Anda di halaman 1dari 26

BAB II

LANDASAN TEORI

1. Tinjauan Pustaka

A. Makanan Pendamping Asi (MP-ASI)

1. Pengertian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI)

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

yang diberikan pada balita yang telah berumur 6 bulan, berperan

penting bagi pertumbuhan, kesehatan, daya tahan tubuh balita,

khususnya sebagai materi yang mengandung zat penangkal berbagai

penyakit (Krisnatuti, 2015).

Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah makanan

atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayi atau anak

untuk memenuhi kebutuhan gizinya (Utami, 2016).

Makanan tambahan adalah makanan yang diberikan pada anak

usia 6-24 bulan.Peranan makanan tambahan sama sekali bukan untuk

menggantikan ASI melainkan untuk melengkapi ASI. Jadi, makanan

pendamping ASI harus tetap diberikan kepada anak, paling tidak

sampai usia 24 bulan (Yesrina, 2010).

2. Tujuan pemberian MP-ASI

Air Susu Ibu (ASI) hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi

sampai usia 6 bulan setelah itu, produksi Air Susu Ibu (ASI) semakin

berkurang sedangkan kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring

dengan bertambahnya umur dan berat badan. Tujuan pemberian MP-

ASI (Soenarno, 2007) sebagai berikut :


a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang dalam ASI.

b. Mengembangkan kemampuan bayi untuk bermacam-macam

makanan dariberbagai rasa dan tekstur.

c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan

menelan.

d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung

kadar energi yang tinggi.

Menurut WHO (2003) pada saat seorang bayi tumbuh dan menjadi

lebih aktif akan dicapai usia tertentu dimana ASI saja tidak cukup untuk

memenuhi kebutuhan nutrisi anak. Dengan demikian, makanan tambahan

diberikan untuk mengisi kesenjangan antara kebutuhan nutrisi pada anak

dengan jumlah yang didapatkan dari ASI, ini berarti :

1. Makanan tambahan diperlukan untuk mengisi kesenjangan

energi.

2. Jumlah makanan yang dibutuhkan meningkat sewaktu anak

bertambah usianya.

3. Jika kesenjangan tidak diisi anak akan berhenti pertumbuhannya

atau tumbuhlambat.

Tujuan pemberian MP-ASI adalah untuk menambah energi dan zat-zat

gizi yang diperlukan bayi. Pemberian MP-ASI bermanfaat untuk mencapai

pertumbuhan dan perkembangan yang optimal, menghindari terjadinya

kekurangan zat gizi baik makro maupun mikro, memelihara kesehatan,

mencegah penyakit dan mempercepat pemulihan bila sakit, membantu

perkembangan jasmani, rohani, psikomotor, mendidik kebiasaan yang baik


tentang makanan dan memperkenalkan bermacam-macam bahan makanan

yang sesuai dengan keadaan fisiologis bayi. Pemberian MP-ASI juga

bermanfaat untuk menyesuaikan kemampuan alat pencernaaan dalam

menerima makanan tambahan dan merupakan salah satu proses pendidikan

dimana bayi belajar untuk mengunyah dan menelan makanan padat, serta

membiasakan selera dan rasa baru sebagai masa peralihan dari ASI ke

makanan keluarga. Otot dan saraf di dalam mulut bayi setelah berumur 6

bulan sudah berkembang untuk mengunyah, menggigit, dan menelan

makanan dengan baik, mulai tumbuh gigi, senang memasukkan sesuatu ke

dalam mulutnya dan berminat terhadap rasa yang baru. Sistem

percernaannya sudah relatif sempurna dan siap menerima MP-ASI. Enzim

pemecah protein seperti asam lambung, pepsin, lipase, enzim amilase dan

sebagainya juga telah diproduksi sempurna pada saat bayi berumur 6 bulan.

WHO/UNICEF dalam Global Strategy for Infant and Young Child Feeding

merekomendasikan 4 hal penting yang harus dilakukan pada bayi yaitu

sebagai berikut :

a. Memberikan ASI kepada bayi segera dalam waktu 30 menit

setelah bayi lahir.

b. Memberikan hanya ASI saja atau pemberian ASI secara eksklusif

sejak lahir sampai bayi berusia 6 bulan

c. Memberikan MP-ASI sejak bayi berusia 6 bulan sampai 24 bulan.

d. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia 24 bulan atau

lebih.
3. Manfaat MP-ASI

ASI hanya mampu mencukupi kebutuhan bayi sampai usia 4-6

bulan. Setelah itu, produksi ASI semakin berkurang, sedangkan

kebutuhan gizi bayi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya

umur dan berat badan. Pertumbuhan dan perkembangan anak yang

normal dapat diketahui dengan cara melihat kondisi pertambahan

berat badan anak. Apabila setelah usia 4-6 bulan, berat badan seorang

anak tidak mengalami peningkatan, menunjukkan bahwa kebutuhan

energi dan zat-zat gizi tidak terpenuhi. Hal ini dapat disebabkan

asupan makanan bayi hanya mengandalkan ASI saja atau pemberian

makanan tambahan kurang memenuhi syarat. Di samping itu, faktor

terjadinya infeksi pada saluran pencernan memberikan pengaruh yang

cukup besar (Krisnatuti dan Yenrina, 2014).

Menurut Indiarti (2013) manfaat makanan pendamping ASI adalah :

a. Untuk pertumbuhan dan perkembangan fisik psikomotor, otak

dan kognitif anak yang semakin meningkat.

b. Untuk melatih keterampilan mengunyah dan menelan pada

anak.

c. Untuk belajar mengembangkan kemampuan menerima

berbagai rasa dan struktur makanan

4. Syarat Pemberian MP-ASI

Menurut Krisnatuti dan Yenrina (2014), makanan pendamping

ASI yang baik harus memenuhi beberapa syarat, yaitu :


a. Memiliki nilai energi dan kandungan protein tinggi.

b. Memiliki nilai suplementasi yang baik serta mengandung

vitamin dan mineral yang cocok.

c. Dapat diterima oleh alat pencernaan bayi dengan baik.

d. Harganya relatif murah.

e. Sebaiknya dapat diproduksi dari bahanbahan yang tersedia

secara ideal.

f. Bersifat padat gizi.

g. Kandungan serat kasar atau bahan lain yang sukar dicerna

dalam jumlah sedikit.Kandungan serat kasar yang terlalu

banyak justru akan menggangu pencernaan bayi.

5. Dampak Memberikan MP-ASI Terlalu Dini

a. Risiko Jangka Pendek

1) Pengenalan makanan selain ASI kepada diet bayi akan

menurunkan frekuensi dan intensitas pengisapan bayi,

yang merupakan risiko untuk terjadinya penurunan

produksi ASI.

2) Pengenalan serealia dan sayur-sayuran tertentu dapat

mempengaruhi penyerapan zat besi dari ASI sehingga

menyebabkan defisiensi zat besi dan anemia pada bayi.

3) Resiko diare meningkat karena makanan tambahan tidak

sebersih ASI.

4) Makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering

encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah


dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat

lambung penuh, tetapi memberi nutrient lebih sedikit

daripada ASI sehingga kebutuhan nutrisi anak tidak

terpenuhi.

5) Anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit,

sehingga resiko infeksi meningkat.

6) Anak akan minum ASI lebih sedikit, sehingga akan lebih

sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.

7) Invaginasi atau Intususeptio yaitu istilah yang digunakan

bagi Defluk atau kolik usus, ditandai dengan kerewelan

atau tangisan yang terus menerus pada bayi karena adanya

kram di dalam usus.

b. Risiko Jangka Pendek

1) Obesitas

Kelebihan dalam memberikan makanan adalah risiko utama

dari pemberian makanan yang terlalu dini pada bayi.

Konsekuensi pada usia-usia selanjutnya adalah terjadi

kelebihan berat badan ataupun kebiasaan makan yang tidak

sehat

2) Hipertensi

Kandungan natrium dalam ASI yang cukup rendah ( 15

mg/100 ml). Namun, masukan dari diet bayi dapat

meningkatkan drastis jika makanan telah dikenalkan.

Konsekuensi di kemudian hari akan menyebabkan kebiasaan


makan yang memudahkan terjadinya hipertensi.

3) Arteriosklerosis

Pemberian makanan pada bayi tanpa memperhatikan diet yang

mengandung tinggi energi dan kaya akan kolesterol serta

lemak jenuh, sebaliknya kandungan lemak tak jenuh yang

rendah dapat menyebabkan terjadinya arteriosklerosis dan

penyakit jantung iskemik.

4) Alergi Makanan

Belum matangnya sistem kekebalan dari usus pada umur yang

dini dapat menyebabkan alergi terhadap makanan. Manifestasi

alergi secara klinis meliputi gangguan gastrointestinal,

dermatologis, dan gangguan pernapasan, dan sampai terjadi

syok anafilaktik (Cox, 2006).

Memberi makanan tambahan terlalu cepat atau dini menurut WHO (2006)

akan berakibat :

a) Seorang anak belum memerlukan makanan tambahan saat ini, dan

makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan diberikan,

anak akan minum ASI lebih sedikit sehingga ASI yang diproduksi

sedikit.

b) Resiko infeksi meningkat.

c) Resiko diare meningkat karena makanan yang dikonsumsi tidak

sebersih ASI.

d) Ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang

menyusui.
6. Dampak Memberikan MP-ASI Terlambat

Bahaya pemberian MP-ASI terlalu lambat. Memulai pemberian

makanan tambahan terlalu lambat juga berbahaya (Depkes RI, 2005)

karena :

a) Anak tidak mendapat makanan ekstra yang dibutuhkan untuk

mengisi kesenjangan energi dan nutrien.

b) Anak berhenti pertumbuhannya atau tumbuh lambat.

c) Pada anak resiko malnutrisi dan defesiensi mikronutrien

meningkat.

7. Tanda - Tanda Bayi Sudah Siap Di Berikan MP-ASI

Menurut Almatsier, 2013 :

a) Mempunyai kontrol yang baik terhadap kepala dan leher.

b) Sudah bisa duduk sendiri.

c) Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan.

d) Lidah tetap di dalam saat sendok dimasukkan ke dalam

mulutnya.

e) Terbiasa pada tekstur dan makanan baru.

f) Menggapai makanan atau benda lain, meraih dan

memasukkannya ke dalam mulut.

g) Memindahkan sendok dari satu tangan ke tangan yang lainnya.

h) Bila sudah kenyang, bisa menunjukkannya dengan cara

memalingkan kepala atau dengan menutup mulut rapat-rapat.


Menurut WHO, 2013 :

1) Dapat mengendalikan lidahnya lebih baik.

2) Mulai melakukan gerakan mengunyah ke atas dan ke bawah.

3) Suka memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya.

4) Berminat terhadap rasa yang baru.

5) Pada usia ini juga sistem pencernaan sudah cukup matang

untuk mencerna berbagai makanan.

8. Dampak Memberikan MP-ASI Terlambat

MP-ASI harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat

cukup energi dan nutrient dari ASI saja. Untuk kebanyakan bayi,

makanan tambahan mulai diberikan pada usia 6 bulan. Pada usia ini

otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk

memamah. Sebelum usia 4 bulan, bayi akan mendorong makanan

keluar dari mulutnya karena mereka belum bisa mengendalikan

gerakan lidahnya dengan baik (WHO, 2013).

Alasan MP-ASI diberikan pada usia 6 bulan, (Dian, 2006) :

a) ASI adalah salah satu makanan dan minuman yang dibutuhkan

oleh bayi sampai berumur 6 bulan.

b) Menunda makanan padat sampai bayi berumur 6 bulan dapat

menghindarkan dari berbagai risiko penyakit.

c) Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan

pada sistem pencernaan bayi untuk berkembang menjadi lebih

matang.
d) Menunda pemberian makanan padat memberikan kesempatan

pada bayi agar sistem yang dibutuhkan untuk mencerna

makanan padat dapat berkembang dengan baik.

e) Menunda pemberian makanan padat mengurangi risiko alergi

makanan.

f) Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi

bayi dari anemia karena kekurangan zat besi.

g) Menunda pemberian makanan padat membantu melindungi

bayi dari risiko terjadinya obesitas di masa datang.

h) Menunda pemberian makanan padat membantu para ibu untuk

menjaga kesedian ASI.

i) Menunda pemberian makanan padat membantu jarak pada

kelahiran bayi.

j) Menunda pemberian makanan padat membuat pemberiannya

menjadi lebih mudah.

9. Jenis MP-ASI

Jenis makanan pendamping ASI yang diberikan oleh menurut

WHO, adalah sebagai berikut :

a) Bubur atau sup dari makanan pokok (serealia, umbi-umbian

dan buah-buahan yang bertepung).

b) Kacang-kacangan (kacang merah, kacang polong dan kacang

hijau).

c) Sumber makanan hewani (makanan dari hewan).

d) Sayuran berdaun hijau dan buah-buahan.


e) Minyak, lemak, dan gula.

10. Kebutuhan Gizi Anak Usia 0 - 24 Bulan

Kebutuhan gizi seseorang adalah jumlah yang diperkirakan cukup

untuk memelihara kesehatan pada umumnya. Secara garis besar,

kebutuhan gizi ditentukan oleh usia, jenis kelamin, aktivitas, berat

badan, dan tinggi badan. Kebutuhan energi dan protein bayi dan balita

relatif besar jika dibandingkan dengan orang dewasa sebab pada usia

tersebut pertumbuhannya masih sangat pesat. Tidak ada perbedaan

yang signifikan antara anak perempuan dan laki-laki dalam hal

kebutuhan energi dan protein. Kecukupan akan semakin menurun

seiring dengan bertambahnya usia, namun untuk protein, angka

kebutuhannya bergantung pada mutu protein. Semakin baik mutu

protein, semakin rendah angka kebutuhannya. Mutu protein

bergantung pada susunan asam amino yang membentuknya, terutama

asam amino esensial.


Tabel 2.1. Jumlah Kebutuhan Zat Gizi yang Dianjurkan untuk Anak

Indonesia

Sumber: Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi, 2004

Konsumsi pangan anak bayi dan balita harus cukup dan seimbang

karena anak balita sedang mengalami proses pertumbuhan dan

perkembangan yang pesat. Kebutuhan gizi bayi usia 6-12 bulan adalah

650 kkal dan 16 gram protein. Kandungan gizi ASI adalah 400 kkal

dan 10 gram protein, maka kebutuhan tambahan yang diperoleh dari

MP-ASI adalah 250 kkal dan 6 gram protein. Kebutuhan gizi bayi usia

1224 bulan adalah sekitar 850 kkal dan 20 gram protein. Kandungan

gizi ASI adalah sekitar 350 kkal dan 8 gram protein, maka kebutuhan

yang diperoleh dari MP-ASI adalah sekitar 500 kkal dan 12 gram

protein. Karbohidrat diperlukan sebagai sumber energi dan sekitar 60-

70% energi total dianjurkan berasal dari karbohidrat.


MP-ASI hendaknya mengandung protein bermutu tinggi dengan

jumlah yang mencukupi. Bahan makanan hewani seperti telur, daging,

susu dan ikan mengandung protein yang lebih tinggi dibandingkan

bahan makanan nabati seperti kacang-kacangan dan biji-bijian.

Semakin bertambah usia bayi maka protein yang dibutuhkan semakin

meningkat. Setelah menginjak usia satu tahun bayi membutuhkan

protein sekitar dua kali lipat pada masa sebelumnya. MP-ASI yang

baik harus menyediakan energi yang cukup tinggi.

Hal ini dapat tercapai dengan melakukan penambahan lemak dan

gula. Lemak dapat diberikan sampai kandungannya dapat

menyediakan energi sebanyak 25%. Lemak nabati dan asam lemak tak

jenuh baik untuk diberikan pada bayi. Lemak merupakan sumber

energi dengan konsentrasi tinggi. Lemak berfungsi sebagai sumber

asam lemak esensial, pelarut vitamin A, D, E, dan K, serta memberi

rasa gurih dan sedap pada makanan. Vitamin yang dibutuhkan terdiri

dari vitamin yang larut dalam lemak dan vitamin yang larut dalam air.

Vitamin yang larut dalam lemak adalah vitamin A, D, E, dan K,

sedangkan yang larut dalam air adalah vitamin C, B1, Riboflavin,

Niasin, B6, B12, asam folat, dan vitamin lain yang tergolong vitamin

B kompleks. Mineral dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan gizi

bayi. Unsur Fe (besi) dan I (iodium) merupakan 2 jenis mineral bayi

yang jarang terpenuhi sehingga mengakibatkan anemia dan gondok.

Setelah bayi berumur 6 bulan, bayi harus mulai diberikan makanan

yang mengandung zat besi (sereal, daging, sayuran hijau), yang dapat
menjamin asupan zat besi yang mencukupi untuk pertumbuhan yang

sehat. Jenis mineral lainnya yang dibutuhkan bayi seperti kalsium,

fosfor dan seng.

Pada umumnya bayi yang baru lahir mempunyai jadwal makan

yang tidak teratur, bayi bisa makan sebanyak 6-12 kali atau lebih

dalam 24 jam tanpa jadwal yang teratur. Menyusui bayi dapat

dilakukan setiap 3 jam alasannya karena lambung bayi akan kosong

dalam waktu 3 jam sehabis menyusui. Sejalan dengan bertambahnya

usia, jarak antara waktu menyusui menjadi lebih lama, karena

kapasitas lambungnya membesar dan produksi susu ibu meningkat.

11. Pola Pemberian MP - ASI

Pola pemberian MP-ASI harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan dan pertumbuhan bayi dan anak usia 6-24 bulan.

Pengenalan dan pemberian MP-ASI dilakukan secara bertahap baik

jenis, tekstur, frekuensi maupun jumlahnya. Pemberian MP-ASI harus

memperhatikan kesiapan bayi antara lain keterampilan mengecap dan

mengunyah serta penerimaan rasa dan bau serta kemampuan

pencernaan bayi atau anak. MP-ASI pertama sebaiknya adalah

golongan beras dan serealia karena berdaya alergi rendah. Secara

berangsur-angsur diperkenalkan sayuran yang dikukus dan

dihaluskan, buah yang dihaluskan. Jika bayi dapat menerima dengan

baik maka dapat diberikan sumber protein (tahu, tempe, daging ayam,

hati ayam atau daging sapi) yang dikukus dan dihaluskan. Setelah

bayi mampu mengkoordinasikan lidahnya dengan baik secara


bertahap bubur dibuat lebih kental (dikurangi campuran airnya),

kemudian menjadi lebih kasar (disaring) dengan tambahan bahan lain

yang dicincang halus kemudian dicincang kasar dan akhirnya bayi

siap menerima makanan yang dikonsumsi keluarga.

Bentuk MP-ASI yang diberikan kepada balita disesuaikan dengan

umur seperti yang tampak pada tabel berikut :

Tabel 2.2. Pola Pemberian MP ASI pada Balita

Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011


Menurut Depkes tahun 2009 dalam Buku Kesehatan Ibu dan

Anak, pemberian makanan pada bayi dan anak umur 0-24 bulan yang

baik dan benar adalah sebagai berikut :

1) Umur 0-6 bulan

Berikan ASI sesering mungkin setiap kali bayi menginginkan

sedikitnya 8 kalisehari. Jangan berikan makanan atau minuman lain

selain ASI (ASI eksklusif).

2) Umur 6-8 bulan

ASI tetap diberikan dan mulai dikenalkan MP-ASI dalam bentuk

lumat dimulai dari bubur susu sampai bubur tim lunak, diberikan 2

kali sehari dan jumlahnya disesuaikan dengan umur bayi. Makanan


selingan diberikan 2 kali sehari di antara waktu makan seperti bubur

kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan sebagainya serta buah-

buahan seperti air jeruk manis atau air tomat saring.

3) Umur 9-12 bulan

ASI tetap diberikan dan dapat mulai diberikan MP-ASI yang lebih

padat contohnya bubur nasi, nasi tim dan nasi lembek sebanyak 3 kali

sehari yaitu pagi, siang dan malam dengan jumlah kira-kira gelas

ukuran 250 cc. Beri makanan selingan 2 kali sehari di antara waktu

makan seperti bubur kacang hijau, biskuit, pisang, nagasari dan

sebagainya serta buah-buahan seperti air jeruk manis atau air tomat

saring. Berikan finger food.

4) Umur 12-24 bulan

Pemberian ASI tetap diteruskan sampai usia 2 tahun. Mulai umur 1

tahun dapat diberikan makanan orang dewasa berupa nasi lembek 3

kali sehari masingmasin 1/3 piring dewasa ditambah telur, ayam, ikan,

tempe, tahu, daging sapi,wortel, bayam atau kacang hijau. Makanan

selingan serta buah atau perasan buah diberikan 2 kali sehari.


Tabel 2.4. Jadwal Pemberian Makanan Balita Usia 0-24 Bulan

(Rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia/ IDAI)

12. Penilaian Konsumsi Makana

Penilaian konsumsi makanan dimaksudkan untuk mengetahui

kebiasaan makan dan gambaran tingkat kecukupan bahan makanan

dan zat gizi pada tingkat kelompok, rumah tangga dan perorangan,

serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi makanan

tersebut. Beberapa metode pengukuran konsumsi makanan untuk

individu antara lain :


a) Metode food recall 24 jam

Metode ini dilakukan dengan menanyakan jenis dan jumlah bahan

makanan yang dikonsumsi responden pada periode 24 jam yang lalu.

Dimulai sejak bangun pagi sampai istirahat malam hari. Metode ini

cenderung bersifat kualitatif sehingga jumlah konsumsi makanan

individu ditanyakan secara teliti. Metode ini digunakan untuk

mengatur rata-rata konsumsi pangan dan zat gizi pada kelompok

besar. Daya ingat responden dan kesungguhan serta kesabaran dari

pewawancara sangat menentukan keberhasilan metode recall 24 jam

ini.

b) Metode estimated food records

Metode ini digunakan untuk mencatat jumlah yang dikonsumsi.

Responden diminta mencatat semua yang dimakan dan diminum

setiap kali sebelum makan. Menimbang dalam ukuran berat pada

periode tertentu, termasuk cara persiapan dan pengelolaan makanan.

Metode ini dapat memberikan informasi konsumsi yang mendekati

sebenarnya tentang jumlah energi dan zat gizi yang dikonsumsi oleh

individu.

c) Metode penimbangan makanan (food weighing)

Responden atau petugas menimbang dan mencatat seluruh makanan

yang dikonsumsi selama 1 hari. Penimbangan makanan ini biasanya

berlangsung beberapa hari tergantung dati tujuan, dana penelitian, dan

tenaga yang tersedia.

d) Metode riwayat makanan


Metode ini bersifat kualitatif karena memberikan gambaran pola

kunsumsi berdasarkan pengamatan dalam waktu yang cukup lama

(bisa 1 minggu, 1 bulan, 1 tahun). Metode ini terdiri dari 3 komponen

yaitu : wawancara, frekuensi jumlah bahan makanan, pencatatan

konsumsi.

e) Metode frekuensi makanan (food frequensi)

Metode ini untuk memperoleh data tentang frekuensi konsumsi

sejumlah bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu.

Meliputi hari, minggu, bulan, atau tahun, sehingga diperoleh

gambaran pola konsumsi makanan secara kualitatif. Kuesioner

frekuensi makanan memuat tentang daftar bahan makanan dan

frekuensi penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu.

B. Konsep Sehat Sakit

1. Pengertian Sehat

Menurut WHO Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu

keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak

hanya bebas dari penyakit atau kelemahan (WHO, 1947). Definisi WHO

tentang sehat mempunyai karakteristik berikut yang dapat meningkatkan

konsep sehat yang positif (Edelman dan Mandle. 1994) :

a. Memperhatikan individu sebagai sebuah sistem yang menyeluruh.

b. Memandang sehat dengan mengidentifikasi lingkungan internal

dan eksternal.

c. Penghargaan terhadap pentingnya peran individu dalam hidup.


Sehat menurut DEPKES RI Konsep sehat dan sakit sesungguhnya tidak

terlalu mutlak dan universal karena ada faktor -faktor lain di luar kenyataan

klinis yang mempengaruhinya terutama faktor sosial budaya. Setiap

pengertian saling mempengaruhi dan pengertian yang satu hanya dapat

dipahami dalam konteks pengertian yang lain. Banyak ahli filsafat, biologi,

antropologi, sosiologi, kedokteran, dan lain-lain bidang ilmu pengetahuan

telah mencoba memberikan pengertian tentang konsep sehat dan sakit

ditinjau dari masing-masing disiplin ilmu. Masalah sehat dan sakit

merupakan proses yang berkaitan dengan kemampuan atau

ketidakmampuan manusia beradaptasi dengan lingkungan baik secara

biologis, psikologis maupun sosio budaya.

Menurut UU No.23 Tahun 1992 Kesehatan adalah keadaan sejahtera

dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup

produktif secara sosial ekonomis.

Kesehatan bersifat menyeluruh dan mengandung empat aspek.

Perwujudan dari masing-masing aspek tersebut dalam kesehatan seseorang

antara lain sebagai berikut:

1) Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan

mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara

objektif tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal

atau tidak mengalami gangguan.

2) Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,

emosional, dan spiritual.


a. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.

b. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk

mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir,

sedih dan sebagainya.

c. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam

mengekspresikan rasa syukur, pujian,kepercayaan dan

sebagainya terhadap sesuatu di luar alam fana ini, yakni

Tuhan Yang Maha Kuasa. Misalnya sehat spiritual dapat

dilihat dari praktik keagamaan seseorang. Dengan perkataan

lain, sehat spiritual adalah keadaan dimana seseorang

menjalankan ibadah dan semua aturan-aturan agama yang

dianutnya.

3) Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu

berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik,

tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status

sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan

menghargai.

4) Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa)

produktif, dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan

sesuatu yang dapat menyokong terhadap hidupnya sendiri atau

keluarganya secara finansial. Bagi mereka yang belum dewasa

(siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut (pensiunan), dengan

sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu, bagi

kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial,


yakni mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka

nanti, misalnya berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan

kegiatan sosial, keagamaan, atau pelayanan kemasyarakatan

lainnya bagi usia lanjut.

Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu

keadaan yang dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan

perubahan-perubahan lingkungan internal (psikologis, intelektual,

spiritual dan penyakit) dan eksternal (lingkungan fisik, social, dan

ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.

Dengan demikian jelaslah bahwa sehat adalah suatu kondisi yang

prima meliputi tidak hanya fisik, mental maupun sosial, melainkan

diartikan pula bebas dari sakit atau cacat.

Kesehatan perlu ditanamkan pada anak sejak usia dini, karena

kesehatan merupakan gambaran kesejahteraan dan kekuatan suatu bangsa

yang tercemin dari kesehatan suatu keluarga. Kesehatan perlu diupayakan

secara terus menerus dalam keluarga sehingga tercapai status kesehatan

yang diharapkan.

Berdasarkan uraian diatas dapat dikatakan bahwa kesehatan

adalah keadaan dimana manusia dan lingkungan tidak ada gangguan 8

keseimbangan, maka seseorang dapat dikatakan sehat secara rohani,

jasmani maupun sosial.

Seorang anak dapat dikatakan sehat apabila mempunyai kriteria

perkembangan dan pertumbuhan yang sesuai (sunarti,1994).

a) Kesehatan Fisik (badan, jasmani)


Kesehatan fisik yaitu terwujud apabila sesorang tidak merasa dan

mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif

tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak

mengalami gangguan (dahlan 2012).

b) Kesehatan Mental (Psikis)

Kesehatan mental untuk bayi usia 0 sampai 6 bulan dapat dilihat

dengan perkembangan. Penjelasannya terdapat pada tabel 2.2

Perkembangan adalah hal-hal yang lebih berkaitan dengan fungsi-fungsi

organ tubuh seperti kepandaian/intelegensia, emosi, perilaku dan panca

indera.

1) Penilaian Perkembangan Anak dengan DDTK

Pedoman Deteksi Dini Tumbuh Kembang Balita (1996)

mempermudah petugas kesehatan yang berada di lapangan

pemantauan perkembangan anak (Nursalam, dkk. 2005)

a) Definisi Deteksi Dini Tumbuh Kembang (DDTK) Adalah

merupakan upaya penjaringan yang dilaksanakan, secara

komprehensif untuk menentukan penyimpangan tumbuh

kembang dan mengetahui serta mengenal faktor resiko

pada balita (Depkes RI, 1995)

b) Pelaksanaan Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak Dalam

Deteksi Dini Tumbuh Kembang Anak digunakan KPSP

(Kuesioner Pra Skrening Perkembangan) untuk memantau

perkembangan anak (Depkes RI & IDAI, 2005)

c) Tujuan skrining / pemeriksaan perkembangan anak


menggunakan KPSP adalah untuk mengetahui

perkembangan anak normal atau ada penyimpangan

d) Manfaat Mengetahui tahap perkembangan anak

Meningkatkan kesadaran orang tua anak untuk berusaha

menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi

perkembangan anak

e) Alat/Instrumen yang digunakan adalah :

1) Formulir KPSP menurut umur, formulir ini berisi 9-10

pertanyaan tentang kemampuan perkembangan yang

telah dicapai anak.

2) Alat bantu pemeriksaan berupa : pensil, kertas, bola

tenis, kacang tanah, gelas plastik, pakaian, piring,

plastik, sendok.

3) Buku Petunjuk

f) Cara menggunakan KPSP

1) Pada waktu pemeriksaan/ skrining, anak harus ada

2) Tentukan umur anak dengan menanyakan tanggal bulan

dan tahun anak lahir.

3) Pilih KPSP sesuai dengan umur anak Observasi

langsung pada anak

g) Persiapan Persiapan pemantauan

1) Mengkaji kegiatan anak empat sektor Dekat dengan anak

2) Menjelaskan kepada orang tua agar tidak ragu menjawab


pertanyaan

3) Lingkungan diatur agar anak merasa nyaman dan aman

selama dilakukan tes.

Hal-hal yang perlu diperhatikan selama test :

a) Mulai dengan menyuruh anak melakukan yang mudah

untuk memberi rasa percaya diri dan kepuasan orang tua

b) Memberikan pujian kepada anak walaupun gagal

c) Setiap tugas hanya ada 1 jawaban ya atau tidak. Ya : anak

dapat melakukan. Tidak : anak tidak dapat melakukannya/

tidak yakin anak dapat melakukan.

d) Tidak perlu membahas setiap item pada orang tua

e) Teliti kembali apakah semua tugas telah dilaksanakan

h) Interpretasi hasil KPSP

1) Jumlah jawaban ya = 9 atau 10, perkembangan anak

sesuai dengan tahap perkembangannya.

2) Jumlah jawaban ya = 7 atau 8, perkembangan anak

meragukan (M)

3) Jumlah jawaban ya = 6 atau kurang, kemungkinan ada

penyimpangan (P)

Untuk jawaban ya perlu dirinci menurut jenis

keterlambatan (gerak kasar, gerak halus, bicara dan bahasa,

sosialisasi dan kemandirian).

Anda mungkin juga menyukai