Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN POLA NAFAS TIDAK EFEKTIF

1. Pengertian
Secara umum pola napas tidak efektif dapat didefinisikan sebagai
keadaan dimana ventilasi atau pertukaran udara inspirasi dan atau ekspirasi
tidak adekuat (NANDA, 2005).
2. Etiologi
Beberapa macam penyebab yang dapat menimbulkan munculnya
masalah keperawatan gangguan oksigenasi mengenai pola napas tidak efektif
adalah:
a. Hiperventilasi
b. Hipoventilasi
c. Deformitas tulang
d. Nyeri
e. Deformitas dinding dada
f. Cemas
g. Penurunan energi/kelelahan
h. Disfungsi neuromuscular
i. Kerusakan musculoskeletal
j. Kerusakan persepsi/kognitif
k. Obesitas
l. Cedera tulang belakang
m. Posisi tubuh
n. Imaturitas neurologis
o. Kelemahan otot pernapasan

3. Faktor Pencetus/Presipitasi
Faktor presipitasi atau pencetus dari adanya gangguan oksigenasi
mengenai pola napas tidak efektif yaitu bisa terjadi karena faktor pencetus
dari penyakit penyebabnya seperti: Pneumonia, CHF, Infark Miokard Akut,
Status asmatikus dll.
4. Patofisiologi
5.

6. Tanda dan Gejala


Menurut NANDA (2005), tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien
yang mengalami masalah pola napas tidak efektif adalah:
a. Penurunan tekanan inspirasi/ekspirasi.
b. Penurunan ventilasi permenit.
c. Penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas.
d. Pernapasan nasal faring.
e. Dispnea.
f.Orthopnea.
g. Penyimpangan dada.
h. Napas pendek.
i. Napas pursed-lip (dengan bibir).
j. Ekspirasi memanjang.
k. Peningkatan diameter anterior posterior.
l. Frekwensi napas:
a. Bayi : <25 atau >60
b. 1-4 th : <20 atau >30
c. 5-14 th : <14 atau >25
d. >14 th : <11 atau >24
m. Kedalaman napas:
a. Volume tidal dewasa saat istirahat 500 ml.
b. Volume tidal bayi 6-8 ml/kgBB.
n. Penurunan kapasitas vital.

7. Suara nafas normal


a. Suara napas vesikuler memiliki nada yang rendah, terdengar lebih panjang
pada fase inspirasi daripada ekspirasi dan ke-2 fase bersambung. Suara napas
vesikuler pada ke-2 paru normal akan meningkat pada anak, orang kurus dan
latihan jasmani, apabila salah satu meningkat berarti ada kelainan pada salah
satu paru. Suara vesikuler melemah kemungkinan ditemukan adanya cairan,
udara, jaringan padat pada rongga pleura dan kondisi patologi paru.
b. Suara napas bronkial memiliki nada tinggi dengan fase ekspirasi lebih
lama daripada inspirasi dan terputus.
c. Sedangkan kombinasi suara nada tinggi dengan inspirasi dan ekspirasi yg
jelas dan tidak ada silent gaps dinamakan bronkovesikuler.

8. Suara nafas Abnormal


a. Stridor: adalah suara yg terdengar kontinu (tidak terputus-putus), bernada
tinggi yg terjadi baik pada waktu inspirasi ataupun pada waktu ekspirasi, akan
terdengar tanpa menggunakan alat stetoskop, biasanya bunyi ditemukan pada
lokasi saluran nafas atas (laring) atau trakea, disebabkan lantaran adanya
penyempitan pada saluran nafas tersebut. Pada orang dewasa, kondisi ini
mengarahkan pada dugaan adanya edema laring, tumor laring, kelumpuhan
pita suara, stenosis laring yg umumnya disebabkan oleh tindakan trakeostomi
atau dapat pula akibat pipa endotrakeal.
b. Crackles: adalah bunyi yg berlainan, non kontinu akibat penundaan
pembukaan kembali jalan napas yg menutup. Terdengar pada saat inspirasi.
1) Crackles halus: terdengar sewaktu : akhir inspirasi. Karakter suara :
meletup, terpatah-patah. Penyebabnya adalah udara yang melewati daerah
yg sangat lembab di alveoli atau bronchioles/penutupan jalan nafas kecil.
Suara seperti rambut yg digesekkan.
2) Crackles kasar: terdengar saat melakukan ekspirasi. Karakter suara
basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong. Penyebabnya adalah adanya
cairan atau sekresi pada jalan nafas. Bisa jadi akan berubah disaat klien
batuk.
c. Wheezing (mengi): Merupakan bunyi seperti bersiul, kontinu, yg
durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,
secara klinis lebih jelas pada saat melakukan ekspirasi. Penyebabnya adalah
udara melewati jalan napas yg menyempit/tersumbat sebagian. Bisa
dihilangkan dengan cara batuk. Dengan karakter suara nyaring, suara terus
menerus yg berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yg
menyempit (seperti pada asma dan bronkitis kronik). Wheezing dapat terjadi
karena perubahan temperatur, alergi, latihan jasmani, dan iritasi pada bronkus.
d. Ronchi: Merupakan bunyi gaduh yg dalam (ngorok). Terdengar sewaktu
ekspirasi. Penyebabnya adanya gerakan udara melewati jalan napas yg
menyempit akibat terjadi obstruksi nafas. Obstruksi: sumbatan akibat sekresi,
tumor ,atau eudema.
1) Ronchi kering: sebuah bunyi tambahan yg terdengar kontinu
terutama disaat ekspirasi disertai adanya sekret pada bronkus. Ada yg high
pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch akibat sekret yg telah
meningkat pada bronkus yg besar yg dapat pula terdengar disaat inspirasi.
2) Ronchi basah (krepitasi): bunyi tambahan yg terdengar tidak
kontinu pada saat inspirasi seperti bunyi ranting kering yg terbakar,
disebabkan oleh sekret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah
dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan
cairan di alveoli contohnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan
ronki kasar contohnya pada bronkiekstatis. Perbedaan ronki dan mengi
adalah mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yg lebih kecil salurannya,
terdengar bersuara tinggi dan bersiul, biasanya terdengar jelas pada pasien
asma. Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yg lebih besar salurannya,
memiliki suara yg rendah, sonor. Umumnya terdengar jelas seperti orang
ngorok.
e. Pleural friction rub: merupakan suara tambahan yg timbul akibat
terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar.
Karakter suara kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar ketika
akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan
dibatukkan. Terdengar jelas pada permukaan anterior lateral bawah toraks.
Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga,
jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan umumnya
disertai juga dengan keluhan nyeri pleura. Bunyi ini dapat menghilang
diwaktu nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan
tuberculosis
f. Gargling: suara seperti berkumur, keadaan ini terjadi akibat obtruksi yg
disebabkan oleh cairan.

9. Gangguan Pola Nafas


a Bradipnea: frekuensi pernapasan lambat yg abnormal, irama teratur
b Takipnea: frekuensi pernapasan cepat yg abnormal
c Hiperpnea: pernafasan cepat dan dalam
d Apnea: berhenti bernapas
e Hiperventilasi: sesak nafas yg diakibatkan dari kegagalan vertikel kiri
f Hipoventilasi: pernafasan tampak sulit dan tertahan terutama disaat
akspirasi
g Pernapasan kussmaul: nafas dalam yg abnormal dapat cepat, normal atau
lambat pada umumnya pada asidosis metabolik
h Pernapasan biok: tampak pada kerusakan otak bagian bawah dan depresi
pernapasan
i Pernapasan Cheyne-stokes: periode pernapasan cepat dalam yg bergantian
dengan periode apnea, rata rata pada bayi dan anak selama tidur terasa
nyenyak, depresi dan kerusakan otak.

10. Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan penunjang yang dapat digunakan untuk memastikan masalah
keperawatan pola napas tidak efektif diantaranya:
a. Pemeriksaan spirometri
b. Pemeriksaan fisik dada
c. Rontgen

11.Penalaksanaan Terapi Oksigen


Terapi O2 merupakan salah satu terapi pernafasan dalam mempertahankan
oksigenasi. Tujuan pemberian terapi O2 adalah:
1. Mengatasi keadaan hipoksemia
2. Menurunkan kerja pernafasan
3. Menurunkan beban kerja otot Jantung (miokard)
Indikasi pemberian terapi O2 adalah kerusakan 02 jaringan yang diikuti gangguan
metabolisme dan sebagai bentuk Hipoksemia, secara umum pada:
1. Kadar oksigen arteri (Pa 02) menurun
2. Kerja pernafasan meningkat ( laju nafas meningkat, nafas dalam, bemafas
dengan otot tambahan)
3. Adanya peningkatan kerja otot jantung (miokard)
Indikasi klinis:
1. Henti jantung paru
2. Gagal nafas
3. Gagal jantung atau ami
4. Syok
5. Meningkatnya kebutuhan o2 (luka bakar, infeksi berat, multiple trauma)
6. Keracunan co
7. Post operasi, dll
Metode Pemberian Oksigen
1. Sistem Aliran Rendah
a. Kanula Nasal Oksigen : Aliran 1-6 liter / menit menghasilkan 02
dengan konsentrasi 24-44 % tergantung pada polaventilasi pasien. Bahaya:
Iritasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus dan epitaksis.

b. Masker muka sederhana


Oksigen: aliran 5-8 liter/menit menghasilkan oksigen dengan konsentrasi
40 - 60 %. Bahaya: aspirasi bila muntah, penumpukan C02 pada aliran 02
rendah, Empisema subcutan kedalam jaringan mata pada aliran 02 tinggi
dan nekrose, apabila masker muka dipasang terlalu ketat.

c. Masker muka "Rebreathing" dengan kantong 02


Oksigen: aliran 8-12 l/menit menghasilkan oksigen dengan konsentrasi 60-
80%. Bahaya: terjadi aspirasi bila muntah, empisema subkutan kedalam
jaringan mata pada aliran oksigen tinggi dan nekrose, apabila masker
muka dipasang terlalu ketat.

d. Masker muka" Non Rebreathing" dengan kantong 02


Oksigen: Aliran 8-12 l/menit menghasilkan konsentrasi oksigen 90%.
Bahaya: Sama dengan masker muka "Rebreathing".

2. SistemAliran tinggi
a. Masker Muka Venturi (Venturi Mask)
Oksigen : Aliran 4-14 It/menit menghasilkan konsentrasi Oksigen 30-55%.
Bahaya: terjadi aspirasi bila muntah dan nekrosis karena pemasangan
masker yang terialu ketat.

b. Masker Muka Aerosol (Ambubag)


Oksigen: aliran lebih dan 10 V menit menghasilkan konsentrasi oksigen
100%. Bahaya: penumpukan air pada aspirasi bila muntah serta nekrosis
karena pemasangan masker muka yang terialu ketat.

Pemantauan Terapi O2
1. Warna kulit pasien. Pucat/Pink/merah membara.
3. Analisa Gas Darah (AGD)
4. Oksimetri
5. Keadaan umum
Gejala yang diakibatkan oleh keracunan oksigen:
1. Terjadinya kejang-kejang
Gejala kejang-kejang sering terjadi akibat kelebihan oksigen bagi tubuh kita.
Adanya asupan oksigen yang berlebihan akan mengganggu kinerja sistem saraf
yang berakibat fatal pada organ tubuh kita. Dari mulai kerusakan yang terjadi
pada sistem saraf hingga terjadi penuran fungsi pada sistem saraf.
2. Tidak sadarkan diri
Bukan hanya terjadi kejang-kejang ketika terjadi gangguan sistem saraf
akibat kelebihan oksigen, namun juga biasanya mengakibatkan tidak sadarkan diri
seketika. Keadaan ini kadang tidak bisa diprediksi dengan seksama dan bisa
terjadi kapan saja. Maka ketika sudah mulai timbul gejala ini segera lah mulai
untuk diantisipasi dengan baik.
3. Sesak nafas
Awal mula gejala yang terjadi akibat kelebihan oksigen adalah timbulnya
sesak nafas pada organ paru-paru yang merupakan organ yang menyuplai asupan
oksigen dan disebarkan ke seluruh tubuh. Sesak nafas juga merupakan gangguan
yang menyerang paru-paru terlebih dahulu.
4. Sakit dada
Setelah terjadi gangguan sesak nafas kemudian gangguan yang terjadi
pada paru-paru adalah sakit pada dada. Paru-paru memang dilindungi oleh tulang
dan berbagi lapisan dalam yang ada di tubuh kita, namun tidak memungkiri jika
gangguan itu mulai terjadi dari dalam tentunya akan sangat berpengaruh pada
bagian tubuh luar seperti bagian dada yang melindungi paru-paru.
5. Mengakibatkan rabun jauh
Miopi alias rabun jauh adalah keadaan dimana mata tidak mampu melihat
benda yang jarak nya jauh karna bayangan berada di belakang retina. Gelaja juga
ternyata dapat terjadi ketika adanya kelebihan oksigen yang ada pada tubuh kita.
Pada bayi prematur gejala ini sangat rawan terjadi bahkan bisa sampai
menyebabkan kebutaan. Karena organ-organ pada bayi masih terbilang rawan dan
bisa terjadi kerusakan-kerusakan organ kapan saja.

12. Pengkajian
Data Subjektif:
Pasien mengatakan sesak napas, sering batuk-batuk, bila berjalan cepat
merasa capek dan nafsu makan menurun.
Data Objektif:
a. Suhu
b. Nadi
c. TD
d. RR
e. Kesadaran

13. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul


Pola napas tidak efektif
Kriteria hasil Intervensi Rasionalisasi
Setelah dilakukan 1. Respiratory
tindakan keperawatan monitoring:
diharapkan pasien dapat : Monitor rata-rata Mengetahui
1. Status kepatenan irama, kedalaman, keefektifan pernapasan.
jalan napas normal: dan usaha untuk
RR normal bernapas.
Irama Catat gerakan Untuk mengetahui
napas kembali dada, lihat penggunaan otot bantu
normal kesimetrisan, pernapasan.
2. Status ventilasi penggunaan otot
pernapasan bantu saat bernapas
seimbang: dan relaksasi
Ekspansi dinding dada. Mengetahui
dada simetris Monitor suara penyebab napas tidak
Dapat napas. efektif.
melakukan napas Monitor
dalam kelemahan otot
Bernapas diafragma.
melalui hidung Catat omset,
Dalam karakteristik dan
bernapas tidak durasi batuk.
menggunakan otot Catat hasil foto
bantu. rontgen
Napas 2. Manajemen
melalui pursed-lip jalan napas: Pasien

sudah tidak ada Posisikan pasien mendapatkan posisi

Dyspnea untuk mendapatkan yang nyaman untuk

saat istirahat dan ventilasi yang bernapas.

saat beraktivitas maksimal.


tidak ada Instruksikan Mengeluarkan

Orthopnea bagaimana dahak yang ada didalam

sudah tidak ada melakukan batuk saluran napas.

Volume efektif.
tidal kembali Auskultasi suara Untuk mengetahui
napas. kelainan napas.
normal Gunakan Memperlebar
Kapasitas bronkodilator secara jalan napas.
vital paru kembali benar
normal Ajarkan kepada
pasien cara
penggunaan inhaler
dengan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer dan Bare,2002, Buku ajar keperawatan medikal bedah, Edisi 8,EGC,
Jakarta.

McCloskey dan Bulechek 2000, Nursing interventions classification (NIC),


United States of America, Mosby.

Meidean, JM, 2000, Nursing Outcomes Classification (NOC),United States of


America, Mosby.

NANDA 2005, Nursing diagnosis definitions & classification, Philadelphia,


Locust Street.

Anda mungkin juga menyukai