Anda di halaman 1dari 2

SITUASI KHUSUS

Majocchis granuloma
Merupakan suatu deep dermatophytosis yang terjadi ketika infeksi jamur superfisial dalam jangka
waktu lama menyebar secara progresif dan diseminata di dalam jaringan subkutan. Penyebab yang
paling umum adalah T.rubrum. Kerusakan mekanis kulit dari trauma dapat menyebabkan jamur
bisa masuk melalui stratum retikulare dermis, dan menghasilkan kehancuran seluler dan
mengurangi pH kulit, meyebabkan lingkungan lebih sesuai dengan jamur tersebut untuk bertahan
hidup. Biasanya dapat dilihat di pasien yang immunocompromised. Pemakaian kortikosteroid
topikal menyebabkan immunosupresi lokal dan perkembangan Majocchis granuloma. Antifungal
sistemik seperti terbinafine dalam dosis 250 mg/hari untuk 4-6 minggu, itraconazole 200 mg dua
kali sehari untuk 1 minggu/bulan untuk 2 bulan telah dapat digunakan dengan baik. regimen terapi
seperti Griseofulvin dan itraconazole rutin juga disarankan.

Tinea imbricate dan pseudoimbricata


Tinea imbricata adalah infeksi jamur superficial kronis pada kulit yang rapuh yang disebabkan
oleh Trichophyton concentricum. Penyakit ini dihasilkan dari kontak tertutup dengan spora dan
filamen T.concentricum terutama antara ibu dan anak. Dikatakan bahwa faktor genetik, lingkungan
imunologis berperan penting pada perkembangan infeksi jamur ini. Mode genetiknya adalah
autosomal resesif dengan sedikit kasus autosomal dominan. Kebanyakan pasien mempunyai
antibodi terhadap T.concentricum, yang jumlahnya menurun pada imunitas seluler. Pengaruh diet,
defisiensi besi, dan malnutrisi dikatakan sebagai faktor yang berkaitan. Diagnosis biasanya melalui
keadaan klinis dan isolasi pada kultur. Penyakit ini sering berulang. Terapi sebaiknya melibatkan
kombinasi antifungal topikal dan sistemik sejak antifungal topikal sendiri tidak cukup.
Griseofulvin, agen azole seperti ketoconazole dan itraconazole digunakan selama bertahun-tahun
dengan hasil yang bervariasi. Saat ini, terbinafine adalah pilihan terapi terbaik, dengan dosis 250
mg/hari pada dewasa. Sebelumnya, ada laporan lesi seperti tinea imbricata pada pasien dengan
penyalahgunaan steroid. T.mentagrophytes, selain T.concentricum biasanya diisolasi juga dari lesi
tersebut.

Terapi antifungal pada immunosupresi dan kehamilan


Subgrup khusus pada populasi dengan infeksi HIV biasanya ada dengan keterlibatan yang lebih
ekstensif. Meskipun karakteristik morfologinya bisa saja hilang karena berkurangnya komponen
inflamasi pada lesi karena immunosupresi. Pada pasien dngan komorbid terkait seperti pada ginjal,
hepar, harus dilatih ketika akan memakai antifungal sistemik. Clearance dari terbenafine secara
signifikan berkurang pada pasien dengan kerusakan di ginjalnya. Jadi dosis harus disesuaikan, atau
dapat memakai obat dari golongan berbeda. Biasanya itraconazole dihindari pada pasien dengan
kerusakan hepar. Terbinafine adalah obat kategori B pada ibu hamil. Meskipun, belum ada
guideline yang jelas untuk menangani infeksi dermatophytic dan terapi sebaiknya dikhususkan dan
berdasarkan rasio manfaat-resiko.

Dermatofitosis kronik
Dijelaskan juga dalam literatur sebagai sindrom T.rubrum, dikenal secara umum sebagai
rubrophytis persisten kronik, tinea corporis generalisata dan infeksi T.rubrum tipe kering. Penyakit
ini memiliki ciri adanya keterlibatan kira-kira empat lokasi seperti kaki (plantar), tangan (palmar),
kuku dan inguinal dengan identifikasi T.rubrum di mikroskop dan kultur. Dermatofitosis kronik
mengacu pada dermatofitosis persisten yang menjadi kronik dengan episode remisi dan
eksaserbasi. Kronisitas dapat dianggap dalam durasi dan kekambuhan infeksi meskipun tidak ada
standar baku untuk kronisitas. Kedaruratan beberapa kasus dapat dilatarbelakangi oleh faktor
patogen yang bervariasi, host dan faktor farmakologis. Saat ini belum ada guideline untuk
manajemen dermatofitosis kronik. Meskipun ada beberapa studi yang menjelaskan resistensi
antifungal tidak ada di tinea capitis, data tersebut kekurangan bukti mengenai tinea corporis dan
cruris. Sebaknya dilihat juga dengan keadaan klinis saat ini di India di mana terdapat peningkatan
kejadian dermatofitosis cutaneous yang nonresponsive. Penghitungan detail mengenai patogenesis
dan manajemen dermatofitosis kronik/recurrent berada di luar jangkauan tulisan ini.

Anda mungkin juga menyukai