Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
OLEH :
TINGKAT 2.A
D.IV KEPERAWATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN RI
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2017
(KAJIAN TEORI)
A. DEFINISI LEUKIMIA
Leukemia adalah kanker dari salah satu jenis sel darah putih di
sumsum tulang belakang, yang menyebabkan proliferasi salah satu jenis
darah putih dengan menyingkirkan jenis sel lain (Corwin, 2008). Leukimia
adalah suatu keganasan pada alat pembuat sel darah berupa proliferasi
patologis sel hemopoetik muda yang ditandai oleh adanya kegagalan sum-
sum tulang dalam membentuk sel darah normal dan adanya infiltrasi ke
jaringan tubuh yang lain (Mansjoer, 2002).
Leukemia tampak merupakan penyakit klonal, yang berarti satu sel
kanker abnormal berproliferasi tanpa terkendali, menghasilkan sekelompok
sel anak yang abnormal. Sel-sel ini menghambat sel darah lain di sumsum
tulang utnuk berkembang secara normal, sehingga mereka tertimbun di
sumsum tulang. Karena faktor-faktor ini, leukemia disebut gangguan
akumulasi sekaligus gangguan klonal. Pada akhirnya, sel-sel leukemia
mengambil alih sumsum tualng, sehingga menurunkan kadar sel-sel
nonleukemik di dalam darah yang merupakan penyebab berbagai gejala
umum leukemia (Corwin, 2008).
Berdasarkan dari beberapa pengertian diatas maka penulis
berpendapat bahwa leukimia adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh
proliferasi abnormal dari sel-sel leukosit yang menyebabkan terjadinya
kanker pada alat pembentuk darah.
Sel darah normal, sel darah terbentuk di sumsum tulang. Tulang
sumsum adalah bahan yang lembut di tengah sebagian besar tulang. Belum
menghasilkan sel darah yang disebut sel batang dan ledakan. Sebagian besar
sel darah matang di sumsum tulang dan kemudian pindah ke pembuluh
darah. Darah mengalir melalui pembuluh darah dan jantung disebut darah
perifer. Sumsum tulang membuat berbagai jenis darah sel. Setiap jenis
memiliki fungsi khusus :
a. Sel darah putih membantu melawan infeksi
b. Sel darah merah membawa oksigen ke jaringan seluruh tubuh
c. Trombosit membantu gumpalan darah terbentuk bahwa kontrol
perdarahan
Sifat khas leukemia adalah proliferasi tidak teratur atau akumulasi
sel darah putih dalam sumusm tulang, menggantikan elemen sumsum tulang
normal. Juga terjadi proliferasi di hati, limpa dan nodus limfatikus, dan
invasi organ non hematologis, seperti meninges, traktus gastrointesinal,
ginjal dan kulit.
B. ANATOMI FISIOLOGIS
Tubuh kita mempunyai suatu sistem khusus untuk memberantas
bermacam-macam bahan yang infeksius dan toksik. Sistem ini terdiri dari
Leukosit (sel darah putih) dan sel-sel jaringan yang berasal dari leukosit.
Pertahanan tubuh melawan infeksi adalah peranan utama dari leukosit atau
sel darah putih. Jumlah normal sel darah putih berkisar dari 4000 sampai
10.000/mm.Lima jenis sel darah putih yang sudah di identifikasikan dalam
darah perifer adalah: netrofil (62,0%) dari total); eosinofil (2,3%); basofil
(0,4%); monosit (5,3%); limfosit (30,0%).
Leukosit ini sebagian dibentuk dalam sum-sum tulang belakang
(granulosit dan monosit dan sebagian limfosit). Granulosit dan monosit
hanya ditemukan dalam sum-sum tulang. Limfosit dan sel plasma diproduksi
dalam berbagai organ limfogen, termasuk kelenjar limfe, limpa, timus tonsil
dan berbagai kantong jaringan limfoid dimana saja dan dalam tubuh,
terutama dalam sum-sum tulang dan plak Peyer di bawah epitel dinding
usus. Setelah dibentuk sel-sel ini diangkut dalam darah menuju berbagai
bagian tubuh untuk digunakan. Manfaat sesungguhnya dari sel darah putih
adalah bahwa kebanyakan ditranspor secara khusus kedaerah yang terinfeksi
dan mengalami peradangan serius, jadi menyediakan pertahanan yang cepat
dan kuat terhadap setiap bahan infeksius yang mungkin ada.
Masa hidup granulosit setelah dilepaskan dari sum-sum tulang,
normalnya adalah 4-8 jam dalam darah sirkulasi, dan 4-5 hari berikutnya
dalam jaringan. Pada keadaan infeksi jaringan yang berat, masa hidup
keseluruhan seringkali berkurang sampai hanya beberapa jam, karena
granulosit dengan cepat menuju daerah infeksi, melakukan fungsinya, dan
masuk dalam proses dimana sel-sel itu sendiri dimusnahkan. Monosit juga
mempunya masa edar yang singkat, yaitu 10-20 jam, berada dalamdarah
sebelum mengembara melalui membrane kapiler ke dalam jaringan. Begitu
masuk kedalam jaringan, sel-sel ini membengkak sampai ukurannya menjadi
besar sekali untuk menjadi makrofag jaringan, dan dalam bentuk ini, sel-sel
tersebut dapat hidup berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun, kecuali
kalau mereka dimusnahkan karena melakukan fungsi fagositik. Trombosit
dalam darah akan diganti kira-kira setiap 10 hari; atau dengan kata lain,
setiap hari terbentuk kira-kira 30.000 trombosit permikroliter darah (Gayton
& Hall, 1997).
a. Granulosit
Granulosit memiliki granula kecil di dalam protoplasmanya.Granulosit
memiliki diameter 10-12 m, dengan demikian lebih besar daripada
eritrosit. Dengan bertambah tuanya granulosit, nukleus terbagi menjadi
beberapa lobus: sesuai dengan namanya leukosit polimorfonuklear
(polimorf).
b. Limfosit
Limfosit memiliki nukleus besar bulat atau agak berindentasi, dengan
menempati sebagian besar sel. Limfosit berkembang di dalam jaringan
limfe. Ukuran bervariasi dari 7-15 m.
c. Monosit
Monosit adalah sel besar, berdiameter sampai 20 m, dengan nucleus
oval atau berbentuk ginjal. Monosit dibentuk di dalam sum-sum
tulang.
d. Trombosit
Adalah bagian dari beberapa sel-sel besar dalam sum-sum tulang, dan
hidup sekitar 10 hari. Sekitar 30-40% terkonsentrasi di dalam limpa;
sisanya bersirkulasi da dalam darah, di dekat endotel (bagian terdalam
lapisan pembuluh darah) John Gibson (2002)
C. ETIOLOGI
Menurut Handayani (2008) ada beberapa faktor yang terbukti dapat
menyebabkan leukemia, faktor genentik, sinar radioaktof, dan virus.
1. Faktor genetic
Insidensi leukemia akut pada anak-anak penderita sindrom Down
adalah 20 kali lebih banyak daripada normal. Pada anak kembar identik
yang akan berisiko tinggi bila kembaran yang lain mengalami leukemia.
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali
lebih banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat
menyebabkan leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada
penderita dengan kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital,
sindrom Ellis Van Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia
Fanconi, sindrom Wiskott Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom
trisomi D.31 Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia
meningkat dalam keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada
saudara kandung penderita naik 2-4 kali. Selain itu, leukemia juga dapat
terjadi pada kembar identik. Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di
Iran dengan desain case control menunjukkan bahwa orang yang memiliki
riwayat keluarga positif leukemia berisiko untuk menderita LLA
(OR=3,75 ; CI=1,32-10,99) artinya orang yang menderita leukemia
kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif leukemia
dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia
2. Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia pada manusia. Akhir-akhir ini dibuktikan bahwa
penderita yang diobati dengan dinar radioaktif akan menderita leukemia
pada 6 % klien,dan baru terjadi sesudah 5 tahun.
3. Virus
Sampai saat ini belum dapat dibuktikan bahwa penyebab leukemia
pada manusia adalah virus.namun, ada beberapa hasil penelitian yang
mendukung teori virus sebagai penyebab leukemia, yaitu enzyme reverse
transcriptase ditemukan dalam darah manusia. Tetapi ada Beberapa virus
tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang. Ada
beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam
darah penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam
virus onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang
menyebabkan leukemia pada binatang. Pada manusia, terdapat bukti kuat
bahwa virus merupakan etiologi terjadinya leukemia. HTLV (virus
leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah ditunjukkan oleh
mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan
sporadis di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika
Serikat.
D. PATHWAY
Faktor genetik
Sinar radioaktif
Virus
Leukemia
Peningkatan jumlah
leukosit imatur/abnormal
Nyeri akut
Gagal atau
terganggunya produksi
sel
Anemi Terjadi
a gangguan Kekebalan
pembekuan tubuh menurun
Pucat, lemah, darah
lemas
F. KLASIFIKASI LEUKEMIA
Menurut Perpustakaan Nasional (2008), Tambayong (2000), dan
Handayani (2008), klasifikasi leukemia dapat berdasarkan jenis sel
(limfositik atau mielositik) dan perjalan penyakit (akut atau kronik).
1. Leukemia Akut
Leukemia Akut dapat dibagi menjadi dua kategori umum, leukemia
mieloid akut (AML) dan leukemia limfoblastik akut (ALL). Pasien
biasanya mengalami riwayat penurunan berat badan yang cepat, memar,
perdarahan, pucat, lelah, dan infeksi berulang di mulut dan
tenggorokan.Hitung darah lengkap sering kali menunjukkan anemia dan
trombositopenia.Hitung sel darah putih dapat meningkat atau sangat
rendah.Perdarahan di area vital, akumulasi leukosit dalam organ vital.
2. Leukemia Mieloid Akut
AML jarang terjadi pada anak dan insidennya meningkat seiring
pertambahan usia. AML sekunder kadang terlihat pada orang yang
diobati dengan kemoterapi sitotoksik atau radioterapi.
3. Leukemia Limfoblastik Akut
ALL adalah bentuk keganasan hematologisyang umum terjadi pada
anak. Akan tetapi, ALL terjadi pada orang dewasa, dengan peningkatan
insidens seiring pertambahan usia.
Banyak tanda dan gejala ALL yang mirip dengan AML serta sebagian
besar menyebabkan kegagalan sumsum tulang. Pasien juga mengalami
manifestasi spesifik ynag meliputi pembesaran nodus limfe
(limfadenopati), hati, dan limpa ( hepatosplenomegali),serta infiltrasi
pada sistem saraf pusat.
4. Leukemia Mieloid Kronik
CML adalah gangguan sel benih yang disebabkan produksi tidak
beraturan dari sel darah putih mieloid. CML dapat mengenai semua
kelompok usia, namun terutama berusia antara 40 dan 60 tahun.
5. Leukemia Limfosit Kronik
CLL adalah gangguan proliferatif limfosit.Sel ini terakumulasi di darah,
sumsum tulang, nodus limfe dan limfa.CLL adalah kasus di jumpai
pada individu berusia di atas 50 tahun.
H. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hitung darah lengkap (FBC) biasanya menunjukkan gambaran anemia
dan trombositopenia. Jumlah sel darah putih yang normal biasanya
berkurang dan jumlah sel darah putih total dapat rendah, normal, atau
meningkat. Apabila normal atau meningkat, sebagian besar selnya
adalah sel darah putih primitif (blas). (Patrick, 2005)
a. Leukemia limfoblastik akut
Pada kira-kira 50% pasien ditemukan jumlah leukosit
melebihi 10.000/mm3 pada saat didiagnosis, dan pada 20% pasien
melebihi 50.000/mm3.Neutropenia (jumlah neutrofil absolut kurang
dari 500/mm3 [normalnya 1500/mm3] sering dijumpai.Limfoblas
dapat ditemukan di darah perifer, tetapi pemeriksa yang tidak
berpengalaman dapat melaporkan limfoblas tersebut sebagai limfosit
atipik. (William, 2004)
b. Leukemia nonlimfositik akut
Evaluasi laboratorium secara tipikal menunjukkan adanya
neutropenia, anemia, da trombositopenia.Jumlah leukosit bervariasi,
walaupun pada saat didiagnosis kira-kira 25% anak memiliki jumlah
leukosit melebihi 100.000/mm3.Pada darah perifer dapat ditemukan
sel blas.Diagnosis pasti ditegakkan dengan dilakukan pemeriksaan
aspirat sumsum tulang, yang menunjukkan adanya sel blas lebih dari
25%.Seperti pada leukemia limfoblastik akut, cairan spinal juga
harus diperiksa untuk menemukan bukti adanya leukemia.Mencapai
15% pasien memiliki bukti sel blas pada cairan spinal pada saat
didiagnosis. (William, 2004)
c. Leukemia mielositik kronis
Evaluasi laboratorium secara tipikal memperlihatkan
leukositosis nyata, trombositosis, dan anemia ringan.Sumsum tulang
hiperselular tetapi disertai maturasi mieloid yang normal.Sel blas
tidak banyak dijumpai. Pada kira-kira 90% kasus, tanda sitogenik
yang khas pada leukemia mielositik kronis yang terlihat adalah:
kromosom Philadelphia. (William, 2004)
2. Pemeriksaan biokimia dapat menunjukkan adanya disfungsi ginjal,
hipokalemia, dan peningkatan kadar bilirubin. (Patrick, 2005)
3. Profil koagulasi dapat menunjukkan waktu protombin dan waktu
tromboplastin parsial teraktivasi (APPT) yang memanjang karena sering
terjadi DIC (disseminated intravaskular coagulation). (Patrick, 2005)
4. Kultur darah karena adanya risiko terjadi infeksi. (Patrick, 2005)
5. Foto toraks: pasien dengan ALL (acute tymphoblastic leukaemia) jalur
sel T sering memiliki massa mediastinum yang dapat dilihat pada foto
toraks. (Patrick, 2005)
6. Golongan darah karena cepat atau lambat akan dibutuhkan transfusi
darah dan trombosit. (Patrick, 2005)
7. Pemeriksaan penunjang diagnosis spesifik termasuk aspirasi sumsum
tulang yang memperlihatkan limfoblas lebih dari 25%, biopsi trephine,
penanda sel, serta pemeriksaan sitogenetik untuk membedakan ALL
(akut limfoblastik leukemia) dengan AML (akut mieloblastik leukemia)
secara akurat. Auer rod di sitoplasma sel blas merupakan tanda
patognomonik pada AML, namun hanya ditemukan pada 30% kasus.
Pemeriksaan penanda sel dapat membantu membedakan ALL jalur sel B
atau sel T dan juga membedakan subtipe AML yang berbeda-beda. Ini
berguna bagi hematolog untuk merancang terapi dan memperkirakan
prognosis. Analisis kromosom sel leukemia berguna untuk membedakan
ALL dan AML, dan yang penting adalah dapat memberikan informasi
prognosis. (Patrick, 2005)
8. Cairan spinal juga perlu diperiksa karena sistem saraf pusat merupakan
tempat persembunyian penyakit ekstramedular. (Patrick, 2005)
A. PENGKAJIAN
I. Identitas
a. Anak
Nama :
Anak yang ke :
Tanggal lahir/umur :
Jenis kelamin :
Agama :
b. Orang tua
1. Ayah
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
2. Ibu
Nama :
Umur :
Pekerjaan :
Pendidikan :
Agama :
Alamat :
c. Penanggung Jawab
Identitas penanggung jawab ini sangat perlu untuk
memudahkan dan jadi penanggung jawab klien selama
perawatan, data yang terkumpul meliputi nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, hubungan dengan klien dan alamat.
a. Data Subjektif
Lelah
Letargi
Pusing
Sesak
Nyeri dada
Napas sesak
Priapismus
Hilangnya nafsu makan
Demam
Nyeri Tulang dan Persendian.
b. Data Objektif
Data Subjektif yang mungkin timbul pada penderita
leukemia adalah sebagai berikut :
Pembengkakan Kelenjar Lympa
Anemia
Perdarahan
Gusi berdarah
Adanya benjolan tiap lipatan
Ditemukan sel sel mudah
a) Riwayat kesehatan sekarang
Merupakan pengembangan diri dari keluhan utama.
b) Riwayat kesehatan dahulu
1. Perawat melakukan pengkajian riwayat kesehatan masa lalu
dengan interview apakah pasien menderita: anemia,
leukemia, mononukleosus, malabsorpsi, gangguan liver:
hepatitis, sirosis; tromboplebitis atau trombosis; gangguan
limpa.
2. Prenatal (masa ibu mengandung)
3. Prenatal dan Postnatal (masa ibu melahirkan)
4. Hospitalisasi/tindakan operasi
5. Injuri/kecelakaan
6. Pengobatan kanker sebelumnya
7. Imunisasi
8. Riwayat pertumbuhan anak
c) Riwayat social
1. Siapa yang mengasuh anak dalam keluarga ?
2. Bagaimana hubungan dengan anggota keluarga ?
3. Bagaimana hubungan dengan teman sebaya ?
d) Riwayat keluarga
1. Social ekonomi
2. Lingkungan rumah
3. Penyakit keluarga
4. Genogram
e) Pengkajian tingkat perkembangan anak saat ini
1. Motorik kasar
2. Motorik halus
3. Bahasa
4. Personal social
Tabel 1. Skor
SMRS MRS
Aktivitas
0 1 2 3 4 0 1 2 3 4
Mandi
Berpakaian/berdandan
Eliminasi/toileting
Mobilitas di tempat tidur
Berpindah
Berjalan
Naik tangga
Berbelanja
Memasak
Pemeliharaan rumah
10. Manajemen Koping Stress : Pada pola ini pasien leukimia pada
umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien
menangani masalah yang dimiliki anaknya dan bagaimana cara
orang tua pasien menggunakan system pendukung dalam
menghadapi masalah.
11. Sistem Nilai Dan Keyakinan : Pada pola ini pasien leukimia
pada umumnya dikaji mengenai bagaimana orang tua pasien
memandang secara spiritual serta keyakinannya masing-masing.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan menurut The North American Nursing
Diagnosis Association (NANDA, 2012) adalah suatu penilaian klinis
tentang respon individu, keluarga, atau komunitas terhadap masalah
kesehatan/proses kehidupan yang aktual dan potensial.
1. Kelemahan/keletihan berhubungan dengan menurunnya jumlah sel
darah merah akibat dari leukemia.
2. Risiko cedera: perdarahan berhubungan dengan penurunan jumlah
trombosit.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan menurunnya sistem pertahanan
tubuh.
4. Nyeri Akut berhubungan dengan efek fisiologis akibat dari leukemia.
C. Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan merupakan serangkaian tindakan atau
intervensi untuk mencapai tujuan pelaksanaan asuhan keperawatan.
Intervensi keperawatan adalah preskripsi untuk perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh
perawat. Berdasarkan diagnosa yang ada maka dapat disusun rencana
keperawatan sebagai berikut:
No. Diagnosa Tujuan Dan Intervensi Rasional
keperawatan Kriteria Hasil
1 Kelemahan/ Setelah dilakukan asuhan NIC:
keletihan keperawatan selama 3x24 a. Energy management :
berhubangan jam diharapkan pasien 1. Observasi adanya 1. Menentukan
dengan tidak mengalami pembatasan klien drajat dan efek
menurunnya kelemahan/keletihan dalam melakukan ketidakmampuan
jumlah sel darah dengan aktivitas
merah akibat dari 2. Dorong anak untuk 2. Untuk
NOC:
leukemia mengungkapkan meminimalkan
1. Endurance :
perasaan terhadap rasa tidak
- Concentrasion
keterbatasan nyaman
- Energy conservation
3. Kaji adanya factor 3. Mengidentifikasi
2. Nutritional status :
yang menyebabkan factor penyebab
energy
kelelahan 4. Untuk mencegah
Kriteria hasil :
4. Monitor nutrisi dan keseimbangan
1. Memverbalisasikan
sumber energy yang nitrogen yang
peningkatan energy
adekuat adekuat
untuk merasa lebih
5. Monitor klien akan 5. Menentukan
baik
adanya kelelahan fisik derajat dan efek
2. Menjelaskan
dan emosi secara ketidakmampuan
penggunaan energy
berlebihan 6. Untuk
untuk mengatasi
6. Monitor respon memberikan
kelelahan
kardiovaskuler intervensi dini
3. Kecemasan menurun
terhadap aktivitas dalam mengatasi
4. Glukosa darah adekuat
7. Monitor pola tidur dan pendarahan
5. Kualitas hidup
lamanya tidur/istirahat hindari obat-obat
meningkat
klien yang
6. Istirahat cukup
8. Dukung klien dan mengandung
7. Mempertahankan
keluarga untuk aspirin
kemampuan untuk
mengungkapkan 7. Menambah
berkonsentrasi
perasaan berhubungan energy untuk
dengan perubahan penyembuhan
hidup yang disebabkan dan regenerasi
keletihan seluler
9. Bantu aktivitas sehari- 8. Menentukan
hari sesuai dengan derajat dan efek
kebutuhan ketidakmampuan
10. Tingkatkan tirah baring 9. Memaksimalkan
dan pembatasan sediaan energy
aktivitas (tingkatkan untuk tugas
periode istirahat) perawatn diri
11. Konsultasi dengan ahli 10. Untuk
gizi untuk merangsang
meningkatkan asupan sirkulasi dan
makanan yang mencegah
berenergi tinggi tekanan pada
kulit
11. Untuk
mempertahan
kan nutrisi yang
optimal
2 Risiko cidera : Setelah dilakukan asuhan NIC:
perdarahan keperawatan selama 3x24 a. Environment
berhubungan jam diharapkan pasien Management
dengan tidak mengalami risiko 1. Sediakan lingkungan 1. Memberikan kondisi
penurunan infeksi dengan yang aman untuk klien yang aman untuk
jumlah trombosit. pasien.
NOC: 2. Identifikasi kebutuhan
- Risk control keamanan pasien 2. Mengidentifikasi
Kriteria hasil : sesuai kondisi fisik kebutuhan individual
1. Klien terbebas dari dan membantu
3. Menghindarkan
cedera pemilihan intervensi
lingkungan yang
2. Klien mampu berbahaya 3. Untuk meminimalkan
menjelaskan cara 4. Menyediakan tempat lingkungan dari
mencegah cedera tidur yang nyaman dan sumber infeksi
bersih
3. Klien mampu 4. Menghemat energy
menjelaskan factor 5. Memberikan untuk aktifitas dan
resiko dari lingkungan penerangan yang regenerasi seluler
atau perilaku personal cukup atau penyambungan
jaringan
4. Mampu meodifikasi 6. Menganjurkan
gaya hidup untuk keluarga untuk 5. Memberikan rasa
mengurangi resiko menemani klien nyaman pada pasien.
5. Menunjukan perilaku
hidup sehat
E. EVALUASI
Menurut Poer. (2012), proses evaluasi dibagi menjadi 2 tahap yaitu :
a. Evaluasi Formatif (Merefleksikan observasi perawat dan analisis
terhadap klien terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan)
b. Evaluasi Sumatif (Merefleksikan rekapitulasi dan sinopsis analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu)
DAFTAR PUSTAKA
Handayani, Wiwik & Hariwibowo, Andi Sulistyo. 2008. Buku Ajar Asuhan
Keperawatan pada Klien dengan Gangguan Sistem Hematologi. Jakarta:
Salemba Medika.
Hidayat, Aziz Alimut. 2008. Pengantar Ilmu Anak untuk Pendidikan Kebidanan.
Jakarta: Salemba Medika.
Suriadi. Yuliani, Rita. 2006. Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta: Penebar
Swadaya.