Anda di halaman 1dari 28

KELAPA

Formulasi dan Karakterisasi Minyak Kelapa


Murni (VCO)

OLEH:
FRISKA CHRISTINA SIHOMBING
4143210004

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
limpahan rahmat dan hidayahnya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul Pengawet Alami Dalam Makanan dan Minuman. Pada makalah ini
saya banyak mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari
berbagai pihak. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini sayamengucapkan terima kasih
sebesar-sebesarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
makalah ini.

Penyusunan menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari


sempurna, untuk itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata penyusun mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini
dapat bermanfaat untuk semua pihak yang membaca.

Medan, 16 November 2017

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................................................. ii
BAB I .......................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ......................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ................................................................................................................. 2
Tujuan ................................................................................................................................... 2
BAB II ......................................................................................................................................... 3
TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................................
2.1 Pengertian Kelapa ........................................................................................................... 3
2.2 Syarat Tumbuh ................................................................................................................ 5
2.3 Manfaat Kelapa ............................................................................................................... 5
2.4 Ekspor Kelapa di Indonesia ............................................................................................. 9
2.5 Virgin Coconut Oil (VCO) ............................................................................................... 10
2.6 Kekurangan dan kelebihan minyak kelapa murni ......................................................... 14
2.7 Kandungan minyak kelapa murni (VCO) ....................................................................... 15
2.8 Manfaat VCO ................................................................................................................. 15
2.9 Tahapan Pembuatan VCO ............................................................................................. 16
BAB III ...................................................................................................................................... 17
ISI.................................................................................................................................................
3.1 Pengertian Emulsi ......................................................................................................... 17
Bahan dan Metode ............................................................................................................. 18
HASIL DAN PEMBAHASAN................................................................................................... 18
KESIMPULAN ........................................................................................................................... 23
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................... 27

ii
BAB I

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Pohon kelapa sering disebut pohon kehidupan karena sangat bermanfaat bagi
kehidupan manusia diseluruh dunia. Hampir semua bagian tanaman kelapa
memberikan manfaat bagi manusia. Beberapa jenis produk yang dapat dihasilkan dari
tanaman kelapa ini antara lain santan, gula, air kelapa segar, lidi, janur, arang aktif,
daging kelapa, sabut, minyak kelapa dan industri kerajinan tangan. Bahkan limbah
pengolahan minyak kelapa pun masih dapat digunakan sebagai pakan ternak.

Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kelapa utama di dunia.


Tahun 2000, luas areal tanaman kelapa Indonesia mencapai 3,76 juta hektar dengan
total produksi sekitar 14 milyar butir kelapa dan merupakan sumber penghasilan
sekitar 2,5 juta keluarga petani (Setiawan, 2002). Pada umumnya di Indonesia kelapa
diproduksi untuk menghasilkan kopra yang diambil daging buahnya sebagai bahan
baku minyak kelapa dan digunakan sebagai minyak goreng.

Minyak kelapa merupakan minyak yang diperoleh dari kopra (daging buah
kelapa yang dikeringkan) atau dari perasan santannya. Kandungan minyak pada
daging buah kelapa tua diperkirakan mencapai 30%-35%, atau kandungan minyak
dalam kopra mencapai 63-72%. Minyak kelapa sebagaimana minyak nabati lainnya
merupakan senyawa trigliserida yang tersusun atas berbagai asam lemak dan 90%
diantaranya merupakan asam lemak jenuh. Selain itu minyak kelapa yang belum
dimurnikan juga mengandung sejumlah kecil komponen bukan lemak seperti
fosfatida, gum, sterol (0,06-0,08%), tokoferol (0,003%), dan asam lemak bebas (<
5%) dan sedikit protein dan karoten.

Minyak kelapa kaya akan asam lemak berantai sedang (C8 C14), khususnya

asam laurat dan asam meristat. Adanya asam lemak rantai sedang ini (medium chain

1
fat) yang relatif tinggi membuat minyak kelapa mempunyai beberapa sifat daya
bunuh terhadap beberapa senyawaan yang berbahaya di dalam tubuh manusia. Sifat
inilah yang didayagunakan pada pembuatan minyak kelapa murni (VCO, virgin
coconut oil).

Minyak kelapa murni (virgin coconut oil) merupakan minyak kelapa yang
dihasilkan dengan sebuah proses alamiah tanpa menggunakan zat kimia atau bahan
sintetik lainnya yang tidak mempunyai efek samping bagi tubuh. Minyak kelapa
murni mengandung senyawa-senyawa aktif yang bermanfaat bagi tubuh manusia.
Senyawa-senyawa aktif tersebut antara lain tokoferol, dan beberapa jenis asam lemak
seperti kaproat, kaprilat, kaprat, dan laurat. Tokoferol berkhasiat sebagai antioksidan
sehingga dapat memperkuat sistem kekebalan tubuh, dan menangkal radikal bebas.
Manfaat yang luas dari minyak kelapa murni tidak hanya digunakan sebagai
pengobatan, tetapi juga untuk perawatan dan kecantikan kulit. Minyak kelapa murni
mengandung antioksidan tinggi yang berkhasiat sebagai anti radikal bebas dan anti
penuaan pada kulit.

Rumusan Masalah
1. Apa manfaat dari kelapa ?
2. Bagaimana cara pembuatan minyak kelapa ?
3. Bagaimana formulasi dan karakterisasi minyak kelapa murni (VCO) berbasis
emulsi ?

Tujuan
1. Untuk mengetahui manfaat dari kelapa
2. Untuk mengetahui cara pembuatan minyak kelapa.
3. Untuk mengetahui formulasi dan karakterisasi minyak kelapa murni (VCO)
berbasis emulsi.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Kelapa
Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki
peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Manfaat
tanaman kelapa tidak saja terletak pada daging buahnya yang dapat diolah menjadi
santan, kopra, dan minyak kelapa, tetapi seluruh bagian tanaman kelapa mempunyai
manfaat yang besar. Demikian besar manfaat tanaman kelapa sehingga ada yang
menamakannya sebagai pohon kehidupan.

(hafizfanclub.com)
Klasifikasi tanaman kelapa yaitu:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Arecales
Famili : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.

Akar pada tanaman kelapa adalah serabut, tebal,dan berkayu. Akar tanaman
Kelapa ini berkerumun membentuk bonggol, dan hidup pada lahan pantai yang
berpasir. Pada tanaman kelapa yang baru bertunas, mempunyai akar tunggang.

3
Namun, pertumbuhan akar tersebut sangat cepat dan akan terlihat seperti berlapis.
Akar ini memiliki struktur yang lembut di bagian dalam dan ber air, serta berwarna
kecoklatan.
Batang
Batang pada tanaman kelapa tumbuh tegak keatas dan merupakan batang
tunggal. Batang tanaman kelapa juga beruas-ruas dan berkayu. Namun, kayunya
kurang baik untuk bangunan. Pada batang tanaman kelapa terdapat pangkal pelepah-
pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas walaupun daun telah kering dan
mati. Pada tanaman tua, pangkal-pangkal pelepah yang masih tertinggal di batang
akan terkelupas, sehingga batang kelapa tampak berwarna hitam beruas.
Daun
Daun pada tanaman kelapa berbentuk seperti bulu burung atau bulu ayam.
Pada bagian pangkal pelepah daun terbentuk dua baris duri (spina) yang tajam dan
keras di kedua sisinya. Anak daun (foliage leaflet) tersusun berbaris dua sampai ke
ujung daun. Di tengah-tengah setiap anak daun terbentuk lidi sebagai tulang daun.
Daun pada tanaman kelapa termasuk daun majemuk (folium compositum), dan
merupakan Roset Batang. Hal ini dikarenakan daun-daunnya rapat dan berjejal-jejal
di ujung batang.
Bunga
Bunga pada tanaman kelapa tumbuh ketika tanaman berusia 3-4 tahun. Bunga
tumbuh pada ketiak daun bagian luar yang diselubungi oleh seludang bunga yang
disebut spatha. Spatha ini bertujuan untuk melindungi calon bunga sebelum merkar.
Bunga pada tanaman kelapa termasuk bunga majemuk (inflorecentia).
Bunga kelapa merupakan bunga berumah dua (diaceus). Bunga betina ketika
masih muda dapat mengeluarkan air yang disebut air nira dapat digunakan untuk
membuat gula kelapa. Bunga pada tanaman kelapa juga mempunyai tandan bunga
yang disebut dengan mayang. Mayang ini digunakan untuk hiasan dalam upacara
perkawinan adat Jawa.

4
Buah
Buah pada tanaman kelapa termasuk buah sejati tunggal yang berdaging
(carnosus) . Buah kelapa tersusun dari kulit buah yang licin dan keras (epicarp),
daging buah (mesocarp), dari susunan serabut (fibre) dan mengandung minyak, kulit
buah (endocarp) atau cangkang atau tempurung yang berwarna hitam dan keras
(batok), serta daging buah (endosperm) yang berwarna putih dan mengandung
minyak. Daging buah kelapa biasanya di ekstrak dan biasa disebut dengan santan.

2.2 Syarat Tumbuh


Berikut ini adalah syarat-syarat yang harus dimiliki suatu lingkungan agar
kelapa yang ditanam tumbuh dengan baik :

1. Tanah yang ideal untuk penanaman kelapa adalah tanah berpasir , berabu
gunung, dan tanah berliat, dengan pH tanah 5,2 hingga 8 dan mempunyai
struktur remah sehingga perakaran dapat berkembang dengan baik.
2. Sinar matahari banyak minimal 120 jam perbulan , jika kurang dari itu
produksi buah akan rendah.
3. Suhu yang paling cocok adalah 27C dengan variasi rata-rata 5-7 C, suhu
kurang dari 20 C tanaman kurang produktif.
4. Curah hujan yang baik 1300-2300 mm/th. Kekeringan panjang menyebabkan
produksi berkurang 50% , sedangkan kelembapan tinggi menyebabkan
serangan penyakit jamur.
5. Angin yang terlalu kencang terkadang merugikan tanaman yang terlalu tinggi
terutama varietas dalam.

2.3 Manfaat Kelapa


Akar

Akar kelapa sangat bermanfaat bagi lingkungan hidup. Kelapa memiliki akar
yang menyerupai rambut, dan memiliki sistem akar berserat. Akar kelapa terdiri dari

5
ribuan akar tipis yang tumbuh keluar permukaan tanah dan hanya beberapa dari akar
tersebut yang menembus jauh ke dalam tanah. Pohon kelapa menghasilkan akar dari
pangkal batang sepanjang hidupnya secara terus menerus dan jumlah akar yang
dihasilkan tergantung pada usia pohon dan lingkungan. Ukuran diameter akar kelapa
biasanya memiliki kurang dari 3 inci. Akar kelapa umumnya digunakan dalam
berbagai bidang, diantaranya :

1. Minuman dan obat-obatan herbal.


Akar pohon kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pewarna, bahan dasar
pembuatan sikat gigi, dan bahan dasar untuk alat pencuci mulut. Selain itu,
dengan mengkonsumsi air rebusan akar kelapa yang telah disaring, dapat
membantu mengobati berbagai macam gangguan pencernaan seperti diare,
disentri, dan masalah pencernaan lainnya. Hal ini juga dapat mengobati gatal-
gatal.
2. Konstruksi bangunan.
Dapat digunakan sebagai konstruksi bangunan karena memiliki struktur yang
cukup kuat, akar pohon kelapa juga dapat dimanfaatkan sebagai penyangga
bangunan (cakar ayam).
3. Mencegah banjir.
Dapat digunakan sebagai pencegah bajir karena mampu menyerap air dalam
jumlah yang sangat banyak, akar kelapa juga dipercaya mampu mencegah
terjadinya banjir. Hal inilah yang mungkin dijadikan sebagai alasan mengapa
pohon kelapa banyak ditanam di pemukiman warga.
4. Bahan aneka kerajinan tangan.
Sejak zaman dahulu, akar tumbuhan kelapa juga kerap dimanfaatkan sebagai
salah satu bahan kerajinan tangan yang bernilai ekonomis, misalnya seperti
pembuatan gelang, kalung dan lain-lain.
Batang

Batang pohon kelapa memiliki butiran yang berserat. Ada tiga warna dasar yang
berkaitan dengan kepadatan kayunya, yaitu coklat gelap, cokelat medium,dan emas

6
bercahaya. Batang kelapa umumnya memiliki tinggi mencapai 25 m dengan diameter
berkisar 300 mm. Kandungan silika dalam batang memberikan efek elastisitas pohon.
Batang kelapa memiliki banyak aplikasi, seperti :

1. Sebagai bahan desain struktur dan interior.


Pemanfaatan batang kelapa untuk desain interior terbagi sesuai dengan
kualitas kepadatannya, yaitu :
Batang kelapa yang memiliki kepadatan keras (high-density), cocok untuk
struktural umum seperti pilar, gulungan, arung jeram, furniture, jendela,
kusen pintu, lantai, decking dan balok lantai.
Batang kelapa kepadatan menengah dapat digunakan untuk dinding,
langit-langit, balok, dan kancing horisontal.
Batang kelapa dengan kepadatan rendah digunakan dalam aplikasi
bantalan non-beban seperti panel kayu, lis internal dan langit-langit, serta
peralatan rumah tangga.
2. Sebagai bahan desain eksterior.
Batang kelapa juga dapat digunakan untuk aplikasi eksterior bangunan ,
seperti pintu masuk atau gerbang, layar, dan pintu.
3. Bahan dasar pembuatan kertas.
Batang kelapa dapat juga diekstrak untuk pembuatan bubur kertas.

Daun

Kelapa memiliki bagian daun yang merupakan daun tunggal dan menyirip.
Berbagai macam kegunaan daun kelapa diantaranya adalah :

1. Daun kelapa yang masih muda atau biasa disebut dengan janur, dapat
dimanfaatkan untuk berbagai macam hal, seperti bahan anyaman untuk
dekorasi sebuah upacara adat, sebagai pembungkus makanan, seperti ketupat,
dan lemet.

7
2. Daun kelapa yang sudah tua, bisa digunakan sebagi banan anyaman untuk
pembuatan atap maupun dinding bangunan.
3. Daun kelapa yang sudah kering dapat juga dimanfaatkan sebagai bahan
anyaman untuk pembuatan tikar, topi, tas, dan aneka jenis kerajinan tangan
lainnya. Selain itu, daun kelapa yang sudah kering dapat juga digunakan
sebagai bahan dasar pembuat kertas setelah diekstrak menjadi bubur.
4. Batang daun atau biasa disebut lidi, juga bisa dimanfaatkan sebagai bahan
pembuatan alat kebersihan, seperti sapu taman.

Dan mungkin yang belum kita ketahui, ternyata daun kelapa juga dapat
dimanfaatkan sebagai alternative pakan ternak. Daun kelapa merupakan makanan
favorite bagi para gajah.

Buah

Kelapa memiliki buah dengan ukuran yang cukup besar dan berbentuk bulat.
Diameter buah kelapa bisa mencapai 10 hingga 20 cm, atau bahkan bisa lebih. Buah
ini memiliki variasi warna yang berbeda-beda, seperti hijau, kuning, maupun coklat.
Buah kelapa kaya akan vitamin, mineral dan antioksidan yang kuat. Buah ini tersusun
atas tiga element, yaitu :

1. Mesokarp yang berupa serat atau bisa disebut dengan sabut yang bertugas
untuk melindungi bagian didalamnya.
2. Endokarp yang merupakan bagian yang keras atau biasa disebut sebagai batok
atau tempurung. Ini memiliki sifat kedap air. Endokarp berfungsi untuk
melindungi biji.
3. Endospermium yaitu berupa cairan yang banyak mengandung enzim. Seiring
dengan bertambahnya usia, hal ini akan mengalami fase padat yang nantinya
akan mengendapa pada dinding endokarp.

Masing-masing dari bagian buah kelapa juga memiliki berbagai manfaat seperti :

1. Air kelapa

8
Air di dalam buah kelapa yang masih muda dapat bermanfaat untuk kesehatan
kita. Air kelapa dapat memberikan hidrasi yang tepat pada tubuh,
pembersihan alami ginjal, dan menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh.
Selain itu, air kelapa juga dipercaya mampu menyembuhkan luka bakar,
menghilangkan jerawat maupun bekasnya, membersihkan air ketuban,
mencegah uban dan mencegah dehidrasi. Dibeberapa negara, seperti India,
Thailand, dan srilanka, air kelapa dimanfaatkan sebagai bahan campuran
pembuatan sup. Dalam dunia kecantikan, air kelapa juga merupakan bahan
yang ideal untuk ditambahkan dalam masker wajah buatan sendiri.
2. Daging buah
Selain dapat di konsumsi, daging buah juga dapat dimanfaatkan sebagai
pembuatan minyak kelapa murni (VCO).
3. Serat (Mesokrap)
Mesokrap atau yang biasa disebut mesokrap dapat digunakan sebagai sabuk
untuk pencuci piring.

2.4 Ekspor Kelapa di Indonesia


Hasil perkebunan Indonesia masih menjadi andalan dan primadona ekspor.
Salah satu komoditas yang saat ini memiliki pasar dan potensi yang besar adalah
kelapa. Kementerian Pertanian mengungkapkan, ekspor kelapa nasional memberikan
sumbangan devisa senilai US$899,47 juta selama Januari hingga Agustus 2017.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi
mengatakan, selama periode yang sama impor kelapa Indonesia hanya sebanyak
US$8,65 juta.

Mengutip data International Trade Center (ITC), dalam peta perdagangan


(Trademap) dunia tahun 2012 hingga 2016, Indonesia merupakan eksportir kelapa
terbesar kedua setelah Filipina dalam wujud minyak kelapa dan kelapa dikeringkan.
Sementara untuk kelapa didalam kulit (endocarp) Indonesia merupakan eksportir
terbesar pertama dunia dengan kontribusi mencapai 59% dari total ekspor kelapa
wujud tersebut dunia.

9
Selama 2017 (Januari - Agustus), ekspor kelapa Indonesia didominasi berupa
minyak kelapa sebesar 63%, wujud kelapa dikeringkan dan kelapa dalam kulit
19,87%. Sementara wujud kelapa yang diimpor Indonesia pada periode yang sama
sebagian besar berupa minyak kelapa.

Negara tujuan utama ekspor kelapa Indonesia 2017 di antaranya Amerika


Serikat 19,87$%. Kemudian disusul ke China 16,10%, Belanda 11,75% , Thailand
10,16%, Malaysia 9,7% dan Korea Selatan sebesar 7,26%. Pangsa ekspor ke enam
negara tersebut mencapai 75 persen dari total ekspor kelapa Indonesia.

Sentra produksi kelapa cenderung menyebar ke beberapa provinsi Indonesia


karena kelapa dapat tumbuh di seluruh wilayah Indonesia. Namun sentra utama
kelapa adalah provinsi Riau dengan pangsa 14,31% terhadap rata-rata produksi
kelapa nasional 2013 hingga 2017. Disusul Sulawesi Utara 9,3% dan Jawa Timur
8,89%, kemudian Maluku Utara 7,97%, Sulawesi Tengah 6,02%, Jawa Tengah
5,99%, Jambi 3,66%, Maluku 3,29%, Lampung 3,24% dan Jawa Barat 3%.
Sementara provinsi lainnya dengan pangsa kurang dari 3%.

2.5 Virgin Coconut Oil (VCO)


Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak yang dihasilkan dari buah kelapa
segar. Berbeda dengan minyak kelapa biasa , Virgin Coconut Oil (VCO) dihasilkan
tidak melalui penambahan bahan kimia atau proses yang menggunakan panas tinggi.
Virgin Coconut Oil (VCO) bermanfaat bagi kesehatan tubuh, hal ini disebabkan
Virgin Coconut Oil (VCO) mengandung banyak asam lemak rantai menengah
(Medium Chain Fatty Acid / MCFA). MCFA yang paling banyak terkandung dalam
Virgin Coconut Oil (VCO) adalah asam laurat (Lauric Acid). Sifat MCFA yang
mudah diserap akan meningkatkan metabolisme tubuh. Penambahan energi yang
dihasilkan oleh metabolisme ini menghasilkan efek stimulasi dalam seluruh tubuh
manusia sehingga meningkatkan tingkat energi yang dihasilkan (Hapsari,2000).
Minyak kelapa murni tersusun atas senyawa organik campuran ester dari
gliserol dan asam lemak yang disebut dengan gliserida serta larut dalam pelarut
minyak atau lemak, berbentuk cair pada suhu 26-350C, tetapi berubah menjadi lemak

10
beku jika suhunya turun minyak kelapa murni dalam keadaan padat, titik lelehnya
24-270C.

Minyak kelapa murni mengandung asam laurat yang sangat tinggi (45-50%),
suatu lemak jenuh berantai sedang (jumlah karbon 12) yang biasa disebut dengan
Medium Chain Fatty Acid (MCFA), juga mengandung asam laurat yang mempunyai
perangkat antivirus yang hebat. Selain mengandung asam laurat juga mengandung
asam kaprat, yaitu asam lemak yang memiliki sifat antimikroba yang sangat kuat.

Minyak kelapa murni mengandung Medium Chain Trygliceride (MCT) yang


mudah diserap oleh sel, yang selanjutnya masuk ke dalam mitokondria sehingga
metabolisme tubuh meningkat. Tambahan energi dari metabolisme tersebut
menghasilkan efek stimulasi dalam tubuh terhadap penyakit dan mempercepat
penyembuhan dari sakit. MCT adalah asam lemak berantai C6 (kaproat), C8
(kaprilat), C10 (kaprat), dan C12 (laurat). Minyak kelapa murni juga mengandung
tokoferol (0,03%) yang berfungsi sebagai antioksidan sehingga menurunkan
kebutuhan vitamin E.

2.6 Kekurangan dan kelebihan minyak kelapa murni


Minyak kelapa biasa yang diproses secara tradisional umumnya telah
mengalami fermentasi selama lebih dari 12 jam. Oleh karena selama proses fermentas
tidak terkontrol maka minyak yang dihasilkan pun mengandung asam lemak bebas.
Bahkan kadar airnya sangat tinggi, sehingga minyak yang dihasilkan tidak berbau
harum dan cepat tengik. Disamping itu juga warna minyak tidak bening dan daya
simpannya pun kurang dari dua bulan.
Berbeda dengan minyak kelapa murni, karena prosesnya terkontrol maka
asam lemak bebas dan kadar airnya rendah. Selain itu warna minyak bening dan daya
simpannya lebih dari satu tahun. Kekurangannya minyak kelapa murni hanya terletak
pada pengolahannya terutama pada tahap mulai terbentuknya blondo.

11
2.7 Kandungan minyak kelapa murni (VCO)
Virgin Coconut Oil atau minyak kelapa murni mengandung asam lemak rantai
sedang yang mudah dicerna dan dioksidasi oleh tubuh sehingga mencegah
penimbunan di dalam tubuh. Di samping itu ternyata kandungan antioksidan di dalam
VCO pun sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi
untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh.
Komponen utama VCO adalah asam lemak jenuh sekitar 90% dan asam
lemak tak jenuh sekitar 10%. Asam lemak jenuh VCO didominasi oleh asam laurat.
VCO mengandung 53% asam laurat dan sekitar 7% asam kaprilat. Keduanya
merupakan asam lemak rantai sedang yang biasa disebut Medium Chain Fatty Acid
(MCFA). Sedangkan menurut Price (2004) VCO mengandung 92% lemak jenuh, 6%
lemak mono tidak jenuh dan 2% lemak poli tidak jenuh.

2.8 Manfaat VCO


Manfaat lain dari Virgin Coconut Oil (VCO) diantaranya adalah peningkatan
daya tahan tubuh manusia terhadap penyakit serta mempercepat proses
penyembuhan. Manfaat tersebut ditimbulkan dari peningkatan metabolisme dari
penambahan energi yang dihasilkan, sehingga mengakibatkan sel-sel dalam tubuh
bekerja lebih efisien. Mereka membentuk sel-sel baru menggantikan sel-sel yang
rusak dengan lebih cepat. Virgin Coconut Oil (VCO) didalam tubuh menghasilkan
energi saja tidak seperti minyak sayur yang berakhir didalam tubuh sebagai energi,
kolesterol dan lemak(Hapsari,2000).

2.9 Spektroskopi Korelasi Foton


Prinsip dasar alat ini adalah sampel yang akan ditembak dengan sinar laser
dan akan terjadi penghamburan cahaya. Penghamburan cahaya tersebut akan
dideteksi pada sudut tertentu secara cepat. Penghamburan cahaya tersebut akan
diseteksi pada sudut tertentu secara cepat. Hasil pengukuran droplet dinyatakan
sebagai diameter dari droplet yang terdapat pada medium dispers.

12
( LS instrument.com)

2.9 Tahapan Pembuatan VCO

Digram Alir Pembuatan VCO dengan cara sentrifugasi

(Hamsinah,dkk. 2013)

13
BAB III

ISI
Formulasi dan Karakterisasi Minyak Kelapa Murni (VCO)

3.1 Pengertian Emulsi


Emulsi adalah campuran heterogen yang terdiri dari tetesan air yang
terdispersi menjadi 2 fase dalam cairan yang tak bercampur. Cairan yang tidak
bercampur menciptakan hubungan antara kedua cairan yang memberikan kestabilan
termodinamika. Tetesan dalam emulsi adalah distabilisasi oleh pengemulsi, yaitu
permukaan molekul aktif yang dengan cepat menyerap permukaan tetesan minyak
sehingga terjadi Homogenisasi. Pengemulsi memainkan dua peran kunci dalam
emulsi. Pengemulsi memfasilitasi pembentukan emulsi dan memperbaiki stabilitas
emulsi (C. Qian et al, 2010).
Nanoemulsi adalah salah satu teknologi yang berkembang terutama di bidang
makanan, kosmetik dan industri farmasi sebagai sistem pengiriman baru untuk obat-
obatan dan bahan lipofilik seperti minyak esensial, rasa, warna, asam lemak, dll.
Aplikasi teknologi nanoemulsi telah digunakan dalam berbagai aplikasi karena
karakteristiknya bersifat ukuran kecil (dalam kisaran 20-200 nm) dengan area
permukaan yang tinggi, transparan atau tembus pandang, kapasitas solubilisasi tinggi,
viskositas rendah, dan stabilitas kinetik sedimentasi, flokulasi, dan dalam beberapa
kasus, koalesensi (Eid, A et al. 2014).
Berbagai metode telah dikembangkan untuk mengekstrak minyak kelapa,
baik melalui pengolahan kering atau basah. Dibandingkan proses kering, minyak
yang diperoleh dengan pengolahan basah yang diperlukan ekstraksi krim dari santan
segar dan mengakibatkan emulsi krim pecah. Proses ini lebih diinginkan karena
tidak ada perlakuan kimia atau perlakuan panas yang tinggi di atas minyak. Minyak
kelapa yang dihasilkan melalui metode basah adalah dikenal sebagai virgin coconut
oil (VCO) dan popularitas di bidang ilmiah dan di kalangan masyarakat semakin luas

14
karena berbagai manfaat kesehatan dan karakteristik khusus (A.M. Marina et
al.2009).

Bahan dan Metode


1. Bahan
Minyak kelapa murni (VCO) , Tween 20 dan Span 80 , Carbopol Ultrafez 20,
dan air suling.
2. Preparasi Emulsi VCO
Dalam penelitian ini emulsi disiapkan dalam rasio minyak, air dan
surfaktan yang berbeda. VCO dan Tween 20 dibiarkan selama 20 menit di
bawah pengadukan magnet 600 rpm per menit pada 250C untuk campuran
secara menyeluruh. Untuk campuran yang dihasilkan ditambahkan air setetes
demi setetes sambil di aduk dengan bantuan pengaduk 600 rpm pada 250 C.
3. Preparasi VCO Nanoemulsi
Nanoemulsion dibuat dengan menggunakan tekanan tinggi
homogenizer (HPH). Optimalisasi formula emulsi VCO terbaik dengan
ukuran tetesan terkecil dan dengan kondisi formulasi stabil dipilih proses
(HPH) yang berbeda tekanan (500, 1000 dan 1500 bar) dengan siklus (1, 2, 3,
4, 5, 10 dan 15). Setiap formulasi diencerkan dengan air (1: 100) pada suhu
25 C. Semua pengukuran dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.
4. Persiapan Hidrogel
Hidrogel disiapkan melalui penambahan Carbopol Ultrez 20 dalam air
dan terus diaduk dengan menggunakan speed mixer. Campuran akan terus
diaduk dan dibiarkan selama 24 jam. PH hidrogel akan disesuaikan dengan
pH 5.6 dengan menggunakan NaOH 2M, yang akan ditambahkan di bawah
pengadukan konstan.
5. Pembuatan Nanoemulgel VCO
Nanoemulsi VCO akan digabungkan dengan hidrogel dengan
mencampur nanoemulsi dengan jumlah hidrogel yang berbeda untuk

15
menghasilkan formulasi nanoemulgel dicmpurkan hidrogel dengan
konsentrasi yang berbeda, 5% VCO Nanoemulsion dan air.

Diagram alir preparasi VCO nanoemulgel

6. Karakterisasi VCO Nanoemulgel


6.1 Pengukuran ukuran partikel
Ukuran tetesan dan PDI nanoemulgel diukur dengan menggunakan
spektroskopi korelasi foton (Zetasizer Nano Z versi 7.00, Malvern
Instruments Ltd, Malvern, Inggris).

16
6.2 Pengukuran Viskositas
Viskositas nanoemulgel diukur dengan menggunakan Brookfield
Viscometer (Model RVT, USA) pada suhu 100, 150, 200 dan 250 rpm
dengan menggunakan spindel nomor 61, 62, 63 dan 64.
6.3 Penentuan pH
Nilai pH diukur pada suhu 25 C. Pengukuran dilakukan tiga kali untuk
satu sampel. Sebelum pH meter diamati dikalibrasi dengan menggunakan
larutan buffer pH masing-masing 7,00, 4,00 dan 10,00.
6.4 Uji Sentrifugasi
Uji sentrifugasi dilakukan untuk mengamati pemisahan fasa dalam kondisi
ekstrim. 30g VCO nanoemulgel diletakkan di tabung sentrifugasi.
6.5 Uji Freeze-Thaw
Uji freeze-thaw yaitu penyimpanan krim pada dua suhu yang berbeda
untuk melihat pengaruh suhu terhadap pemisahan fase krim. Proses freeze-
thaw berhasil atau tidak terjadi pemisahan fae tergantung dari kemampuan
krim untuk segera pulih dari tekanan air Kristal . Pada proses freeze, terbentuk
Kristal air yang memiliki struktur lebih teratur dan rapat sehingga krim tidak
dapat mengalir. Saat 40C fase air membeku dan cenderung menyusut,
sehingga terjadi penyusutan ruang fase air dan menyebabkan globul minyak
saling berdekatan atau cenderung bergabung membentuk ikatanantar partikel
yang lebih rapat, akibatnya kekentalan menjadi meningkat (Hamsinah,2013).
Pada proses thaw, Kristal akan mencair dan akan kembali menyebar pada
system. Jika pemulihan dari krim lambat maka dapat terjadi ketidakstabilan.
150g VCO nanoemulgel diisi ke dalam wadah. Sampel pertama kali
dimasukkan ke dalam freezer pada suhu 4C selama 24 jam. Sampel beku
kemudian dibiarkan pada suhu kamar selama 24 jam sampai cair. Satu siklus
pembekuan telah selesai dalam 48 jam.

17
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Emulsi VCO

(Chellapa, P, et al. 2015)


Ukuran tetesan dan Indeks Dispersed Poli (PDI) formulasi Emulsi VCO dengan
konsentrasi dan pencampuran surfaktan yang berbeda

Analisis observasi fisik (warna, bau dan pemisahan fasa) Formulasi Emulsi VCO
menggunakan pengaduk kecepatan tinggi untuk 7 hari

2. VCO Nanoemulsi
Homogenizer energi tinggi digunakan untuk menghasilkan nanoemulsi.
Produksi nanoemulsi, pada dasarnya membutuhkan surfaktan pada konsentrasi yang
tepat, yang dapat meningkatkan stabilitas nanoemulsi. Karena itu, pengolahan VCO
emulsi dengan homogenizer bertekanan tinggi (HPH) memerlukan beberapa kali

18
siklus homogenisasi pada tekanan tinggi untuk mencapai nanoemulsi dalam ukuran
nanometer 20-200nm. Pada tiga tekanan berbeda (500, 1000 dan 1500 bar) dan
homogenisasi berulang sampai 15 siklus untuk setiap titik tekanan diukur untuk
mendapatkan ukuran partikel terkecil dan nilai PDI. Hasil yang diperoleh
menunjukkan tetesan nano ukuran antara 153,6 0,91 nm sampai 261,5 2,61 nm
Nanoemulsi optimum dipilih berdasarkan ukuran tetesan dan nilai PDI. Ukuran
tetesan terkecil 153,6 0,91nm dan nilai PDI terendah 0.139 0.012 diperoleh pada
tekanan 1500 bar dengan lima siklus setelahnya pengolahan di HPH.

3. VCO Nanoemulgel

Dalam penelitian ini, konsentrasi hidrogel yang berbeda (0,5, 1 dan 1,5%)
disiapkan untuk digabungkan dengan formulasi optimum nanoemulsi VCO 5% dan
air suling untuk mempersiapkan VCO Nanoemulgel. Pada hidrogel 1% ukuran
tetesan lebih dari 200 nm (364,5 18,36 nm) dan nilai PDI tinggi (0,772 0,07) dan
pada 1,5% ukuran konsentrasi hidrogel w / w adalah (510,6 10,39 nm) dengan nilai
PDI tinggi (0,658 0,0176). Berdasarkan hasil yang dijelaskan diatas konsentrasi
hidrogel 0,5% disarankan untuk menjadi konsentrasi optimum untuk menggabungkan
dengan nanoemulsi dan air suling untuk membentuk VCO Nanoemulgel.

19
(Chellapa, P, et al. 2015)
Hasil ukuran tetesan dan indeks dispersi poli PDI dalam parameter tekanan dan waktu
(nomor siklus) supogenizer bertekanan tinggi (HPH)

Ukuran tetesan dan nilai Indeks Dispersing Poli (PDI) VCO Nanoemulgel

4. Karakterisasi VCO nanoemulgel


Dalam studi saat ini VCO nanoemulgel dikenai pengukuran ukuran tetesan,
indeks poli tersebar (PDI), viskositas, pH dan pengukuran uji stabilitas untuk
mengkarakterisasi formulasi yang disiapkan. Tabel menunjukkan hasil analisis VCO
nanoemulgel berdasarkan parameter formulasi dan pengolahan yang dijelaskan
sebelumnya. Berdasarkan Pengukuran ukuran tetesan, ukurannya kira-kira 164,3 nm
dan nilai PDI 0,211. Pengukuran pH dilakukan untuk sampel VCO nanoemulgel
untuk mengevaluasi perilaku formulasi pada suhu yang berbeda antara 4C, 25C dan
45C dan periode waktu yang berbeda (0 jam, 24 jam dan 48 jam). Kondisi formulasi
nanoemulgel VCO menunjukkan nilai pH tidak lebih dari 6,0, yang membuat mereka
menjanjikan sistem untuk aplikasi topikal, karena pH kulit sering berkisar antara 5,5

20
dan 6,0. VCO nanoemulgel diambil sampelnya pada empat parameter (100,150,200
dan 250) rpm dengan empat jenis kumparan (61, 62, 63 dan 64).
Hasil viskositas menurun pada putaran yang lebih tinggi dengan penggunaan
bilangan kumparan yang berbeda viskositas partikel berukuran nano di bawah 200nm
adalah salah satu sifat estetika untuk aplikasi topikal. Selanjutnya, jenis minyak,
konsentrasi surfaktan dan viskositas merupakan parameter penting yang harus
dipertimbangkan selama formulasi yang terdiri dari sentrifugasi dan pembekuan
beku dilakukan pada nanoemulgel VCO. Uji sentrifugasi dilakukan untuk
mengamati fasa pemisahan sampel pada kondisi ekstrim. Uji freeze-thaw
mengevaluasi pemisahan warna dan fasa sebelum dan sesudah proses pembekuan
beku.

(Chellapa, P, et al. 2015)


Hasil ukuran tetesan dan pengukuran PDI formulasi VCO Nanoemulgel

Pembuatan emulsi VCO diadopsi dengan metode yang dapat diterima


sebelumnya yang digunakan untuk mengembangkan ukuran partikel minyak
nanoemulsi. Selain itu, hasil PDI menunjukkan nilai minimum yang relatif
bergantung pada ukuran tetesan. Distribusi ukuran mencerminkan keseragaman
diameter partikel. Pengamatan visual menunjukkan pemisahan fase yang tepat
waktu. Emulsi yang baik menunjukkan partikel yang menyebar dengan mudah tanpa
pemisahan untuk menghasilkan emulsi susu halus. Meskipun demikian, teknik
pengemulsi merupakan pemisahan fase tepat waktu. Pengukuran ukuran tetesan
nanoemulsi VCO yang diproses di HPH menunjukkan tetesan berukuran nano (d
<200nm). Dari analisis tersebut, diperoleh ukuran tetesan yang lebih kecil (153,8
nm) dan nilai PDI (0.138). Formulasi olahan di HPH menunjukkan penampilan
kebiruan / tembus pandang, yang mengindikasikan bahwa isinya mengandung tetesan
berukuran nano. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan emulsi VCO
menghasilkan makroemulsi dan proses pengolah HPH memberi nanoemulsi.

21
Disarankan bahwa, emulsi yang mengalami homogenisasi sekunder biasanya
menghasilkan ukuran tetesan yang lebih kecil. Persiapan nanoemulgel VCO
diturunkan dengan memasukkan matriks nanoemulsi dan hidrogel. Pada konsentrasi
yang hidrogel berbeda (0,5%, 1% dan 1,5%) dipelajari produksi nanoemulgel VCO.
Berdasarkan ukuran tetesan terkecil dan nilai PDI 0,5% dipilih konsentrasi
hidrogel.
Pemantauan nilai pH penting untuk menentukan kestabilan nanoemulsi karena
perubahan nilai pH menunjukkan terjadinya reaksi kimia yang bisa mengompromikan
kualitas produk akhir. Perbedaannya kondisi penyimpanan mungkin telah membuat
destabilisasi nanoemulgel karena fluktuasi nilai pH namun tetap ada sekitar 5,6
sampai 6,0 yang dapat diterima dan tidak menimbulkan iritasi pada kulit .
Viskositas gel selama penanganan, transportasi dan penyimpanan merupakan
kriteria penting. Viskositas adalah ukuran gesekan internal cairan. Gesekan ini
menjadi jelas ketika lapisan cairan dibuat bergerak dengan lapisan lain. Semakin
besar friksi, Semakin besar jumlah gaya yang dibutuhkan untuk menyebabkan
gerakan ini . Pencukuran terjadi setiap kali cairan secara fisik dipindahkan atau
didistribusikan seperti dalam menuangkan, menyebarkan, menyemprotkan,
mencampur, dll. Stabilitas biasanya, diamati dengan inspeksi visual bahwa emulsi
akan menyala atau flokulasi. Analisis ini adalah diperlukan untuk menunjukkan
apakah bahan aktif itu terdegradasi atau disebarluaskan didistribusikan.
Uji stabilitas membutuhkan jangka waktu yang lebih lama, sedangkan beberapa
perusahaan hanya mampu melakukan pengujian tiga tahun terbatas sebelum
meluncurkan produk baru.

22
KESIMPULAN

1. Kelapa (Cocos nucifera L.) merupakan komoditas strategis yang memiliki


peran sosial, budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia.
2. Kelapa dapat dimanfaatkan sebagai pewarna, bahan dasar pembuatan sikat
gigi, dan bahan dasar untuk alat pencuci mulut, konstruksi bangunan, sebagai
bahan desain struktur dan interior daneksterior, memberikan hidrasi,
pembersihan alami ginjal, dan menyeimbangkan elektrolit dalam tubuh,
menyembuhkan luka bakar, menghilangkan jerawat maupun bekasnya,
membersihkan air ketuban, mencegah uban, daging buah juga dapat
dimanfaatkan sebagai pembuatan minyak kelapa murni (VCO).
3. Disiapkan formulasi dengan ukuran partikel kurang dari 200 nm dan nilai PDI
di bawah 0,2, viskositas rendah, nilai pH pada kisaran 5,5 dan 6.0 dan tidak
ada pemisahan, yang mengindikasikan bahwa formulasi stabil.

23
DAFTAR PUSTAKA

A.M. Marina, Y.B. Che, S. A. H. Nazimah, I. Amin, Chemical Properties of Virgin


Coconut Oil, J Am Oil Chem Soc, Volume 86 (2009), pp 301307

C. Qian, E. A. Decker, H. Xiao, D. J. McClements, Comparison of Biopolymer


Emulsifier Performance in Formation and Stabilization of Orange Oil-in-Water
Emulsions, Journal of the American Oil Chemists Society, 88(1) , (2010), pp
47-55
Chellapa, P, et al. 2015. Preparation and characterization of virgin coconut oil
nanoemulgel. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. 7(9):787-793

Eid, A. M., El-Enshasy, H. A., Aziz, R., and Elmarzugi, N. A. Journal Nanomedicine
and Nanotechnology, 2014, 5:190, 01-10.

Hamsinah,dkk. 2013. Uji Stabilitas Formulasi Krim Tabir Surya Serbuk Rumput Laut
( Eucheuma cottoni. Doty). Jurnal Fitofarmaka Indonesia. 3(2).

Hartati, A. 2009. Profil dan Prospek Bisnis Minyak Dara (VCO) di Kabupaten
Cilacap. J. Agroland .16 (2) : 130 140.

Sanjeewani, N.A, et al. Formulation and Characterization of Virgin Coconut Oil


(VCO) Based Emulsion. International Journal of Scientific and Research
Publications, 3(12).

24
24

Anda mungkin juga menyukai