Pohon kelor sejak zaman dahulu telah tersebar di banyak tempat di dunia
dan di Indonesia. Daun kelor secara luas telah digunakan sebagai bahan
konsumsi makanan manusia, produk-produk farmasi, penjernihan air dan
makanan hewan. Di Afrika dan Asia, daun kelor direkomendasikan sebagai
suplemen yang kaya zat gizi untuk ibu menyusui dan anak pada masa
pertumbuhan (Fuglie 2001). Khasiat daun kelor yang lain adalah sebagai obat
sakit kuning, obat sakit mata, obat haid yang tidak teratur, obat pusing, obat
sesak nafas, ekspektoran (obat yang dapat memudahkan pengeluaran dahak
atau getah radang dari paru-paru), encok, obat mual dan penguat tubuh atau
tonik (Anonim 2004).
Nama umum dari tanaman ini adalah kelor, beberapa nama sebutan di
daerah-daerah tertentu seperti Kelor (Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol (Buru),
Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo), Keloro (Bugis), Kawano
(Sumba), Ongge (Bima) dan Hao fo (Timor). Kelor termasuk jenis tumbuhan
perdu dengan tinggi pohon dapat mencapai 8 m. Pohon kelor tidak terlalu besar,
batang kayunya getas dan cabangnya jarang. Daun kelor berbentuk bulat,
berukuran 2-6 cm dan bersusun majemuk dalam satu tangkai (Anonim 2004).
Berdasarkan kandungan yang terdapat dalam daun kelor, saat ini daun
kelor banyak dikonsumsi manusia hampir di seluruh dunia. Menurut Ghasi,
Nwobodo & Ofili (1999), daun kelor di India digunakan untuk mengobati manusia
yang mengidap penyakit jantung dan kegemukan hal ini didasarkan dari
kemampuan daun kelor yang dapat mereduksi efek dari kolesterol. Selain itu aun kelor juga
dimanfaatkan oleh anak-anak di India karena memiliki
kandungan -karoten untuk mencegah defisiensi vitamin A. Daun kelor di
Nigeria dikonsumsi sebagai sayur-sayuran dan tidak pernah dilaporkan
menimbulkan efek pada manusia yang mengkonsumsinya. Daun kelor yang
muda biasa dimasak dan dimakan seperti bayam atau digunakan untuk membuat
sup dan salad (Foild, Makkar & Becker 2007)
Kandungan kimia yang dimiliki daun kelor antara lain asam amino yang
berbentuk asam aspartat, asam glutamat, alanin, valin, leusin, isoleusin, histidin,
lisin, arginin, venilalanin, triftopan, sistein dan methionin (Simbolan et al. 2007).
Selain itu daun kelor juga mengandung makro elemen seperti potasium, kalsium,
magnesium, sodium, dan fosfor, serta mikro elemen seperti mangan, seng, dan
besi. Daun kelor merupakan sumber provitamin A, vitamin B, vitamin C, mineral
terutama zat besi. Fuglie (2001) menyebutkan kandungan kimia daun kelor per
100 g adalah sebagai berikut
Senyawa antinutrisi yang banyak terkandung dalam daun kelor antara lain
saponin, tanin dan fenol. Saponin adalah glikosida dalam tanaman dan terdiri
atas gugus sapogenin (steroid; C27) atau triterpenoid (C30), gugus heksosa,
pentosa, atau asam uronat. Senyawa ini mempunyai rasa pahit dan berbusa bila
dilarutkan dalam air. Saponin dapat menyebabkan hemolisis sel darah merah,
dan sangat beracun terhadap hewan berdarah dingin, sedangkan terhadap
hewan berdarah panas daya toksisitasnya berbeda-beda (Winarno 1992).
Saponin pada daun kelor tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia
yang telah mengkonsumsinya. Menurut Duke (1983), saponin hadir dalam dua
bentuk yaitu steroid (C27) dan triterpenoids (C30) saponin yang terdapat dalam
daun kelor bersifat non hemolitik. Perlakuan panas dalam keadaan basah atau
pemisahan dengan ekstraksi alkohol dapat mengurangi saponin. Menurut Foild et
al. (2007) daun kelor segar mengandung 5% saponin sedangkan daun kelor
yang telah diekstraksi dengan alkohol mengandung saponin sebesar 0,2%.
Tanin banyak dijumpai di alam dan terdapat pada tiap-tiap bagian
tumbuhan khususnya tanaman di daerah tropis pada daun dan kulit kayu. Tanin
dapat menyebabkan rasa sepat karena saat dikonsumsi akan terbentuk ikatan
silang antara tanin dengan protein atau glikoprotein di rongga mulut sehingga
menimbulkan perasaan kering dan berkerut (Jamriati 2008). Foild et al. (2007),
menambahkan bahwa kandungan tanin dalam daun kelor sebanyak 1.4%.
Fenol banyak terdapat dalam tanaman dan biasanya pada saat
diekstraksi dapat bersifat larut dalam alkohol. Kandungan fenol dalam daun kelor
segar sebesar 3,4% sedangkan pada daun kelor yang telah diekstrak sebesar
1,6% (Foild et al. 2007).
-karoten
Vitamin A dalam diet manusia sebagian besar berasal dari vitamin A
retinol dan provitamin A karotenoid. Karoten merupakan sumber utama
provitamin A yang banyak terdapat dalam bahan-bahan nabati terutama sayursayuran dan buah-
buahan yang berwarna hijau atau kuning. Terdapat hubungan
langsung antara derajat kehijauan sayuran dengan kadar karoten. Semakin hijau
daun tersebut semakin tinggi karotennya. Dalam tanaman terdapat beberapa
jenis karoten yang merupakan provitamin A. Jenis karoten yang paling banyak
ditemui adalah a, dan ?-karoten, mungkin juga kriptoxantin (Winarno 1992).
Diantara ketiga jenis karoten, -karoten merupakan provitamin A yang paling potensial karena
ekivalen dengan 2 mol vitamin A (Andarwulan & Koswara 1992).
Vitamin C
Vitamin C adalah salah satu zat gizi yang berperan sebagai antioksidan dan efektifmengatasi
radikal bebas yang dapat merusak sel atau jaringan, termasuk melindungi lensadari kerusakan
oksidatif yang ditimbulkan oleh radiasi.
VITAMIN A
Vitamin A adalah salah satu zat gizi dari golongan vitamin yang sangatdi perlukan oleh tubuh
yang berguna untuk kesehatan mata (agar dapat melihatdengan baik) dan untuk kesehatan tubuh
(meningkatkan daya tahan tubuhuntuk melawan penyakit misalnya campak, diare dan penyakit
infeksi lain).Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditemukan. Secaraluas vitamin
A merupakan nama generik yang menyatakan semua retinoid danprekursor/provitamin
A/karotenoid mempunyai aktivitas biologik sebagairetinol.Vitamin A adalah salah satu jenis
vitamin yang aktif dan larut dalamlemak dan disimpan dalam hati. Vitamin A terdiri dari dua
bentuk yaitu:vitamin A pra-bentuk dan Pro-vitamin A. Vitamin A pra-bentuk terbagimenjadi 4,
yaitu: retinol, retinal, asam retinoat dan ester retinil. Sedangkanprovitamin A dikenal sebagai
beta karoten.
Vitamin A juga sangat baik bagi ibu hamil. Karena dapat membantupertumbuhan dan
perkembangan embrio dan janin, serta akanmempengaruhi gen untuk perkembangan organnya.
Sebuah pasokan normal vitamin A sangat penting untuk perkembangan embrio danterbukti menjadi persyaratan
untuk perkembangan otak, khususnya dalam tahapawal. Retinoid memainkan peran penting selama
perkembangan saraf normal danpembentukan lempeng saraf. Pelat saraf adalah situs di mana mengikat retinol
dandikonversi menjadi asam retinoat efektif (RA). Asam retinoat adalah bentuk singkat aktifvitamin A dan
bertanggung jawab atas regulasi ekspresi gen.