A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Kejang merupakan perubahan fungsi otak mendadak dan sementara
sebagai akibat dari aktivitas neuronal yang abnormal dan pelepasan listrik
serebral yang berlebihan (Betz & Sowden,2002). Kejang demam adalah
serangan kejang yang terjadi karena kenaikan suhu tubuh suhu rektal di atas
38C. (Riyadi dan Sujono, 2009)
Kejang demam merupakan gangguan transien pada anak yang terjadi
bersamaan dengan demam. Keadaan ini merupakan salah satu gangguan
neurologik yang paling sering dijumpai pada anak-anak dan menyerang
sekitar 4% anak. Kebanyakan serangan kejang terjadi setelah usia 6 bulan dan
biasanya sebelum usia 3 tahun dengan peningkatan frekuensi serangan pada
anak-anak yang berusia kurang dari 18 bulan. Kejang demam jarang terjadi
setelah usia 5 tahun. (Dona L.Wong, 2008)
2. Etiologi
Menurut Mansjoer, dkk (2000: 434) ada beberapa penyebab kejang pada anak
yaitu ;
a. Demam itu sendiri
b. Demam yang disebabkan oleh infeksi saluran pernafasan atas, otitis
media, pneumonia, gastroenteritis, dan infeksi saluran kemih, kejang
tidak selalu timbul pada suhu yang tinggi.
c. Efek produk toksik daripada mikroorganisme
d. Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
e. Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit.
f. Ensefalitis viral (radang otak akibat virus) yang ringan, yang tidak
diketahui atau enselofati toksik sepintas.
g. Perubahan cairan dan elektrolit.
h. Faktor predispisisi kejang deman, antara lain:
1) Riwayat keluarga dengan kejang biasanya positif, mencapai 60%
kasus. Diturunkan secara dominan, tapi gejala yang muncul tidak
lengkap.
2) Angka kejadian adanya latar belakang kelainan masa pre-natal dan
perinatal tinggi
3) Angka kejadian adanya kelainan neurologis minor sebelumnya juga
tinggi, tapi kelainan neurologis berat biasanya jarang terjadi.
3. Klasifikasi
Menurut Livingston, kejang demam dapat diklasikfikasi sebagai berikut:
a. Kejang demam sederhana
Kejang demam sederhana yaitu kejang berlangsung kurang dari 15 menit
dan umum. Adapun pedoman untuk mendiagnosa kejang demam
sederhana dapat diketahui melalui kriteria Livingstone yaitu :
1) Umur anak ketika kejang antara 6 bulan sampai 4 tahun
2) Kejang berlangsung hanya sebentar, tidak lebih dari 15 menit.
3) Kejang bersifat umum
4) Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbul demam.
5) Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal
6) Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya 1 minggu sesudah suhu
normal tidak menunjukan kelainan.
7) Frekuensi kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4 kali
b. Kejang kompleks
Kejang kompleks adalah tidak memenuhi salah satu lebih dari ketujuh
criteria Livingstone. Menurut Mansyur ( 2000 ) biasanya dari kejang
kompleks diandai dengan kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit,
fokal atau multiple ( lebih dari 1 kali dalam 24jam). Di sini anak
sebelumnya dapat mempunyai kelainan neurology atau riwayat kejang
dalam atau tanpa kejang dalam riwayat
4. Manifestasi
a. Kejang parsial (fokal, lokal)
1) Kejang parsial sederhana
Kesadaran tidak terganggu, dapat mencakup satu atau lebih hal berikut
ini :
Tanda-tanda motoris, kedutan pada wajah, atau salah satu sisi
tubuh; umumnya gerakan setiap kejang sama.
Tanda atau gejala otonomik: muntah, berkeringat, muka merah,
dilatasi pupil.
Gejala somatosensoris atau sensoris khusus : mendengar musik,
merasa seakan jatuh dari udara, parestesia.
Gejala psikis : dejavu, rasa takut, visi panoramik.
2) Kejang parsial kompleks
Terdapat gangguan kesadaran, walaupun pada awalnya sebagai
kejang parsial simpleks
Dapat mencakup otomatisme atau gerakan otomatik : mengecap
ngecapkan bibir, mngunyah, gerakan menongkel yang berulang
ulang pada tangan dan gerakan tangan lainnya.
Dapat tanpa otomatisme : tatapan terpaku
b. Kejang umum (konvulsi atau non konvulsi)
1) Kejang absens
Gangguan kewaspadaan dan responsivitas
Ditandai dengan tatapan terpaku yang umumnya berlangsung kurang
dari 15 detik
Awitan dan akhiran cepat, setelah itu kempali waspada dan
konsentrasi penuh
2) Kejang mioklonik
Kedutankedutan involunter pada otot atau sekelompok otot yang
terjadi secara mendadak.
Sering terlihat pada orang sehat selama tidur tetapi bila patologik
berupa kedutan kedutan sinkron dari bahu, leher, lengan atas dan
kaki.
Umumnya berlangsung kurang dari 5 detik dan terjadi dalam
kelompok
Kehilangan kesadaran hanya sesaat.
3) Kejang tonik klonik
Diawali dengan kehilangan kesadaran dan saat tonik, kaku umum
pada otot ekstremitas, batang tubuh dan wajah yang berlangsung
kurang dari 1 menit
Dapat disertai hilangnya kontrol usus dan kandung kemih
Saat tonik diikuti klonik pada ekstremitas atas dan bawah.
Letargi, konvulsi, dan tidur dalam fase postictal
4) Kejang atonik
Hilangnya tonus secara mendadak sehingga dapat menyebabkan
kelopak mata turun, kepala menunduk, atau jatuh ke tanah.
Singkat dan terjadi tanpa peringatan
5. Patofisiologi
Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1C akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10% - 15% dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
Pada seorang anak berumur 3 tahun, sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh
tubuh, dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 15%. Jadi pada
kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan keseimbangan dari
membran sel neuron dalam waktu yang tingkat terjadi difusi dari ion kalium
maupun ion natrium melalui membran tadi, dari akibat terjadinya lepas
muatan listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat
meluas ke seluruh sel maupun ke membran sel tetangganya dengan bantuan
bahan yang disebut neurotransmiter dan terjadilah kejang. Pada anak dengan
ambang kejang yang rendah, kejang telah terjadi pada suhu 38C sedangkan
pada anak dengan ambang kejang yang tinggi, kejang baru terjadi pada suhu
40C atau lebih. Kejang demam yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit)
biasanya disertai apnea, meningkatnya kebutuhan oksigen dan energi untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik, hipotensi artenal disertai
denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh meningkat yang disebabkan
makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan metabolisme otak
meningkat.
6. Pathway / Pohon Masalah
Infeksi bakteri, virus dan
parasit
Proses inflamasi
Proses demam
MK : Hipertermi
Keseimbangan
membran sel MK : resiko
neuron Metabolisme basal kekurangan
meningkat volume cairan
Difusi ion kalium
dan ion natrium
O2 ke otak menurun
Kejang demam
MK : Resiko
Tidak cidera Perubahan suplai
menimbulkan darah ke otak MK: Kurang
gejala sisa pengetahuan
a. Pemeriksaan Laboratorium
Perlu diadakan pemeriksaan laboratorium segera, berupa pemeriksaan gula
dengan cara dextrosfrx dan fungsi lumbal. Hal ini berguna untuk
menentukan sikap terhadap pengobatan hipoglikemia dan meningitis
bakterilisasi.
Selain itu pemeriksaan laboratorium lainnya yaitu
1) Pemeriksaan darah rutin ; Hb, Ht dan Trombosit. Pemeriksaan darah
rutin secara berkala penting untuk memantau pendarahan
intraventikuler.
2) Pemeriksaan gula darah, kalsium, magnesium, kalium, urea, nitrogen,
amonia dan analisis gas darah.
b. Fungsi lumbal, untuk menentukan perdarahan, peradangan, pemeriksaan
kimia. Bila cairan serebro spinal berdarah, sebagian cairan harus diputar,
dan bila cairan supranatan berwarna kuning menandakan adanya
xantrokromia. Untuk mengatasi terjadinya trauma pada fungsi lumbal
dapat di kerjakan hitung butir darah merah pada ketiga tabung yang diisi
cairan serebro spinal.
c. Pemeriksaan EKG dapat mendekteksi adanya hipokalsemia.
d. Pemeriksaan EEG penting untuk menegakkan diagnosa kejang. EEG juga
diperlukan untuk menentukan pragnosis pada bayi cukup bulan. Bayi yang
menunjukkan EEG latar belakang abnormal dan terdapat gelombang tajam
multifokal atau dengan brust supresion atau bentuk isoelektrik.
Mempunyai prognosis yang tidak baik dan hanya 12 % diantaranya
mempunyai / menunjukkan perkembangan normal. Pemeriksaan EEG
dapat juga digunakan untuk menentukan lamanya pengobatan. EEG pada
bayi prematur dengan kejang tidak dapat meramalkan prognosis.
e. Bila terdapat indikasi, pemeriksaan lab, dilanjutkan untuk mendapatkan
diagnosis yang pasti yaitu mencakup :
1) Periksaan urin untuk asam amino dan asam organic
2) Foto rontgen kepala bila ukuran lingkar kepala lebih kecil atau lebih
besar dari aturan baku
3) USG kepala untuk mendeteksi adanya perdarahan subepedmal,
pervertikular, dan vertikular
4) Penataan kepala untuk mengetahui adanya infark, perdarahan
intrakranial, klasifikasi dan kelainan bawaan otak
5) Top coba subdural, dilakukan sesudah fungsi lumbal bila transluminasi
positif dengan ubun ubun besar tegang, membenjol dan kepala
membesar.
8. PENATALAKSANAAN MEDIS
a. Pengobatan Fase Akut
Pada kejang demam sederhana, biasanya kejang berlangsung singkat dan
akan berhenti sendiri pada waktu penderita kejang, buka semua pakaian
yang ketat. Untuk mencegah aspirasi, penderita dimiringkan dengan posisi
kepala lebih rendah. Sangat penting agar jalan nafas bebas dan oksigenasi
terjamin. Awasi tanda-tanda vital seperti kesadaran, suhu, tekanan darah,
pernafasan dan fungsi jantung. Untuk menurunkan suhu yang tinggi,
penderita dapat dikompres. Dianjurkan pemberian antipiretik parasetamol
10 mg/kgBB/hari
b. Pengobatan Profilaksis Terhadap Terulangnya Kejang Demam.
Pencegahan terhadap terulangnya kejang demam sangat perlu oleh karena
kejang berulang dan lama dapat menyebabkan kerusakan otak menetap.
Ada 3 cara pengobatan profilaksis, yaitu: Profilaksis intermiten pada waktu
demam. Profilaksis intermiten diberikan pada waktu penderita sedang
demam, dapat diberikan oleh orang tua penderita atau pengasuh anak
tersebut. Obat anti kejang yang diberikan tersebut pada saat penderita
kejang adalah diazepam 5 mg untuk penderita umur 3 tahun dan 7,5 mg
untuk penderita berumur di atas 3 tahun secara suppositoria tiap jam.
c. Mempertahankan dan Menunjang Kehidupan
Pengobatan tambahan dan tindakan lain ditujukan untuk mengatasi
keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan kejang bertambah hebat atau
berlangsung lama seperti halnya hiperpireksia, oedema serebri dan
hipoglikemia.Pendidikan kepada orang tua perlu diberikan agar orangtua
memberikan pertolongan yang sebaik-baiknya bila anak kejang. Perlu
disarankan kepada orang tua agar segera membawa anak ke rumah sakit
bila anak kejang pertama kali, umur anak 18 bulan atau kurang, kejang
berlangsung lebih dari 15 menit
d. Mencari dan Mengobati Penyebab Kejang.
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menyingkirkan
kemungkinan meningitis, terutama pada penderita kejang demam yang
pertama. Pada bayi sering gejala meningitis tidak jelas, sehingga pungsi
lumbal harus dilakukan pada bayi berumur kurang dari 18 bulan.
Pemeriksaan laboratorium lain perlu dilakukan, yaitu EEG, USG, kultur
dan elektrolit darah serta CT-scan otak.
9. KOMPLIKASI
Menurut Arif Mansjoers ( 2000 ) Komplikasi kejang demam umumnya
berlangsung lebih dari 15 menit yaitu :
a. Kerusakan otak
Terjadi melalui mekanisme eksitotoksik neuron saraf yang aktif sewaktu
kejang melepaskan glutamat yang mengikat resptor MMDA ( M Metyl D
Asparate ) yang mengakibatkan ion kalsium dapat masuk ke sel otak yang
merusak sel neuoran secara irreversible.
b. Retardasi mental
Retasdasi mental dapat terjadi karena deficit neurolgis pada demam
neonatus.
10. PROGNOSA
Dengan penanggulangan yang cepat dan tepat prognosisnya baik dan tidak
perlu menyebabkan kematian, resiko seorang anak sesudah menderita kejang
demam tergantung dari faktor berikut :
a. Riwayat kejang tanpa demam dalam keluarga
b. Kelainan dalam perkembangan atau kelaianan saraf sebelum anak
menderita kejang
c. Kejang yang berlangsung lama atau kejang fokal
Bila terdapat paling sedikit 2 dari 3 faktor tersebut di atas, dikemudian hari
akan mengalamai kejang ulang tanpa demam sekitar 13%, dari pada hanya
terdapat 1 atau tidak sama sekali faktor tersebut, serangan kejang tanpa
demam hanya 2-3% saja.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermia berhubungan dengan penyakit infeksi
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak
kurang
c. Resiko aspirasi b.d akumulasi sekret, muntah, penurunan kesadaran
3. Intervensi
Diagnosa
No NOC NIC
Keperawatan
- Napas pendek-
pendek ti-dak
ditemukan
Membersihkan Jalan Nafas (3160)
- Tidak ditemukan
NIC 3
taktil fremitus
1. Pastikan kebutuhan suctioning
- Tidak ditemukan
2. Auskultasi suara napas sebelum dan
suara napas tambahan
sesudah suctioning
3. Informasikan pada klien dan keluarga
- Mengenali perlu
carotis normal
5. Jaga hematokrit pada rentang 33%
- Tak gelisah
untuk terapi hemodilusi hipervolemia.
- Tak ada agitasi 6. Monitor tanda perdarahan, status
neurologi-kesadaran
- Tak ada muntah
7. Monitor tanda overload cairan.
- Tak ada sinkope
8. Monitor intake dan out put
Status neurology :
Monitoring Neurologik NIC 4
kesadaran
1. Monitor ukuran pupil, bentuk,
kesimetrisan, dan reaktivitas.
- Membuka mata 2. Monitor tingkat kesadaran
terhadap stimulasi 3. Monitor tingkat orientasi
eksternal 4. Monitor PCS
- Orientasi cognitif
- Komunikasi sesuai
situasi
- Mematuhi perintah
- Berespon (gerak)
terhadap stimulus yang
berbahaya (nyeri).
- Mengikuti terhadap
stimulus dari
lingkungan