SKRIPSI
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi
RM RENDY HIDAYATULLAH
NIM : 1110102000045
Skripsi ini adalah hasil karya sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar,
iii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
Disetujui Oleh :
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui,
Ketua Program Studi Farmasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
iv
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Ciputat
v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR
UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
untuk dipublikasikan atau ditampilkan di internet atau media lain yaitu Digital
Library Perpustakaan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sebatas sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Dibuat di : Ciputat
Pada tanggal : 12 Desember 2014
Yang menyatakan,
RM Rendy Hidayatullah
vi
ABSTRAK
vii
ABSTRACT
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa saya panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa, Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan
dalam rangka pemenuhan tugas akhir sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Farmasi di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak,
yang senantiasa diberikan sejak masa perkuliah sampai saat penulisan skripsi ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. DR. (hc) dr. M.K. Tadjudin ,Sp.And, selaku Dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Drs. Umar Mansur ,M.Sc. Apt. selaku Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Segenap Bapak dan Ibu Dosen yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan
sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di jurusan Farmasi Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Kedua orang tua penulis, ayahanda R Imron Fauzi, ibunda RA Umi Kalsum
dan juga adik-adikku RA Rizka Hidayati dan RA Lailatuistianah yang tak
ix
henti-hentinya mendoakan dan memberikan bantuan moril, materil, serta
spiritual hingga skripsi ini dapat diselesaikan. Semoga Allah SWT
memberikan balasan yang sebaik-baiknya atas bantuan kalian.
8. Keluarga Besar Santri Jadi Dokter Sumatera Selatan 2010 (Bayu, Harun,
Zata, Ayu, Ana, Rusti, Rosi, Arum, Finti, Iid dkk) yang senantiasa
memberikan penulis dukungan, semangat, dan masukan dalam penyelesaian
skripsi ini.
9. Teman-teman the Pavilion & friends ( Dani, Chandra, Dwikky, Erwin, Farur,
Denny, Mirza, Hadi, Hapit, Atras) yang senantiasa selalu menghibur dan
memberikan support kepada penulis.
10. Teman-teman Andalusia farmasi angkatan 2010 yang telah berjuang bersama-
sama untuk menyelesaikan studi ini.
11. Dan semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang turut
membantu penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan agar tercapainya
kesempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat
bermanfaat baik bagi kalangan akademis dan dunia ilmu pengetahuan, khususnya
bagi mahasiswa farmasi, serta bagi masyarakat pada umumnya.
Penulis
x
DAFTAR ISI
xi
2.2.6. Tata Laksana Apendisitis ................................................................................ 15
2.3. Infeksi Luka Operasi............................................................................................... 16
2.3.1 Definisi............................................................................................................ 16
2.3.2. Patogenesis...................................................................................................... 17
2.3.3. Klasifikasi Infeksi Luka Operasi..................................................................... 17
2.4. Antibiotik ................................................................................................................ 19
2.4.1 Definisi............................................................................................................ 19
2.4.2. Resistensi Antibiotik ....................................................................................... 24
2.4.3. Mekanisme Resistensi ..................................................................................... 25
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL ................................. 26
3.1. Kerangka Konsep.................................................................................................... 26
3.2. Definisi Operasional ............................................................................................... 27
BAB IV METODOLOGI PENELITAN ....................................................................... 29
4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................................. 29
4.2. Desain Penelitian .................................................................................................... 29
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................................. 29
4.3.1. Populasi ........................................................................................................... 29
4.3.2. Sampel ............................................................................................................ 29
4.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi Sampel................................................................ 30
4.4. Prosedur Penelitian ................................................................................................. 30
4.4.1. Persiapan ( Permohonan Izin Penelitian) ........................................................ 30
4.4.2. Pelaksanaan Pengumpulan Data ..................................................................... 30
4.4.3. Pengolahan Data ............................................................................................. 31
4.4.4. Analisis Data ................................................................................................... 31
BAB V HASIL PENELITIAN ....................................................................................... 32
5.1. Hasil Penelitian ....................................................................................................... 32
5.1.1. Jumlah Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ..................................................... 32
5.1.2. JumlahPasien Berdasarkan Kelompok Usia ................................................... 33
5.1.3. Jumlah Pasien Berdasarkan Lama Penggunaan Antibiotik Pasca Operasi
Appendisitis .............................................................................................................. 34
5.1.4. Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis ......... 35
5.1.5. Kondisi Terakhir Pasien Setelah Dirawat ....................................................... 36
5.1.6. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien yang
Recovery.................................................................................................................... 37
xii
5.1.7. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien yang
tidak Recovery .......................................................................................................... 38
BAB VI PEMBAHASAN ............................................................................................... 39
6.1. Pembahasan ............................................................................................................ 39
6.1.1. Karakteristik Pasien ........................................................................................ 39
6.1.2. Antibiotika ...................................................................................................... 41
6.1.3. Keadaan Terakhir Pasien Pasca Operasi ......................................................... 44
6.1.4. Lama Penggunaan Antibiotik dan Jenis Antibiotik yang Digunakan ............. 45
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 46
7.1. KESIMPULAN ...................................................................................................... 46
7.2. SARAN ................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 47
xiii
xiv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
1.1.Latar Belakang
1
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
2
infeksi bedah yaitu teknik pembedahan, perawatan pra dan pasca bedah, serta
penggunaan antibiotik6. Pemberian antibiotik ini dapat menurunkan resiko
luka infeksi sebesar 30-65%. Dalam hal ini untuk menilai efektifitas dari
antibiotik salah satunya dapat dilihat dari jenis antibiotik, dosis, frekuensi,
dan lama perawatan pasien12.
Penggunaan antibiotik di rumah sakit merupakan pemberian antibiotik
dalam upaya preventif untuk mencegah terjadinya infeksi daerah operasi.
Pemberian antibiotik harus jelas karena resistensi bakteri semakin
berkembang sehubung dengan penggunaan antibiotik tersebut. Oleh karena
itu, sebaiknya antibiotik diberikan seminimal mungkin dan spektrum aktivitas
obat yang digunakan sebaiknya sesempit mungkin. Meskipun prinsip
penggunaan antibiotik dalam operasi telah ditetapkan, masih terdapat
penggunaan yang tidak sesuai13.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa masih tingginya
angka pasien yang menjalani apendiktomi di RUMKITAL dr. Mintohardjo
sehingga resiko terjadinya infeksi luka operasi semakin besar. Selain itu
dengan adanya peningkatan resistensi antibiotik yang mengakibatkan
semakin lamanya rawat inap, peningkatan biaya pengobatan, terdapat resiko
kecacatan dan kematian, serta dapat mengakibatkan tuntutan pasien maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai efektivitas dari
antibiotik pasca operasi apendisitis yang digunakan di RUMKITAL dr.
Mintohardjo.
1.2.Rumusan Masalah
1.3.Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
1.4.Manfaat Penelitian
1.4.1 Teoritis
1.4.2. Metodologi
1.4.3. Aplikatif
Dari uraian latar belakang diatas terlihat banyak sekali masalah tentang
penggunaan antibiotik, namun dalam penelitian ini hanya di batasi pada
efektivitas antibiotik yang digunakan pada pasien pasca operasi apendisitis.
Desain yang digunakan adalah cross sectional dengan pendekatan retrospektif
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai Oktober 2014 di
Rumah Sakit Angkatan LAut dr. Mintohardjo Jakarta Pusat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
7
2.2.Apendisitis
2.2.1 Definisi
2.2.2. Etiologi
2.2.4. Patofisiologi
b. Palpasi
Palpasi dinding abdomen dilakukan dengan ringan dan
hati-hati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang
jauh dari lokasi, ditekan dengan sangat pelan dan halus, pada
berbagai tempat pada dinding perut ( dinamakan pemerikasaan
raba dangkal-superfisial), kemudian baru dilakukan
pemeriksaan raba dalam
c. Auskultasi
Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakan
diagnosis appendicitis, tetapi apabila telah terjadi peritonitis
maka tidak terdengar bunyi peristaltic usus
d. Rectal Toucher / colok dubur
Colok dubur juga tidak banyak membantu dalam
penegakan diagnosis appendicitis. Pemeriksaan ini dilakukan
apabila letak apendiks sulit diketahui. Jika saat dilakukan
pemeriksaan ini terasa nyeri kemungkinan letak apendiks yang
meradang didaerah pelvis
Riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik masih merupakan dasar
diagnosis appendicitis akut. Pemeriksaan tambahan dilakukan
apabila ada keragu-raguan atau untuk menyingkirkan diagnosis.20
c. Laparoskopi Diagnostik
Laparoskopi mulai ada sejak awal abad ke-20, namun
penggunaannya untuk kelainan intraabdominal baru
berkembang sejak tahun 1970-an. Dibidang bedah, laparoskopi
dapat digunakan sebagai alat diagnosis dan terapi, disamping
dapat mendiagnosis appendisitis secara langsung, laparoskopi
juga dapat digunakan untuk melihat keadaan organ
intraabdomen lainnya. Hal ini sangat bermanfaat terutama pada
pasien wanita, pasien obesitas. Pada apendisitis akut,
laparoskopi diagnosis biasa dilanjutkan dengan apendiktomi
laparoskopi.
2.2.5.1.Apendiktomi Konvensional
Cara pembedahan yang konvensional atau terbuka
dilakukan dengan membuat irisan pada bagian perut kanan bawah.
Panjang sayatan kurang dari 3 inci (7,6 cm). Dokter bedah
kemudian mengidentifikasi semua organ-organ dalam perut dan
16
2.2.5.2.Apendiktomi Laparoskopi
Apendiktomi laparoskopi menggunakan tiga lobang sebagai
akses, lubang pertama dibuat dibawah pusar, fungsinya untuk
memasukkan kamera super mini yang terhubung ke monitor
kedalam tubuh, lewat lubang itu pula sumber cahaya di masukkan,
sementara dua lubang lain di posisikan sebagai jalan masuk
peralatan bedah seperti penjepit atau gunting. Kemudian kamera
dan alat-alat khusus dimasukan melalui sayatan tersebut dengan
bantuan peralatan tersebut, ahli bedah mengamati organ abdominal
secara visual dan mengindetifikasi apendiks. Kemudian apendiks
dipisahkan dari semua jaringan yang melekat, kemudian apendiks
diangkat, dan dipisahkan dari cecum. Apendiks dikeluarkan melalui
salah satu sayatan11. Beberapa studi telah melaporkan bahwa
laparoskopi mempunyai resiko ILO lebih rendah daripada operasi
terbuka21.
Infeksi Luka Operasi adalah infeksi yang terjadi pada luka akibat
prosedur bedah invasif. Infeksi Luka Operasi (ILO) atau Infeksi Tempat
Pembedahan (ITP)/ Surgical Site Infection (SSI) adalah infeksi pada
luka operasi atau organ/ruang yang terjadi dalam 30 hari paska operasi
atau dalam kurun 1 tahun apabila terdapat implant. Sumber bakteri pada
ILO dapat berasal dari pasien, dokter dan tim, lingkungan, dan
termasuk juga instrumentasi21. Menurut Djojosugito10, luka operasi
17
dinyatakan infeksi bila didapat pus pada luka operasi, bila temperatur >
37,5C pada axiler, keluar cairan serous (exudat) dari luka operasi,
sekitar luka operasi oedema dan kemerahan.
2.3.2. Patogenesis
b. Ceftazidime
Mekanisme kerja. Ceftazidime merupakan antibiotika sefalosporin
semisintetik yang bersifat bakterisidal. Mekanisme kerja antibakteri
dengan menghambat enzym yang bertanggung jawab terhadap sintesis
dinding sel. Secara in vitro Ceftazidime dapat mempengaruhi
mikroorganisme dalam range/spektrum yang luas, termasuk strain yang
resisten terhadap gentamicin dan aminoglikosid lainnya. Selain itu
Ceftazidime sangat stabil terhadap sebagian besar beta-laktamase,
plasmid dan kromosomal yang secara klinis dihasilkan oleh kuman
gram negatif dan dengan demikian Ceftazidime aktif terhadap beberapa
strain resisten terhadap ampisilin dan sefalosporin lainnya.
Farmakokinetik.Seftazidim diabsorpsi baik setelah pemberian IM,
Ceftazidime didistribusi secara luas menembus plasenta dan memasuki
ASI dalam konsentrasi rendah.>90% dieksresikan oleh ginjal tanpa
perubahan, waktu paruhnya 1,4-2 jam
Efek samping. Reaksi hipersensitivitas (urticaria, pruritus, ruam, reaksi
parah seperti anaphylaxis bisa terjadi); Efek GI (diare, N/V,
diare/radang usus besar); Efek lainnya (infeksi candidal).
Indikasi. Infeksi yang disebabkan oleh Gram Positif atau Gram
Negatif32.
Dosis. Dewasa : 1- 6 gram/hari, dalam 2 3 dosis terbagi32.
c. Ceftriaxone
Mekanisme kerja. Menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan
berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-
binding proteins-PBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap
transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga
22
d. Cefpiron
Mekanisme kerja. Sefalosporin generasi keempat; memiliki cakupan
gram negatif sebanding dengan ceftazidime tapi gram positif cakupan
yang lebih baik (dibandingkan dengan ceftriaxone); antibiotik yang
23
e. Metronidazole
Metronidazole adalah (1b-hidroksi-etil)2-metil-5-nitriimidazol yang
berbentuk kristal kuning muda dan sedikit larut dalam air atau alkohol.
Metronidazole merupakan obat antibakteri dan anti protozoa sintetik
derivat nitroimidazole yang mempunyai aktivitas bakterisid, amebisid
dan trikomonosid. Metronidazol diindikasikan untuk pengobatan
Uretritis & vaginitis, amubiasis, infeksi anaerob (terutama pasca bedah)
dan Giardiasis26.
Mekanisme kerja. Dalam sel atau mikroorganisme metronidazol
mengalami reduksi menjadi produk polar. Hasil reduksi ini mempunyai
aksi antibakteri dengan jalan menghambat sintesa asam nukleat,
mempengaruhi anaerob yang mereduksi nitrogen membentuk
intermediet26.
Farmakokinetik.1 jam setelah pemberian dosis tunggal 500 mg per
oral diperoleh kadar plasma kira-kira 10 g/mL. Waktu paruhnya 8-10
24
jam diekskresikan melalui urin dalam bentuk asal dan bentuk metabolit,
juga diekskresikan melalui air liur, air susu, cairan vagina, dan cairan
seminal dalam kadar yang rendah26.
Efek Samping. Rasa tidak enak pada mulut, lidah berbulu halus, ggn
sal cerna. Angioedema. Anoreksia, nyeri ulu hati, keiang,neuropati
periter, ruam kulit, pruritus, leukopenia ringan. Jarang, anafilaksis28.
Indikasi. Gonore, bedah, Haemophilus epiglottitis dan meningitis32.
Dosis. Dosis dewasa adalah 7,5 mg /kg setiap 6 jam (sekitar 500 mg
untuk orang dewasa 70 kg), maksimum 4 g sehari selama 7-10 hari32.
Interaksi obat. Efek Cytochrome P450 : menghambat CYP2C8/9
(lemah), 3A4 (moderate);Meningkatkan efek/toksisitas : Etanol dapat
menyebabkan reaksi seperti disulfiram. Warfarin dan metronidazol
dapat meningkatkan bleeding time (PT) yang menyebabkan perdarahan.
Simetidin dapat meningkatkan kadar metronidazol.;Metronidazol dapat
menghambat metabolisme cisaprid, menyebabkan potensial aritmia;
hindari penggunaan secara bersamaan. Metronidazol dapat
meningkatkan efek/toksisitas lithium. Metronidazol dapat
meningkatkan efek/toksisitas;benzodiazepin tertentu, calcium channel
blocker, siklosporin, turunan ergot, HMG-Coa reduktase inhibitor
tertentu, mirtazapine, nateglinid, nefazodon, sildenafil ( dan PDE-5
inhibitor yang lain), takrolimus, venlafaxine, dan substrat CYP3A4
yang lain.;Menurunkan efek: fenobabital, fenobarbital (inducer enzim
yang lain), dapat menurunkan efek dan waktu paro metronidazol29.
3.1.Kerangka Konsep
Memenuhi Kriteria
Inklusi
Obat Antibiotika:
Karakteristik Pasien:
Pencatatan - Jenis Antibiotik
- Jenis Kelamin rekam medis - Lama penggunaan
- Umur
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
27
3.2.Definisi Operasional
Skala
No Variabel Definisi Cara Mengukur Keterangan
Ukur
1 Karakteristik
Pasien
4.2.Desain Penelitian
4.3.2. Sampel
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
30
4.4.Prosedur Penelitian
4.4.1. Persiapan ( Permohonan Izin Penelitian)
a. Editing data
Sebelum melakukan penilaian terhadap data mentah,
terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kembali kebenaran data
yang diperoleh dan mengeluarkan data yang tidak memenuhi
kriteria penelitian.
b. Coding data
Peneliti melakukan coding terhadap data yang terpilih dari
proses seleksi untuk mempermudah analisis di program
Microsoft Excel. Coding berupa kegiatan pemberian kode
numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa
kategori.
c. Entry data
Peneliti memasukan data yang telah dilakukan proses
coding ke dalam program Microsoft Excel dalam bentuk tabel
d. Cleaning data
Kegiatan pembersihan data dilakukan untuk mengecek
kembali sebelum dilakukan analisis lebih lanjut.
5.1.Hasil Penelitian
Didapatkan 58 data rekam medis dari populasi total 144 pasien rawat inap
di RUMKITAL dr Mintohardjo Jakarta Pusat selama Periode Januari sampai
Desember 2013 dan memenuhi kriteria inklusi penelitian, hasil penelitian ini
ditujukan untuk menjawab perumusan masalah dari tujuan penelitian yang
diinginkan, untuk mengetahui efektivitas antibiotik yang digunakan pada
pasca operasi pasien apendisitis.
80
70.69
70
60
50
% 40 29.31
30
20
10
0
Laki-Laki
Perempuan
Jenis Kelamin
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
33
60 55.17
50
40
% 30 24.14
20
10.34
10 5.17 5.17
0
<15 15-30 31-45 46-60 >60
usia
70 62.07
60
50
40
%
30 20.69
17.24
20
10
0
3 Hari 4 hari 5 hari
lama penggunaan
5.1.4. Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis
60 55.17
50
40
% 30
18.97
20
8.62
10 3.45 3.45 5.17 3.45
1.72
0
jenis antibiotik
89.66
90
80
70
60
50
%
40
30
20 10.34
10
0
recovery tidak recovery
Dari gambar 5.5 terlihat bahwa kondisi terakhir pasien yang mengalami
keadaan luka pasien recovery adalah 89,66% dan 10,34% tidak recovery.
37
5.1.6. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien
yang Recovery
35 32.75
30
cefotaxime
25
ceftriaxone
20 cifoperazone
% 15.52
15 cefotaxime+metronidazole
10.34 ceftriaxone+metronidazole
10
ciperazone+metronidazole
5.17
5 3.45 3.45 3.45
3.45 ceftadizin+metronidazole
1.72 1.72 1.72 1.72 1.72
0.69
cefpiron
0
3 hari 4 hari 5 hari
Lama Penggunaan
5.1.7. Lama penggunaan dan Jenis Antibiotik yang digunakan pada Pasien
yang tidak Recovery
4
3.45 3.45
3.5
2.5
cefotaxime
% 2 1.72 1.72 1.72 1.72
ceftriaxone
1.5 ceftriaxone+metronidazol
1 ceflazidine+metronidazole
0.5
0
3 hari 5 hari
Lama penggunaan
Pada gambar 5.7 dapat dilihat bahwa pasien yang tidak recovery paling
tinggi adalah cefotaxime dan ceftriaxone yaitu 3,45% pada lama penggunaan 3
hari
39
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1.Pembahasan
b. Usia
Berdasarkan analisis data pada gambar 5.2 mengenai
jumlah pasien berdasarkan kelompok usia, maka dapat
diketahui bahwa pada rentang usia 15-30 tahun merupakan
kelompok usia yang paling banyak mengalami appendisitis
yaitu 55,17%. Hasil tersebut sama seperti penelitian yang
dilakukan Hartwig Korner et al36 , dimana kebanyakan pasien
yang menderita apendisitis pada rentang umur 13-40 tahun
dengan median umur pasien yang menjalani apendiktomi
adalah 22 tahun. Selain itu Hamilton dan Rose menyatakan
bahwa apendisitis bisa terjadi pada semua umur dan jenis
kelamin, namun lebih sering terjadi pada laki-laki pada masa
pubertas hingga umur 25 tahun, ini menunjukan bahwa usia
produktif banyak menderita penyakit tersebut. Hal ini
menyebabkan terganggu produktivitas seseorang, sehingga
dapat mengganggu penghasilan orang tersebut37.
Penyebab paling banyak terjadinya apendisitis adalah
penyumbatan lumen apendiks, pada usia remaja dan dewasa
kemungkinan terjadinya penyumbatan lebih besar, karena
makanan yang kurang terjaga dan kurang diperhatikan. Usia
41
6.1.2. Antibiotika
a. Jenis Antibiotik
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1.KESIMPULAN
7.2.SARAN
47
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
48
LAMPIRAN
53
Tabel.1
Pasien Bedah Appendisitis di Instalasi Rawat inap
36 9700
Nn. AN p 16 cefotaxime 2x1 gr 3 membaik
16
17 Ny. H p 59 36 8700 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
18 Nn. A p 22 36 6100 Cifoperazone 2x1 gr 5 membaik
19 Nn. A p 21 36.5 8800 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
20 Nn. D p 16 36 6500 Cefotaxime 2x1 gr 5 membaik
21 Ny. ES p 28 36 7000 Cefpiron 2x1 gr 5 membaik
46 2x1 gr
22 Ny. FR p 36.2 6900 Ceftriaxone+Metronidazole 3x500 3 membaik
mg
23 Nn. FY p 17 36 8100 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
24 An. G p 14 36 8600 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
25 Nn. GH p 17 36.5 9500 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik
2x1 gr
An. GR 15 membaik
26 p 36 7600 Ceftriaxone+metronidazole 3x500 4
mg
27 Nn. K p 23 36 9600 Cifoperazone 2x1 gr 3 membaik
28 Nn. N p 26 36.5 8400 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik
29 Nn. NO p 23 36 7600 Ceftriaxone 2x1 gr 4 membaik
30 Tn. P l 65 36 8700 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
31 Ny. R p 44 36 9400 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
32 Nn. S p 18 37,9 14900 Ceftriaxone 2x1 gr 3 tidak membaik
2x1 gr
45
33 Ny. H p 37.6 10200 Ceflazidine+Metronidazole 3x500 5 tidak membaik
mg
3x500 mg
34 Nn. I p 20 37.5 11200 Cefotaxime 2x1 gr 3 tidak membaik
55
3x500 mg
Tn. M 47 36 7900 2x1 gr
55 l Cefotaxime+Metronidazole 3 membaik
3x500 mg
56 Tn. S l 31 36 8600 Ceftriaxone 2x1 gr 3 membaik
Tn. T 61 36.5 7400 2x1 gr
57 l Ciperazone+Metronidazole 3 membaik
3x500 mg
Tn. Y l 33 36 7200 2x1 gr 4
58 Ceftriaxone+Metronidazole membaik
3x500 mg
Tabel 2
Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi
Berdasarkan Jenis Kelamin Di RS. Mintohardjo Periode Januari-
Desember 2013
Tabel 3
Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Operasi Appendiktomi
Berdasarkan Kelompok UsiaDi RS. Mintohardjo Periode Januari-
Desember 2013
Kelompok Usia Persentase
Jumlah
(tahun) (%)
<15 3 5,17
15-30 32 55,17
31-45 14 24,14
46-60 6 10,34
>60 3 5,17
Jumlah 58 100
57
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
58
Tabel 4
Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi
Berdasarkan Lama Hari Pemberian Antibiotik
Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013
Lama
Persentase
No Pemberian Jumlah
(%)
(hari)
1 3 36 62,07
2 4 12 20,69
3 5 10 17,24
Jumlah 58 100
Tabel 5
Jenis Antibiotik Yang Dipakai pada Pasien Pasca Operasi Apendisitis
Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013
Persentase
Jenis Antibiotik N
(%)
Terapi Tunggal
cefotaxime 11 18,97
ceftriaxone 32 55,17
cifoperazone 2 3,45
cefpiron 2 3,45
Terapi Kombinasi cefotaxime+metronidazole 5 8,62
ceftriaxone+metronidazole 3 5,17
ciperazone+metronidazole 1 1,72
ceftadizin+metronidazole 2 3,45
Jumlah 58 100
59
Tabel 6
Distribusi Subjek yang Mendapat Tindakan Appendiktomi
BerdasarkanKondisi Terakhir Pasien Setelah Dirawat
Di RS. Mintohardjo Periode Januari-Desember 2013
Jumlah 58 100
Tabel 7
Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik pada Pasien yang Recovery
ceftriaxone 19 32,75
cifoperazone 1 1,72
cefotaxime+metronidazole 6 10,34
ceftriaxone+metronidazole 2 3,45
ciperazone+metronidazole 1 1,72
4 hari cefotaxime 4 6,90
ceftriaxone 9 15,52
ceftriaxone+metronidazole 2 3,45
ceftadizin+metronidazole 1 1,72
5 hari cefotaxime 2 3,45
ceftriaxone 2 3,45
cifoperazone 1 1,72
cefpiron 1 1,72
60
Tabel 8
Lama Penggunaan dan Jenis Antibiotik pada Pasien yang Tidak Recovery
ceftriaxone 2 3,45
ceftriaxone+metronidazole 1 1,72
5 hari cefotaxime 1 1,72
ceflazidin+metronidazole 1 1,72
ceftriaxone+metronidazole 1 1,72