Anda di halaman 1dari 7

PENDAHULUAN

Restorasi kelas IV merupakan restorasi yang


diaplikasikan pada permukaan proksimal dan meluas ke permukaan insisal pada gigi anterior. Pada
anak, restorasi kelas IV ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor etiologi antara lain, akibat karies
dan akibat trauma. Karies pada gigi depan sulung dapat disebabkan karena Self-cleansing yang
kurang baik atau karena penggunaan susu botol sebelum tidur (Bottled-Caries). Selain itu, faktor
trauma juga merupakan salah satu penyebab pentingnya perawatan restorasi pada kavitas kelas IV
terutama trauma mekanik seperti kecelakaan atau jatuh.
Pentingnya restorasi kelas IV pada anak disebabkan karena dengan adanya kavitas kelas IV baik
yang disebabkan oleh karies maupun karena trauma akan mempengaruhi penampilan anak. Adanya
kavitas kelas IV pada gigi anterior anak sangat mengganggu estetika gigi anak dan dapat mengurangi
rasa percaya diri anak tersebut. Oleh karena itu diperlukan bahan restorasi yang memiliki estetika
yang baik khususnya untuk gigi anterior. Bahan restorasi tersebut sebaiknya dipilih yang memiliki
warna sewarna dengan gigi asli. Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk merestorasi kavitas
kelas IV pada anak adalah Resin Komposit dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Pada
makalah ini akan dipaparkan lebih lanjut mengenai restorasi pada gigi sulung dengan menggunakan
bahan sewarna gigi resin komposit pada kavitas Kelas IV yaitu pada permukaan proskimal yang
meluas ke permukaan insisal gigi anterior.

RESIN KOMPOSIT
Resin komposit merupakan bahan tambalan yang sekarang banyak digunakan khususnya untuk
restorasi gigi estetis. Bahan ini memiliki warna yang hampir menyerupai warna gigi. Bahan Resin
komposit yang ideal jika memiliki 4 syarat berikut yaitu (1). Dapat menyerupai gigi asli warna dan
translusensi, (2). Kekuatan unutk menahan daerah dengan tekanan kunyah dalam jangka waktu
yang lama, (3). Tidak terlihat batas antara restorasi dengan gigi jika dipakai dalam waktu yang lama,
(4). Mendapatkan bentuk dan kilat yang sesuai dengan gigi asli serta dapat mempertahankannya
dalam jangka waktu yang lama. Oleh karena itu, bahan ini sangat baik digunakan untuk restorasi gigi
anterior. 1,2

Komposisi
Resin komposit terdiri atas empat komponen utama yaitu organic polymer matrix, inorganic filler
particle, coupling agent, dan initiator-acclerator system.
Organic polymer matrix (oligomers) yang paling umum digunakan pada dental komposit adalah
Molekul BIS-GMA yang merupakan monomer dimetakrilat yang disintesis oleh reaksi antara
bisfenol-A dan glisidil metakrilat serta modifikasi dari BIS-GMA yaitu urethane dimethacrylate.
Inorganic filler particle (fillers) yang biasa digunakan yaitu partikel-partikel halus dari komonen
silika, crystalline quartz, atau borosilicate glass. Partikel-partikel ini cenderung menahan perubahan
bentuk dari matriks resin lunak. Kandungan fillers yang tinggi dan perbedaan kimiawai dari materiks
resin mengurangi koefisisen pemuaian panas. Bahan fillers juga mengurangi pengerutan (shrinkage)
saat polimerisasi dan berfungsi untuk menambah kekerasan restorasi.
Sebuah resin komposit agar memiliki sifat yang optimal harus membentuk sebuah ikatan antara
inorganic fillers dengan organic olygomers. Ikatan ini akan menyebabkan oligomer yang lebih plastis
meneruskan stress ke partikel filler yang lebih kaku. Ikatan antara 2 komponen ini dibentuk oleh
Coupling agent. Bahan coupling agent yang paling umum digunakan adalah organic silicon
compunds yaitu Silanes. Aplikasi coupling agent yang tepat dapat memperbaiki baik sifat fisis
maupun sifat mekanis serta memberikan stabilitas hidrolitik untuk mencegah air berpenetrasi
antara permukaan resin dan partikel fillers. Bahan resin komposit juga diformulasikan untuk
mengandung bahan initiator-acclerator system yang akan mempengaruhi mekanisme pengerasan
(polimerisasi) yaitu self-curing, light curing atau dual curing. 1,2

Klasifikasi Resin Komposit


Berdasarkan ukuran partikel filler, resin komposit terbagi menjadi 4 tipe yaitu sebagai berikut :

1. Macrofilled Composites -> menggunakan bahan crystalline quartz dengan ukuran partikel yang besar yaitu
50-100 m. Muatan filler adalah 70-80%. Kekuatan kompresif, koefisien muai panas, dan kekerasan lebih
baik dari resin acrylic. Kerugian : secara klinis yaitu terjadinya permukaan yang kasar disebabkan oleh
abarasi pada saat penggunaan dan memiliki tendensi untuk diskolorisasi. Selain itu, resistensi terhadap
keausan permukaan oklusal menyebabkan bahan ini tidak dianjurkan untuk gigi posterior. Indikasi : Untuk
Kelas II dan Kelas IV.

2. Small-filled Composite -> Resin komposit ini muncul sebagai perkembangan untuk mendapatkan
permukaan halus yang sama atau mendekati permukaan microfilled composite dengan tetap
mempertahankan atau memperbaiki sifat fisis dan mekanis dari macrofilled composite. Ukuran rata-rata
partikel bahan ini adalah 1-5 m yang mengandung lebih banyak anorganic filler (80% berat dan 70%
volume). Indikasi : untuk tambalan pada daerah yang terkena tekanan besar dan abrasi seperti Klas II dan
Klas IV.

3. Microfilled Composite -> menggunakan bahan silika koloidal dengan ukuran partikel rata-rata adalah 0,02-
0,04 m. Merupakan resin yang diperkuat untuk mendapatkan permukaan yang halus. Kandungan
fillernya 80% berat atau 70% volume. Memiliki sifat fisik dan mekanis yang lebih rendah dari macrofilled
composite. Namun secara klinis permukaanya lebih halus (estetis). Indikasi : merupakan pilihan utama
untuk penambalan estetis pada gigi gigi anterior, terutama untk tambalan tanpa beban.

4. Hybrid Composite -> Bahan ini dikembangkan untuk mendapatkan permukaan yang lebih halus
dibandingkan dengan komposit small-filled dengan tetap mempertahankan sifat-sifat fisis maupun
mekanis dari bahan komposit lain. Ukuran rata-rata partikel fillernya adalah 1,0 m. Terdiri dari silika
koloidal dan partikel halus kaca. Indikasi : karena permukaannya yang lebih halus dan estetis serta
kekuatan yang baik, bahan ini cocok digunakan untuk gigi anterior termasuk Klas IV. Selain itu, berdasarkan
sifatnya bahan ini lebih baik dari Microfilled composite. 1,2

Mekanisme Polimerisasi

Self-cured Resin Komposit -> Bahan ini tersedia dalam bentuk 2 pasta yang salah satunya berisi inisiator
Benzoyl peroxide dan yang lainnya adalah aktivator tertiary amine. Jika kedua bahan dicampurkan maka
pengerasan dimulai. Setelah pencampuran dilakukan, self-cured composite memiliki working time 60-90
detik (aplikasi pada kavitas), kemudian bahan mengeras dan tidak diganggu sampai setting time berakhir
sekitar 4-5 menit.

Dual Cured Resin Komposit -> Memiliki chemical acclerator dan light activator. Mekanisme
polimerisasinya yaitu pertama diinisiasi dengan cahaya yang kemudian diikuti dengan self-cured
mechanism.

Light Cured Resin Komposit -> Bahan ini tersedia dalam satu pasta. Bila disinari dengan panjang
gelombang yang tepat akan merangsang fotoinisiator berekasi dengan amine membentuk radikal bebas
dan terjadi polimerisasi. Exposure time tergantung pada jenis, kedalaman, dan shade dari komposit.
Waktu bervariasi mulai dari 20-60 detik untuk 2mm restorasi. Setting time bergantung pada intensitas dan
kemampuan penetrasi dari cahaya yang dipaparkan. 1,2

Suatu bahan mencapai polimerisasi penuh ditentukan oleh tingkat konversi monomer menjadi
polimer, yang menunjukkan jumlah kelompok methacrylate yang bereaksi satu sama lain saat proses
konversi tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat konversi dari komposit ditunjukkan
pada gambar di bawah ini. 3
Faktor Pengaruh Tingkat Konversi Komposit
Indikasi dan Kontraindikasi
Bahan resin komposit direkomendasikan unutk kasus kasus sebagai berikut yaitu :

1. Karies pada pit dan fisur kelas I dimana restorasi resin preventif konservatif tepat untuk dilakukan

2. Karies kelas I yang meluas ke dentin.

3. Restorasi kelas II pada gigi susu yang tidak meluas diluar sudut garis proksimal

4. Restorasi kelas II pada gigi permanen yang meluas kira-kira 1/3 sampai panjang intercuspal bukolingual
gigi.

5. Restorasi Kelas III, IV, V untuk gigi susu dan gigi permanent 4
Bahan resin komposit bukanlah suatu pilihan restorasi untuk kasus-kasus seperti berikut :

1. Bila gigi tidak bisa diisolasi untuk kontrol kelembaban

2. Individu yang membuthukan restorasi permukaan multiple dan besar pada posterior gigi susu.

3. Pasien resiko tinggi memiliki karies multiple dan/atau gigi demineralisasi dan oral hygiene yang buruk. 4

KAVITAS KELAS IV
Kavitas Kelas IV merupakan kavitas yang terbentuk pada permukaan proksimal gigi anterior yang
telah meluas sampai ke sudut incisal. Kavitas ini sebenarya merupakan kelanjutan dari kavitas Kelas
III. Karies yang luas atau abrasi yang hebat bisa melemahkan sudut incisal dan menyebabkan
terjadinya fraktur. Kavitas ini juga merupakan kelanjutan dari kavitasi dan rusaknya dukungan dari
sudut gigi. 1

Gambar Kavitas Kelas IV

PREPARASI KAVITAS GIGI SULUNG


Black telah menggariskan suatu cara melakukan preparasi kavitas dan menentukan beberapa
prinsip yang harus ditaati dalam praktek sehari-hari. Pada gigi sulungpun dapat diterapkan prinsip
tersebut. Dianjurkan bahwa selama melakukan preparasi kavitas, hendaknya mengikuti langkah-
langkah berikut ini yaitu mendapatkan jalan masuk ke kavitas, membuat bentuk ragangan kavitas,
menghilangkan karies, membuat bentuk resistensi dan retensi, menghaluskan serta membersihkan
kavitas. Semua kavitas sedapat mungkin dibuat dengan membuang jaringan sehat sesedikit mungkin
agar sisa gigi yang sehat masih cukup banyak untuk menahan daya kunyah. 6
Restorasi pada gigi sulung berbeda dengan restorasi gigi permanen, karena perbedaan morfologi
masing-masing gigi. Diameter mesio-distal mahkota gigi sulung lebih besar daripada dimensi serviko
oklusal. Permukaan bukal dan lingual konvergen terhadap oklusal. Ketebalan enamel lebih tipis dan
lebih konsisten. Enamel rods di daerah servikal memiliki kemiringan ke arah oklusal. 6
Yang harus diperhatikan pada prosedur restorasi adalah ruang pulpa pada gigi sulung lebih besar
dan lebih dekat dengan oklusal dibandingkan dengan gigi permanen. Kontak proksimal gigi sulung
juga lebih lebar dan datar bila dibanding dengan gigi permanen yang berkontak poin sirkular. 6

TEKNIK RESTORASI KELAS IV G.SULUNG DENGAN RESIN KOMPOSIT


Restorasi dengan bahan resin komposit yang dilakukan pada kavitas kelas IV yaitu yang
melibatkan permukaan prokimal dan permukaan insisal dapat dilakukan dengan bantuan celluloid
form. Celluloid form merupakan mahkota transparan lepasan yang digunakan sebagai matriks untuk
restorasi resin komposit. Celluloid form diindikasikan untuk gigi sulung anterior yang memiliki karies
yang parah, fraktur, malformasi gigi termasuk enamel hypoplasia, dan diskolorisasi. Celluloid form
juga merupakan indikasi perawatan terakhir setelah perawatan pulpectomy atau pulpotomy.
Namun, penggunaan celluloid form dikontraindikasikan untuk gigi dengan karies parah dengan
struktur yang inadekuat untuk retensi, gigi dengan karies yang meluas sampai tidak tersisa struktur
enamel yang utuh, overbite yang dalam, dan adanya penyakit periodontal. 7
Awalnya gigi dibersihkan secara menyeluruh dengan pasta profilaksis non-flouride. Permukaan
enamel dipreparasi untuk prosedur acid-etch bonding. Rubber dam dapat digunakan untuk
mengisolasi gigi. Retensi yang diperoleh tergantung pada ikatan asam terhadap enamel, dan gingival
undercut yang menyebabkan suatu mechanical lock. Oleh karena itu, preparasi harus konservatif
dengan mempertahankan struktur enamel sebanyak mungkin. 7

Prosedur Restorasi dengan bantuan Celluloid Crown :

1. Administrasi anestesi lokal bila diperlukan.

2. Mengisolasi gigi dengan menggunakan rubber dam.

3. Pilih bentuk mahkota yang tepat agar sesuai dengan lebar mesio-distal gigi aslinya, untuk
mempertahankan ruang dan kontak dengan gigi tetangga.

4. Mengurangi permukaan proksimal mesial dan distal minimal dengan menggunakan fine tappered
diamond. Pengurangan harus ke arah margin gingiva hanya untuk menghilangkan struktur gigi yang
diperlukan untuk pemasangan celluloid crown lepasan.

5. Mengurangi tepi insisal sekitar 1 mm.

6. Buang semua karies dengan ekskavator atau dengan bur bulat no.4.

7. Buat sedikit undercut pada bagian labial margin gingiva dengan 33-1/3 inverted cone atau dengan bur
bulat kecil. Perluas undercut sampai ke bagian palatal margin gingiva. Hindari mengurangi enamel secara
berlebih pada permukaan labial dan palatal.

8. Letakkan bahan pulp liner pada seluruh permukaan dentin yang terbuka dalam keadaan kering sebelum
etching.

9. Lapisi semua permukaan enamel dengan phosporic acid etching solution. Biarkan selama minimal 2 menit,
kemudian cuci dan keringkan. Permukaan enamel sekarang bertekstur putih berkapur.

10. Potong bentuk mahkota yang dipilih dengan gunting 1mm di bawah margin gingiva. Pastikan bahwa tinggi
insisal pada ketinggian yang diinginkan.

11. Tempatkan sebuah lubang kecil pada permukaan lingual dari mahkota menggunakan bur bulat kecil, untuk
mencegah adanya gelembung udara yang terperangkap dalam bahan komposit.

12. Aplikasikan bonding sealant pada seluruh permukaan gigi yang kering.
13. Campur resin komposit, kemudian isi resin komposit pada mahkota celluloid tersebut, lakukan secara hati-
hati untuk menghindari terperangkapnya udara.

14. Letakkan mahkota yang telah diisi resin komposti secara hati-hati 1 mm dibawah margin gingiva, pastikan
untuk melakukan ini dalam keadaan oklusi yang baik. Sementara masih lunak, mahkota disesuaikan
dengan oklusi dan estetika. Buang kelebihan resin komposit pada daerah margin dengan menggunakan
explorer.

15. Biarkan resin komposit sampai mengeras sebelum mahkota dilepaskan.

16. Gunakan Disk batu hijau kecil untuk mengurangi bagian lungal dari celluloid crown form. Kemudian
explorer atau sealer dapat digunakan untuk melepaskan celluloid shell dari resin komposit yang telah
mengeras. 7

Finishing
Jika celluloid crown form di bentuk dan diletakkan dengan tepat, maka tidak perlu dilakukan
finishing pada permukaan labial. Resin komposit yang pada saat berpolimerisasi berkontak dengan
bahan plastik akan menghasilkan hasil yang terhalus (tidak ada prosedur tambahan yang dapat
meningkatkan kekilauan permukaannya. Selain itu, dengan meninggalkan permukaan labial secara
utuh (tanpa prosedur polishing dan finishing) maka kemungkinan staining dapat diperkecil. 7

Prosedur Restorasi Resin Komposit dengan bantuan Celluloid Crown

PEMBAHASAN
Bahan resin komposit menunjukkan kekuatan terbaik, ketahanan terhadap aus, estestis, dan
warna yang sesuai dengan warna gigi. Oleh karena itu, bahan ini sering dijadikan pilihan utama oleh
banyak dokter dalam merestorasi gigi anterior. Namun, bahan ini memerlukan teknik yang paling
sensitif, memerlukan penggunaan etsa asam dan bonding agent, dan tidak toleran terhadap
kelembaban dan atau perdarahan sehingga untuk pasien-pasien yang tidak dapat dilakukan
prosedur isolasi, bahan ini bukanlah pilihan bahan yang tepat.
Pengguanaan bahan restorasi resin komposit dalam merestorasi gigi anak sebenarnya merupakan
pilihan restorasi yang memiliki resiko yang tinggi. Walaupun penggunaan bahan resin komposit
memperkenankan praktisi untuk lebih konservatif dalam preparasi gigi atau yang sering disebut
dengan minimal intervention yaitu dengan membuang sebanyak mungkin jaringan yang terkena
karies, dengan tetap mempertahankan sebanyak mungkin jaringan sehat, namun resin komposit
memiliki waktu yang lebih lama untuk diaplikasikan sehingga perlu teknik yang baik. Teknik aplikasi
yang baik dapat memperkecil kumungkinan kegagalan dari restorasi tersebut. 4
Ada beberapa teknik yang dapat dilakukan dalam merestorasi kavitas kelas IV pada gigi sulung
khusunya dengan bahan Resin Komposit. Salah satu tekniknya adalah dengan menggunakan
bantuan Celluloid form atau disebut dengan teknik Direct Resin Crown. Teknik ini menggunakan
crown lepasan yang digunakan sebagai matriks yang kemudian diisi dengan bahan resin komposit
dan diposisikan pada permukaan gigi yang akan direstorasi. Hasil yang diperoleh dari teknik ini
menunjukkan kualitas estetika yang sangat baik, halus, dan berkemungkinan kecil untuk terjadi
stain. Selain itu, teknik ini murah dan mudah untuk dikerjakan sehingga dapat meminimalisasikan
waktu kerja.8-10 Dengan teknik direct resin crown ini, kita dapat memperkecil kemungkinan
kegagalan restorasi yang disebabkan oleh teknik aplikasi yang kurang baik.

Anda mungkin juga menyukai