan pemanenan yaitu : (1) persiapan kondisi areal , (2) penyediaan tenaga pemanen , (3)
pembagian seksi potong buah dan (4) penyediaan alat-alat kerja .Persiapan areal panen
berhubungan dengan adanya mutasi dari TBM ke TM . Dalam keadaan normal , perubahan TBM
dan TM terjadi pada tahun ke tiga sesudah tanaman di tanam . Mutasi TBM ke TM merupakan
masa yang perlu mendapat perhatian , baik dari segi lamanya masa TBM maupun persiapan yang
perlu di kerjakan sebelum tanaman di panen . Pekerjaan awal yang sangat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas hasil potong buah yaitu kastrasi / tunas pasir . Disamping itu beberapa hal
yang harus dilakukan dalam pekerjaan awal potong buah sebagai berikut
Perbaikan jalan dan jembatan , baik di main maupun collection road .
Pembersihan piringan tanaman , pasar tikus / rintis dan rintis malang / tengah
Pemasangan titi pasar tikus / rintis
Pembuahan tempat pemungutan hasil ( TPH )
Pembuatan tangga-tangga dan tapak kuda untuk areal berbukit .
Kebutuhan tenaga potong buah harus mengacu pada kebutuhan tenaga pada saat panen
puncak . Jumah tenaga potong buah dapat di peroleh dengan tetap memperhitungkan faktor umur
tanaman dan kerapatan buah . Adapun rumus yang di gunakan sebagai berikut :
( )
Jumlah tenaga potong buah = 6 ( 1,5 4 )

Apabila terjadi musim trek ( buah sedikit di pokok ) maka sebagian karyawan potong
buah dapat di pekerjakan di tunas pokok atau di lakukan pengaturan cuti tukang potong buah .
Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan di panen
setiap hari menjadi terkonsentrasi ( tidak terpencar-pencar ) . Selain itu juga harus di hindari
adanya potongan-potongan ancak panen agar satu seksi selesai pada satu hari . Hal ini bertujuan
untuk mempermudah kontrol pekerjaan , meningkatkan output karyawan potong buah ,
meningkatkan efisiensi transportasi buah , dan memudahkan pengaturan keamanan produksi .
Jumlah tenaga potong buah per mandoran antara 20-25 orang . Jumlah mandoran per afdeling
1000 ha maksimum tiga mandoran .
Alat-alat kerja untuk potong buah yang akan digunakan berbeda berdasarkan tinggi
tanaman . Penggolongan alat kerja dibagi menjadi tiga bagian yaitu alat untuk memotong TBS ,
alat untuk bongkar muat TBS dan alat untuk membawa TBS ke TPH . Alat untuk memotong
buah / TBS yaitu dodos kecil , dodos besar , pisau egrek , bambu egrek dan batu asah .
Dodos kecil berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 8 cm dan panjang mata 8
cm . Alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m .
Dodos kecil digunakan sejak tanaman selesai di tunas pasir ( umur 3 tahun ) sampai
selesai ditunas selektif .
Dodos besar berbentuk seperti tembilang dengan lebar mata 14 cm dan panjang mata 12
cm . Alat ini di pasang pada sepotong gagang kayu dengan panjang sekitar 1,5 m .
Dodos besar digunakan sejak tanaman selesai di tunas selektif sampai tanaman
mencapai 3 meter ( berumur sekitar 8 tahun ) .
Pisau egrek berbentuk seperti pisau arit dengan panjang pangkal 20 cm , panjang pisau
45 cm dan sudut lengkung dihitung pada sumbu sebesar 135 0.
Bambu egrek merupakan gagang pisau egrek dengan panjang sekitar 10 m , tebal 1-1,5
cm , pangkal 5-7 cm . Setiap kebun dengan luas sekitar 5000 ha , harus menyediakan
lahan areal bambu minimum seluas 1,5 ha atau 160 rumpun bambu . Batu asah
digunakan untuk mengasah dodos dan pisau egrek supaya tetap terjamin ketajamannya .
Alat untuk bongkar muat TBS yaitu gancu dan tojok/tombak . Gancu terbuat dari besi
beton dengan diameter 3/8 inci dan panjangnya di sesuaikan dengan kebiasaan setempat
.Sementara , tojok / tombak terbuat dari pipa besi dengan ujung besi beton lancip dan panjangnya
sekitar 1-1,5 m . Alat ini digunakan khusus untuk pemuatan TBS ke dalam truk angkut buah .
Alat untuk membawa / mengangkat buah / TBS ke TPH yaitu angkong , goni eks-pupuk
, keranjang buah , pikulan dan tali nilon . Angkong adalah kereta soring satu roda yang
digunakan sebagai tempat atau wadah buah / TBS yang akan di bawa ke tempat pengumpulan
hasil ( TPH ) . Goni eks-pupuk digunakan sebagai tempat atau wadah buah/TBS yang akan
dibawa ke tempat pengumpulan hasil ( TPH ) atau memuat brondolan ke alat transport .
Keranjang buah digunakan sebagai tempat atau wadah buah / TBS ( sebagai alternatif ) yang
akan di bawa ke tempat pengumpulan hasil ( TPH ) , Pikulan terbuat daru kayu , bambu atau
cabang kelapa sawit yang panjangnya berkisar 1,5-2 meter sebagai alat untuk memikul keranjang
buah / goni eks-pupuk . Tali nilon digunakan untuk mengikat goni eks-pupuk atau keranjang
buah ke pikulan dan mengikat pisau egrek ke bambu egrek .

Gambar 1. Alat-alat Pemanenan Kelapa Sawit


Penggunaan egrek jauh lebih dominan dibandinkan dodos untuk memanen secara umum.
Egrek diunakan untuk memanen pohon > 3 m. Hasil analisis gerak membuktikan bahwa
pemanenan dengan menggunakan egrek (CuE) relatif lebih sulit dan beresiko dibandingkan
panen dengan dodos (CuD). Gambar 2 menunjukkan analisis selang alami gerak pada elemen
kerja cutting dengan egrek saat gerakan posisi awal saat egrek sudah siap untuk ditarik yang
berarti pisau egrek sudah dalam posisi mengait tandan kelapa sawit atau pelepah (a), gerakan
menarik egrek yang pertama (b) dan yang terakhir adalah gerakan menarik egrek yang kedua
sampai tandan kelapa sawit atau pelepah berhasil terpotong (c) .
Gambar 2. Tahapan Gerakan Cutting Dengan Menggunakan Egrek
Sumber : Syuaib, Nugrahaning dan Tri. 2015. Studi Gerak Kerja Pemanenan Kelapa Sawit
Secara Manual. Jurnal Keteknikan Pertanian Vol 3 No. 1.
Cara Pelaksanaan Panen
Proses pemanenan kelapa sawit atau TBS terdiri dari beberapa tahapan pekerjaan yaitu:
(1) Tahap pemanenan, yang terdiri dari pemotongan pelepah dan TBS, memasukkan TBS ke
dalam angkong dan membawa TBS dengan angkong ke TPH dan (2) pemuatan TBS ke dalam
truk pengangkut. Pada saat penelitian dilakukan, kondisi kebun sudah berumur lebih dari 15
tahun, dengandemikiantinggi pohon kelapa sawit rata-rata di atas 3meter. Kondisi ketinggian
pohon kelapa sawit yangrata-rata sudah lebih dari 3 meter, mengharuskan pekerjaan panen
(menurunkanTBS) dilakukan dengan alat bantu egrek. Egrek terbuat dari logam
alumunium,besi atau bambu.
Sebelum melakukan pemanenan TBS, buruh panen terlebih dahulu membersihkan
pelepah yang sudah mati dan yang menghalangi TBS yang akan dipotong (Gambar 1). TBS
yang telah jatuh didekat pohon atau sekitar piringan, dikumpulkan di dekat angkong yang
digunakan untuk mengangkut TBS dari dalam kebun ke tempat pengumpulan hasil (TPH).
Pemanen memuat angkong dengan 2/3 TBS, tergantung ukuran dan berat TBS. Umumnya berat
TBS berkisar antara 15 50 kg. Apabila TBS ukuran besar, maka satu angkong hanya berisi 2
TBS, tetapi untuk TBS ukuran kecil, angkong dapat diisi 3 TBS. TBS yang dikumpulkan di TPH
ditandai (dinomori) dengan kode tertentu yang menunjukkan blok/petak dan inisial pemanen.
Gambar 2 dan 3 memperlihatkan pemanenan mengumpulkan TBS di dalam kebun dan
memasukkan ke dalam angkong untuk dibawa ke TPH.
Setelah TBS terkumpul di TPH, maka tukang muatakan memuat TBS ke atas truk. Proses
pemuatan ini sering dilakukan oleh (dua) orang tukang muat karena berat TBS bias mencapai 50
kg. Apabila berat TBS masih di bawah 30 kg satu orang pemuat mampu mengangkat TBS
tersebut ke atas truk. Alat bantu yang digunakan adalahtojok. Gambar 4 memperlihatkan
proses pemuatan TBS ke atas truk yang akan membawa TBS ke pabrikdalamwaktu1x24jam.
Sumber : Hendra dan Suwandi. 2009. Risiko Ergonomi Dan Keluhan Musculoskeletal Disorders
(MSDs) Pada Pekerja Panen Kelapa Sawit. Prosiding Seminar Nasional
Ergonomi IX. Semarang.

Anda mungkin juga menyukai