Anda di halaman 1dari 25

BAB VI

ANALISIS VEGETASI

Vegetasi merupakan masyarakat tumbuhan yang hidup didalam suatu tempat dalam
suatu ekosistem. Masyarakat tumbuhan (komunitas) adalah kumpulan populasi tumbuhan
yang menempati suatu habitat. Jadi pengertian komunitas identik dengan pengertian
vegetasi. Bentuk vegetasi dapat terbentuk dari satu jenis komunitas atau disebut konsosiasi
seperti hutan pinus, padang alang-alang, dan lain-lain, sedangkan yang dibentuk dari macam-
macam komunitas disebut asosiasi seperti Hutan-hujan Tropis, Padang penggembalaan, dan
lain-lain.

Dalam mempelajari vegetasi, dibedakan antara studi floristic dengan analisis vegetasi.
Pada studi floristic data yang diperoleh berupa data kualitatif, yaitu data yang menunjukkan
bagaimana habitat dan penyebaran suatu jenis tumbuhan. Sedangkan pada analisis vegetasi
data yang diperoleh berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif menyatakan
jumlah, ukuran, berat kering atau berat basah suatu jenis, frekuensi temuan, dan luas daerah
yang ditumbuhinya. Data kuantitatif didapat dari hasil penjabaran pengamatan petak contoh
di lapangan, sedangkan data kualitatif didapat dari hasil pengamatan di lapangan berdasarkan
pengamatan yang luas.

Bentuk suatu vegetasi merupakan hasil interaksi faktor-faktor lingkungan seperti :


bahan induk, topografi, tanah, iklim, organisme-organisme hidup, dan waktu. Waktu disini
dimaksudkan sebagai faktor sejarah pengelolaan atau umur dari lingkungan tersebut.
Interaksi dari faktor-faktor lingkungan tersebut dapat digunakan sebagai indikator dari
lingkungan atau komponen-komponen penduga sifat lingkungan yang bersangkutan.
Vegetasi adalah faktor atau komponen lingkungan dengan sifatnya yang inmobil sangat peka
terhadap pengaruh perubahan faktor-faktor lingkungan.

Struktur dan peranan jenis tumbuhan didalam vegetasi, merupakan pencerminan dari
faktor-fktor ekologi jenis tumbuhan yang berinteraksi pada masa lalu, masa kini, dan masa
yang akan dating. Oleh karenanya dalam mempelajari vegetasi pada suatu habitat kita dapat
mengetahui masa lalu daerah tersebut, mengerti keadaan sekarang yang sedang terjadi serta
menduga kemungkinan-kemungkinan perkembangannya dimasa yang akan datang.
Dalam mengerjakan analisis vegetasi ada dua nilai yang dapat diamati, yaitu nilai
ekonomi dan nilai biologi. Nilai ekonomi suatu vegetasi dapat dilihat dari potensi vegetasi
tersebut untuk mendatangkan devisa seperti vegetasi yang berupa pohon yang dapat diambil
kayunya atau vegetasi padang rumput yang dapat dijadikan padang penggembalaan ternak
dan lain-lain. Sedangkan nilai biologi suatu vegetasi dapat dilihat dari peranan vegetasi
tersebut, seperti vegetasi hutan dapat dijadikan sebagai sumber pakan, niche atau relung
ekologi (tempat beristirahat, bercengkerama, bermijah beberapa jenis hewan), pengatur
iklim, pengatur tata aliran air dan indikator untuk beberapa unsure tanah dan lain-lain.

Dalam menganalisis vegetasi ada beberapa macam metode yang dapat digunakan.
Ada yang menggunakan petak contoh (plot) dan ada yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless). Metode yang menggunakan petak contoh (plot) adalah metode kuadrat,
pantograph sedangkan metode yang tidak menggunakan petak contoh (plotless) adalah titik
menyinggung (Point Intercept), garis menyinggung (Line Intercept), Biterlichs Winconsin
Distance Methods, dan Point Centered Quarter Method (PCQM) atau kuadran, dan lain-lain.

Pemilihan metode ini tergantung pada tipe vegetasi, tujuan, ketersediaan dana,
waktu, dan tenaga disamping kendala-kendala lainnya. Analisis vegetasi untuk areal yang luas
dengan vegetasi berbentuk semak rendah akan efisien apabila menggunakan metode garis
menyinggung (Line Intercept), untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi
tumbuhan yang menjalar digunakan metode titik menyinggung (Point Intercept), untuk
pengamatan tipe vegetasi berbentuk pohon atau hutan digunakan metode kuadran (PCQM).
Guna memperlancar pengerjaan analisis vegetasi sebaiknya pekerja lapangan (surveyor)
dilengkapi dengan data lapangan seperti, peta lokasi, data geologi, data tanah, data topografi,
data vegetasi yang mungkin tumbuh sebelumnya dan lain-lain. Parameter kuantitatif yang
biasanya digunakan dalam analisis vegetasi adalah Kerapatan, Frekuensi dan Dominasi.
Penjumlahan dari tiga variabel tersebut disebut Indeks Nilai Penting (INP).

Kerapatan
Kerapatan adalah nilai yang menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang
menjadi anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Sementara itu kerapatan
relatif menunjukkan presentase dari jumlah individu jenis yang bersangkutan didalam
komunitasnya. Pernyataan relatif ini diperlukan untuk menghindari kesalahan yang total
dalam pemakaian terhadap suatu komunitas sebab data yang diperoleh dari analisis itu hanya
berdasarkan sejumlah pengukuran beberapa wilayah contoh, bukan total sensus seluruh
populasi. Kesulitan-kesulitan yang ditemui dalam menghitung kerapatan ini adalah :
Banyak memakan waktu dalam menghitung dan sulit untuk menentukan satuan pada
jenis-jenis yang berumpun dan menjalar.
Harus dibuat suatu perjanjian untuk jenis-jenis tumbuhan yang berada pada tepi petak
contoh, seperti daun yang berada di luar petak contoh sedangkan akar dan batangnya
berada didalam petak contoh.
Masalah ini sering terjadi terutama untuk jenis-jenis tumbuhan yang menjalar dan
berumpun, juga untuk tumbuhan yang memiliki daun yang lebar, apakah daun yang sebagian
berada di luar petak contoh dan sebagian ladi ada didalam petak contoh ikut dihitung atau
tidak. Perjanjian ini juga diperlukan untuk tumbuhan yang mempunyai akar rimpang atau
menjalar dengan tunas-tunas pada bukunya, untuk menentukan berapa bagian yang
diapandang sebagai satu satuan tumbuhan.

Frekuensi
Frekuensi adalah nilai besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis didalam
komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari petak-petak
yang diduduki oleh suatu jenis terhadap keseluruhan petak yang diambil sebagai petak contoh
didalam melakukan analisis vegetasi.

Frekuensi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti luas petak contoh, penyebaran
tumbuhan dan ukuran jenis tumbuhan.
i. Pengaruh luas petak contoh
Pengaruh dari luas petak contoh, jelas akan mempengaruhi jumlah jenis tumbuhan
yang akan termbil dalam petak contoh tersebut. Dengan banyaknya jumlah jenis yang
terambil maka frekuensi temuan yang terdapat juga akan lebih tinggi.

Gambar 6.1. Pengaruh Luas Petak Contoh

ii. Pengaruh penyebaran tumbuhan


Pengaruh penyebaran suatu jenis tumbuhan akan menentukan besarnya nilai
frekuensi. Jenis-jenis yang menyebar secara merata akan memberikan nilai frekuensi yang
lebih besar (petak A), dari pada jenis-jenis yang berkelompok (petak B).

. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
A . . . . . . . . . B
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .
. . . . . . . . .

Gambar 6.2. Pengaruh Ukuran Jenis Tumbuhan

iii. Pengaruh ukuran jenis tumbuhan


Untuk jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai tajuk yang sempit akan memiliki
peluang lebih besar untuk terambil dalam petak contoh pada luasan yang sama bila
dibandingkan dengan jenis-jenis yang mempunyai tajuk yang lebar.

Dominansi
Dominansi adalah besaran yang digunakan untuk menyatakan derajat penguasaan
ruang atau tempat tumbuh, berapa luas areal yang ditumbuhi oleh sejenis tumbuhan, atau
kemampuan sesuatu jenis tumbuhan untuk bersaing terhadap jenis lainnya. Dalam
pengukuran dominansi, dapat digunakan prosen kelindungan (penutupan tajuk), luas basal
areal, biomassa atau volume.
i. Kelindungan atau penutupan tajuk
Dalam menghitung pentupan tajuk ini, biasanya dilakukan dengan cara mengukur
luasan tajuk untuk tiap jenis yang terdapat dalam petak contoh, kemudian dicari
dominansi relatifnya. Selanjutnya prosen penutupan tajuk dapat diukur dari proyeksi
tajuk ke tanah.

ii. Luas basal area


Satuan ini biasanya digunakan untuk komunitas yang berbentuk pohon. Pengukuran
dilakukan dengan mengukur diameter batang pohon pada setinggi dada (130 cm) atau
50 cm diatas akar papan (banir) untuk pohon yang mempunyai akar.

iii. Biomassa
Biomassa adalah ukuran untuk menyatakan untuk berat suatu tumbuhan. Pengukuran
biomassa tumbuhan keseluruhan, sukar dilakukan karena seringkali bagian akar
tumbuhan tidak seluruhnya terambil dari dalam tanah, karena itu pengukuran biomassa
dilakukan hanya bagian tumbuhan diatas permukaan tanah. Pengukuran biomassa dapat
dilakukan dengan memotong tumbuhan tersebut pada batas atas permukaan tanah
(tanpa akar), kemudian ditimbang. Penimbangan berat basah yaitu penimbangan
dilakukan langsung setelah panen, sedangkan kering udara yaitu penimbangan yang
dilakukan setelah mengeringkan tumbuhan tersebut di alam terbuka sampai beratnya
konstan atau penimbangan dapat juga dilakukan setelah tumbuhan tersebut dikeringkan
pada oven dengan suhu sekitar 70 oC.

iv. Volume
Volume ini dapat dihitung dari rata-rata luas basal area x tinggi tumbuhan bebas
cabang x faktor koreksi pohon. Perhitungan seperti ini biasa dilakukan pada pohon yang
akan diukur volume kayunya. Nilai faktor koreksi pada setiap jenis pohon akan berlain-
lainan.

Indeks Nilai Penting


Indeks Nilai Penting (INP) didapat dari penjumlahan nilai relatif dari Frekuensi,
Kerapatan, dan Dominansi suatu jenis, INP sering dipakai karena memudahkan dalam
interpretasi hasil analisis vegetasi.

Perbandingan Nilai Penting (SDR)


SDR atau Summed Dominance Ratio adalah jumlah Indeks Nilai Penting dibagi dengan
besaran yang membentuknya. SDR biasa dipakai karena jumlahnya tidak melebihi 100 persen,
sehingga mudah untuk dijabarkannya.

Tahapan Kerja Analisis Vegetasi

1. Pengamatan Pendahuluan
Pengamatan ini dilakukan sepintas saja, biasanya dilakukan dengan melihat
keseluruhan komunitas vegetasi dengan melihatnya pada daerah yang tinggi atau dengan
berjalan ke daerah-daerah tertentu yang dianggap mempunyai komunitas yang berbeda.
Dalam pengamatan pendahuluan ini dilkaukan pencatatan mengenai :
i. Jenis apa yang dominan
ii. Apakah ada hubungan antara komunitas dengan lingkungan seperti, air, tanah,
topografi, dan lain-lain.
iii. Apakah ada jenis-jenis yang endemik (yaitu jenis-jenis yang hanya tumbuh pada daerah
tersebut) jenis-jenis langka dan lain-lain.

Dari hasil pengamatan ini diperoleh gambaran umum mengenai komunitas vegetasi
tersebut seperti, komposisi flora, fisiognomi, topografi, dan lain-lain. Kemudian data yang
dicatat tadi dipetakan pada peta topografi daerah tersebut dan jika tidak terdapat peta
topografi maka harus dibuat perencanaan untuk langkah berikutnya.

2. Cara Melakukan Pengacakan Petak Contoh


Pada suatu vegetasi dengan areal yang luas, sangat sulit untuk dilakukan analisis
vegetasi secara keseluruhan. Hal ini menyangkut banyak faktor seperti biaya, waktu, dan
tenaga. Untuk itu dilakukan pengambilan petak contoh (sampling plot) yang diharapkan pada
petak-petak contoh tersebut akan dapat mewakili atau mendekati kebenaran keadaan
populasi pada vegetasi tersebut. Apabila komposisi vegetasi tersebut homogen, maka cukup
satu petak contoh dengan luas tertentu yang dapat mewakili seluruh populasi vegetasi,
namun keadaan yang demikian di alam hampir tidak ada, karena dengan berbedanya
topografi, ketinggian, sifat tanah, dan lingkungan akan memberikan pengaruh terhadap jenis-
jenis yang akan tumbuh pada areal tersebut.
2.1. Pengacakan secara subjektif
Cara ini adalah cara yang paling sederhana yaitu dengan memilih sejumlah petak contoh
yang dianggap dapat mewakili suatu populasi vegetasi tersebut seperti membuat petak
contoh berupa bujur sangkat kemudian pada petak tersebut diamati. Secara statistik cara
demikian kurang valid (sahih) karena dalam pengambilan petak contoh masih ada unsur
pengaruh kemauan seseorang (subjektif) dan biasanya pengamatan yang dilakukan hanya
pada jenis-jenis lain yang tidak terlihat (tertutupi) tidak diamati.
2.2. Pengamatan tidak langsung
Cara ini adalah cara yang paling sederhana untuk memenuhi uji statistik. Cara
pengerjaannya adalah sebagai berikut : pada petak lapang yang akan dianalisis dibuat garis
horizontal sebagai sumbu X dan garis-garis vertical sebagai sumbu Y, sehingga pada peta
tersebut terdapat petak-petak contoh. Dalam memilih petak-petak contoh yang akan diamati
harus dilakukan secara acak.
Untuk memudahkan pengacakan tersebut, sebaiknya dilakukan pengundian (semacam
arisan) yaitu dengan membuat nomor pada sumbu X, kemudian dimasukkan pada kaleng A,
dan nomor-nomor pada sumbu Y dimasukkan kaleng B. Kemudian dikeluarkan nomor-nomor
pada kaleng A dan B sehingga didapatkan pasangan-pasangan nomor. Sebagai contoh : pada
kaleng A keluar nomor 4 dan kaleng B keluar nomor 27 maka petak contoh yang akan
dianalisis adalh petak dengan ordinat (4,2) kemudian kertas-kertas tersebut dimasukkan
kembali pada kalengnya kemudian dikocok untuk dikeluarkan kembali nomor-nomor
tersebut, dmeikian seterusnya sehingga didapatkan daftar seperti terlihat pada Tabel 6.1 dan
Gambar 6.4.

Tabel 6.1. Data Hasil Pengacakan


X Y
4 2
3 4
2 3
2 2

Cara acak tidak langsung ini ada kelemahannya yaitu petak conoth yang diambil,
kadang-kadang letaknya berdekatan sehinga sebagaian dari area tempat terdapatnya
sejumlah jenis tumbuhan yang cukup berperan dalam vegetasi tersebut tidak teramati,
sehingga data yagn disajikan dalam analisis vegetasi tersebut kurang lengkap.

3.4

2.3

2.2 4.2
Gambar 6.3. Petak Contoh yang Diamati Secara Acak

2.3. Cara acak beraturan atau simetris


Cara ini digunakan sebagai penyempurnaan pada cara acak tidak langsung. Pengacakan
pada cara ini diharapkan dapat memenuhi syarat untuk pengujian secara statistik dan data
yang disajikan juga dapat diharapkan dapat mewakili populasi komunitas vegetasi tersebut.

Penentuan petak contoh pertama dipilih secara acak dan petak selanjutnya dibuat
secara simetris (lihat Gambar 6.4).

1 2 3

4 5

6 7 8

9 10

11 12 13

Gambar 6.4. Contoh Pengacakan Beraturan

2.4. Petak contoh bertingkat


Perbedaan tinggi tempat, topografi, sifat-sifat tanah, dan lingkungan akan memberikan
ciri yang khusus terhadap jenis-jenis yang tumbuh. Dalam areal demikian perlu dilakukan
pengacakan dengan petak contoh bertingkat, pada Gambar 6.5 terlihat bahwa komunitas
tumbuhan berbeda berdasarkan jenis tanah dalam areal A berlainan dengan B, begitu juga
dengan C dan D. keempat macam komunitas tumbuhan ini dipisahkan oleh garis (daerah
peralihan) yang lazim disebut ekoton. Pada setiap blok jenis tanah masing-masing diambil dua
petak contoh secara acak.

A2

A1 B1
Gambar 6.5. Contoh Petak Bertingkat

PRAKTIKUM 9. METODE KUADRAT

Metode kuadrat adalah salah satu metode analisis vegetasi berdasarkan suatu luasan
petak contoh. Langkah pertama dari metode ini adalah membuat Kurva Spesies Area. Setelah
luas minimum area dari satuan petak contoh yang dianggap mewakili suatu tipe komunitas
tertentu telah kita peroleh, maka selanjutnya kita dapat melakukan penarikan contoh
tersebut.

Kuadrat yang dimaksud dalam metode ini adalah suatu ukuran luas yang diukur
dengan satuan kuadrat seperti m2, cm2, dan lain-lain. Bentuk petak contoh dalam metode
kuadrat pada dasarnya ada tiga : a) bentuk lingkaran, b) bentuk persegi, dan c) bentuk persegi
panjang. Dari ketiga bentuk petak contoh ini masing-masing bentuk memiliki kelebihan dan
kekurangannya, seperti bentuk lingkaran akan lebih menguntungkan jika dipakai untuk
analisis vegetasi herba yang bergerombol, karena ukurannya dapat diperluas dengan cepat
dan teliti dengan menggunakan seutas tali yang dikaitkan pada titik pusat lingkaran.

Untuk vegetasi herba rendah bentuk persegi panjang akan lebih efisien dibandingkan
dengan bentuk persegi pada luasan yang sama. Hal ini disebabkan karena kelompok
tumbuhan cenderung akan tumbuh membentuk lingkaran, sehingga bentuk petak contoh
berbentuk persegi panjang akan lebih banyak kemungkinannya untuk memotong kelompok
tumbuhan dibandingkan dengan persegi pada luasan yang sama, dengan demikian jumlah
jenis yang teramati akan lebih banyak. Namun demikian bentuk petak contoh persegi panjang
mempunyai kekurangan terhadap persegi, karena perbandingan panjang tepi trehadap
luasnya lebih besar dari pada perbandingan panjang tepi bujur sangkar terhadap luasnya.
Kesalahan tersebut akan meningkat apabila perbandingan panjang tepi terhadap
luasnya meningkat. Dilihat dari segi penyebaran tumbuhan, bentuk persegi memiliki
keuntungan apabila dibandingkan dengan bentuk lingkarang, namun demikian bentuk
lingkaran mempunyai keuntungan dibandingkan dengan bentuk-bentuk geometris lainnya.
Bentuk lingkaran juga lebih efisien digunakan pada daerah-daerah dengan tipe vegetasi yang
berkelompok seperti daerah gurun pasir.
TUJUAN : Untuk mengetahui komposisi jenis, peranan, penyebaran, dan
struktur dari suatu tipe vegetasi yang diamati.
BAHAN DAN ALAT :
Bahan : Sebuah tipe komunitas tumbuhan tertentu sebagai objek
praktikum
Alat : Tali raffia atau benang untuk menentukan luas petak percobaan
Penghitung atau counter untuk menghitung jumlah jenis
individu didalam petak contoh
Patok tanda pembatas
Alat tulis dan kertas label untuk mengumpulkan data
Perlengkapan pembuatan herbarium
Buku-buku identifikasi, dan lain-lain.

Prosedur :
1. Tentukan suatu areal tipe vegetasi yang menjadi objek untuk dianalisis.
2. Luas petak contoh ditentukan dari hasil pembuatan Kurva Spesies Area dan banyaknya
petak contoh tergantung dari biaya, waktu, dan tenaga. Tetapi dari berbagai
pengalaman, pada dasarnya ukuran petak contoh seluas 1 m2 dibuat untuk
menganalisis tanaman herba, 10-20 m2 dibuat untuk tumbuhan semak atau terhadap
pohon tingkatan sampling yang tingginya kurang dari 3 m, dan 100 m2 untuk komunitas
pohon yang berbentuk hutan (Oosting, 1956). Bentuk petak contoh dapat berupa
lingkaran, persegi panjang, atau persegi, tergantung dari tujuan serta komunitas yang
sedagn diamati.
3. Penentuan awal petak contoh dilakukan secara acak atau secara sistematis atau
kombinasi keduanya, yaitu pertama dibuat acak dan selanjutnya dilakukan sistematis.
4. Dalam setiap petak contoh dicatat data setiap individu jenis yang terdapat. Data yang
dicatat tersebut berupa :
Kerapatan Mutlak jenis i atau KM ( i )
Jumlah individu suatu jenis i
KM ( i ) = Jumlah total luas areal yang digunakan untuk penarikan contoh

Kerapatan Relatif jenis i atau KR ( i )


Kerapatan mutlak jenis i
KR ( i ) = x 100 %
Kerapatan total seluruh jenis yang terambil dalam penarikan contoh

Frekuensi Mutlak jenis i atau FM ( i )


Jumlah satuan petak contoh yang diduduki oleh jenis i
FM ( i ) = Jumlah banyaknya petak contoh dibuat dalam analisis vegetasi

Frekuensi Relatif jenis i atau FR ( i )


Frekuensi mutlak jenis i
FR ( i ) = x 100 %
Frekuensi total seluruh jenis

Untuk menghitung Dominansi pada vegetasi berbentuk herba dan semak rendah
dilakukan dengan cara menaksir persentase (%) penutupan tajuk atau dihitung
biomassanya, sedangkan untuk vegetasi berbentuk pohon dilakukan dengan
menghitung luas bidang dasar pada tinggi 1,30 meter dari muka tanah atau pada
ketinggian dada.
Dominasi Mutlak jenis i atau DM ( i )
DM ( i ) = Jumlah luas bidang dasar suatu jenis i
atau
DM ( i ) = Jumlah penutupan tajuk jenis i

Dominasi Relatif jenis i atau DR ( i )


Jumlah dominasi jenis i
DR ( i ) = x 100 %
Jumlah dominasi seluruh jenis

5. Tentukan besarnya Indeks Nilai Penting (INP) dari masing-masing jenis dengan
menjumlahkan parameter masing-masing jenis tersebut.
6. Tentukan Perbandingan Nilai Penting (SDR). SDR menunjukkan jumlah INP dibagi
dengan besaran yang membentuknya. SDR dipakai karena jumlahnya tidak lebih dari
100 persen, sehingga mudah untuk diinterpretasikan.
Lembar ANALISIS VEGETASI Nama/NIM :
Kerja
Metode Kuadrat Kelompok :
Praktikum 9.

Tujuan Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Penjelasan Singkat :
Kesimpulan :

PRAKTIKUM 10. METODE KUADRAN

Metode kuadran adalah salah satu metode yang tidak menggunakan petak contoh
(plotless). Metode ini sangat baik untuk menduga komunitas yang berbentuk pohon dan
tihang, contohnya vegetasi hutan.
Prosedur Kerja :
1) Langkah awal dari pengerjaan metode ini adalah dengan berpedoman peta vegetasi
dan areal yang akan dianalisis, kita menentukan pengamatan di lapang dengan transek
yaitu garis lurus memotong areal yang akan diamati.
2) Langkah selanjutnya tentukan satu titik (misalkan titik A) terletak pada transek
tersebut. Pada titik A tersebut dibuat garis lurus yang tegak lurus terhadap transek.
3) Selanjutnya untuk arah pergerakan (kompas) disesuaikan dengan arah transek (lihat
Gambar 6.6). Hasil dari perpotongan garis dengan transek tersebut didapatkan empat
kuadran, yaitu kuadran 1, 2, 3, dan 4.
4) Pada tiap kuadran dilakukan pengukuran jarak diameter pohon dan tihang dengan titik
pengamatan (titik A) dan diameter pohon pada setinggi dada atau 50 cm di atas akar
papan (banir). Apabila diameter tersebut lebih besar atau sama dengan 20 cm disebut
pohon, dan jika diameter tersebut antara 10 20 cm maka disebut pole (tihang) dan
jika tinggi pohon 2,5 meter sampai berdiameter 10 cm disebut saling atau belta
(pancang) dan mulai anakan sampai pohon setinggi 2,5 meter disebut seedling
(anakan atau semai).
5) Dalam Gambar 6.6 terlihat bahwa walaupun dalam kuadran I terdapat dua jenis
pohon tetapi yang dilakukan pengukuran adalah jarak pohon terdekat dengan titik A.
Jadi dengan kata lain tiap kuadran hanya dilakukan pengukuran terhadap satu pohon
dan satu tihang.
6) Penentuan jarak antara titik-titik pengamatan selanjutnya, dinilai dari awal
pengamatan (A) dengan mengukur jarak ke B, sejauh lebih besar dari dua kali ( > 2x)
jarak rata-rata antar pohon yang ada di daerah vegetasi yang akan dianalisis. Begitu
juga dengan titik pengamatan berikutnya (C, D, dst) jaraknya adalah lebih besar dua
kali jarak rata-rata pohon.
7) Selanjutnya pada setiap titik pengamatan dibuat empat (4) kuadran yang berpusat di
titik pengamatan tersebut. Pada setiap kuadran lakukan pengukuran terhadap satu
pohon dan satu tihang yang jaraknya paling dekat ke titik pengamatan. Hal ini seperti
yang telah dilakukan pada titik A (poin 2 dan 3).
8) Hasil pengukuran lapang dimasukkan pada Tabel 4.10 dan setelah pengukuran di
lapangan selesai, lakukan pengolahan data berikutnya dengna menghitung nilai
Kerapatan, Frekuensi, Dominasi, dan Indeks Nilai Penting berdasarkan rumus-rumus
yang dikemukakan oleh Cox (1972) sebagai berikut :
i. Kerapatan :
Luas area (ha)
Kerapatan total seluruh jenis =
d2
dimana d adalah jarak rata-rata seluruh jenis pohon dari titik pengamatan.
Kerapatan Relatif jenis i (KRi)
Jumlah individu jenis i
KR ( i ) = Jumlah total seluruh jenis x 100 %

Kerapatan Mutlak jenis i (KMi)


Kerapatan relatif jenis i
KM ( i ) = x Kerapatan total seluruh jenis
100

ii. Frekuensi
Frekuensi Mutlak jenis i (FMi)
titik pengamatan yang diduduki jenis i
FM ( i ) = titik pengamatan yang diduduki seluruh jenis

Frekuensi Relatif jenis i (FRi)


Frekuensi mutlak jenis i
FR ( i ) = Jumlah total frekuensi mutlak seluruh jenis x 100 %

iii. Dominasi
Dominasi Mutlak jenis i (DMi)
DM ( i ) = Jumlah luas bidang dasar jenis i
atau
DM ( i ) = Jumlah penutupan tajuk jenis i

Dominasi Relatif jenis i (DRi)


Dominasi Mutlak jenis i
DR ( i ) = Jumlah Dominasi Mutlak seluruh jenis x 100 %

Indeks Nilai Penting (INP) = KR ( i ) + FR ( i ) + DR ( i )


Jenis pohon yang mempunyai INP paling tinggi merupakan jenis yang dominan dari vegetasi
yang dianalisis.

P T P
T P
d4 d4
P T
d1
d1
a b
d3 d3
T d2
P P
P d2 T

T T
P T

Gambar 6.6. Contoh Metode Kuadran

Keterangan :
P = pohon
T = tihang
Jarak a b = 2 x
da
d +d +d +d

da = 1 2 4 3 4
Lembar Kerja ANALISIS VEGETASI Nama/NIM :
Metode Kuadran
Praktikum 10. Kelompok :

Tujuan Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Penjelasan Singkat :
Kesimpulan :

PRAKTIKUM 11. METODE GARIS MENYINGGUNG

Metode ini secara khusus digunakan dalam penarikan contoh tipe-tipe vegetasi yang
bukan hutan. Tipe komunitas ini umumnya berupa semak-semak atau semak rendah atau
rumput. Langkah-langkah operasional di lapang perlu memperhatikan :

a. Terhadap tipe vegetasi yang diamati didalamnya dibuat jalur-jalur transek. Jalur-jalur
transek tersebut dimulai dari titik-titik yang pada dasarnya ditentukan secara acak,
sistematik, atau titik awal secara acak dan selanjutnya sistematik tetapi tidak di daerah
Ekoton.
b. Jalur-jalur transek tersebut dibagi ke dalam interval-interval. Setiap interval dapat
dianggap sepadan dengan unit petak contoh. Daerah ini dianggap sebagai satuan
terkecil analisis vegetasi.
c. Individu yang tersinggung garis transek baik yang terletak di atas maupun dibawah
garis tersebut merupakan jenis yang diamati dan dicatat datanya.
d. Data yang tercatat dari masing-masing jenis individu itu adalah berupa pengukuran
panjang transek yang terpotong (Intercept, I) dan lebar maksimum tajuk tumbuhan
yang diproyeksikan ke dalam transek (Maximum Width, M).
e. Untuk individu-individu yang terukur yang tidak dikenal dilapang, maka harus
diidentifikasi di laboratorium. Untuk itu mereka harus diambil contoh dan dibuat
herbarium.
f. Berdasarkan hasil pengamtan dilapang dapat disusun besaran Indeks Nilai Penting
jenis-jenis dalam komunitasnya dengan memperhatikan persamaan-persamaan yang
telah akan dijelaskan dibawah ini. Untuk mendapatkan besaran tersebut, data lapang
dari setiap jenis tumbuhan disajikan ke dalam :
1. Jumlah individu yang terhitung (N).
2. Jumlah panjang transek yang terpotong ( I ).
3. Jumlah banyak interval yang diduduki oleh suatu jenis terhadap keseluruhan
jumlah interval dalam penarikan contoh.
4. Jumlah kebalikan dari maksimum lebar penutupan tumbuhan terhadap jalur
1
transek ( M)

Dari hasil pengukuran di lapangan, untuk dapat mengetahun jenis yang dominannya,
selanjutnya dilakukan pengolahan berdasarkan parameter-parameter sebagai berikut :

a. Kerapatan
Angka kerapatan menunjukkan jumlah individu dari jenis-jenis yang menjadi
anggota suatu komunitas tumbuhan dalam luasan tertentu. Untuk metode analisis
vegetasi cara garis menyinggung (LI), maka besarnya nilai tersebut adalah :

Suatu unit penarikan contoh 1


Kerapatan jenis i = ( M )
Total panjang transek i

Sementara itu nilai kerapatan relatif jenis adalah :

Kerapatan jenis i
Kerapatan Relatif jenis i = Kerapatan total seluruh jenis x 100 %

b. Frekuensi dan Frekuensi Relatif


Frekuensi merupakan besaran yang menyatakan derajat penyebaran jenis dalam
komunitasnya. Angka ini diperoleh dengan melihat perbandingan jumlah dari interval-
interval yang diduduki oleh suatu jenis terhadap keseluruhan interval yang diambil sebagai
contoh didalam melakukan suatu analisis vegetasi terhadap tipe komunitas tertentu.

Jenis tumbuhan yang tersebar secara acak atau random, nilai besaran frekuensi
yang dimiliki olehnya akan menunjukkan angka yang lebih besar dari pada jenis lain yang
di alam tersebar secara bergerombol atau clumped. Sementara itu jenis yang tersebar
secara seragam atau teratur akan memiliki nilai besaran frekuensi yang paling tinggi. Jenis-
jenis ini akan terdapat berada pada semua area habitat yang mereka tempati.
Untuk metode analisis vegetasi cara garis menyinggung (LI), maka besarnya nilai
tersebut adalah :

Frekuensi suatu jenis ( i ) =

Jumlah interval yang diduduki oleh jenis i


x 100 %
Jumlah total interval dari seluruh transek dalam analisis vegetasi

Selanjutnya untuk menghitung nilai frekuensi relatif jenis dari metode garis
menyinggung ini harus diperhitungkan adanya faktor penimbang (F), yang akan digunakan
untuk menghitung besarnya frekuensi tertimbang, dimana untuk selanjutnya nilai itu akan
ditemukan ke dalam nilai frekuensi relatif. Adapun besarnya faktor penimbang (F), adalah
:

1
( M)
F=
N
dan selanjutnya besarnya frekuensi tertimbang suatu jenis i itu adalah Fti = (F) x (jumlah
interval yang diduduki oleh jenis ( i )). Besarnya nilai frekuensi relatif selanjutnya dihitung
menurut persamaan :

Frekuensi Relatif jenis ( i ) =

Frekuensi tertimbang jenis i


100 %
Jumlah total frekuensi tertimbang seluruh jenis dalam komunitas

c. Dominasi dan Dominasi Relatif


Besaran dominasi suatu jenis tumbuhan diturunkan dari data penutupan tajuk
tumbuhan dalam seluruh areal contoh. Nilai ini menunjukkan derajat penguasaan ruang
atau tempat tumbuh, untuk menggambarkan struktur suatu tipe komunitas. Penutupan
tajuk suatu jenis tumbuhan akan menggambarkan adanya perubahan jenis yang menghuni
suatu habita.

Dalam analisis vegetasi cara garis menyinggung (LI), maka besarnya nilai dominasi
didalam komunitasnya dapat dihitung menurut persamaan :

Dominasi suatu jenis ( i ) =

Total panjang garis tersinggung ()oleh jenis i


Total panjang transek yang dibuat dalam penarikan contoh
Selanjutnya nilai relatif dari dominasi i tersebut dihitung menurut persamaan :

Dominasi Relatif jenis ( i ) =


Dominasi jenis i
100%
Total Dominasi oleh seluruh jenis yang tercakup dalam penarikan contoh

d. Indeks Nilai Penting


Indeks Nilai Penting (INP) merupakan besaran yang menunjukkan kedudukan suatu
jenis terhadap jenis lain didalam komunitas. Nilai dari indeks ini diturunkan dari nilai
kerapatan relatif, frekuensi relatif, dan dominasi relatif dari jenis-jenis yang menyusun tipe
komunitas yang sedang kita pelajari itu. Berdasarkan INP berkisar dari 0 300 persen.
Semakin besar nilai indeks berarti jenis yang bersangkutan semakin besar berperanan di
dalam komunitas yang bersangkutan. Untuk ini semakin heterogen jenis dalam komunitas
maka peranan akan semakin terbagi-bagi dan besarnya INP akan semakin bervariasi.
Namun sebaliknya, semakin homogen jenis didalam komunitas maka peranan jenis akan
lebih terpusatkan pada beberapa jenis, bahkan mungkin hanya pada suatu jenis jika
masyarakat tumbuhan terebut membentuk suatu konsosiasi. Dalam keadaan seperti ini
besarnya INP hamper mendekati nilai yang paling besar, yaitu 300 persen. Jika INP/3 maka
diperoleh nilai SDR, dan jenis yang dominan nilai SDR-nya mendekati 100 persen.
Lembar Kerja ANALISIS VEGETASI Nama/NIM :
Metode Garis Menyinggung
Praktikum 11. Kelompok :

Tujuan Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Penjelasan Singkat :
Kesimpulan :

PRAKTIKUM 12. METODE TITIK MENYINGGUNG

Metode titik merupakan penjabaran lebih lanjut dari metode kuadrat. Sebab apabila
bentuk kuadrat tersebut diperkecil sampai batas tak terhingga, akan membentuk suatu titik.
Prinsip dari metode ini adalah menghitung penutupan tajuk yang terkena tusukan jarum (pin).
Dalam metode kuadrat penutupan tajuk tersebut dihitung secara estimasi (penaksiran), cara
ini dirasakan sangat menyulitkan untuk tumbuhan yang tumbuh menjalar, kecil-kecil, dan
rapat.

Dalam metode ini perhitungan nilai Kerapatan tidak dilakukan, karena nilai Kerapatan
akan sama dengan nilai Dominasi. Hal ini terjadi akibat nilai Kerapatan didapat dari jumlah
tusukan dan nilai Dominasi didapat dari penutupan tajuk yang terkena tusukan. Jadi kedua
nilai tersebut adalah sama. Langkah-langkah operasional Metode Titik Menyinggung sebagai
berikut :

1) Letakkan alat yang berupa kerangka besi atau kayu dengan tongkat atau jarum penunjuk
menyentuh permukaan tumbuhan yang akan dianalisis dan pindah-pindahkan letak alat
tersebut sesuai dengan jumlah luasan yang akan diamati.
2) Sebagai satuan contoh pengamatan adalah interval yang terdiri dari 10 lubang atau
panjang 1 meter.
3) Catat jenis tumbuhan yang tertunjuk oleh tongkat atau jarum penunjuk tersebut dan
jumlah interval sebagai satuan pengamatan.
4) Dari data hasil pengukuran lapang selanjutnya dilakukan pengolahan data untuk
memperoleh nilai frekuensi dan dominasi jenis tumbuhan berdasarkan cara perhitungan
sebagai berikut :
i. Frekuensi :
Frekuensi Mutlak jenis ( i ) (FMi)
Jumlah interval contoh yang diduduki jenis i
FM i =
Jumlah interval contoh seluruhnya
Frekuensi Relatif jenis ( i ) (FRi)
Frekuensi mutlak jenis i
FR i = 100 %
Total frekuensi seluruh jenis i

ii. Dominasi :
Dominasi Mutlak jenis ( i ) (DMi)
DM i = Jumlah titik yang diduduki jenis i

Dominasi Relatif jenis ( i ) (DRi)


Dominasi mutlak jenis i
DR i = 100 %
Total dominasi seluruh jenis

iii. Indeks Nilai Penting (INP)


INP = Frekuensi Relatif (FR) + Dominasi Relatif (DR)

Jenis yang mempunyai INP tertinggi merupakan jenis yang dominan pada komunitas
tumbuhan yang dianalisis.
Lembar Kerja ANALISIS VEGETASI Nama/NIM :
Metode Titik Menyinggung
Praktikum 12. Kelompok :

Tujuan Praktikum :

Hasil Pengamatan :

Penjelasan Singkat :
Kesimpulan :

Anda mungkin juga menyukai