PENDAHULUAN
tersebut bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik dan dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, ataupun jamur. Respon inflamasi yang ditimbulkan dapat
dari sepsis. Sepsis pada neonatus masih merupakan masalah yang belum
hampir sebagian besar neonatus yang dirawat mempunyai kaitan dengan masalah
Selain itu sepsis memiliki tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi.1-3
bakteremia yang terjadi pada bayi dalam satu bulan pertama kehidupan. Angka
kejadian sepsis neonatal di negara berkembang meningkat yaitu (1,8-18 per 1000
kelahiran hidup), sedangkan pada negara maju sebanyak (4-5 per 1000 kelahiran
hidup).1,2
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB)
1
ikterus lainnya, serum bilirubin harus difraksikan ke dalam konyugasi atau level
bilirubin direk lebih besar dari 1mg/dL ketika jumlah total bilirubin kurang dari
5mg/dL atau lebih dari 20% dari jumlah bilirubin total jika jumlah total bilirubin
lebih dari 5mg/dL. Sepsis biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri (meskipun
sepsis dapat disebabkan oleh virus, atau semakin sering, disebabkan oleh
jamur).1,3
Menurut WHO angka kejadian kolestasis pada bayi cukup tinggi yaitu 1
per 2.500 kelahiran hidup. Umumnya yang paling utama penyebab kolestatis
pada bulan pertama kehidupan adalah atresia bilier dapat terjadi 1:10.000 kasus
dan hepatitis neonatal 1:15.000 kasus. Pada periode Januari sampai dengan
asam empedu.5,6
dapatkan tampak pasien takikpnea dan demam serta ada gambaran kuning hampir
fisik yang dilakukan, kemudian juga menandakan salah satu gejala dan
2
peningkatan leukosit, peningkatan bilirubin total, peningkatan I/T rasio dan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SEPSIS
1. Definisi
tersebut bisa berupa infeksi lokal maupun sistemik dan dapat disebabkan oleh
bakteri, virus, parasit, ataupun jamur. Respon inflamasi yang ditimbulkan dapat
dari sepsis. Sepsis neonatorum terbagi atas sepsis awitan dini dan sepsis awitan
lambat. Sepsis awitan dini yaitu sepsis yang terjadi 3 hari pertama kehidupan
dimana sumber organisme berasal dari saluran genital ibu atau cairan amnion.
Sepsis awitan lambat terjadi setelah 3 hari setelah kelahiran. Sepsis awitan lambat
terjadi disebabkan kuman yang berasal dari lingkungan disekitar bayi, baik dari
faktor resiko ibu dan neonatus terhadap sepsis), gambaran klinis dan pemeriksaan
penunjang berbeda antara satu tempat dengan tempat lainnya. Terjadinya sepsis
2. Epidemiologi
4
Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan bahwa angka kematian bayi (AKB)
3. Faktor Risiko
Ketuban pecah dini dan ketuban pecah lebih dari 18 jam. Bila ketuban
pecah lebih dari 24 jam, kejadian sepsis pada bayi meningkat sekitar 1%
4 kalinya.
Kehamilan multipel.
kateter,
5
Bayi dengan galaktosemia (predisposisi untuk sepsis oleh E. coli), defek
imun,atau asplenia.
Asfiksia neonatorum.
Cacat bawaan.
Bila terdapat satu faktor risiko mayor dan dua risiko minor maka
6
penunjang (septicwork-up) sesegera mungkin. Pendekatan khusus ini diharapkan
dapat meningkatkan identifikasi pasien secara dini dan tata laksana yang lebih
4. Etiologi
Mikroorganisme kausal yang paling sering ditemukan pada orang dewasa dan
5. Manifestasi
tidak sehat, malas minum, pada saluran cerna terdapat distensi abdomen,
anoreksia, muntah, diare, hepatomegali, pada saluran nafas bisa terjadi apnea,
terjadi tremor, kejang, penurunan kesadaran, dan pada hematologi terjadi ikterus,
6. Penatalaksanaan
7
Pada bayi dengan SAD, terapi empirik harus meliputi SGB, E. coli, dan
digunakan untuk terapi awal SAL. Pada beberapa rumah sakit, strain penyebab
tobramisin. Oleh karena itu, pada infeksi nosokomial lebih dipilih pemakaian
dilakukan oleh sebagian besar enzim bakteri yang diperantarai plasmid, begitu
juga yang dapat menginaktifkan aminoglikosida lain. Pada kasus risiko infeksi
B. KOLESTASIS
1. Definisi
hepatosit sampai tempat masuk saluran empedu ke dalam duodenum. Dari segi
seperti bilirubin, asam empedu, dan kolesterol didalam darah dan jaringan tubuh.
8
Secara patologi-anatomi kolestasis adalah terdapatnya timbunan trombus empedu
pada sel hati dan sistem bilier. Berdasarkan rekomendasi North American Society
kolestasis apabila kadar bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl bila bilirubin total
kurang dari 5 mg/dl, sedangkan bila kadar dari bilirubin total lebih dari 5 mg/dl,
2. Epidemiologi
Menurut WHO angka kejadian kolestasis pada bayi cukup tinggi yaitu 1
per 2.500 kelahiran hidup. Umumnya yang paling utama penyebab kolestatis
pada bulan pertama kehidupan adalah atresia bilier dapat terjadi 1:10.000 kasus
dan hepatitis neonatal 1:15.000 kasus. Pada periode Januari sampai dengan
3. Klasifikasi
a. Kolestasis intrahepatik
intrahepatik terjadi karena kelainan pada hepatosit atau elemen duktus biliaris
9
bahan-bahan yang merupakan komponen empedu seperti bilirubin, asam empedu
histopatologis akan ditemukan penumpukan empedu di dalam sel hati dan sistem
b. Kolestasis ekstrahepatik
kolestasis tipe ini adalah proses imunologis, infeksi virus terutama Cytomegalo
virus, Reo virus tipe 3, asam empedu yang toksik, iskemia dan kelainan genetik.2,4
4. Etiologi
Biliary hipoplasia
Choledocholithiasis
Nonsyndromic paucity
Hypothyroidism
10
Bile duct dysgenesis
Carolis disease
Hepatic cyst
Cystic fibrosis
Kolestasis pada bayi dibagi dalam 2 bagian besar yaitu hepato-seluler dan
bilier, intra dan ekstra hepatal. Penyebab terbanyak kolestasis pada neonates
adalah kerusakan jaringan hati akibat infeksi virus intra uterin, terutama TORCH.
Penyebab lain diantaranya gangguan metabolik, genetik, auto imun dan gangguan
adalah atresia bilier. Atresia bilier adalah kondisi langka yang menyebabkan
penyumbatan saluran empedu. Saluran empedu pada hati, disebut juga dengan
duktus hepatikus, merupakan saluran yang membawa cairan empedu dari hati ke
kantong empedu untuk disimpan dan ke usus kecil untuk digunakan dalam
adalah sindrom alagille. Sindrom alagille adalah suatu kelainan yang diturunkan
secara autosomal dominan akibat defek pada gen JAG1 di kr20p12. Gen ini
kelainan jantung, mata, tulang vertebra, dan bentuk wajah yang khas.
11
5. Pemeriksaan Penunjang
kolangiografi intraoperative.12,13
1. Pemeriksaan laboratorium
billirubin direk lebih dari 1 mg/dl bila billirubin total kurang dari 5 mg/dl atau
kadar billirubin direk lebih dari 20% apabila kadar billirubin total lebih dari 5
mg/dl.
peningkatan gamma GT >5 kali, hal ini lebih mengarah kepada kolestasis
ekstrahepatik.
c. Aminotransferase serum meningkat lebih dari 2-4 kali nilai normal, maka hal
mengalami kolestasis.
12
e. Serum lipoprotein-X meningkat pada kolestasis yang disebabkan oleh
obstruksi.
porsi (dilihat tinja akholik pada tiga periode dalam sehari). Kolestasis
B. Ultrasonografi
C. Biopsi hati
Biopsi hati merupakan cara yang paling akurat untuk mendiagnosis bayi
dengan kolestasis.
13
6. Manifestasi Klinis
Bayi ikterus sampai usia dua minggu pada umumnya disebabkan oleh
peningkatan bilirubin indirek dan mencapai kadar puncak pada usia 5-7 hari. Bayi
yang mengalami peningkatan kadar biliribin direk akan mengalami ikterus setelah
usia dua minggu. Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada pasien kolestasis
adalah ikterus atau kulit dan mukosa berwarna ikterus yang berlangsung lebih dari
dua minggu, urin berwarna lebih gelap, tinja warnanya lebih pucat atau fluktuatif
1. Ikterus
2. Gatal-gatal
3. Hiperkolesterolemia
7. Penatalaksanaan
a. Terapi etiologi13,14
14
Terapi medikamentosa untuk kolestasis intrahepatik yang dapat
diketahui penyebabnya
b. Terapi suportif13,14
trigliseride-MCT)
A : 5000-25000 IU
E : 15-25 IU/kgBB/hari
10mg/kgBB/hari
Kolestiramin 0,25-0,5g/kgBB/hari7
15
BAB II
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS
Nama : By. A M N K
Lahir di : RS Tahuna
Kebangsaan : Indonesia
Status Perkawinan :I
Status Perkawinan :I
16
II. ANAMNESIS
A. Family Tree
10 hari
lahir
Bayi MRS pada tanggal 17 Agustus 2017 jam 10.00 wita. Bayi merupakan
dan sudah diberi terapi cairan IVFD Kaen 4B 15-16 cc/jam, dan Injeksi
meropenem 3x100 mg. Bayi perempuan, lahir pada tanggal 07 Agustus 2017
jam 09.24 wita dengan BBL: 2500 gr, PBL: 44 cm. Apgar score 5-7. Lahir
17
secara Sectio Caesaria dari ibu G1P0A0 20 tahun hamil aterm. Faktor resiko
sepsis: keputihan berbau dan tidak diobati serta isk yang tidak diobati.
Beberapa waktu setelah lahir bayi tampak sesak, 1 minggu setelah lahir, bayi
B. Anamnesis Antenatal
Saat hamil ibu penderita kontrol secara teratur di puskesmas sebanyak 9 kali.
Morbili : -
Varisela : -
Pertusis : -
Diare : -
Cacing : -
Batuk/pilek : -
Lain-lain : -
18
Pertama kali berdiri : - bulan
PASI :-
Bubur susu :-
Bubur saring :-
Bubur halus :-
Nasi lembek :-
F. Imunisasi
Dasar Ulangan
Jenis Imunisasi
I II III I II III
BCG -
Polio -
DTP -
Campak -
Hepatitis B +
19
G. Riwayat Keluarga
Pasien tinggal di rumah permanen dengan atap seng, dinding beton, lantai
keramik. Jumlah kamar 2 buah, dihuni oleh 4 orang terdiri 3 orang dewasa dan
I. Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Tekanan darah :-
Respirasi : 62 kali/menit
Suhu : 38 c
SpO2 : 92%
Tinggi Badan : 44 cm
20
Ikterus : Kuning hampir seluruh tubuh (Kramer IV)
Kulit
Warna : Kuning
Tonus : Eutoni
Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam
Mata
Lensa : Jernih
21
Fundus : Tidak dievaluasi
Mulut
Tenggorok an
Leher
bening
Thoraks
Bentuk : Simetris
22
Ruang intercostal : Normal
Paru Paru
Jantung
Bising : (-)
23
Abdomen
minora
bening
Pemeriksaan Kramer :
24
Tabel 1. Hubungan kadar bilirubin dengan daerah ikterus menurut Kramer
Prematur Aterm
J. Pemeriksaan Laboratorium
25
001 Eosinofil 15 % 15 %
002 Basofil 01 % 0 %
005 Limfosit 20 40 % 28 %
006 Monosit 28 % 14 % *
I. RESUME
Pasien bayi perempuan usia 10 hari, MRS pada tanggal 17 Agustus 2017
jam 10.00 wita dengan BB: 2,5 kg, PB: 44 cm. MRS dengan keluhan utama sesak
26
sejak beberapa waktu setelah lahir, dan kuning hampir diseluruh tubuh sejak 1
O:
Tekanan Darah :-
Respirasi : 62 kali/menit
Suhu : 38,2c
SpO2 : 92%
27
Ekstremitas : akral hangat, CRT 3 detik, kuning hampir diseluruh
tubuh
A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + Sepsis + Kolestasis ec. sepsis
Follow Up
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
28
A: Neonati Cukup Bulan Sesuai Masa Kehamilan + Sepsis + Kolestasis ec.
sepsis
- Oral stop
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
sepsis
29
P: - O2 0,5 L/m via nasal kanul
- Urdafalk 2x25 mg
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
sepsis
30
- Injeksi amikacin 2x20 mg (4)
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
sepsis
31
Selasa, 22 Agustus 2017, Pukul 07.00 wita
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
sepsis
- ASI ad libitum
32
O: Keadaan umum: aktif menurun, reflex menurun
Kep: Conj. An (-), skl ikt (-), pupil bulat isokor, diameter 3mm - 3mm,
UUB Datar
sepsis
- ASI ad libitum
33
BAB IV
PEMBAHASAN
Agustus 2017 jam 09.24 wita dengan BBL: 2500 gr, PBL: 44 cm. Apgar score 5-
7. Lahir secara Sectio Caesaria dari ibu G1P0A0 20 tahun hamil aterm 39-40
minggu. Faktor resiko sepsis: keputihan berbau yang tidak diobati dan isk tidak
diobati. Beberapa waktu setelah lahir, bayi tampak sesak, 1 minggu setelah lahir,
tergolong dalam bayi cukup bulan sesuai masa kehamilan, dimana bayi lahir pada
kehamilan usia 39 40 minggu dengan berat badan lahir 2500 gram. Bayi berat
lahir normal adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram sampai dengan
4000 gram.
34
Kurva Lubchenco
Ikterus yang ditemukan pada pasien selain meunjukkan adanya gejala dari
sepsis, juga merupakan indikator adanya kolestasis yang terjadi akibat sepsis.
Ikterus merupakan salah satu gejala klinis pada kolestasis. Ikterus yaitu adanya
warna kuning pada kulit dan selaput lendir, selain itu dapat disertai gejala
dehidrasi akibat kurang minum dan muntah-muntah, pucat yang berkaitan dengan
anemia hemolitik, trauma lahir hepatosplenomegali, letargi dan gejala klinis sepsis
lainnya. Pada penderita ini didapatkan kuning seluruh tubuh. Kolestasis sepsis
adalah suatu bentuk kolestasis hepatoseluler yang timbul pada saat atau setelah
Ikterus dapat terjadi dimulai dari kepala, leher, dan seterusnya. Gejala
klinis ikterus sampai kaki dapat mengambarkan kadar bilirubin darah. Kramer
membagi tubuh bayi dalam lima bagian untuk dapat menilai kadar bilirubin (tabel
1).
35
Sehingga pada penderita ini diperkirakan kadar bilirubinnya bila
11 18.
sepsis.
Pemeriksaan darah, differential count, CRP dan kultur darah diperlukan untuk
menunjang diagnosis sepsis. Pada penderita didapatkan CRP 48, dan leukosit
32.000/mm3. Hitung leukosit bisa membantu dalam mendiagnosa sepsis, tapi ini
mendiagnosa sepsis, pemeriksaan ini adalah yang paling sensitif. Sensitivitas I/T
ratio sekitar 60-90%. Pada pasien didapatkan hasil I/T ratio 0,3%. Peningkatan
CRP terdapat pada sekitar 50-90% bayi dengan infeksi bakterial sistemik. CRP
sebagai bagian dari penilaian respons antibiotik, durasi terapi, dan/atau infeksi
ulangan.5,6
positif maka bisa dipastikan diagnosa sepsis. Tapi hasil kultur negatif, belum bisa
menyingkirkan tidak adanya sepsis,. Kultur darah juga penting untuk menentukan
36
Pemeriksaan bilirubin total/direk diperlukan untuk menentukan jenis
laboratorium yaitu didapatkannya kadar bilirubin total > 10 mg/dl pada bayi
prematur, >12,5 mg/dl pada bayi aterm, kadar bilirubin direk > 1 mg/dl. Pada
penderita ini didapatkan kadar bilirubin serum 11.36 mg/dl, dan kadar bilirubin
direk 9.03 mg/dl. Kadar bilirubin direk memenuhi syarat untuk dikatakan
penyebab ikterus pada penderita ini akibat proses patologis. Fototerapi efektif
untuk menurunkan kadar bilirubin serum. Prinsip sinar terapi adalah oleh
bilirubin dipecah menjadi fotoisomer dan dipyrol yang tidak toksik dan segera
sensitifitas yang baik terhadap kuman gram positif ataupun gram negatif.
golongan sefalosporin yaitu ceftazidime dengan dosis 125 mg/8 jam diberikan
37
tegakkan dengan hasil bilirubin total dan direk yang meningkat sehingga dapat
38
DAFTAR PUSTAKA
1. Van den Hoogen A, Gerards LJ, Verboon-Maciolek MA, Fleer A, Krediet TG.
2. Klinger G, Levy I, Sirota L. Epidemiology and risk factors for early onset sepsis
3. Park HW, Lee NM, Kim JH, Kim KS, Kim SN. Parenteral fish oil-containing
5. Amirullah A. Sepsis pada bayi baru lahir. Buku Ajar Neonatologi. Edisi 2.
8. I Putu Gede Karyana, I GN Sanjaya Putra, Ni Putu Veny Kartika Yanti. Kolestasis
14-3.
39
10. Elisabeth Hutapea, Julfina Bisanto, Damayanti R. Sjarif, Partini P. Trihono.
Hal. 1-2.
11. Darmawati TA. Surjono SW. Evaluasi pemberian antibiotik untuk mencegah
kejadian sepsis neonatorum klinis dini pada neonatus dengan potensial terinfeksi
di RS. Dr. Sardjito, Yogyakarta. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Universitas Gajah
13. Omer M, Khattak TA, Shah SHA. Etiological spectrum of persistent neonatal
Neonatal
of Indian
40
41