Anda di halaman 1dari 19

Intensive Care Unit (ICU)

Pasien-pasien ICU adalahpasien yang


kritisatauberpotensimenjadikritissehinggamemerlukanpemantauan, evaluasi, danpenerapan
yang intensif agar dapatmencegahterjadinyamorbiditasdanmortalitas.
Pasien yang dirawat di ICU adalah:
- Pasien yang memerlukanintervensimedissegeraolehtim intensive care.
- Pasien yang memerlukanpengelolaanfungsi system organ
tubuhsecaraterkoordinasidanberkelnajutansehinggadapatdilakukanpengawasan yang
konstandanmetodeterapititrasi.
- Pasiensakitkritis yang
memerlukanpemantauankontinyudantindakansegerauntukmencegahtimbulnyadekompens
asifisiologis.
- Pasien yang memerlukanpelayanan ICU dapatberasaldari IGD, HCU, kamaroperasi,
ruangrawatinap.
Kebutuhanpasien ICU adalahtindakanresusltasi yang meliputidukunganhidupuntukfungsi-
fungsi vital sepertiAirway (fungsijalannapas), Breathing (fungsipernapasan), Circulation
(fungsisirkulasi), Brain (fungsiotak), danfungsi organ lain, dilanjutkandengan diagnosis
danterapidefinitis.
PERDATIN (PerhimpunanDokterSpesialisAnestesiologi) yang anggotanyabanyakbekerja di
ICU.
Tim intensive care pada ICU minimal terdiridari:
- Dokterspesialisanestesiologi
- Perawat intensive care
- Dokterahlimikrobiologiklinik
- Ahlifarmasiklinik
- Dietisien
- Fisioterapis
- Tenaga lain sesuaiklasifikasipelayanan ICU
Pelayanan ICU di Indonesia diawalidandirintisoleh Prof. MuhardiMuhiman di
bagianAnestesiologi FKUI RSCM sejaktahun 1971 yang kemudianberkembangkeseluruh
Indonesia terutama di kota-kotabesar.
Biayapengobatanpasien yang dirawat di ICU
jauhlebihtinggidibandingkandenganruangperawatanbiasa.
Ketentuanbangunan ICU:
- Terisolasi
- Mempunyai standard tertentuterhadap: bahayaapi, ventilasi, AC, Exhaust fan, pipa air,
komunikasi, bakteriologis, kabel monitor
- Lantaimudahdibersihkan, keras, dan rata

Sumber: PerpustakaanDepkes
Naso Gastric Tube

1. Pengertian Pemberian Nutrisi Melalui NGT

Menurut Ellet (2004) memberikan nutrisi melalui Nasogastric Tube (NGT) adalah
Memberikan makan dalam bentuk cair dan minum melalui selang atau pipa NGT kepada
klien yang tidak mampu makan secara normal.
2. Tujuan Pemberian Nutrisi Melalui NGT
Memberikan nutrisi melalui NGT bertujuan untuk memenuhi, memperbaiki, dan
mempertahankan kebutuhan nutrisi klien yang tidak mampu makan dan minum secara
normal. Sedangkan manfaatnya adalah untuk mempertahankan metabolisme tubuh dan
mempercepat penyembuhan
3. Prinsip Pemberian Nutrisi Melalui NGT
a. Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair dan makanan yang berlendir halus.
b. Sebelum dan seduh makan dianjurkan untuk memberi air hangat terlebih dahulu.
c. Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam selang saat memberikan makanan dan
minuman.
d. Pastikan selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan

4. Indikasi Pemberian Nutrisi Melalui NGT


Pasien yang mengalami gangguan pencernaan tepatnya pada gangguan reflek menelan.

5. Kontra Indikasi Pemberian Nutrisi Melalui NGT


Pasien yang memungkinkan untuk diberi nutrisi secara peroral.
6. Prosedur Pemberian Nutrisi Melalui NGT
A. FASE PRA INTERAKSI
1 Verifikasi Data
2 Persiapan Alat :
a. Air matang
b. Makanan Cair/ obat
c. Corong
d. Spuit / 10 cc
e. Perlak atau pengalas
f. Bengkok
g. Sarung tangan bersih
h. Servet makan
B. FASE ORIENTASI
1 Memberi salam/menyapa klien
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan tindakan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan pasien

C FASE KERJA
1 Petugas mencuci tangan
2 Menutup pintu dan tirai
3 Mengatur posisi pasien semifowler/ fowler jika tidak ada kontra indikasi
4 Memakai sarung tangan
5 Memasang pengalas diatas dada
6 Memastikan letak NGT dengan cara aspirsi isi lambung
7 Melepas tutup pia / klem sambil pipa dijepit dengan jari sehingga udara
tidak masuk melalui pipa ( tinggi ujung pipa dengan hidung pasien
kurang lebih 30cm )
8 Memasang corong pada pipa sambil pipa sambil pipa tetap dijepit Atau

menghubungkan ujung selang makanan cair dengan ujung selang NGT


9 Memasukan makanan cair, membuka jepitan meninggikan 30 cm , jepit
kembali sebelum cairan habs atau menggantungkan makann cair pada
infus dan mengatur keceptanny hingga dapat habis sekitar jam
10 Memasukan air matang, membuka jepitan,tinggikan 30cm ,jepit
kembali sebeum cairan habis
11 Menutup ujung NGT dengan spuit atau klem
12 Melepas sarung tangan

D FASE TERMINASI
1 merapikan pasien
2 Melakukan evaluasi
3 Menyampaikan rencana tindak lanjut
4 Berpamitan
5 Membereskan alat
6 Mencuci tangan

E PENAMPILAN
1 Ketenangan
2 Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3 Ketelitian
4 Menjaga keamanan pasien
5 Menjaga keamanan petugas/perawat

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) MEMBERIKAN MAKAN MELALUI NGT (NASOGASTRIC


TUBE)

1. Pengertian:
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.

2. Tujuan:
Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Mempertahankan fungsi usus
Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan
Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna

3. Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,misalnya
klien dengan gangguan jiwa.
Klien yang muntah terus-menerus
Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature

4. Indikasi:
Perdarahan GI (Gastrointestinal)
Trauma multiple, pada dada dan abdomen
Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
Obstruksi saluran cerna

5. Kontraindikasi:
Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)

6. Kemungkinan Komplikasi:
Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi

7. Persiapan
a. Persiapan Alat :
Hanscoen
Spuit dengan ukuran 20-50 cc
Bengkok
Stetoskop
Strip indikator pH (kertas lakmus) jika diperlukan
Formula makanan selang yang diresepkan
Makanan cair sesuai dengan kebutuhan dalam tempatnya, dengan ketentuan suhu
makanan harus hangat sesuai suhu tubuh.
Air matang (Hangat)
Bila ada obat yang harus diberikan, dihaluskan terlebih dahulu dan dicampurkan dalam
makanan/ air, diberikan terakhir.
b. Persiapan Klien :
Informasikan kepada anak dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Jaga privacy klien
c. Persiapan Perawat :
Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
Persiapkan peralatan yang akan digunakan.

8. Prosedur
Menerangkan prosedur pada klien
Mencuci Tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen)
Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan
30 atau lebih selama 30 menit setelah memberikan makan melalui selang
Cek ketepatan selang di lambung, dengan cara:
a. Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukkan selang ke dalam gelas berisi air. Posisi
tepay jika tidak ada gelembung udara
b. Buka klem dan lakukan pengisapan/ aspirasi cairan lambung
denganmenggunakan spuit NG. Cek cairan lambung dengan menggunakan strip
indikator pH. Posisi tepat jika pH < 6.
c. Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop. Masukkan 30 cc udara dalam
spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan gerakan cepat. Posisi tepat jika
terdengar suara udara yang dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah)
d. Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, Klem selang NGT selama pengisian
makanan cair ke dalam spuit.
e. Melalui corong masukkan air matang atau air teh sekurang-kurangnya 15 cc. Pada
tahap permulaan, corong dimiringkan dan tuangkan makanan melalui pinggirnya.
Setelah penuh, corong ditegakkan kembali.
f. Klem dibuka perlahan-lahan
g. Alirkan makanan cair dengan perlahan. Atur kecepatan dengan cara meninggikan
spuit. Jika klien merasa tidak nyaman dengan lambungnya, klem selang NGT
beberapa menit.
h. Jika makanan cair akan habis, isi kembali (jangan biarkan udara masuk ke lambung)
i. Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan diberikan sebelum makanan
habis.
j. Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak. Kemudian pangkal selang
segera di klem.
k. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
l. Mendokumentasikan prosedur: Catat jumlah dan jenis makanan, pastikan letak
selang, patensi selang, respon klien terhadap makanan dan adanya efek merugikan
m. Cuci tangan
9. Kewaspadaan Perawat
Beberapa makanan per selang dipesankan dalam periode 24 jam, sedangkan yang lain
dipesankan pada periode intermitten. Dokter menentukan status klien dan kebutuhan nutrisi
bila menulis pesanan nutrisi. Formula NG harus digantung hanya selama 8 sampai 12 jam pada
suhu ruangan.
10. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Status nutrisi adekuat
2. Berat badan dalam rentang normal
3. Aktifitas klien dapat ditoleransi tubuh

11. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan
1. Identifikasi bising usus yang tidak normal ataupun tidak ada
2. Tinggikan kepala pada saat pemberian makanan untuk menghindari aspirasi dan muntah
3. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian makanan
4. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus
langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke dokter
5. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc) dan
usahakan mulut lebih kering.

Apa yang dimaksud dengan asupan makan 30% dari kebutuhan?

Pasien dinilai memiliki asupan yang kurang.Jika kebutuhan pasien dalam sehari 1700 kkal,
pasien hanya memiliki 30% dari 1700 kkal, yang artinya asupan makan pasien hanya 510 kkal.

NPO

NPO (Nothing Per Oral) yaitu tidak boleh diberikan per oral atau tidak melalui mulut
atau bias dikenal dengan makanan parenteral. Ini merupakan instruksi medis yang berarti
menahan makanan dan cairan dari seseorang karena berbagai alasan.

Alasan adanya instruksi NPO adalah pencegahan pneumonia aspirasi, misalkan pada
mereka yang akan menjalani anestesi umum, atau mereka dengan otot menelan yang lemah,
atau dalam kasus perdarahan gastrointestinal, penyumbatan gastrointestinal, atau pankreatitis
akut. Overdosis alkohol yang menyebabkan muntah atau perdarahan luar yang hebat juga
memerlukan instruksi NPO untuk satu periode.Perintah pra-operasi NPO biasanya antara 6 dan
12 jam sebelum operasi, melalui pelepasan paket pemulihan, namun mungkin lebih lama jika
obat-obatan yang digunakan lama atau pemberian obat pasca-oral diberikan.
Over feeding

Pengertian overfeeding adalah pemberian makanan berlebihan. Pasien di ICU umumnya


mengalami anoreksia dan tidak dapat makan secara normal sehingga terjadi kekurangan nutrisi
serius.

Faktor kekurangan nutrisi ini dapat berdampak pada:


Kelemahan otot
Kehilangan massa otot
Menghambat penyembuhan.
Pemberian nutrisi melalui jalur enteral (oral ataupun per sonde) merupakan lini pertama dalam
intervensi nutrisi pada pasien di ICU.Sering kali pemberian nutrisi enteral tidak sepenuhnya
dapat memenuhi kebutuhan kalori dari pasien. Pemberian nutrisi enteral
(EN)dikaitkandengankejadiankomplikasi yang lebihringandibandingkandengannutrisiparenteral
(PN).
Pemberianasupannutrisi yang kurangadekuatdapatberdampakpada underfeeding yang
dapatmenyebabkan:
kelemahan
peningkatanrisikoinfeksi
peningkatandurasipenggunaanventilasimekanik.
Jikamakanan enteral (EN) dan parenteral (PN) di
kombinasiituadalahsalahsatustrategiuntukmencegahkekurangannutrisi,
akantetapiterdapatrisikoterjadioverfeeding.

ESPEN merekomendasikanpemberiannutrisi PN jikapemberian EN tidakmencukupidalamwaktu


2 hari di ICU.
ASPEN dan Canada merekomendasikanpemberian:
PN lambat, yaitu PN dapatdiberikansampaidengan 1 minggusetelahpemberian EN
padakasuspasien yang tidakmalnutrisi.
NutrisiPN dinididefinisikansebagaipemberianpemenuhan 25% kaloridari total kalori
yang diberikandalamwaktu 48 jam pertamasetelahpasienmasukke ICU.
ASPEN Clinical Nutrition Week 2013 menyebutkan pemberian PN
dinidapatmeningkatkanmortalitaspasienpenyakitkritis di ICU.

1. Pasien yang menerima PN dinimemilikirisiko 2x


lebihtinggiuntukmeninggaljikadibandingkandengan PN lambat
2. Lama rawat di ICU,lebih lama padapasien yang menerima PN dinidibandingkandengan
PN lambat
3. Lama rawatdengan ventilator lebih lama padapasien yang menerima PN
dinidibandingkan PN lambat
Pengertian Komite medik
Komite medik adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata kelola klinis (clinical
governance) agar staf medis dirumah sakit terjaga profesionalismenya melalui mekanisme
kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
Komite medik dibentuk dengan tujuan untuk menyelenggarakan tata kelola klinis
(clinicalgovernance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih
terjamin dan terlindungi.
Sebelum keluarnya permenkes no 755 tahun 2011 tentang komite medik, struktur komite
medik diletakkan sejajar dengan kepala/direktur rumah sakit, setelah ada peraturan Menteri
Kesehatan tersebut maka struktur komite medik di bawah kepala/direktur rumah sakit karena di
Indonesia kepala/direktur rumah sakit sampai pada tingkat tertentu berperan sebagai "governing
board". Dengan penataan tersebut maka dapatlah dikatakan bahwa semua isu keprofesian
(kredensial, penjagaan mutu profesi, dan penegakan disiplin profesi) berada dalam pengendalian
"governing board. Sedangkan, komite medik bertugas menegakkan profesionalisme staf medis
yang bekerja di rumah sakit. Komite medik bertugas melakukan kredensial bagi seluruh staf
medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit, memelihara kompetensi dan etika
para staf medis, dan mengambil tindakan disiplin bagi staf medis. Tugas lain seperti
pengendalian infeksi nosokomial, rekam medis, dan sebagainya dilaksanakan oleh
kepala/direktur rumah sakit, dan bukan oleh komite medik.
Komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama yaitu:
1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (entering to the
profession), dilakukan melalui subkomite kredensial;
2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telah memperoleh izin
(maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomite mutu profesi melalui audit
medis dan pengembangan profesi berkelanjutan (continuing professional development);
3. Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutan izin
melakukan pelayanan medis (expelling from the profession), dilakukan melalui
subkomite etika dan disiplin profesi.
Dengan demikian, tugas-tugas lain diluar tugas-tugas diatas yang terkait dengan pelayanan medis
bukanlah menjadi tugas komite medik, tetapi menjadi tugas kepala/direktur rumah sakit dalam
mengelola rumah sakit
Peran dan fungsiKomite Medik di rumah sakit
Menegakkan etik dan mutu profesi medik dengan tugasnya adalah meningkatkan
profesionalismestaf medis yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
a) melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di
rumah sakit;
b) memelihara mutu profesi staf medis;dan
c) menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis.

Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI), Kode Etik Penelitian Kedokteran Indonesia (untuk saat ini dapat diadopsi
dan digunakan Kode Etik Penelitian yang dipakai oleh institusi pendidikan) dan untuk rumah
sakit pendidikan ditambah dengan Kode Etik Pendidikan Kedokteran Indonesia (untuk sementara
ini bagi profesi medik dapat mengacu kepada KODEKI).
Tercantum di Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit Pasal 12. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya komite medik berwenang:
a) memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
b) memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
c) memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu; dan
d) memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation
of clinical privilege);
e) memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
f) memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
g) memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h) memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;

Konsep dan filosofi Komite Medis RS


Adalah perpaduan antara ketigakomponen yang terdiri dari Etika Profesi, Mutu Profesi
dan Evidence-basedMedicine (EBM). Komite medik menjalankan fungsi untuk menegakkan
profesionalisme dengan mengendalikan staf medis yang melakukan pelayanan medis dirumah
sakit.Pengendalian tersebut dilakukan dengan mengatur secara rinci kewenanganmelakukan
pelayanan medis (delineation of clinical privileges). Pengendalian inidilakukan secara bersama
oleh kepala/direktur rumah sakit dan komitemedik.
Komite Medik melakukan:
a) kredensial,
b) meningkatkan mutu profesi, dan
c) menegakkan disiplin profesi serta
d) merekomendasikan tindak lanjutnya kepada kepala/direktur rumahsakitsedangkan
kepala/direktur rumah sakit menindak lanjuti rekomendasi komitemedik dengan
mengerahkan semua sumber daya agar profesionalisme para/staf medis dapat diterapkan
dirumah sakit.

Konsep profesionalisme tersebut berdasarkan kontrak sosial antara profesimedis dengan


masyarakat. Profesi medis memproteksi masyarakat denganmelakukan penapisan (kredensial)
terhadap staf medis yang akan menjalankanpraktik dalam masyarakat - hanya staf medis yang
baik (kredibel)diperkenankan melakukan pelayanan, hal ini dilakukan melalui
mekanismeperizinan (licensing). Sedangkan staf medis yang belum memenuhi syarat,dapat
menjalani proses pembinaan (proctoring) agar memiliki kompetensi yangdiperlukan sehingga
dapat diperkenankan melakukan pelayanan padamasyarakat setelah melalui kredensial.
Dilain pihak, kelompok profesi staf medis memperoleh hak istimewa(privilege) untuk
melakukan praktik kedokteran secara eksklusif, dan tidakboleh ada pihak lain yang melakukan
hal tersebut. Dengan hak istimewatersebut para staf medis dapat memperoleh manfaat ekonomis
dan prestiseprofesi. Namun demikian, bila ada staf medis yang melakukan pelanggaranstandar
profesi maka dapat dilakukan tindakan disiplin profesi. Tindakandisiplin ini berbentuk
penangguhan hak istimewa tersebut (suspension ofclinical privilege) agar masyarakat terhindar
dari praktisi medis yang tidakprofesional.
Kontrak sosial antara profesi medis dengan masyarakat dituangkan dalambentuk undang-
undang praktik kedokteran (medical practice act).Pelaksanaan pengendalian profesi medis
dilaksanakan oleh suatu lembaga yangdibentuk oleh undang-undang praktik kedokteran
(statutory body) yangdisebut konsil kedokteran (medical council atau medical board).
Lembagatersebut selain memberikan izin untuk menjalankan profesi, juga berwenang
menangguhkan atau mencabut izin tersebut bila terjadi pelanggaran standar profesi. Tindakan
disiplin profesi tersebut dilakukan setelah melalui prosessidang disiplin profesi (disciplinary
tribunal).
Dalam tataran rumah sakit, kontrak sosial terjadi antara para staf medis yang melakukan
pelayanan medis dengan pasien. Kontrak tersebut dituangkandalam dokumen peraturan internal
staf medis (medical staff bylaws).Pengendalian profesi medis dilaksanakan melalui tata kelola
klinis (clinicalgovernance) untuk melindungi pasien yang dilaksanakan oleh komite medik.
Komite medik melaksanakan fungsi kredensial, penjagaan mutu profesi dan disiplin
profesi melalui tigasubkomite, yaitu:
1) Subkomite kredensial,
2) Subkomite mutu profesi, dan
3) Subkomite etika dan disiplin profesi.
Struktur, Fungsi dan Tugas Komite Medik
Rumah sakit sangat berkepentingan dengan komite medik karena sangatmenentukan
perjalanan baik buruknya tata kelola klinik (clinical governance)di rumah sakit tersebut.
Menyelenggarakan komite medik merupakan hal yangkompleks dan memerlukan berbagai
sumber daya dan informasi yang terkaitdengan keprofesian. Setiap rumah sakit memiliki
kapasitas sumber daya yangberbeda, sehingga luaran (output) yang dihasilkan dalam melakukan
upayapemberdayaan komite medik pun berbeda pula. Agar upaya pemberdayaan
komite medik ini lebih berdaya guna dan berhasil guna, organisasiperumahsakitan berperan serta
melakukan pemberdayaan komite medis agartata kelola klinis (clinical governance) yang baik
terselenggara lebih meratadiseluruh wilayah Indonesia.
Dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 -Komite Medik
bukan merupakan kumpulan atau himpunan kelompok staf medisfungsional/bagian/departemen
sebuah rumah sakit, namun kelompok stafmedis fungsional/bagian/departemen tersebut bersama
tim tim klinis(seperti: tim rekam medis, tim farmasi dan terapi, tim DOTS dan HIV, timperisti,
tim pengendalian infeksi nosokomial, tim tumbuh kembang, timkesehatan remaja, tim geriatrik,
tim program pengendalian resistensi antimikroba, tim napza dan methadone dan sebagainya)
diorganisasir olehkepala/direktur rumah sakit. Dalam pelaksanaan pelayanan medissehari-hari
dirumah sakit, kepala/direktur rumah sakit dapat mengelompokkan staf medis berdasarkan
disiplin/spesialisasi, peminatan,atau dengan cara lain berdasarkan kebutuhan rumah sakit sesuai
peraturaninternal rumah sakit (corporate bylaws).
Komite Medik dibentuk olehkepala/direktur rumah sakit dan bertanggung jawab kepada
kepala/direkturrumah sakit. Organisasi Komite Medik sekurang-kurangnya terdiri dari
ketua,sekretaris, dan anggota yang dikelompokkan dalam subkomite subkomite.
Susunan Komite Medik terdiri diri dari :
a) Ketua,
b) Wakil Ketua (bila diperlukan),
c) Sekretaris
d) Anggota yang terbagi ke dalam subkomite:
i. Subkomite Kredensial yang bertugas menapis profesionalismestaf medis,
ii. Subkomite Mutu Profesi yang bertugas mempertahankankompetensi dan
profesionalisme staf medis,
iii. Subkomite Etika dan Disiplin Profesi yang bertugas menjagadisiplin, etika, dan
perilaku profesi staf medis.

Gambar 3. Skema sederhana keberadaan Komite Medik, Sukkomite,SMF/Bagian/Departemen


dan Tim Tim Klinis sesuai Peratutan MenteriKesehatan Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 yang
baru.Jumlah personalia komite medik yang efektif berkisar sekitar lima sampaisembilan orang
termasuk ketua dan sekretaris, sedangkan bila jumlah staf
medis terbatas - dapat disesuaikan dengan situasi, fungsi subkomitesubkomite ini\ dilaksanakan
oleh komite medik sepanjang tugas dan fungsikomite medis tetap terlaksana dengan budaya
profesionalisme yang akuntabelharus tetap ditegakkan melalui penyelenggaraan tata kelola klinis
yang baikagar pasien senantiasa tetap terlindungi. Personalia tersebut dipilih yangmemiliki
reputasi baik dalam profesinya meliputi kompetensi, sikap, danhubungan interpersonal yang
baik.
Ketua komite medik ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit.
Sekretarisdan anggota diusulkan oleh ketua komite medik dan ditetapkan
olehkepala/direktur rumah sakit.
Dalam hal wakil ketua komite medik diperlukanmaka wakil ketua diusulkan oleh ketua
komite medik dan ditetapkan olehkepala/direktur rumah sakit.
Ketua subkomite kredensial, subkomite mutuprofesi, dan subkomite etika dan disiplin
profesi diusulkan oleh ketua komitemedik dan ditetapkan oleh kepala/direktur rumah
sakit.

Wakil ketua, sekretaris, dan ketua-ketua subkomite direkomendasikan olehketua komite


medik dan ditetapkan oleh kepala/direktur rumah sakit denganmemperhatikan masukan dari staf
medis yang bekerja di rumah sakit. Selainitu, kepala/direktur rumah sakit mengangkat beberapa
staf medis di rumahsakit tersebut untuk menjadi anggota pengurus komite medik dan
anggotasubkomite-subkomite di bawah komite medik.Sedangkan mengenai mekanisme
pengambilan keputusan dibidang keprofesiandalam setiap kegiatan komite medik dilaksanakan
secara sehat denganmemperhatikan asasasas kolegialitas dan diterangkan secara rinci
dalamPeraturan Internal Staf Medis (medical staff bylaws).
Komite medik melaksanakan tugasnya melalui tiga hal utama yaitu:
1. Rekomendasi pemberian izin untuk melakukan pelayanan medis (enteringto the
profession), dilakukan melalui subkomite kredensial

2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telahmemperoleh izin
(maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomitemutu profesi melalui audit
medis dan pengembangan profesiberkelanjutan (continuing professional development)
3. Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutanizin melakukan
pelayanan medis (expelling from the profession),dilakukan melalui subkomite etika dan
disiplin profesi

Dalam jangka waktu paling lama 6 bulan sejak diundangkannya Peraturan


Menteri Kesehatan ini pada tanggal 5 Mei 2011, maka setiap rumah sakitwajib menyesuaikan
organisasi komite medik sesuai dengan ketentuan tersebut. Maka secara tidak langsung rumah
sakit harus meninjau ulang danmelakukan revisi terhadap Peraturan Internal Rumah Sakit
(hospital bylaws)yang merupakan aturan dasar dalam mengatur tata cara penyelenggaraanrumah
sakit yang meliputi peraturan internal korporasi (corporate bylaws) Peraturan Menteri Kesehatan
RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Pasal 19dan peraturan internal staf medis (medical staff
bylaws) serta menyusunulang tatakelelola klinis yang baik (clinical governance) melalui:
1. Kepala/Direktur rumah sakit membentuk Tim Penyusun untuk:
a) Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturandasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakitmeliputi peraturan internal korporasi dan peraturan
internalstaf medis.
b) Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturanyang mengatur agar tata
kelola korporasi (corporategovernance) terselenggara dengan baik melalui
pengaturanhubungan antara pemilik, pengelola, dan komite medik di rumahsakit.
c) Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalahaturan yang mengatur tata
kelola klinis (clinical governance)untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah
sakit.

2. Kepala/Direktur rumah sakit membuat dan menetapkan sistem tatacara penyelenggaraan


rumah sakit (hospital governance) meliputitatakelola korporasi (corporate goverance) dan
tatakelola klinis(clinical governance)

3. Kepala/Direktur rumah sakit membuat dan menetapkan kebijakan,prosedur dan sumber


daya yang diperlukan untuk menjalankan tugasdan fungsi komite medik.
4. Kepala/Direktur rumah sakit menyediakan dan mengalokasikan danadalam anggaran rutin
rumah sakit untuk insentif personalia KomiteMedikdan biaya pelaksanaan kegiatan Komite
Medik.

5. Komite Medik membuat dan menyusun:


a) Buku Putih (White Book) yakni rinci kewenangan melakukanpelayanan medis
(delineation of clinical privileges) setiap profesidokter
b) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasi rinciankewenangan klinis (delineation
of clinical privilege)
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Pasal 13 Ayat 1
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Pasal 16 Ayat 1
Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 Pasal 16 Ayat 2

c) Menyusun pemberian rekomendasi penolakan kewenangan klinis(clinical privilege)


tertentu
d) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasiperubahan/modifikasi rincian
kewenangan klinis (delineation ofclinical privilege)
e) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasi tindak lanjut auditmedis
f) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasi pendidikankedokteran berkelanjutan
g) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasi pendampingan (proctoring) dan
h) Menyusun mekanisme pemberian rekomendasi pemberiantindakan disiplin.
Fatal

Fatal adalah suatu kesalahan yang tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi dan dapat
menyebabkan masalah besar (kematian) bagi pasien yang di tanganinya. Fatal juga dapat
disebabkan karena kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang merawat dan
mengobatinya.

Anda mungkin juga menyukai