Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ambulasi adalah aktifitas berjalan (Kozier, 1995 dalam Asmadi, 2008).

Pelaksanaan ambulasi secara dini sangat penting karena ambulasi dini merupakan

tindakan pengembalian secara berangsur-angsur ke tahap mobilisasi sebelumnya

untuk mencegah komplikasi emboli paru-paru (Roper, 2002). Terapi ambulasi

yang dilakukan pada pasien pasca operasi adalah mobilisasi, latihan ROM aktif

dan pasif, latihan fungsional dan rekreatif, latihan duduk dan keseimbangan,

latihan aktifitas kegiatan sehari-hari serta latihan berjalan menggunakan alat-alat

mekanik (Carpenito, 2000).

Manfaat ambulasi adalah: (1) mencegah infeksi paru (2) mencegah

kehilangan mobilitas sendi (kontraktur) dan kehilangan tonus otot dan tulang (3)

mencegah konstipasi dan dekubitus (4) membantu mempertahankan kekuatan dan

fungsi otot dan sendi (5) meminimalkan kerusakan kardiovaskuler (6) mencegah

osteoporosis disuse (Brunner & Suddarth, 2002; Wahyuningsih, 2005).

Dari hasil survey awal yang dilakukan bulan Oktober 2009, diperoleh data

bahwa jumlah pasien pasca operasi ekstremitas bawah adalah 210 orang dari

bulan Januari September 2009. Data ini diperoleh dari rekam medik RB3 RSUP

Hj. Adam Malik Medan. Dari data yang diperoleh, tindakan Open Reduction

Internal Fixation (ORIF) yang paling banyak dilakukan pada pasien.

Universitas Sumatera Utara


Pasien yang membatasi pergerakannya di tempat tidur dan sama sekali

tidak melakukan ambulasi, maka pasien akan semakin sulit untuk mulai berjalan

(Kozier, 1987). Keterlambatan ambulasi dini pada pasien akan menyebabkan

kontraktur yang permanen, kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atrofi,

dan penurunan aktifitas (Wahyuningsih, 2005). Jika hal di atas tidak ditanggulangi

maka akan memperpanjang proses pemulangan pasien dan berakibat fatal pada

pembedahan kembali (Potter & Perry, 2006).

Kebanyakan pasien merasa takut untuk bergerak setelah pembedahan

ortopedi (Brunner & Suddarth, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor

yang menghambat untuk melakukan ambulasi secara dini disebabkan oleh rasa

nyeri yang dirasakan, kekhawatiran kalau tubuh yang digerakkan pada posisi

tertentu pasca operasi akan mempengaruhi luka operasi yang belum sembuh,

robekan di tempat luka serta pembedahan kembali jika terjadi pergeseran struktur

tulang (Kusmawan, 2008). Ketidaktahuan dan rendahnya tingkat pengetahuan

pasien tentang pentingnya ambulasi dini pasca operasi juga menjadi salah satu

faktor penghambat pelaksanaan ambulasi dini (Potter & Perry, 2006).

Ketidaktahuan dan rendahnya pengetahuan pasien tentang ambulasi

diharapkan dapat diatasi oleh perawat selaku educator yaitu dengan memberikan

edukasi yang seharusnya menjadi bagian dari setiap fungsi pemberi asuhan.

Perawat diharapkan mampu memberikan edukasi itu dengan baik kepada pasien

sehingga pasien mengetahui pentingnya ambulasi dini dan meningkatkan

kepatuhannya terhadap terapi ambulasi. Pengaruh perawat yang besar pada

Universitas Sumatera Utara


kepatuhan melakukan ambulasi dini berupa penjelasan, latihan, dukungan dan

pemecahan masalah (Potter & Perry, 2006).

Edukasi merupakan suatu usaha atau cara yang efektif untuk

mempengaruhi psikologi sasaran sehingga mereka berperilaku sesuai dengan

tuntutan nilai-nilai kesehatan. Edukasi juga memberikan keterampilan dan

kemampuan kepada masyarakat agar mereka mandiri di bidang kesehatan,

termasuk memelihara dan meningkatkan kesehatan mereka (Notoatmodjo, 2003).

Dari hasil wawancara dengan kepala ruangan RB3 RSUP H. Adam Malik

Medan, didapat informasi bahwa edukasi selalu diberikan kepada pasien. Edukasi

dilakukan oleh perawat dan dokter yang sedang bertugas. Beliau juga mengatakan

bahwa ambulasi selalu dilakukan oleh perawat kepada pasien dan berkolaborasi

dengan keluarga pasien. Pasien yang diberikan edukasi ada yang patuh untuk

melakukan ambulasi dini tetapi ada juga yang tidak patuh untuk melakukan

ambulasi dini.

Banyaknya resiko yang timbul akibat kurangnya edukasi terhadap

kepatuhan melaksanakan ambulasi dini menuntut perawat atau petugas kesehatan

mampu memberikan edukasi bagi pasien pasca operasi khususnya pasien pasca

operasi ekstremitas bawah agar kejadian-kejadian tersebut di atas dapat dihindari

(Potter & Perry, 2006). Dengan adanya edukasi khususnya di bangsal orthopaedic

mampu mempersiapkan pasien melakukan terapi ambulasi secara dini. Tetapi

sampai sekarang belum ada penelitian tentang sejauh mana efektifitas edukasi

terhadap kepatuhan melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

Universitas Sumatera Utara


Berdasarkan hal-hal yang dijabarkan di atas, peneliti tertarik untuk

mencoba mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan melaksanakan

ambulasi dini pada pasien pasca operasi ekstremitas bawah di RSUP H. Adam

Malik Medan.

1.2 Tujuan Penelitian

Mengidentifikasi efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien

melaksanakan ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah.

1.3 Pertanyaan Penelitian

Sejauhmana efektifitas edukasi terhadap kepatuhan pasien melaksanakan

ambulasi dini pasca operasi ekstremitas bawah?

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian yang diperoleh dapat menjadi masukan bagi pelayanan

keperawatan untuk memberikan edukasi dalam meningkatkan kepatuhan pasien

melaksanakan ambulasi dini pasca operasi.

Universitas Sumatera Utara


1.4.2 Penelitian Keperawatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan

keterampilan yang berharga bagi peneliti. Sehingga dapat menerapkan

pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian di masa mendatang. Selain itu

juga menyediakan informasi awal untuk penelitian keperawatan di bagian medikal

bedah khusunya di bangsal orthopaedic.

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai