Anda di halaman 1dari 4

Perilaku Bullying Pada Anak dan Remaja

Hymel 2010 menyatakan bahwa angka perilaku bullying bervariasi di berbagaiNegara, 9-


73% pelajar melaporkan pernah melakukan bullying (pelaku) terhadap pelajar lain dan 2-36%
lainnya pernah menjadi korban bullying. Di Indonesia, penelitian yayasan Semai Jiwa amini
(2008) di 3 kota besar yaitu yogyakarta, Surabaya, dan Jakarta mencatat perilaku bullying pada
67,9% siswa/i SLTA dan 66,1% SLTP dengan kategori tertinggi kekerasan psikologis, yaitu
pengucilan dan peringkat kedua adalah kekerasan verbal (mengejek) dan fisik (memukul).

A. Pengertian Perilaku bullying

Agresi yang berulang-ulang, yang dilakukan seseorang atau lebih dengan maksud
menyakiti atau mengganggu orang lain secara fisik (memukul, menendang, mendorong,
mengambil atau merebut sesuatu milik orang lain), secara verbal (mengejek, mengancam) atau
secara psikologis (mengeluarkan dari kelompok, mengisolasi, menyebar gosip). (Veenslra et al
(2005)

Menurut Slater dan Bremmer (2003) Bullying adalah perilaku agresif atau perilaku yang
bermaksud menyakiti. Dilakukan secara berulang-ulang dan terus menerus. Dalam sebuah
hubungan interpersonal yang ditandai oleh ketidakseimbangan kekuatan. Perilaku ini seringkah
muncul tanpa adanya provokasi yang nyata. (Slater&Bremner, 2003)

Djuwita (2006) Mengemukakan pendapat dengan menyimpulkan pengertian dari


beberapa ahli, bahwa yang dimaksud bullying atau peer victimization adalah bentuk bentuk
perilaku di mana terjadi pemaksaan atau usaha menyakiti secara psikologis ataupun fisik oleh
seseorang atau sekelompok orang yang lebih kuat terhadap seseorang atau sekelompok orang
yang lebih lemah, dan dilakukan dalam sebuah kelompok misalnya siswa satu sekolah.

Menurut Ariesto (2009, dalam Mudjijanti 2011) dan Kholilah (2012), penyebab
terjadinya bullying antara lain :

a) Keluarga
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah : orang tua yang
sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau situasi rumah yang penuh stress,
agresi, dan permusuhan.
b) Sekolah
Karena pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini, anak-anak sebagai
pelaku bullying akan mendapatkan penguatan terhadap perilaku mereka untuk
melakukan intimidasi terhadap anak lain
c) Teman Sebaya
Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di sekitar rumah,
kadang kala terdorong untuk melakukan bullying. Beberapa anak melakukan bullying
dalam usaha untuk membuktikan bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu,
meskipun mereka sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

Menurut Ribgy (2002, dalam Astuti 2008) tindakan bullying mempunyai tiga karakteristik
terintegrasi, yaitu:

a. Adanya perilaku agresi yang menyenangkan pelaku untuk menyakiti korban.


b. Tindakan dilakukan secara tidak seimbang sehingga korban merasa tertekan.
c. Perilaku ini dilakukan secara terus menerus dan juga berulang-ulang

Ada beberapa jenis bullying menurut SEJIWA (2008) :


a. Bullying fisik

Jenis bullying yang terlihat oleh mata, siapapun dapat melihatnya karena terjadi sentuhan
fisik antara pelaku bullying dan korbannya. Contoh - contoh bullying fisik antara lain : memukul,
menarik baju, menjewer, menjambak, menendang, menyenggol dengan bahu, menghukum
dengan membersihkan WC, menampar, menimpuk, menginjak kaki, menjegal, meludahi,
memalak, melempar dengan barang, menghukum dengan berlari lapangan, menghukum dengan
cara push up.

b. Bullying verbal

Jenis bullying yang juga bisa terdeteksi karena bisa terungkap indra pendengaran kita. Contoh -
contoh bullying verbal antara lain : membentak, meledek, mencela, memaki - maki, menghina,
menjuluki, meneriaki, mempermalukan didepan umum, menyoraki, menebar gosip, memfitnah.

c. Bullying mental atau psikologis

Jenis bullying yang paling berbahaya karena tidak tertangkap oleh mata atau telinga kita apabila
tidak cukup awas mendeteksinya. Praktik bullying ini terjadi diam - diam dan diluar jangkauan
pemantauan kita. Contoh - contohnya: mencibir, mengucilkan, memandang sinis, memelototi,
memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan, meneror lewat
pesan pendek, telepon genggem atau email, memandang yang merendahkan.

Menurut Bauman (2008), tipe-tipe bullying adalah sebagai berikut :

a. Overt bullying, meliputi bullying secara fisik dan secara verbal, misalnya dengan mendorong
hingga jatuh, memukul, mendorong dengan kasar, memberi julukan nama, mengancam dan
mengejek dengan tujuan untuk menyakiti.

b. Indirect bullying meliputi agresi relasional, dimana bahaya yang ditimbulkan oleh pelaku
bullying dengan cara menghancurkan hubungan - hubungan yang dimiliki oleh korban, termasuk
upaya pengucilan, menyebarkan gosip, dan meminta pujian atau suatu tindakan tertentu dari
kompensasi persahabatan. Bullying dengan cara tidak langsung sering dianggap tidak terlalu
berbahaya jika dibandingkan dengan bullying secara fisik, dimaknakan sebagai cara bergurau
antar teman saja. Padahal relational bullying lebih kuat terkait dengan distress emosional
daripada bullying secara fisik. Bullying secara fisik akan semakin berkurang ketika siswa
menjadi lebih dewasa tetapi bullying yang sifatnya merusak hubungan akan terus terjadi hingga
usia dewasa.

c. Cyberbullying, seiring dengan perkembangan di bidang teknologi, siswa memiliki media baru
untuk melakukan bullying, yaitu melalui sms, telepon maupun internet. Cyberbullying
melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi, seperti e-mail telepon seluler dan
peger, sms.
Di indonesia contoh kasus bullying yang cukup menyita perhatian adalah kasus bullying di
SMAN 3 Jakarta, pasalnya ini bukan kali pertama adanya kasus bullying di sekolah tersebut.
Kejadian yang terjadi pada tahun 2016 ini dilakukan oleh beberapa siswi kelas XII terhadap
beberapa siswi kelas X. Perlakuan tersebut diketahui setelah beredarnya video dari salah seorang
yang berapa dilokasi pembullyan tersebut dilakukan.

Di dalam video tersebut dapat kita liat perlakuan yang tidak pantas untuk dilakukan oleh
seorang pelajar terutama perempuan. Di video tersebut dapat terihat mereka memaksa para
korban untuk merokok, menyiramkan air ke kepala korban, menjadikan kepala korban sebagai
asbak rokok, bahkan yang lebih konyolnya memaksa korban untuk mengenakan bra diluar
seragam sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Video berjudul 'Lmparan Tong Sampah Maut' menjadi viral di dunia
maya. Video tersebut memperlihatkan seorang mahasiswa berkebutuhan khusus yang menjadi korban
perisakan atau bullying dari sejumlah mahasiswa. Peristiwa tersebut terjadi di sebuah kampus di Depok,
Jawa Barat.

Psikolog keluarga, Kassandra Putranto mengatakan perisakan menjadi salah satu masalah yang kerapkali
dihadapi oleh anak. Bahkan, perilaku perisakan bisa terjadi dimana saja baik di sekolah, kampus hingga
tempat kerja.

"Tapi sering kali yang membully adalah guru dengan mengelompokkan anak dan memberi label
kelompok pintar, rajin, lambat, perusuh dan lainnya," ujarnya kepada Republika.co.id, dikutip Senin
(17/7).

Daftar Pustaka

1. Yayasan Semai Jiwa Amini (SEJIWA). Bullying. Mengatasi kekerasan di sekolah dan
lingkungan sekitar anak. Grasindo: Jakarta, 2008.
2. Astuti RP. Meredam bullying (3 cara efektif mengatasi kekerasan pada anak). Grasindo:
Jakarta, 2008.

Anda mungkin juga menyukai