S1 2016 339709 Introduction PDF
S1 2016 339709 Introduction PDF
PENDAHULUAN
1. Permasalahan
dari suatu kegiatan baik pada skala industri, rumah tangga, instansi dan lain
sebagainya yang dilakukan oleh manusia. Limbah yang tidak diolah dengan baik
sesuatu yang tidak dipergunakannya lagi ke alam. Tindakan ini akan berakibat
alam yang sangat dibutuhkan untuk kehidupan sehari-hari dan manusia sebagai
Limbah medis adalah limbah yang dihasilkan dari aktivitas pengobatan atau
tindakan perawatan lainnya di instalasi kesehatan baik itu rumah sakit, puskesmas,
klinik, apotek, dan sebagainya. Pengelolaan limbah medis yang tidak benar dapat
1
2
masalah kesehatan. Hal ini dikarenakan limbah tersebut dapat mengandung jasad
renik penyebab penyakit pada manusia termasuk demam typoid, cholera, disentri,
Rumah sakit menjadi salah satu tempat yang di dalamnya terdapat proses
kegiatan yang dapat menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya
yaitu rumah sakit sebagai sarana upaya perbaikan kesehatan yang melaksanakan
kesehatan dan penelitian. Dampak negatifnya yaitu pada sampah dan limbah yang
dihasilkan rumah sakit, baik itu limbah medis atau non medis yang dapat
medis, limbah padat medis, limbah cair, dan limbah gas. Limbah-limbah tersebut
terdiri dari limbah non infeksius, limbah infeksius, bahan kimia beracun dan
rumah sakit maka sekitar 10-15% diantaranya merupakan limbah infeksius yang
berasal dari makanan pasien, keluarga pasien, dan instalasi gizi, sedang sisanya
sekitar 45-50% merupakan limbah anorganik dalam bentuk botol infus dan
diperkirakan sebesar 66 juta per tahun yang terdiri dari 36,8 juta untuk imunisasi
bayi, sekitar 10 juta untuk imunisasi ibu hamil/wanita usia subur, dan kurang lebih
20 juta berasal dari imunisasi anak sekolah, sedangkan timbulan limbah alat
suntik untuk kuratif diperkirakan sebesar 300 juta per tahun (Depkes 2006 dalam
Nur, 2013:1)
puskesmas. Gas yang dipancarkan oleh Sproeier dapat mencapai 700C, limbah
yang dibakar menghasilkan panas yang ikut mempertahankan panas yang ada.
Apabila ada rumah sakit atau puskesmas yang tidak memiliki alat insenerator,
pemilik atau pengelola rumah sakit atau puskesmas yang bersangkutan dapat
meminta bantuan kepada rumah sakit atau puskesmas lain yang memilikinya
4
menghasilkan abu bukan merupakan proses akhir. Abu dan gas yang dihasilkan
Data sarana fasilitas layanan kesehatan dari Dinas Kesehatan DIY tahun
2011 menunjukkan jumlah rumah sakit di DIY sebanyak 65 rumah sakit milik
pemerintah dan swasta dengan total jumlah bed 4.997 buah. Jika diasumsikan
rata-rata Bed Occupancy Rate (BOR) adalah 70% dan menurut Direktorat
medis padat yang harus dimusnahkan tiap tahun sebesar 1.762.941,6 kg. Jumlah
ini akan terus bertambah seiring meningkatnya jumlah rumah sakit yang ada di
penyakit yang berkembang baik penyakit menular maupun tidak menular (Nur,
2013:5). Pada tahun 2009 di DIY telah dilakukan inventarisasi limbah layanan
sakit/ rumah sakit khusus di DIY baru sebanyak 13 rumah sakit/rumah sakit
khusus (43,3%) yang telah mengelola limbah padat dan cair dengan aman.
Suryanto (KaDinKes Prop. DIY) sebanyak 64 persen dari 14 rumah sakit khusus
di DIY tidak mengelola limbah dengan baik dan aman. Hanya 36 persen rumah
sakit khusus di DIY yang mengelola limbah dengan baik dan aman. Rumah
5
dengan baik dan aman sekitar 50 persen, sedangkan yang tidak memenuhi syarat
pengelolaan limbah juga 50 persen. Rumah sakitbesar yang ada di DIY seperti
rumah sakit Dr. Sardjito, rumah sakit Panti Rapih, rumah sakit Bethesda
Yogyakarta, dan rumah sakit umum daerah Wirosaban masuk kriteria rumah sakit
yang mengelola limbah dengan baik dan aman. (Kesmas dalam Nur, 2013:70)
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakrta bahwa rumah sakit di wilayah kota yang
memiliki mesin Insenerator sendiri dan masih aktif beroperasi adalah Rumah sakit
Sakit/ Rumah Sakit Khusus lainnya sebenarnya ada yang memiliki Insenerator
operasional dan masih dibawah baku mutu, sehingga untuk pengelolaan limbah
medisnya, rumah sakit yang belum memiliki dan belum dapat mengolah limbah
medis sendiri bekerjasama dengan rumah sakit lain yang memiliki insenerator
atau bekerjasama dengan pihak ketiga dengan bantuan tembusan dari Dinas
medis yang akan dikirimkan ke pusat pengelolaan limbah medis sehingga limbah
medis akan diolah lebih lanjut sehingga tidak menimbulkan pencemaran limbah.
rumah sakit di Yogyakarta yang memiliki alat insenerator sendiri dan masih aktif
golongan rumah sakit swasta milik yayasan keagamaan dan kemanusiaan yang
padat sendiri yaitu insenerator, sedangkan untuk mengolah limbah medis cair
Limbah). Penelitian kali ini lebih fokus terhadap limbah padat medis yang
7
sebagian diolah menggunakan mesin insenerator. Limbah padat medis dari hasil
kegiatan rumah sakit yang dikelola dengan mesin inseneratordapat diolah dengan
memusatkan etika pada seluruh komunitas alam semesta, baik yang hidup maupun
tidak hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada
makhluk hidup. Kewajiban dan tanggung jawab moral yang sama juga berlaku
terhadap semua realitas alam semesta. Salah satu versi teori etika lingkungan
Ekosentrisme yakni Deep Ecology menuntut suatu etika baru yang tidak berpusat
pada manusia, tetapi berpusat pada makhluk hidup seluruhnya dalam kaitan
perhatian pada semua spesies termasuk spesies bukan manusia, demikian pula
Deep Ecology tidak hanya memusatkan perhatian jangka pendek, tetapi jangka
dalam menjaga ekosistem, makakualitas air tanah, sungai dan juga udara sekitar
rumah sakitmenjadi bersih dan terjaga dari pencemaran limbah medis. Insenerator
sebagai alat pengolah limbah medis juga perlu diperhatikan, karena termasuk
dalam komunitas ekosistem yang bermanfaat bagi kehidupan makhluk hidup. Jadi
kewajiban dan tanggung jawab moral tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup,
8
melainkan juga berlaku bagi semua realitas lingkungan hidup baik biotik maupun
moral sosial.
2. Rumusan Masalah
pencemaran berkelanjutan?
3. Keaslian Penelitian
Penelitian yang mirip dengan objek material yaitu diantaranya sebagai berikut:
RSUD Wates Kabupaten Kulon Progo, Tesis ini berisi tentang faktor-faktor yang
Wates dan menjelaskan upaya apa saja untuk perbaikan pengelolaan limbah medis
Kesehatan RI.
Penanganan Limbah Medis Di Rumah Sakit Ibu Dan Anak Pemerintah Aceh,
Tesis ini berisi tentang hubungan antara pengetahuan, sikap, kebijakan rumah
sakit dan ketersediaan fasilitas penanganan limbah medis dengan perilaku petugas
kesehatan dalam penanganan limbah medis di Rumah Sakit Ibu dan Anak
Pemerintah Aceh.
hitungan emisi dioksin atau furan dari insinerator rumah sakit yang ada di kota
dilakukan rumah sakit maupun instansi yang berwenang serta kebijakan dalam
Tesis ini secara garis besar membahas mengenai pemanfaatan Insenerator baik
Limbah Medis Padat Dengan Insenerator Di RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
dipertanggungjawabkan keasliannya.
11
4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumber referensi dalam
ini, dan menjadi kajian lingkungan untuk solusi dalam mengatasi limbah
medis.
sehingga masyarakat dapat peka dan timbul kesadaran moral untuk peduli
B. Tujuan Penelitian
Yogyakarta.
C. Tinjauan Pustaka
limbah yang berjumlah cukup besar dilakukan dengan cara memilah-milah limbah
3. Limbah plastik, bekas kemasan obat dan barang, cairan infus, spuit
7. Limbah radioaktif.
9. Limbah dapur.
limbah rumah sakit harus dilakukan sesuai dengan jenis limbah. Beberapa
insenerasi. Insenerasi adalah suatu proses dimana limbah padat medis dibakar
dengan oksigen dari udara dan diubah menjadi gas hasil pembakaran serta residu
yang berupa abu. Insenerasi sangat mengurangi volume dan berat limbah medis
padat hingga tinggal kurang dari 5% dan dapat menghilangkan mikroba dari sisa
limbah(Soemarwoto, 2004:157).
kecelakaan limbah klinis tajam dalam satu tahun dialami oleh 17,20% petugas
yang tinggi. Insenerator dilengkapi mesin pembakar dengan suhu tinggi yang
15
dalam waktu relatif singkat mampu membakar habis semua sampah tersebut
hingga menjadi abu. Persyaratan lain yang harus dipenuhi dalam menjalankan
insenerator adalah emisi udara yang dikeluarkan harus sesuai dengan baku mutu
dibakar secara terkendali dan berubah menjadi gas (asap) dan debu. Insinerasi
sangat mengurangi volume dan berat limbah medis padat hingga tinggal kurang
penting. Panas yang tinggi akan dihasilkan proses pembakaran yang sempurna.
2013: 15).
dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga mencapai tingkat
16
efisiensi, untuk mencegah terjadinya pencemaran udara dan bau (Sudewi, 2013:
63)
D. Landasan Teori
lingkungan hidup. Hal yang paling penting dalam Ekosentrisme adalah tetap
bertahannya semua yang hidup dan tidak hidup sebagai komponen ekosistem yang
sehat, seperti halnya manusia, semua benda kosmis memiliki tanggung jawab
benda mati. Benda mati seperti batu, tanah, air, dan udara juga merupakan
makhluk yang setara dengan manusia. Hubungan manusia dengan alam tidak
hanya merupakan hubungan antara makhluk yang lebih mulia dengan makhluk
prinsip moralitas dan hubungan etika dengan alam yang terdiri dari hewan,
Prinsip etika lingkungan bertumpu pada dua unsur pokok dari teori
Kedua, hakikat manusia bukan hanya sebagai makhluk sosial, melainkan juga
E. Metode Penelitian
Gunung Mulia.
Kompas.
18
Kreasi Wacana.
2. Jalan Penelitian
penelitian.
19
3. Analisis Data
Analisis data dalam penelitian ini mengacu pada buku Metode Penelitian
a) Verstehen
mendapat gambaran yang jelas mengenai objek material dan objek formal.
b) Interpretasi
c) Hermeneutika
d) Holistika
berkelanjutan.
21
G. Sistematika Penulisan
BAB III berisi tentang uraian pengertian etika, pengertian etika lingkungan