Disusun oleh :
NIM : 15 31 00 23
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Pada dasarnya kecelakaan kerja disebabkan oleh dua faktor yaitu manusia dan
lingkungan. Faktor manusia yaitu tindakan tidak aman dari manusia seperti sengaja
melanggar peraturan keselamatan kerja yang diwajibkan dan kurang terampilnya pekerja itu
sendiri. Sedangkan faktor lingkungan yaitu keadaan tidak aman dari lingkungan kerja yang
menyangkut antara lain peralatan atau mesin-mesin, tetapi frekuensi terjadinya kecelakaan
kerja lebih banyak terjadi karena faktor manusia.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui faktor faktor apa saja yang dapat mnyebabkan terjadinya
kecelakaan pada kasus tersebut.
2. Untuk mengetahui bagaimana cara penanganan dan pencegahan agartidak terjadi
kecelakaan yang sama.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut Heinrinh, Petersen dan Roos, 1980 Kecelakaan kerja atau kecelakaan
akibat kerja adalah suatu kejadian yang tidak terencana dan tidakterkendali akibat dari suatu
tindakan atau reaksi suatu objek, bahan, orang atau radiasi yang mengakibatkan cidera atau
kmungkinan lainnya (Mayendra, 2009).
Kecelakaan adalah semua kejadian yang tidak direncanakan yang menyebabkan atau
berpotensial menyebabkan cidera, kesakitan, kerusakan,atau kerugian lainnya. (Standar
AS/NZS 4801:2001). Sementara itu, menurutOHSAS 18001:2007 Kecelakaan Kerja
didefinisikan sebagai kejadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat menyebabkan
cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya) kejadian kematian atau kejadian yang
dapat menyebabkan kematian. Pengertian ini digunakan juga untuk kejadian yangdapat
menyebabkan merusak lingkungan (Sumber : OHSAS 18001:2007).
Kecelakaan kerja menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.3 adalah suatu
kejadian yang tidak dikehendaki dan tidak diduga semula yang dapat menimbulkan korban
manusia dan atau harta benda. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat kita simpulkan
bahwa kecelakaan akibat kerja adalah suatu peristiwa yang tidak terduga, tidak terencana
tidak dikehendaki dan menimbulkan kerugian baik jiwa maupun harta yang disebabkan oleh
pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan yaitu ketika pulang dan pergi ke tempat
kerja melalui rute yang biasa dilewati.
BAB III
PEMBAHASAN
GOWA, KOMPAS.Com
Peristiwa yang terjadi sekitar pukul 11.00 Wita di pertambangan milik Daeng Lira
(45) Dusun Tamattia, Desa Mandalle, Kecamatan Bajeng Barat, Kabupaten Gowa, Sulawesi
Selatan ini bermula saat truk korban, Suaib (45) terperosok ke dalam lumpur. Truk itu
mengalami masalah lantaran kelebihan muatan pasir yang tengah diisi menggunakan
sekopan.
Korban kemudian meminta dua truk lainnya yang tengah menunggu antrean pasir
untuk menarik mobilnya. Saat itulah, korban terjepit di tengah dua truk yang merenggut
nyawanya.
Sementara aparat kepolisian dari Sektor Bajeng dan Resor Gowa yang tiba di lokasi
sempat kewalahan melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Ini disebabkan para saksi
mata langsung kabur mengosongkan aktivitas tambang tanpa izin tersebut.
Berselang beberapa menit kemudian, pemilik tambang muncul dan melarang sejumlah
awak media untuk melakukan peliputan. "Saya tidak mau kalau ada wartawan ini tambang
dilindungi sama anggota dewan," kata Daeng Lira.
Sementara aparat kepolisian dari Satuan Lalulintas (Satlantas) yang melakukan olah
TKP mengaku bahwa kasus ini harus ditangani oleh unit Reserse dan Kriminal (Reskrim)
lantaran lokasi kecelakaan berada di areal pertambangan dan bukan berada di jalan umum.
"Kasus ini akan kami serahkan ke Reskrim karena ini termasuk pidana, apalagi
tambangnya tidak memiliki izin dan bukan berada di jalan raya," kata Aiptu Ardiansyah,
penyidik Lakalantas Polres Gowa.
Aktivitas pertambangan di kawasan ini sebenarnya telah lama dikeluhkan oleh warga
setempat. Selain dinilai merusak lingkungan sekitar, aktivitas tambang liar ini juga telah
merenggut sejumlah korban jiwa.
"Seharusnya polisi menindak tegas. Apalagi tambang di sini semuanya tidak punya
izin tapi tetap beroperasi. Kami juga di sini sudah beberapa kali complain sama polisi tapi
tidak ditanggapi," tutur salah seorang warga.
BAB IV
PEMBAHASAN
Kesimpulan
Jadi kesimpulan yang dapat diambil dari kasus di atas adalah sebenarnya tambang
ilegal itu tidak dibolehkan operasinya diindonesia, selain karena tidak mempunyai izin resmi
dari pemerintah juga tidak ada yan mempertanggungjawabi jika ada kecelakaa kerja yang
telah terjadi tersebut. Kemudian tambang ilegal tersebut juga tidak dilengkapi dengan alat
pelindung dasar (APD) dan tidak memenuhi standar keselamatan lainnya.
Saran
Pemerintah seharusnya lebih bijak dan tegas dalam menangani penambangan ilegal
yang ada di indonesia sekarang, karena kasus datas adalah sedikit contoh daritidak ada
pengetahuannya masyarakat terhadap bahayanya tambang ilegal yang tidak memenuhi
standar dalam kegiatannya, perlu di perhatikan K3 nya karena penting dan sangan menunjng
dalam kegiatan penambangan.
DAFTAR PUSTAKA
KOMPAS.Com
Heinrich W.W. (1960). Industrial accident Prevention a Safety Management Approach fifth
edition. New York.
Keputusan Menteri Pertambangan dan Energi, No.555K/26/M.PE/1995 tentang Keselamatan
dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum