DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Definisi
II.1. Darah
II.2. Albumin
II.3. Dekstran
II.4. Gelatin
HIPOVOLEMIK
BAB IV KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Lampiran 2
BAB I
PENDAHULUAN
Resusitasi cairan untuk syok hipovolemik ditentukan oleh laju dan volume
cairan/darah yang hilang untuk penggantian jenis cairan. Syok adalah kegagalan
sirkulasi tepi menyeluruh yang mengakibatkan hipotensi jaringan. Secara umum pada
tujuan terapi berupa peningkatan tekanan darah dan pengiriman oksigen jaringan
untuk meningkatkan konsumsi oksigen jaringan dan mengatasi asidosis laktat. Yang
dapat dipakai sebagai ekspander / substitut volume, selain darah adalah koloid yang
dapat mengembalikan volume plasma secara lebih efektif dan efisien. Terdapat
berbagai macam koloid yang dikenal sehari-hari. Penentuan pilihan yang rasional
hendaknya berdasarkan fisiologi kompartemen cairan tubuh dan efek berbagai cairan
tekanan onkotik karena mengandung molekul protein besar sehingga pada pemberian
intravena sebagian besar akan menetap dalam ruang intravaskular. Meskipun semua
tekanan onkotik lebih besar daripada plasma akan menarik pula cairan ke dalam
ruang intravaskular.1,3
BAB II
A. CAIRAN KOLOID
A.1. DEFINISI
besar seperti gelatin, dekstran atau kanji hidroksietil. Semua larutan koloid dengan
tekanan onkotik yang lebih besar daripada plasma (hiperonkotik) akan tinggal
terutama dalam ruang intravaskuler dan juga akan menarik cairan kedalam ruang
volume plasma lebih besar dari volume yang diinfuskan. Koloid iso onkotik
pendekatan intervensi terapeutik pada pasien syok.1,4 Empat kekuatan utama yang
menentukan apakah cairan akan bergerak keluar dari intravaskuler masuk kedalam
cairan interstisial atau kearah yang berlawanan telah lama dikemukakan oleh Ernest
membran kapiler bila tekanan positif dan keluar bila tekanan negatif.
Protein merupakan satu-satunya zat yang larut dalam plasma dan cairan
interstisial yang tidak berdifusi secara mudah melalui membran kapiler. Bila sejumlah
kecil protein berdifusi kedalam cairan interstisial, sebagian besar protein ini segera
protein dalam plasma rata-rata sekitar tiga kali konsentrasi protein dalam cairan
interstisial yakni 7,3 g/dl dalam plasma dibandingkan 2 sampai 3 g/dl dalam cairan
interstisial.6
Koloid mempunyai berat molekul (BM) lebih besar dari 35.000. Tekanan
osmotik darah dapat meningkat (tabel 1), dan volume darah mengalami ekspansi
sebesar volume yang diinfuskan, dapat juga ditambah dengan sejumlah air yang
3. Tekanan osmotik koloid (TOK) yang adekuat dicapai dengan waktu paruh
beberapa jam. TOK hendaknya dipertahankan diatas 2,7 kPa (20 mmHg)
yaitu 70% TOK rata-rata normal 3,7 kPa (28 mmHg). TOK 2,7 kPa (20
9. Memperbaiki hemoreologi
tersedia. Sifat-sifat berbagai macam larutan koloid dapat dilihat pada tabel 1 dan 2
A. 5.1. Darah
memerlukan waktu untuk cocock silang dan mungkin menimbulkan kesalahan yang
fatal akibat salah pemberian darah, masa penyimpanan yang pendek dan dapat
menyebarkan infeksi viral, bakterial dan parasitik serta lebih mahal daripada koloid
sintetik.2,4,5,9
A.5. 2. Albumin
ditemukan dalam pembuluh darah, 1/3 dalam jaringan dan 1/3 di kulit. Pergerakan
albumin ke jaringan dari kapiler yang disebut laju keluar transkapiler, sekitar 5%
albumin darah per jam (kemampuan darah menarik air), sehingga terjadi
keseimbangan dengan jaringan dan keduanya tetap dalam keadaan hidrasi yang
cukup.1,3,4
lainnya dalam sifat volemiknya. Bila albumin serum manusia diberikan biasanya
dalam kadar 5% yang mempunyai TOK sekitar 19 mmHg yang sangat mirip dengan
glikosilasi. Faktor-faktor ini dan kadar albumin plasma yang tinggi berperanan
penting dalam retensi vaskular protein tersebut. Infus Albumin lebih baik dari fraksi
protein plasma (FPP). FPP telah dikaitkan dengan berbagai reaksi yang tidak
mengekspansikan darah pada saat diinfuskan dengan jalan menarik air dari
ml larutan standar albumin 4,5%. Akibat efek ekspansi ini hanya diperlukan volume
albumin 20% lebih kecil bila dibandingkan dengan albumin 4,5% untuk
mempunyai kondisi yang mempengaruhi eliminasi Na+ (seperti kerusakan atau gagal
hati).1,2,3,4
patofisiologi akut, seperti pasca bedah dan gagal jantung kongestif. Penggunaan
albumin pada syok hemoragik lama, dan multitrauma atau berbagai keadaan syok
vaskular akibat cedera reperfusi iskemia atau respons inflamatori lain dari pasien
ditakutkan tidak efektif dan akan berakhir dengan kebocoran dari ruang
intravaskular.1,3,4
Kelemahan albumin selain mahal juga tidak pernah dibuktikan lebih baik
daripada kristaloid dalam pengertian mortalitas, dan kurang efektif daripada koloid
lain (misalnya kanji hidroksietil) dalam mempertahankan TOK dan telah dibuktikan
A.5. 3. Dekstran
Dekstran merupakan polisakarida yang dihasilkan dari fermentasi sukrosa
tersedia dalam dekstran 70 (BM 70.000) dan dekstran 40 (BM 40.000) dicampur
dengan garam faal, dekstrosa atau Ringer Laktat. Preparat dekstran stabil pada suhu
kamar, nonpirogenik dan non-toksik. Dekstran terdiri dari rantai panjang unit glukosa
dan dikeluarkan melalui metabolisme hati dan ekskresi ginjal. Molekul dekstran 70
menghasilkan TOK yang lebih besar dari plasma (tabel 1), dan larutan elektrolit
mengganti volume darah atau plasma yang besar hendaknya dibatasi sampai 1 liter
(1,5 gr/kg BB) karena resiko terjadi pendarahan abnormal karena efek anti
trombosit dan penurunan fibrinogen dan faktor VIII merupakan alasan timbulnya
silang darah terjadi pada pemberian dekstran BM tinggi, tetapi bukan persoalan
kurang dari 0,02% Histamin dapat dilepaskan pada manusia oleh dekstran, namun
reaksi alergik mungkin berkaitan dengan antibodi antidekstran seperti IgG dan IgM.
Reaksi yang hebat dapat dicegah dengan suntikan profilaksis dekstran hapten.1,3,4
volume darah yang lebih besar, tetapi efek ini berlangsung lebih singkat (waktu paruh
2 jam). Dekstran 40 hendaknya jangan dipakai pada stok hipovolemik karena dapat
perlengkapan trombosit yang menurun) dan mampu untuk memperbaiki aliran dalam
gangguan perfusi periter agak bertentangan satu sama lainnya, namun dekstran dapat
dipakai untuk mencegah tromboembolisme pada pasien strok dan memperbaiki aliran
darah sesudah bedah vaskular, bedah saraf dan pada pankreatitis akut.1,4
Jadi biarpun dekstran murah dan merupakan koloid yang efisien, karena
adanya pembatasan jumlah yang dapat diberikan (1,5 g/kgBB/hari), maka dekstran
A.5.4. Gelatin
Haemaccel (poligelin) adalah larutan 3,5% gelatin (BM 35.000) terjalin dari
jembatan urea, dibuat dengan jalan hidrolisis kolagen binatang. Preparat gelatin
lainnya, Gelafundin terbentuk dari kolagen yang diubah menjadi molekul yang lebih
Haemaccel relatif murah dan stabil, dengan masa simpan 8 tahun pada 250C.
Haemaccel kurang efisien daripada dekstran 70, sebab waktu paruh intravaskular
koloid lain. Berkisar dari kemerahan kulit dan pireksia sampai anafilaksis yang
mungkin sebagai akibat efek langsung gelatin pada sel mast. Biarpun begitu
kekerapan semua jenis reaksi rendah (0,04%). Selain dipakai untuk syok
hipovolemik, Haemaccel berguna untuk pembawa insulin pada terapi diabetes yang
tak terkontrol, karena insulin yang hilang pada botol gelas atau plastik lebih sedikit.
Haemaccel mengandung Na+ dan Ca++ yang cukup besar, karena itu jangan diinfuskan
isotomik. Kapasitas mengikat air Gelafundin kira-kira sama dengan protein plasma, 1
volume plasma lebih gradual, tanpa memberi beban berlebih pada sirkulasi.1,4
dekstran.
Ca++ sebesar 1,4 mmol/L yang sama dengan kandungan Ca++ fisiologis.1,4
Larutan gelatin terutama diekskresikan lewat ginjal dalam urin, sementara itu
gelatin dapat menghasilkan diuresis yang bagus. Sebagian kecil dieliminasikan lewat
usus. Jumlah yang sangat kecil mengalami metabolisme lewat kerja peptidase. Empat
puluh delapan jam sesudah infus, tidak ada lagi gelatin yang ditemukan dalam darah
yang beredar, karena gelatin tidak berpengaruh pada system kongulasi, maka tidak
ada pembatasan dosis. Namun bila terlalu banyak infus, pertimbangkan adanya efek
dilusi. Gelatin dapat diberikan pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal bahkan
Table 1. Efek volume infus 1L cairan pada kompartemen tubuh (70 kg)1
merupakan larutan yang isotonic dan iso-onkotik. Haes steril 6% (isotonic iso-
200-000. Larutan koloid dengan BM tinggi mempunyai waktu paruh dalam plasma
yang lebih panjang dari koloid sintetik lainnya. Sesudah 24 jam kira-kira 40% tetap
tinggal dalam plasma. Filtrasi glomerular merupakan rute utama eliminasi. Pada
gangguan fungsi ginjal yang berat (GFR < 10 ml/mnt), dosis perlu dikurangi. Sekitar
30% dosis total meninggalkan ruang intravaskular dan didepositokan dalam sistem
retikuloendotelial. Belum diketahui apakah hal ini mempunyai efek klinis yang
bermakna.1,3,4,7
dan volume yang besar dapat mengganggu koagulasi dengan jalan menurunkan kadar
faktor VIII C. ini dapat bermakan pada pasien yang memerlukan kompetensi
Seperti semua koloid lainnya, kanji hidroksietil juga berkaitan dengan reaksi
menetap selama 4-8 jam, preparat substitusi yang lebih besar (6% HES 200/0.6) atau
preparat dengan molekul lebih besar (6% HES 450/0.7) menetap selama 8-12 jam.1,4
Efek volume darah 6% dekstran 70 menetap selama 6-8 jam, efek volume
10% dekstran 40,5% albumin (500 ml) atau 25% albumin (100 ml) dipertahankan
selama 3,5-4,5 jam. Preparat gelatin memantapkan volume darah hanya untuk 1,5-2
jam.1,4,8
memberikan efek plasma transport O2 yang bertahan lebih lama daripada koloid lain.
Fraksi HES molekul sedang tertentu seperti HES 200/0.5 mempunyai tambahan efek
menyumpal khas HES pada kebocoran kapiler. Karena itu, HES 200/0.5 mungkin
bermanfaat terutama pada pasien sakit kritis dengan gagal organ yang ataupun gagal
Syok hipovolemik terjadi bila terdapat kehilangan volume darah sebanyak 15-
25% secara akut, sehingga memberikan gejala dan tanda-tanda terjadinya syok.2,3
Syok hemoragik jarang terjadi tetapi merupakan komplikasi yang serius dan
dapat menyebabkan kematian.. Angka kematian dan kesakitan pada perdarahan dapat
berkurang bila lebih awal dikenali dan intervensi dan perbaikan dilakukan.5
Syok hemoragik disebabkan oleh kehilangan sirkulasi volume darah dan
B.1. PATOFISIOLOGI
rata arteri, stroke volume, cardiacoutput, tekanan vena sentral, dan tekanan kapiler
paru. Aliran darah menuju kapiler pada berbagai organ dikontrol oleh arterio, ada
tahanan pembuluh darah yang balik dikontrol oleh sistem saraf sentral. Sekitar 70
persen dari total volume darah terdapat di dalam venula, dengan tahanan pembuluh
darah pasif dikontrol oleh faktor humoral. Katekolamine yang lepas selama
vaskular sistemik dan paru, dan kontraktilitas miokardinal. Hal ini mengakibatkan
berkurangnya perfusi pada ginjal, splanknikus, kulit, uterus, sedangkan aliran darah
sehingga menambah volume darah yang beredar dan curah jantung dapat
dipertahankan, sehingga hipotensi dapat diatasi dan perfusi jaringan terjamin. Dalam
keadaan syok juga terjadi peningkatan produksi hormon antidiuretik oleh hipofisis
dan peningkatan aldosteron suprarenalis, sehingga terjadi penyimpanan air dan garam
oleh ginjal. Hal yang menguntungkan dalam mempertahankan volume darah dalam
sirkulasi.
Dalam stadium syok hemoragik reversible yang masih dini resusitasi cairan
terkendalikan, maka volume darah beredar makin berkurang dan tekanan darah tidak
dapat dipertahankan lagi. Dengan makin berkurangnya perfusi dengan darah, hipoksia
dalam sirkulasi mikro, darah tertimbun di daerah kapiler, sehingga volume darah
yang mengalir kembali ke jantung berkurang. Disparitas antara volume darah yang
beredar dengan kapasitas daerah vaskular makin besar, sehingga hipotensi menjadi
makin berat. Akibat tekanan darah diastolik yang menurun, maka aliran darah dalam
arteri koronaria berkurang, sehingga menimbulkan anoksia pada otot jantung yang
efek buruk tampak dimediasi oleh leukotrin peptide dan sitokin. Juga terdapat
peningkatan agregasi platelet pada hipovolemik syok, yang menghasilkan pelepasan
sejumlah mediator vasoaktif yang menyebabkan oklusi pembuluh darah kecil dan
kerusakan perfusimikrosirkulasi. Dalam fase terakhir dari syok hemoragik yang tidak
Tanda-tanda dan gejala dari syok hemoragik bervariasi tergantung volume dan
tingkat kehilangan darah. Sistem yang dipengaruhi oleh syok hemoragik adalah
sistem saraf sentral, jantung dan ginjal. Sistem saraf sentral masih dapat berfungsi
awal syok. Awal hipovolemia terus berlangsung, hipoperfusi arteri koronaria dan
Gejala nyeri dada dan dispneu, takipneu dan murmur atau aritmia merupakan indikasi
rendahnya konsentrasi sodium urine dan tingginya osmolalitas urine (>500m Osm).
Dalam syok semua sistem organ terganggu. Sistem pernafasan, hepatik dan
gastrointestinal dipengaruhi pada proses awal sejak curah jantung dialihkan ke organ
bilirubin dan alkali phosphat dapat terlihat pada injuri hepatik iskemik. Manifestasi
hematochezia atau nyeri abdominal pada iskemik usus. Erosi pada mukosa intestinal
dapat menimbulkan bakterimia dan sepsis. Injuri multi sistem dapat menyebabkan
Tabel 1
B.3. KLASIFIKASI
Klasifikasi syok terjadi tergantung volume darah yang hilang. Syok ringan
biasanya masih bisa dikompensasi, terutama pada pasien yang lebih muda, wanita
sehat pada usia reproduktif. Kehilangan lebih lanjut dapat menyebabkan takikardi,
respon katekolamin dengan peningkatan tonus simpatetik. Tekanan darah pada waktu
istirahat biasanya normal, tapi perubahan ortostatik pada tekanan darah dan denyut
diklasifikasikan sebagai syok berat. Pasien dengan takikardi dan takipneu dengan
gagal pernafasan, menjadi oliguria dan kemudian anuria. Penurunan kesadaran dan
hilangnya kesadaran dapat terjadi. Disfungsi selular, yang diikuti kematian sel,
B.4. PENATALAKSANAAN
perfusi jaringan dari organ vital kembali normal. Penatalaksanaan harus secara kausal
ditegakkan, tindakan yang harus segera dilaksanakan adalah mengatassi keadaan syok
terjadi.
dan mengganti kehilangan volume darah. Pemilihan cairan resusitasi salah satu faktor
oksigenisasi jaringan. Laboratorium dan pelayanan bank darah harus tersedia. Agar
perbaikan volume sirkulasi (Restore circulating volume), terapi obat (Drug therapy),
BAB III
PEMILIHAN KOLOID
SEBAGAI CAIRAN RESUSITASI PADA SYOK HIPOVOLEMIA KARENA
PERDARAHAN
3) Koreksi asidosis
dipergunakan ukuran tekanan vena sentral (CVP) dan keadaan diuresis. CVP
digunakan untuk menilai hubungan antara volume darah yang mengalir ke jantung
dan daya kerja jantung. Normal tekanan vena sentral adalah 5 mmHg (0-8 mmHg).
Jika CVP lebih dari normal (15-16 mmHg), hal itu merupakan isyarat untuk
dengan cairan resusitasi ideal. Cairan ideal adalah yang dapat membawa O2. Darah
lengkap merupakan ekspander volume fisiologis dan komplit, namun terbatas karena
masa simpan yang tidak lama, fluktuasi dalam penyediaannya, resiko kontaminasi
Sel darah merah atau darah lengkap diindikasikan jika kapasitas membawa
O2 tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Pada darah lengkap terkandung
hematokrit setinggi 40 % dan sekitar 70 % pad sel darah merah konsentrat (packed
red cell). Tidak ada indikasi untuk pemberian profilak platelet, plasma atau komponen
spesifik dalam resusitasi syok hemoragik. Transfusi platelet diindikasikan bila terjadi
trombositopenia yang signifikan (jumlah platelet kurang dari 20000-50000 per mm3)
diidentifikasi defisiensi, dan fresh frozen plasma dapat diberikan pada situasi akut
Tranfusi jarang diindikasikan jika Hb > 10 mg/dL (Ht > 30 %) dan tidak perbaikan
dalam morbiditas ataupun mortalitas pad pasien tua pasca bedah yang mendapatkan
keadaan terjadinya anemia akut karena perdarahan dan Hb < 7mg/dL. Pada dewasa
sehat kehilangan darah dibawah 50 % atau Ht diatas 20 % masih dapat diganti dengan
penurunan visikositas darah yang berakibat tahanan pembuluh darah menurun dan
pada tekanan pengisian yang sama alir balik dan volume semenit meningkat.
karena mudah tersedia dan resiko infeksi relatif rendah. Larutan koloid merupakan
bentuk penggantian volume darah yang lebih efisien dan untuk mencapai titik akhir
tertentu diperlukan lebih sedikit larutan koloid. Hemodilusi sebelum transfusi darah
Pada syok karena pendarahan yang cukup banyak, tetapi yang tidak
memerlukan transfusi, dapat dipakai koloid dengan waktu paruh dalam plasma yang
lama misalnya : Haes steril 6%. Bilamana pada kasus ini dipakai koloid dengan BM
yang lebih kecil, maka mungkin sekali perlu untuk menambah larutan koloid lagi jika
gelafudin atau Dextran L. Dengan begitu, manakala darah siap untuk ditransfusikan
sekitar 2 3 jam kemudian, tranfusi dapat dilakukan langsung tanpa khawatir terjadi
Bila ingin memberi efek volume hanya pada ruang intravaskular tanpa
menarik air dari ruang interstisial, dipakai larutan koloid yang iso-onkotik misalnya :
Expafusin, Plasmafusin, Haemaccel, Gelafudin atau Haes steril 6%. Bila ingin secara
cepat menaikan tekanan darah dapat dipakai koloid hiperonkotik misalnya : Dextran
L, Dextran 70, Haes steril 10% namun ruang interstisial harus diisi dengan cairan
kristaloid.1,3,4
dikoreksi. Strategi dasar untuk mencapai hal tersebut adalah membuat optimal
variable hemodinamik dan transpor O2 dalam 8-12 jam pertama. Kemudian terapi
tambahan secara gradual ke titik sampai tidak terjadi lagi peningkatan konsumsi VO2
(konsumsi O2). Tujuannya adalah untuk meminimalkan derajat dan lama hipoksia.
Tujuan tersebut akan lebih mudah dicapai dengan koloid yang mengekspansikan
menghasilkan efek volume darah dan hemodinamik yang lebih besar dan lebih lama
Shoemaker dan Beez8 mendapatkan bahwa pada stadium awal syok kristaloid
darah dan transpor O2. Namun data mereka menunjukkan pada penderita sindrom
gawat nafas pada orang dewasa, cairan koloid sangat efektif mengatasi kebocoran
perifer. Namun tidak demikian halnya pada stadium terminal, dimana cairan koloid
tidak efektif. Efek volume kanji hidroksietil menetap selama 4-8 jam, preparat
substitusi yang lebih besar seperti 6% HES 200/0.6, atau preparat yang dengan
molekul yang lebih besar 6% HES 450/0.7 menetap selama 8-12 jam.12,13
Infus 10% HES 200/0.5 pada pasien dengan hipovolemia untuk memperoleh
nilai tekanan baji arteri paru-paru setinggi 11-18 mmHg memperbaiki hemodinamik
penelitian klinis prospektif. Efek-efek tersebut sama atau lebih baik daripada dengan
albumin 5%. Infus 6% HES 200/0.6 atau 6% HES 450/0.7 juga secara bermakna
memperbaiki DO2,VO2. Pasien yang sudah diberi kristaloid dalam jumlah yang
berlebihan yang telah menderita ederna perifer massif atau ederna paru juga akan
lebih baik bila diberi 25% albumin. Namun pada kebanyakan kasus, 6% kanji
BAB IV
KESIMPULAN
koloid, kita akan dapat secara rasional menentukan pilihan cairan koloid untuk
penanganan syok hipovolemik karena perdarahan. Memang sampai saat ini belum ada
satu larutan koloid yang superior terhadap lainnya. Masing-masing jenis koloid
1.b. Dachlan R, Nizar R. Syok. Dalam Anestesiologi. FKUI, Jakarta, 1989 : 186-
195
5.b. Martel MJ. Hemorrhage Shock. J Obstet Gynaecol Can, 2002 ; 24 (6) : 504-511
Cairan Interstisial dan Aliran Limfe Dalam Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.
Low Flow, Tissues Hypoxia, Oxygen Debt, Organ Failure and Death : Part II.
87-75-103