Sumber: PerpustakaanDepkes
Naso Gastric Tube
Menurut Ellet (2004) memberikan nutrisi melalui Nasogastric Tube (NGT) adalah
Memberikan makan dalam bentuk cair dan minum melalui selang atau pipa NGT kepada
klien yang tidak mampu makan secara normal.
2. Tujuan Pemberian Nutrisi Melalui NGT
Memberikan nutrisi melalui NGT bertujuan untuk memenuhi, memperbaiki, dan
mempertahankan kebutuhan nutrisi klien yang tidak mampu makan dan minum secara
normal. Sedangkan manfaatnya adalah untuk mempertahankan metabolisme tubuh dan
mempercepat penyembuhan
3. Prinsip Pemberian Nutrisi Melalui NGT
a. Makanan yang dapat diberikan adalah makanan cair dan makanan yang berlendir halus.
b. Sebelum dan seduh makan dianjurkan untuk memberi air hangat terlebih dahulu.
c. Pastikan tidak ada udara yang masuk ke dalam selang saat memberikan makanan dan
minuman.
d. Pastikan selang dalam keadaan tertutup selama tidak diberi makan
C FASE KERJA
1 Petugas mencuci tangan
2 Menutup pintu dan tirai
3 Mengatur posisi pasien semifowler/ fowler jika tidak ada kontra indikasi
4 Memakai sarung tangan
5 Memasang pengalas diatas dada
6 Memastikan letak NGT dengan cara aspirsi isi lambung
7 Melepas tutup pia / klem sambil pipa dijepit dengan jari sehingga udara
tidak masuk melalui pipa ( tinggi ujung pipa dengan hidung pasien
kurang lebih 30cm )
8 Memasang corong pada pipa sambil pipa sambil pipa tetap dijepit Atau
D FASE TERMINASI
1 merapikan pasien
2 Melakukan evaluasi
3 Menyampaikan rencana tindak lanjut
4 Berpamitan
5 Membereskan alat
6 Mencuci tangan
E PENAMPILAN
1 Ketenangan
2 Melakukan komunikasi terapeutik selama tindakan
3 Ketelitian
4 Menjaga keamanan pasien
5 Menjaga keamanan petugas/perawat
1. Pengertian:
Memberikan makan cair melalui selang lambung (enteral) adalah proses memberikan
melalui saluran cerna dengan menggunakan selang NGT ke arah lambung.
2. Tujuan:
Memenuhi kebutuhan nutrisi pasien
Mempertahankan fungsi usus
Mempertahankan integritas mucosa saluran cerna
Memberikan obat-obatan dan makanan langsung ke dalam saluran pencernaan
Mempertahankan fungsi-fungsi imunologik mukosa saluran cerna
3. Dilakukan pada :
Klien yang tidak dapat makan/menelan atau klien tidak sadar
Klien yang terus-menerus tidak mau makan sehingga membahayakan jiwanya,misalnya
klien dengan gangguan jiwa.
Klien yang muntah terus-menerus
Klien yang tidak dapat mempertahankan nutrisi oral adekuat
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR), Premature, dismature
4. Indikasi:
Perdarahan GI (Gastrointestinal)
Trauma multiple, pada dada dan abdomen
Pemberian Obat-obatan, cairan makanan
Pencegahan aspirasi penderita dengan intubasi jangka panjang. Operasi abdomen
Obstruksi saluran cerna
5. Kontraindikasi:
Fraktur tulang-tulang wajah dan dasar tengkorak
Penderita operasi esofagus dan lambung (sebaiknya NGT dipasang saat operasi)
6. Kemungkinan Komplikasi:
Komplikasi mekanis, seperti sonde tersumbat atau dislokasi sonde
Komplikasi pulmonal, seperti bradikardia
Komplikasi yang disebabkan karena posisi sonde yang menyerupai jerat atau simpul
Komplikasi yang disebabkan oleh zat nutrisi
7. Persiapan
a. Persiapan Alat :
Hanscoen
Spuit dengan ukuran 20-50 cc
Bengkok
Stetoskop
Strip indikator pH (kertas lakmus) jika diperlukan
Formula makanan selang yang diresepkan
Makanan cair sesuai dengan kebutuhan dalam tempatnya, dengan ketentuan suhu
makanan harus hangat sesuai suhu tubuh.
Air matang (Hangat)
Bila ada obat yang harus diberikan, dihaluskan terlebih dahulu dan dicampurkan dalam
makanan/ air, diberikan terakhir.
b. Persiapan Klien :
Informasikan kepada anak dan keluarga tentang tindakan yang akan dilakukan
Jaga privacy klien
c. Persiapan Perawat :
Sebelum dan sesudah melaksanakan tindakan cuci tangan
Persiapkan peralatan yang akan digunakan.
8. Prosedur
Menerangkan prosedur pada klien
Mencuci Tangan dan Memasang sarung tangan (Hanscoen)
Klien tetap dalam posisi semi fowler tinggi atau dengan kepala tempat tidur ditinggikan
30 atau lebih selama 30 menit setelah memberikan makan melalui selang
Cek ketepatan selang di lambung, dengan cara:
a. Buka klem NGT atau spuit NGT dan masukkan selang ke dalam gelas berisi air. Posisi
tepay jika tidak ada gelembung udara
b. Buka klem dan lakukan pengisapan/ aspirasi cairan lambung
denganmenggunakan spuit NG. Cek cairan lambung dengan menggunakan strip
indikator pH. Posisi tepat jika pH < 6.
c. Buka klem dan cek dengan menggunakan stetoskop. Masukkan 30 cc udara dalam
spuit NGT dan masukkan ke dalam lambung dengan gerakan cepat. Posisi tepat jika
terdengar suara udara yang dimasukkan (seperti gelembung udara yang pecah)
d. Setelah yakin bahwa selang masuk ke lambung, Klem selang NGT selama pengisian
makanan cair ke dalam spuit.
e. Melalui corong masukkan air matang atau air teh sekurang-kurangnya 15 cc. Pada
tahap permulaan, corong dimiringkan dan tuangkan makanan melalui pinggirnya.
Setelah penuh, corong ditegakkan kembali.
f. Klem dibuka perlahan-lahan
g. Alirkan makanan cair dengan perlahan. Atur kecepatan dengan cara meninggikan
spuit. Jika klien merasa tidak nyaman dengan lambungnya, klem selang NGT
beberapa menit.
h. Jika makanan cair akan habis, isi kembali (jangan biarkan udara masuk ke lambung)
i. Bila klien harus minum obat, obat harus dilarutkan dan diberikan sebelum makanan
habis.
j. Setelah makanan habis, selang dibilas dengan air masak. Kemudian pangkal selang
segera di klem.
k. Rapikan Klien, peralatan dibereskan dan dikembalikan ke tempat semula.
l. Mendokumentasikan prosedur: Catat jumlah dan jenis makanan, pastikan letak
selang, patensi selang, respon klien terhadap makanan dan adanya efek merugikan
m. Cuci tangan
9. Kewaspadaan Perawat
Beberapa makanan per selang dipesankan dalam periode 24 jam, sedangkan yang lain
dipesankan pada periode intermitten. Dokter menentukan status klien dan kebutuhan nutrisi
bila menulis pesanan nutrisi. Formula NG harus digantung hanya selama 8 sampai 12 jam pada
suhu ruangan.
10. EVALUASI KEPERAWATAN
1. Status nutrisi adekuat
2. Berat badan dalam rentang normal
3. Aktifitas klien dapat ditoleransi tubuh
11. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Pada Saat melakukan Prosedur Tindakan
1. Identifikasi bising usus yang tidak normal ataupun tidak ada
2. Tinggikan kepala pada saat pemberian makanan untuk menghindari aspirasi dan muntah
3. Tinggikan kepala 1 jam setelah pemberian makanan
4. Bila terjadi muntah yang berat, diare berat dan diduga aspirasi, nutrisi enteral harus
langsung dihentikan dan dikonsultasikan ke dokter
5. Makanan diberikan dalam porsi kecil dan sering (tiap pemberian tidak boleh > 600cc) dan
usahakan mulut lebih kering.
Pasien dinilai memiliki asupan yang kurang.Jika kebutuhan pasien dalam sehari 1700 kkal,
pasien hanya memiliki 30% dari 1700 kkal, yang artinya asupan makan pasien hanya 510 kkal.
NPO
NPO (Nothing Per Oral) yaitu tidak boleh diberikan per oral atau tidak melalui mulut
atau bias dikenal dengan makanan parenteral. Ini merupakan instruksi medis yang berarti
menahan makanan dan cairan dari seseorang karena berbagai alasan.
Alasan adanya instruksi NPO adalah pencegahan pneumonia aspirasi, misalkan pada
mereka yang akan menjalani anestesi umum, atau mereka dengan otot menelan yang lemah,
atau dalam kasus perdarahan gastrointestinal, penyumbatan gastrointestinal, atau pankreatitis
akut. Overdosis alkohol yang menyebabkan muntah atau perdarahan luar yang hebat juga
memerlukan instruksi NPO untuk satu periode.Perintah pra-operasi NPO biasanya antara 6 dan
12 jam sebelum operasi, melalui pelepasan paket pemulihan, namun mungkin lebih lama jika
obat-obatan yang digunakan lama atau pemberian obat pasca-oral diberikan.
Over feeding
Yang dimaksud dengan etik profesi medik disini adalah mencakup Kode Etik Kedokteran
Indonesia (KODEKI), Kode Etik Penelitian Kedokteran Indonesia (untuk saat ini dapat diadopsi
dan digunakan Kode Etik Penelitian yang dipakai oleh institusi pendidikan) dan untuk rumah
sakit pendidikan ditambah dengan Kode Etik Pendidikan Kedokteran Indonesia (untuk sementara
ini bagi profesi medik dapat mengacu kepada KODEKI).
Tercantum di Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 755/Menkes/Per/IV/2011 tentang
Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit Pasal 12. Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya komite medik berwenang:
a) memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
b) memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
c) memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu; dan
d) memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation
of clinical privilege);
e) memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
f) memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
g) memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h) memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;
2. Memelihara kompetensi dan perilaku para staf medis yang telahmemperoleh izin
(maintaining professionalism), dilakukan oleh subkomitemutu profesi melalui audit
medis dan pengembangan profesiberkelanjutan (continuing professional development)
3. Rekomendasi penangguhan kewenangan klinis tertentu hingga pencabutanizin melakukan
pelayanan medis (expelling from the profession),dilakukan melalui subkomite etika dan
disiplin profesi
Fatal adalah suatu kesalahan yang tidak dapat diubah atau diperbaiki lagi dan dapat
menyebabkan masalah besar (kematian) bagi pasien yang di tanganinya. Fatal juga dapat
disebabkan karena kelalaian yang dilakukan oleh tenaga kesehatan yang merawat dan
mengobatinya.