Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh
kuman Salmonella typhi, dengan gejala utama demam, gangguan saluran
pencernaan, serta gangguan susunan saraf pusat / kesadaran. Demam tifoid pada
anak umumnya bersifat ringan dan mempunyai potensial sembuh spontan, namun
demam tifoid yang berat / dengan komplikasi harus di tangani secara adekuat.1
Angka kejadian demam tifoid di seluruh dunia tidak diketahui dan sukar
untuk diperkirakan dengan tepat oleh karena gambaran klinis seringkali di
kaburkan oleh gejala demampenyakit lain. Di Indonesia demam tifoid merupakan
penyakit endemik yang berkaitan dengan lingkungan dan sanitasi yang buruk
dengan angka kejadian yang masih sangat tinggi.1,2
Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan jumlah kasus demam
tifoid di seluruh dunia mencapai 16-33 juta dengan 500-600 ribu kematian tiap
tahunnya. Demam tifoid merupakan penyakit infeksi menular yang dapat terjadi
pada anak maupun dewasa. Anak merupakan yang paling rentan terkena demam
tifoid, walaupun gejala yang dialami anak lebih ringan dari dewasa. Di hampir
semua daerah endemik, insidensi demam tifoid banyak terjadi pada anak usia 5-19
tahun.2
Diagnosis dini adalah suatu hal yang penting disamping tindakan
pencegahannya. Diagnosis demam tifoid dibuat berdasarkan gejala dan tanda
klinis, pemeriksaan darah lengkap dan uji serologis widal. Diagnosis pasti
ditegakkan dengan biakan untuk menemukan kuman penyebab.3
Penatalaksanaan dari demam tifoid yaitu dapat berupa medika mentosa
dan non-medika mentosa. Pemberian antibiotik perlu dilakukan untuk membunuh
kuman dan mencegah pasien menjadi karier. Tirah baring juga direkomendasikan
selama 3-5 hari setelah bebas demam.1
Komplikasi yang dapat terjadi antara lain peritonitis, perdarahan,
perforasi, gangguan kesadaran, dan lain sebagainya.3

1
BAB II
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS
Nama Penderita : An. K
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal lahir / Umur : 26-07-2014 /2 tahun 6 bulan
Agama : islam
Alamat : Jl. Ramba
Tanggal masuk : 22 november 2016

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien perempuan usia 2 tahun 6 bulan, masuk RS dengan keluhan
panas. Panas dirasakan hilang timbul yang di alami selama 6 hari yang
lalu.Turun dengan obat penurun panas dan kemudian meningkat lagi.
Panas yang dirasakan paling sering meningkat pada sore sampai malam.
Panas tidak disertai menggigil dan kejang (-),Batuk (+) 4 hari yang lalu, ,
pilek (-), sakit menelan(-), mual (-), muntah (+), darah (-). Mimisan (-)dan
pendarahan gusi (-).BAB encer sebelum panas, sebanyak 2 kali berwarna
kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak berlendir.
BAK lancar.

Riwayat Penyakit Sebelumnya:


Tidak pernah mengalami keluhan yang sama seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Tidak ada yang mengalami keluhan yang sama di dalam keluarga. Riwayat
asma (-), Diabetes Mellitus (-), hipertensi (-).

2
Riwayat Sosial-Ekonomi :
Ekonomi Menengah
Riwayat Kebiasaan dan Lingkungan:
Pasien merupakan anak yang aktif

Riwayat Kehamilan dan Persalinan:


Ibu pasien sering memeriksakan diri ke dokter selama masa kehamilan,
Pasien lahir normal, cukup bulan, langsung menangis dengan berat badan
lahir 2800 gram.

Riwayat Kemampuan dan Kepandaian :


Tengkurap dan telentang :5 bulan
Berbicara : 1 tahun
Berjalan : 1 tahun

Anamnesis Makanan:
Pasien mengkomsumsi ASI eksklusif saat berusia 0-8 bulan. Pasien diberi
MP-ASI sejak usia 8 bulan hingga sekarang. Pasien mengkomsumsi susu
formula dari umur 1tahun 2 bulan sampai sekarang.
Riwayat Imunisasi:
Imunisasi dasar lengkap

III. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Sakit Sedang
Kesadaran : Compos Mentis
Berat Badan : 9,5kg
Tinggi Badan : 79 cm
Status Gizi : Gizi Baik
(Z-Score: Gizi Baik)
Tanda Vital

3
- Denyut nadi : 108 Kali/menit
- Suhu : 36,5o C
- Respirasi : 48 kali/menit
Kulit
Warna kulit kuning langsat, turgor kulit kembali cepat (<2 detik), rumple
leed test negatif.

Kepala
Bentuk : Normocephal
Rambut : Tidak mudah tercabut, berwarna hitam
Mata : Edema palpebral (-/-), Conjungtiva: anemis (-/-)
Sclera : Ikterik (-/-)
Pupil : Isokor (+/+)
Telinga : Otorrhea (-/-)
Hidung : Rhinorrhea (-), nafas cuping hidung (-)
Mulut : Bibir: sianosis (-)
Lidah : Lidah kotor (+) putih pada bagian tengah lidah
Tenggorokan : Tonsil T1/T1
Pharynx : Hiperemis (-)
Kelenjar : Pembesaran kelenjar getah bening (-), pembesaran
kelenjar tiroid (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris bilateral, retraksi
intercostal (-)
- Palpasi : Vokal fremitus (+) normal kiri dan kanan, massa (-),
nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor (+) diseluruh lapang paru
- Auskultasi : Bronchovesiculer (+/+), Ronkhi (-/-), Wheezing (-/-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus Cordis tidak tampak

4
- Palpasi : Ictus Cordis teraba pada SIC V linea midclavicula
sinistra
- Perkusi : Batas atas jantung SIC II, batas kanan jantung SIC V
lineaparasternal dextra, batas kiri jantung SIC V
linea axilla anterior
- Auskultasi : Bunyi jantung I/II murni regular, murmur (-), gallop
(-)
Abdomen
- Inspeksi : Permukaan kesan datar
- Auskultasi : Peristaltik (+) kesan meningkat
- Perkusi : Tympani (+).
- Palpasi : Nyeri tekan regio abdomen (-), Hepatomegali (+)
Splenomegali (-),

Genitalia : Tidak ada kelainan (-)


Anggota gerak : Ekstremitas atas dan bawah akral hangat, edema (-)
Punggung : Tidak ada deformitas
Otot-otot : Eutrofi, tonus otot baik
Refleks : Fisiologis (++/++), Patologis (-/-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Pemeriksaan Darah Rutin
Jenis Hasil
Nilai Normal
Pemeriksaan Pemeriksaan
WBC 11,9 4,0 10,0
HGB 11,3 11,5 16,0
HCT 33,2 37,0 47,0
PLT 362 150 500
RBC 4,21 3,80-5.80

5
V. RESUME
Pasien perempuan usia 2 tahun 6 bulan, masuk RS dengan keluhan
panas. Panas dirasakan hilang timbul yang di alami selama 7 hari yang
lalu.Turun dengan obat penurun panas dan kemudian meningkat lagi. Panas
yang dirasakan paling sering meningkat pada sore sampai malam. Batuk (+)
4 hari yang lalu, muntah (+), BAB encer sebelum panas, sebanyak 2 kali
berwarna kuning dalam jumlah sedikit, bau biasa, sedikit berampas, tidak
berlendir. BAK lancar.
Pada pemeriksaan fisis didapatkan suhu: 36,5C, denyut nadi:
108x/menit, dan respirasi: 48 x/menit. Pemeriksaan pada kepala
menunjukkan adanya lidah kotor.

VI. DIAGNOSIS KERJA


Susp. Demam Tifoid.

VII. DIAGNOSIS BANDING


- DBD
VIII. TERAPI
a. Medikamentosa
- IVFD RL 14 tetes/menit
- Injeksi Ceftriaxone 200 mg/12 jam/IV
- PCT Syrup 120mg/5 ml 3x1 cth (5ml)
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat

6
IX. FOLLOW UP
Hari I (23 november 2016)
S : Demam(+) hari ke-7, mual (-), muntah (-), batuk (+), pilek (-),
sakitperut (-), sakitkepala (-), belum BAB dan BAK biasa.
O : tanda-tanda vital :
R: 30 x/menit, N: 108 x/menit, S : 38OC
A : Demam Tyfoid
P :
a. Medikamentosa
- IVFD RL 14 tetes/menit
- Injeksi Ceftriaxone 200 mg/12 jam/IV
- PCT Syrup 120mg/5 ml 3x1 cth (5ml)
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 4 x 2 cth
- GG 1/3
3X1 pulv
- CTM 1
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat
Tes biakan salmonella

Hari II (24 november 2016)


S : Demam(-) hari ke-8, mual (-), muntah (-), batuk (+), pilek (-),

Sakit perut (-), sakit kepala (-), BAB dan BAK biasa.

Tes IgM Salmonella (+)

O : - tanda-tanda vital :
R: 36 x/menit, N: 105 x/menit, T : 36,5OC
A : Demam Tyfoid
P :

7
a. Medikamentosa
- IVFD RL 14 tetes/menit
- Injeksi Ceftriaxone 200 mg/12 jam/IV
- PCT Syrup 120mg/5 ml 3x1 cth (5ml)
- Chloramfenicol syr 125 mg/5 ml 4 x 2 cth
- GG 1/3
3X1 pulv
- CTM 1
b. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat

Hari III (25 november 2016)


S : Demam(-) hari ke-9, mual (-), muntah (-), batuk (+), pilek (-),

Sakit perut (-), sakit kepala (-), BAB dan BAK biasa.

O : - tanda-tanda vital :
R: 38 x/menit, N: 107 x/menit, T : 36,7OC
A : Demam Tyfoid
P :
c. Medikamentosa
- PCT Syrup 120mg/5 ml 3x1 cth (5ml) (kp)
- GG 1/3
3X1 pulv
- CTM 1
d. Non Medikamentosa
- Tirah baring
- Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
- Hindari Makanan yang berserat

8
DISKUSI

Diagnosis demam tifoid pada kasus ini ditegakkan berdasarkan anamnesis,


pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Keluhan utama adalah badan
panas sudah sejak 6 hari yang lalu. Panas makin hari makin tinggi dan hilang
timbul, panas meningkat terutama pada sore atau malam hari. Pada kasus ini, pada
pemeriksaan fisik di dapatkan lidah kotor disertai dengan BAB encer, yang
merupakan gejala dari demam tifoid. Pada pemeriksaan salmonella didapatkan
(+), yang menandakan pasien ini terinfeksi salmonella typhi.3

Demam tifoid adalah suatu penyakit infeksi sistemik bersifat akut yang
disebabkan oleh Salmonella typhi. Penyakit ini ditandai oleh panas
berkepanjangan, ditopang dengan bakteremia tanpa keterlibatan struktur
endothelial atau endocardial dan invasi bakteri sekaligus multiplikasi ke dalam sel
fagosit mononuclear dari hati, limpa, kelenjar limfe usus dan Peyers patch.
Beberapa terminology lain yang erat kaitannya adalah demam paratifoid dan
demam enteric. Demam paratifoid secara patologik maupun klinis adalah sama
dengan demam tifoid namun biasanya lebih ringan, penyakit ini disebabkan oleh
Salmonella enteriditis, sedangkan demam enteric disebabkan oleh spesies
Salmonella enteriditis.6

Etiologi dari demam typhoid yaitu bakteri Salmonella typhii, family


Enterobacteriaceae. Salmonella bersifat bergerak, berbentuk batang, tidak
membentuk spora, tidak berkapsul, fakultatif anaerob dan termasuk bakteri gram
negatif. Salmonella memiliki: Antigen O (somatic), yaitu komponen dinding sel
dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, antigen H (flagellum), yaitu protein
yang labil terhadap panas dan antigen Vi yaitu polisakarida kapsul. Mempunyai
makromolekular lipopolisakarida kompleks yang membentuk lapis luar dari
dinding sel dan dinamakan endotoksin. Salmonella typhi juga dapat memperoleh
plasmid faktor-R yang berkaitan dengan resistensi terhadap multiple antibiotik.1,6

9
Cara penularan Salmonella typhi pada umumnya melalui makanan atau
minuman yang terkontaminasi. Untuk menimbulkan infeksi diperlukan inokulum
sebanyak 105 - 109 kuman Salmonella typhi. Setelah masuk secara fekal-oral lalu
masuk ke sistem pencernaan. Kuman lalu melewati lambung dan melekat pada
jonjot ileum lalu menembus epitel usus dan melewati plak peyer. Kuman diangkut
ke kelenjar getah bening usus dan di situ memperbanyak diri di dalam sel
mononukleus, kemudian sel monosit yang mengandung kuman melalui saluran
kelenjar limfe mesenterik, dan selanjutnya duktus limfatik kuman mencapai aliran
darah dan terjadilah bakteremia pertama yang berlangsung singkat. Kuman
mengikuti peredaran darah dan mencapai jaringan retikuloendotelial di berbagai
organ, yaitu hati, kandung empedu, limpa, sumsum tulang, ginjal, paru, susunan
saraf, dan lain-lain. Di dinding kandung empedu kuman berkembang dalam
jumlah yang sangat banyak, kemudian bersama empedu disalurkan ke usus.1,2,3,4

Patogenesis demam tifoid melibatkan 4 proses kompleks mengikuti ingesti


organisme, yaitu: (1) penempelan dan invasi sel-sel M Peyers patch, (2) bakteri
bertahan hidup dan bermultiplikasi di makrofag Peyers patch, nodus limfatikus
mesenterikus, dan organ-organ ekstra intestinal sistem retikuloendotelial, (3)
bakteri bertahan hidup di dalam aliran darah, dan (4) produksi enterotoksin yang
meningkatkan kadar cAMP di dalam kripta usus dan menyebabkan keluarnya
elektrolit dan air ke dalam lumen intestinal.6

Pada anak, periode inkubasi demam tifoid antara 5-40 hari dengan rata-
rata antara 10-14 hari. Gejala klinis demam tifoid sangat bervariasi, dari gejala
klinis ringan dan tidak memerlukan perawatan khusus sampai dengan berat
sehingga harus dirawat. Variasi gejala ini disebabkan faktor galur Salmonella,
status nutrisi dan imunologik pejamu serta lama sakit dirumahnya.Manifestasi
klinis untuk demam typhoid yaitu demam pada awal penyakit, anoreksia, myalgia,
sakit kepala, sakit perut, mula-mula terjadi diare dengan tinja seperti sup kacang,
kemudian konstipasi mulai menonjol. Mual dan muntah dapat timbul di minggu
ke 2 atau ke 3. Diorientasi, letargi, delirium dan stupor. Lidah kotor serta
hepatosplenomegaly dan distensi abdomen dan disertai nyeri yang difus.2,6

10
Salah satu pemeriksaan tambahan yang sering dilakukan pada demam
tifoid adalah uji widal, yaitu pemeriksaan serologi terhadap antigen O, H, dan Vi
dari Salmonella. Salmonela mempunyai antigen O (somatik), adalah komponen
dinding sel dari lipopolisakarida yang stabil pada panas, dan antigen H (flageum)
adalah protein yang labil terhadap panas. Selain itu terdapat antigen Vi yaitu
polisakarida kapsul. Nilai normal dari uji widal adalah 1/40.3,4,5

Pemeriksaan penunjang lain yang dapat dilakukan yakni:1


1. Pemeriksaan Darah Rutin
a. Gambaran leukopenia, limfositosis relatif dan aneosinofilia pada
permulaan sakit.
b. Mungkin terdapat pula anemia dan trombositopenia ringan.
Padakasusini, pemeriksaan darah rutin didapatkan leukositosis sebesar
14,4 x 103/uL yang menandakan adanya infeksi bakterial. Hal ini dikarenakan
bakteri Salmonella typhi kemungkinan sudah mencapai aliran sistemik, maka
terjadi respon imunologis peningkatan sel darah putih sebagai respon terhadap
infeksi bakteri. Sementara kadar hemoglobin 14,3 g/dl, hasil ini normal, tidak
terjadi anemia. Adapun kadar trombosit 412 x 103 /uL hasil ini normal, tidak
terjadi trombositopenia.

2. Uji Serologi Widal


a. Yaitu suatu metode serologik ysng memeriksa antibodi aglutinasi terhadap
antigen somatik (O), flagela (H) yang banyak dipakai untuk membuat
diagnosis demam tifoid.
b. Angka titer O aglutinin >1/40 dengan memakai uji widal slide aglutination
menunjukan nilai ramal postif 96%.
c. Artinya apabila hasil test postif, 96% kasus benar sakit demam tifoid, akan
tetapi bila negatif tidak menyingkirkan.
Pada kasu sini, pemeriksaan serologi widal tidak dilakukan.yang
dilakukan adalah pemriksaan igM salmonella yaitu didapatkan (+).

11
3. Polymerase Chain Reaction (PCR)
a. Pemeriksaan untuk mendeteksi antibodi Salmonella typhi dalam serum,
antigen terhadap Salmonella typhi dalam darah, serum, urin, feses dan
DNA.
b. Hasilnya dapat diperoleh hanya dalam beberapa jam.
c. Metode ini spesifik dan lebih sensitif dibandingkan biakan darah.

Penanganan pada kasus demam tifoid berupa pemberian chloramfenicol


yang merupakan baku emas (gold standar) pada penanganan demam tifoid. Dosis
yang diberikan adalah 50mg/kgBB/hari per os, 75 mg/kgBB/hari secara intravena,
dalam 3 kali pemberian. Chloramphenicol cepat mensterilkan darah dan pada
umumnya dalam 7 hari suhu menjadi normal, dan pemberian diteruskan selama 14
hari atau sampai 5-7 hari bebas panas.1,3

Pada kasus ini diberikan sediaan chloramphenicol syrup 125 mg/5 ml,
dimana untuk anak pada kasus ini diberikan 4 x 2 cth per hari. Selain itu diberikan
pengobatan simtomatik yaitu paracetamol dengan dosis 10 15 mg/kgBB/hari
diberikan sebanyak 3-4 kali sehari. Untuk anak padakasus ini Diberikan sediaan
paracetamol syrup 120 mg/5 ml, dimana untuk anak ini diberikan 3x1 cth per hari
bila demam.1,3,4,6

Adapun terapi medikamentosa yang dapat diberikan pada kasus demam


tifoid yaitu :3
1. Penderita yang dirawat harus tirah baring.
2. Menjaga nutrisi cairan oral dan parenteral
3. Diet harus mengandung kalori dan protein yang cukup. Sebaiknya yang
rendah selulosa (rendah serat) untuk mencegah perdarahan dan perforasi. Diet
untuk penderita tifoid, diklasifikasikan atas ; diet cair, bubur lunak, tim dan
nasi biasa.
Pada kasus ini, diberikan pemberian perawatan inap dengan tirah baring
dan menjaga nutrisi cairan oral maupun parentereal. Dengan pemberian diet
makanan biasa untuk menjaga nutrisi yang optimal pada ana kini.

12
Pencegahan yang dapat diberikan untuk mencegah terjadinya demam
tifoid yaitu:3
1. Penyuluhan tentang kebersihan perorangan dan sanitasi lingkungan.
2. Vaksin demam tifoid yaitu berisi kuman yang dimatikan, kuman hidup dan
komponen Vi dari Salmonella typhi.
3. Vaksin ini diberikan per oral tiga kali dengan interval pemberian selang
sehari, memberi daya perlindungan satu tahun.
4. Vaksin ini diberikan pada anak yang berusia diatas 2 tahun.

Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada minggu ketiga demam tifoid,
yaitu:3
a. Komplikasi di dalam usus
1) Perdarahan usus
Bila sedikit hanya ditemukan jika di lakukan pemeriksaan tinja dengan
benzidin.Bila perdarahan banyak terjadi melena dan bila berat dapat
disertai perasaan nyeri perut dengan tanda-tanda renjatan.
2) Perforasi usus
Timbul biasanya pada minggu ketiga atau selain itu dan terjadi pada
bagian distal ileum.Perforasi yang tidak disertai peritonitis hanya dapat
disertai ditemukan bila terdapat udara di rongga peritoneum, yaitu pekak
hati menghilang dan terdapat udara di antara hati dan diafragma pada foto
Rontgen abdomen yang dibuat dalam keadaan tegak.
3) Peritonitis
Biasanya menyertai perforasi tetapi dapat terjadi tanpa perforasi
usus.Ditemukan gejala abdomen akut yaitu nyeri perut yang hebat, dinding
abdomen tegang (defense muscular) dan nyeri pada tekanan. 3
b. Komplikasi di luar usus
Terjadi karena lokalisasi peradangan akibat sepsis (bakteremia) yaitu
meningitis, kolesistitis, ensefelopati dan lain-lain. Terjadi karena infeksi sekunder,
yaitu bronkopneumonia. Dehidrasi dan asidosis dapat timbul akibat masukan
makanan yang kurang dan perpirasi akibat suhu tubuh yang tinggi.3

13
Adapun pada kasus ini, anak tidak disertai komplikasi, baik komplikasi di
dalam usus maupun di luar usus.
Prognosis pada pasien ini adalah bonam karena tidak di dapatkan
komplikasi yang berat. Dengan pengobatan yang tepat dan teratur, pasien dapat
kembali beraktivitas seperti semula.3,4,5

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Behrman. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Edisi 15. Penerbit Buku

Kedokteran EGC. Jakarta.

2. Rampengan, 2008.Penyakit Infeksi Tropik Pada Anak. Edisi 2. EGC, Jakarta.

3. Widagdo, 2012. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Anak dengan Demam.

Sagung Seto, Jakarta.

4. Widagdo, 2011. Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak.

Sagung Seto, Jakarta.

5. Mansjoer A., 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III Jilid 2. Media

Aesculapius FK UI, Jakarta.

6. Sumarmo, 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis. Ikatan Dokter Anak

Indonesia, Jakarta.

15

Anda mungkin juga menyukai