Hiv Dan Aids
Hiv Dan Aids
PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk dalam family lentivirus. Retrovirus
mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA pejamu untuk membentuk virus
DNA dan dikenali selama periode inkubasi yang panjang,seperti retrovirus yang lain, HIV
menginfeksi tubuh dengan periode inkubasi yang panjang (klinik-laten), dan utamanya
memyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. HIV menyebabkan beberapa kerusakan
system imun dan menghancurkannya. Hal tersebut terjadi dengan menggunakan DNA dari
CD4+ dan limfosit untuk mereplikasi diri. Dalam proses itu, virus tersebut menghancurkan
CD4+ dan limfosit.
Pada tahun 2000, terjadi peningkatan penyebaran epidemic HIV secara nyata melalui
pekerja seks komersial, tetapi ada fenomena beru penyebaran HIV/AIDS melalui
penggunaan narkoba suntik dan tahun 2002 HIV sudah menyebar hingga ke tingkat rumah
tangga (Depkes RI, 2003). Dengan demikian, kita perlu memahami patofisiologi dan
penyebaran HIV/AIDS untuk dapat memberikan asuhan keperawatan dengan tepat kepada
penderita.
1.2.RUMUSAN MASALAH
1 . Bagaimana mekanisme system imun yang normal ?
2 . Apa itu virus HIV ?
3 . Apa saja komponen utama dari siklus hidup virus HIV ?
4 . Apa saja tipe dan sub-sub tipe dari virus HIV ?
5 . Apa saja efek dari virus HIV terhadap system imun ?
6 . Bagaimana cara penularan HIV/AIDS ?
1.3.TUJUAN
1. Mengetahui mekanisme system imun yang normal
2. Mengetahui pengertian virus HIV
3. Mengetahui komponen-komponen dari siklus hidup virus HIV
4. Mengetahui tipe dan sub-sub dari virus HIV
5. Mengetahui efek dari virus HIV terhadap sitem imun
6. Mengetahui cara penularan HIV/AIDS
1
BAB II
TINJAUAN TEORI
System imun melindungi tubuh dengan cara mengenali bakteri atau virus yang masuk ke
dalam tubuh, dan berteaksi terhadapnya. Ketika system imun melemah atau rusak oleh virus
seperti HIV, tubuh akan lebih mudah terkena infeksi oportunistik. System imun terdiri atas
organ dan jaringan limfoid, termasuk di dalamnya sumsum tulang, thymus, nodus limfa.
Seluruh komponen dari system imun tersebut adalah penting dalam produksi dan
perkembangan limfosit atau sel darah putih. Limfosit B dan T diproduksi oleh sel utama
sumsum tulang. Sel B tetap berada di sumsum tulang untuk melengkapi proses maturasi,
sedangkan limfosit T berjalan ke kelenjar thymus untuk melengkapi proses maturasi. Di
kelenjar thymus inilah limfosit T menjadi bersifat imunokompeten, multiple, dan mampu
berdiferensiasi.
SEL B
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antibody humoral. Masing-masing sel B
mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi antibody
spesifik. Antibody bekerja dengan cara membungkus antigen, membuat antigen lebih mudah
untuk difagositosis (proses penelanan dan penernaan antigen oleh leukosit dan makrofag),
atau dengan membungkus antigen dan memicu system komplemen (yang berhubungan
dengan respon inflamasi). Antibody adalah molekul khusus yang mengandung serum protein
yang tinggi. Antibody dikelompokkan menjadi 5 jenis; yaitu IgG, IgA, IgM, IgE dan IgD.
LIMFOSIT
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama, yaitu :
1. Regulasi system imun
2. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus
2
Masing-masing sel T mempunyai penanda permukaan seperti CD4+,CD8+, dan CD3+ yang
membedakannya dengan sel lain. Sel CD4+ adalah sel yang membantu mengaktivitas sel B,
killer cell, dan makrofag saat terdapat antigen khusus. Sel CD8+ membunuh sel yang
terinfeksi oleh virus atau bakteri seperti sel kanker.
Sel T juga mempunyai kemampuan mensekresi sitokin (bahan kimia yang mampu
membunuh sel) seperti interferon. Sitokin dapat mengikat sel target dan mengaktivasi
fagositosis, dan menghancurkan sel target. Interleukin adalah sitokin yang bertugas sebagai
messenger antarsel darah putih. Rekombinan interleukin, akhir-akhir ini sedang dipelajari
dalam percoban klinis terutama bagi pasien dengan infeksi HIV.
FAGOSIT
Termasuk didalamnya adalah monosit dan makrofag, sel darah putih dengan jumlah besar
yang mengelilingi dan mencerna sel yang membawa partikel-partikel antigen. Ditemukan di
seluruh tubuh, fagosit membersihkan tubuh dari sel yang rusak, memulai respon imun dengan
membawa APC (antigen precenting cells) pada limfosit, yang penting dalam proses regulasi
dan inflamasi respon imun, dan membawa reseptor untuk sitokin. Sel dendrite, tipe lain dari
fagosit juga merupakan APC. Neutrofil adalah fagosit granulosit yang penting dalam respon
inflamasi.
KOMPLEMENT
3
HIV terbentuk atas sebuah silinder yang dikelilingi pembungkus lemak yang melingkar-
melebar. Pada pusat lingkaran terdapat untaian RNA. HIV mempunyai 3 gen yang
merupakan komponen fungsional dan structural. Tiga gen tersebut yaitu : gag, pol, dan env.
Gag berarti group antigen, pol mewakili polymerase, dan env adalah kepanjangan dari
envelope.
Gen gag mengkode protein inti. Gen pol mengkode enzim reverse transcriptase,protease,
dan integrase. Gen env mengkode komponen structural HIV yang dikenal dengan
glikoprotein. Gen lain yang ada dan juga penting dalam replikasi virus, yaitu : rev, nef, vif,
vpu, dan vpr.
Sel induk yang terinfeksi oleh HIV memiliki waktu hidup sangat pendek; hal ini berarti
HIV secara terus-menerus menggunakan sel induk baru untuk mereplikasi diri. Sebanyak 10
milyar virus dihasilkan setiap harinya. Serangan pertama HIV akan tertangkap oleh sel
dendrite pada membrane mukosa dan kulit pada 24 jam pertama setelah paparan. Sel yang
terifeksi tersebut akan membuat jalur ke nodus limfa dan kadang-kadang ke pembuluh darah
perifer selama 5 hari setelah paparan, di mana replikasi virus menjadi semakin cepat.
2.4.TIPE HIV
Ada 2 tipe HIV yang dapat menyebabkan AIDS : HIV-1 dan HIV-2.
HIV-1 bermutasi lebih cepat karena replikasi lebih cepat. Berbagai macam subtype dari HIV-1
telah ditemukan dalam area geografis yang spesifik dan kelompok spesifik risiko tinggi.
Individu dapat terinfeksi oleh subtype yang berbeda. Brikut adalah subtype HIV-1 dan
distribusi geografisnya :
4
1. Sub tipe A : afrika tengah
2. Sub tipe B : amerika selatan, brazil, USA, Thailand
3. Sub tipe C : brazil, india, afrika selatan
4. Sub tipe D : afrika tengah
5. Sub tipe E : thainland, afrika tengan
6. Sub tipe F : brazil, Rumania, Zaire
7. Sub tipe G : Zaire, gabon, Thailand
8. Sub tipe H : Zaire, gabon
9. Sub tipe O : kamerun, gabon
Sub tipe C sekarang ini terhitung lebih dari separuh dari semua infeksi HIV baru di
seluruh dunia.
PERJALANAN PENYAKIT
Perjalanan klinis pasien dari tahap terinfeksi HIV sampai tahap AIDS, sejajar dengan
penurunan derajat imunitas pasien, terutama imunitas seluler dan menunjukkan gambaran
penyakit yang kronis. Dari semua orang yang terinfeksi HIV, sebagian berkembang menjadi
AIDS pada tiga tahun pertama, 50% menjadi AIDS sesudah sepuluh tahun, dan hamper 100%
pasien HIV menunjukkan gejala AIDS setelah 13 tahun.
Perjalanan penyakit lebih progresif pada pengguna narkoba. Lamanya penggunaan jarum
suntik berbanding lurus dengan infeksi pneumonia dan tuberculosis. Infeksi oleh kuman lain
akan membuat HIV membelah menjadi lebih cepat.
5
Keadaan ini di sertai adanya bermacam-macam penyakit.
1. Gejala utama/mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b. Diare kronis
c. Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan
d. TBC
2. Gejala minor
a. Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b. Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida Albicans
c. Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
d. Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh
Infeksi primer berkaitan dengan periode waktu di mana HIV pertama kali masuk ke
dalam tubuh. Pada waktu infeksi primer, darah pasien menunjukkan jumlah virus yang sangat
tinggi, ini berarti banyak virus lain didalam darah.
Sejumlah virus dalam darah atau plasma per millimeter mencapai 1 juta. Orang dewasa
yang baru terinfeksi sering menunjukkan sindrom retroviral akut. Tanda dan gejala dari sindrom
retroviral akut ini meliputi : panas, nyeri otot, sakit kepala, mual, muntah, diare, berkeringat
dimalam hari, kehilangan berat badan, dan timbul ruam. Tanda dan gejala tersebut biasanya
muncul dan terjadi 2-4 minggu setelah infeksi, kemudian hilang atau menurun setelah beberapa
hari dan sering kalah terdeteksi sebagai influenza atau infeksi mononucleosis.
Selama infeksi primer jumlah limfosit CD4+ dalam darah menurun dengan cepat. Target
virus ini adalah limfosit CD4+ yang ada di nodus limfe dan thymus. keadaan tersebut membuat
individu yang terinfeksi HIV rentan terkena infeksi oportunistik dan membatasi kemampuan
6
thymus untuk memproduksi limfosit T. tes antibody HIV dengan menggunakan enzyme linked
imunoabsorbent assay (EIA) akan menunjukkan hasil positif.
Centers for disease control and prevention atau CDC di amrika serikat mengategorikan
dewasa dan remaja dengan infeksi HIV didasarkan pada hitung limfosit CD4+ dan kondisi klinis.
System klasifikasi digunakan untuk member petunjuk pada pemberi pelayanan kesehatan
professional dalam menentukan keputusan pengobatan untuk pasien dengan infeksi HIV. System
ini didasarkan pada tiga kisaran CD4+ dan tiga kategori klinis.
Klasifikasi tersebut didasarkan pada jumlah limfosit CD4+ yang terendah dari pasien. Sekali
pasien masuk dalam klasifikasi kategori 2 atau 3, pasien tidak akan bisa kembali pada kategori
yang lebih renda jika terdapat peningkatan CD4+.
Meskipun pasien baru saja dinyatakan terinfeksi HIV biasanya selama beberapa tahun
pasien menunjukkan periode klinik laten antara infeksi HIV, tanda dan gejala klinis AIDS,
replikasi HIV, dan system imun merusak sejak awal infeksi.
Individu yang terinfeksi HIV tidak akan menunjukkan tanda dan gejala infeksi HIV. Pada
orang dewasa yang terinfeksi HIV, fase ini akan berlangsung selama 8-10 tahun. HIV-ELISA
dan western blot atau Imunofluorescnce Assay (IFA) menunjukkan hasil positif dengan jumlah
limfosit CD4+>500 sel/l.
Individu yang terinfeksi HIV dapat nampak sehat selama beberapa tahun dan tanda gejala
minor dari infeksi HIV mulai Nampak. Individu mulai menunjukkan candidiasis, limfadenopati,
kanker serviks, herpes zoster, dan atau neuropati perifer. Jumlah virus dalam darah akan
menunjukkan peningkatan sementara pada saat yang sama jumlah limfosiit CD4+ menurun
hingga mencapai 500 sel/l. individu dengan kategori B, akan tetap dalam kategori B. tapi
keadaan ini bersifat tidak tetap karena dapat berkembang menjadi kategori C apabila terjadi
kondisinya semakin parah, dan juga tidak dapat kembali lagi ke kategori A bila bersifat
asimptomatik.
7
TANDA DAN GEJALA LANJUT HIV (ketegori klinis C)
Individu yang terinfeksi HIV menunjukkan infeksi dan keganasan yang mengancam
kehidupan. Perkembangan pneumonia (pneumocytis carinii), toxoplasmosis, cryptosporidiosis
dan infeksi oportunistik lainnya yang biasa terjadi. Individu dapat pula mengalami kehilangan
atau penurunan berat badan, jumlah virus terus meningkat, jumlah limfosit CD4+ menurun
hingga <200 sel/l. pada keadaan ini individu akan dinyatakan sebagai penderita AIDS
Yang terinfeksi HIV sering menderita penyakit yang parah saat pertama kali dielavuasi, atau
mungkin telah berkembang menjadi AIDS, seperti yang telah terjadi pada orang dewasa. Pada
bayi dan anak-anak normalnya limfosit CD4+ lebih tinggi dari pada orang dewasa. Nilai
normalnya bervriasi sesuai usia, namun sama dengan nilai pada orang dewasa saat anak
mencapai usia 6 tahun. CDC (the center for disease control and prevention) telah
mengembangkan system untuk mengklasifikasi HIV pada anak yang didasarkan pada ketegori
klinis dan imunologis. Kategori klinis dan imunologi ini dapat digunakan untuk mengevaluasi
status HIV pada anak-anak dan untuk menentukan pengobatan yang tepat.
Table 1. system klasifikasi kategori klinis dan imunologi HIV pada remaja/dewasa
8
Table 2. system klasifikasi kategori imunologi pada anak-anak
Kategori imun < 12 bulan Anak usia 1-5 tahun Anak usia 6-12 tahun
kategori 1 : no >1500/l (>25%) >1000/l (>25%) >500/l (>25%)
suppression
Kategori 2 : mild 750-1499/l (15-24%) 500-999/l (15-24%) 200-499/l (15-25%)
supression
Kategori 3 : severe <750/l (<15%) <500/l (15%) <20/l (15%)
supression
2.6.PENULARAN HIV/AIDS
9
BAB III
PENUTUP
3.1.KESIMPULAN
Fungsi utama sel B adalah sebagai imunitas antibody humoral. Masing-masing sel B
mampu mengenali antigen spesifik dan mempunyai kemampuan untuk mensekresi
antibody spesifik.
Limfosit T atau sel T mempunyai 2 fungsi utama, yaitu :
1. Regulasi system imun
2. Membunuh sel yang menghasilkan antigen target khusus
Siklus hidup HIV dapat dibagi menjadi 5 fase, yaitu :
1. Masuk dan mengikat
2. Reverse transcriptase
3. Replikasi
4. Budding
5. Maturasi
pembagian stadium :
1. Gejala utama/mayor
a. Demam berkepanjangan lebih dari tiga bulan
b.Diare kronis
c.Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam tiga bulan
d.TBC
10
2. Gejala minor
a.Batuk kronis selama lebih dari satu bulan
b.Infeksi pada mulut dan tenggorokan disebabkan jamur candida Albicans
c.Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap diseluruh tubuh
d.Munculnya herpes zoster berulang dan bercak-bercak gatal diseluruh tubuh
3.2. SARAN
Setelah mengetahui patofisiologi virus HIV pada pembahasan diatas maka diharapkan
kita dapat mempelajari dan mendalaminya.
Perlunya pengetahuan tentang patofisiologi virus HIV ini agar kita dapat mengetahui
siklus hidup HIV, perjalanan penyakit HIV, efek HIV pada system imun serta penularan
HIVitu sendiri.
Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca khususnya
mahasiswi D III Kebidanan Timika dan dapat menambah pengetahuan kita. Untuk itu kritik
dan saran sangat yang bersifat membangun sangat diharapkan.
11
DAFTAR PUSTAKA
12