Kelompok 1 Epidemiologi Diabetes Mellitus
Kelompok 1 Epidemiologi Diabetes Mellitus
Oleh :
Isnaeny Era Kartika P3.73.26.1.15.063
Nurhasanah P3.73.26.1.15.0
D-IV FISIOTERAPI
BEKASI
2017
EPIDEMIOLOGI PENYAKIT DIABETES MELITUS
EPIDEMIOLOGY OF DIABETES MELLITUS
ABSTRAK
Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit yang akan semakin meningkat jumlahnya
di masa yang akan datang. Peningkatan ini disebabkan karena peningkatan status sosial, yang
mengakibatkan terjadinya perubahan gaya hidup. Menurut World Health Organization
(WHO) penderita DM pada tahun 2000 adalah 135 juta dan diperkirakan akan menjadi 366
juta orang di tahun 2025. Kawasan Asia diperkirakan mempunyai populasi penderita DM
terbesar di dunia. Berdasarkan penelitian Departemen Kesehatan tahun 2001, untuk jenis
penyakit DM di Indonesia menempati urutan keempat di dunia setelah India, China dan
Amerika Serikat. Tercatat 7,5% penduduk di Pulau Jawa dan Bali, baik pria maupun wanita
menderita DM.
Diabetes melitus (DM) sendiri merupakan kelainan metabolik akibat defek pada
sekresi insulin, aksi insulin, atau keduanya. Jumlah penderita DM akan meningkat apabila
tidak disusun strategi pencegahan dan pengontrolan DM secara tepat. Edukasi terbukti
penting dalam meningkatkan pengetahuan, kepatuhan, dan kontrol glikemik pada pasien DM.
Untuk meningkatkan pengetahuan dan kepatuhan penderita diabetes mellitus diperlukan
peran serta tenaga kesehatan untuk memberikan informasi yang tepat melalui health
education mengenai cara pencegahan penyakit diabetes mellitus sebagai salah satu cara untuk
mengurangi jumlah penderita penyakit diabetes mellitus.
ABSTRACT
Diabetes mellitus ( DM ) is a disease that will increase in number in the future . This
increase was due to increased social status , which resulted in a change of lifestyle.
According to the World Health Organization ( WHO ) in 2000 people with diabetes is 135
million and is expected to be 366 million people in 2025 . Asia is expected to have the largest
population of people with diabetes in the world . Based on the Ministry of Health study in
2001, for the type of DM in Indonesia ranks fourth in the world after India , China and the
United States . Recorded 7.5 % of the population in Java and Bali , both men and women
suffering from diabetes .
Key Word : diabetes mellitus , WHO , the number of people with diabetes , education
PENDAHULUAN
Kesehatan adalah kenikmatan yang diharapkan oleh setiap manusia dalam kehidupan
sehingga manusia diharapkan untuk mampu selalu menjaga kesehatannya. Dalam kehidupan
sekarang telah banyak ilmu ilmu yang mempelajari tentang kesehatan, baik ilmu tentang
kesehatan dan ilmu tentang penyakit. Segala hal yang dilakukan seperti pola dan gaya hidup
sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan tubuh dan penyakit yang kemungkinan dapat
diderita (Ariska, 2008).
Salah satunya penyakit degeneratif yang dapat timbul dikarenakan pola dan gaya
hidup yang dapat mengganggu kesehatan seseorang adalah Diabetes Melitus tipe 2. Diabetes
Melitus (DM) didefinisikan sebagai suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik
hiperglikemia kronis
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerusakan kinerja insulin atau kombinasi
keduanya. Ketidakoptimalnya kerja insulin merupakan akibat dari kurangnya sekresi insulin
atau kurangnya respon jaringan terhadap insulin. Kurangnya sekresi insulin dan kerusakan
kerja insulin sering terjadi bersamaan sehingga menyebabkan kelainan yang merupakan
penyebab terjadinya hiperglikemia (ADA, 2005).
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Penyakit ini tidak hanya
berpengaruh secara individu, tetapi sistem kesehatan suatu negara. Walaupun belum ada
survei nasional, sejalan dengan perubahan gaya hidup termasuk pola makan masyarakat
Indonesia diperkirakan penderita. Diabetes mellitus ini semakin meningkat, terutama pada
kelompok umur dewasa keatas pada seluruh status sosial ekonomi. Saat ini upaya
penanggulangan penyakit Diabetes mellitus belum menempati skala prioritas utama dalam
pelayanan kesehatan,walaupun diketahui dampak negatif yang ditimbulkannya cukup besar
antara lain komplikasi kronik pada penyakit jantung kronis, hipertensi, otak, system saraf,
hati, mata dan ginjal.
Menurut WHO angka penyandang penyakit yang popular dengan sebutan kencing
manis memang cukup fantastis, yaitu menempati urutan ke 4 terbesar di dunia. Menurut data
WHO, dunia kini didiami oleh 171 juta penderita diabtes mellitus (2000) dan akan meningkat
dua kali menjadi 366 juta pada tahun 2030. Dari 50% yang sadar mengidapnya, hanya 30%
yang rutin berobat. Kecenderungan peningkatan prevalensi akan membawa perubahan posisi
diabetes mellitus semakin menonjol, yang ditandai dengan perubahan atau kenaikan
peningkatannya dikelompok 10 besar (leading diseases). Selain itu diabetes mellitus makin
member kontribusi yang lebih besar terhadap kematian ( ten diseases leading cause of death).
(Bustan, 2007)
World Health Organisation (WHO) tahun 2003 memperkirakan 194 juta jiwa atau
5,1% dari 3,8 milyar penduduk dunia usia 20-79 tahun menderita DM dan pada tahun 2025
diperkirakan meningkat menjadi 333 juta jiwa (Depkes, 2008). Berdasarkan data Departemen
Kesehatan (Depkes), angka prevalensi penderita diabetes di Indonesia pada tahun 2008
mencapai 5,7% dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12 juta jiwa. Angka prevalensi
risiko diabetes mencapai dua kali lipatnya atau 11% dari total penduduk Indonesia (Anonim,
2010). Di Jawa Tengah, prevalensi DM tipe 2 mengalami peningkatan dari tahun 2006
sampai tahun 2008, yaitu sebesar 0,83% pada tahun 2006, 0,96% pada tahun 2007 dan 1,25%
pada tahun 2008 (Dinkes Provinsi Jawa Tengah, 2008). Peningkatan prevalensi diabetes
seiring dengan peningkatan faktor risiko yaitu obesitas (kegemukan), kurang aktivitas fisik,
kurang konsumsi serat, merokok, hiperkolesterol, hiperglikemia dan lain-lain.
Diabetes Melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetic dan klinis
termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Price dan
Wilson, 1995).
Diabetes melitus adalah sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan
kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia (Brunner dan Suddarth, 2002).
Pada sebagian penderita DM, sering disertai adanya obesitas, riwayat keluarga
mengidap diabetes seperti orang tua, atau saudara kandung, faktor usia (berusia lebih dari 45
tahun), kelompok etnis tertentu, dan kehamilan. Pada sebagian penderita DM yang lain
terdapat peningkatan tekanan darah, kadar trigliserida, kadar kolesterol, inaktivitas fisik, dan
proses penuaan (Sherwood, 2001).
1. Patofisiologi
a. DM Tipe I
b. DM Tipe II
Terdapat dua masalah utama pada DM Tipe II yaitu resistensi insulin dan
gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berkaitan pada reseptor kurang
dan meskipun kadar insulin tinggi dalam darah tetap saja glukosa tidak dapat
masuk kedalam sel sehingga sel akan kekurangan glukosa.
2. Manifestasi
Klinik a.
Poliuria
c. Poliphagia
Karena glukosa tidak dapat masuk ke sel akibat dari menurunnya kadar insulin
maka produksi energi menurun, penurunan energi akan menstimulasi rasa lapar.
Maka reaksi yang terjadi adalah seseorang akan lebih banyak makan (poliphagia).
Karena glukosa tidak dapat di transport kedalam sel maka sel kekurangan
cairan dan tidak mampu mengadakan metabolisme, akibat dari itu maka sel akan
menciut, sehingga seluruh jaringan terutama otot mengalami atrofidan penurunan
secara otomatis.
RIWAYAT ALAMIAH
1. Tahap Prepatogenesis
Pada kondisi ini, individu belum merasakan gejala (simptom) dan belum dinyatakan
diabetes. Tahap prepatogenesis dapat berpindah menjadi pre diabetes dipengaruhi oleh
faktor resiko masing-masing individu.
2. Tahap Prediabetes
Pre-diabetes adalah kondisi dimana kadar gula darah seseorang berada diantara kadar
normal dan diabetes, lebih tinggi dari pada normal tetapi tidak cukup tinggi untuk
dikatagorikan ke dalam diabetes tipe 2. Pada masa pre-diabetes ini belum terdapat
abnormalitas dari metabolisme, tapi sudah membawa faktor genetik (carriers).
Kondisi pra-diabetes merupakan faktor risiko untuk diabetes, serangan jantung dan
stroke. Apabila tidak dikontrol dengan baik, kondisi pra-diabetes dapat meningkat
menjadi diabetes tipe
2 dalam kurun waktu 5-10 tahun.Ada dua tipe kondisi pra-diabetes, yaitu :
a. Impaired Fasting Glucose (IFG), yaitu keadaan dimana kadar glukosa darah
puasa seseorang sekitar 100-125 mg/dl (kadar glukosa darah puasa normal: <100
mg/dl).
4. Tahap Klinis
Fase dimana penderita sudah menunjukkan gejala-gejala dan tanda-tanda
penyakit DM.
Ada beberapa faktor resiko penyakit diabetes melitus yang harus mendapatkan perhatian
serius untuk terhindar dari penyakit yang bisa dibilang sangat mematikan ini. Beberapa faktor
resiko diabetes adalah :
1. Riwayat Keluarga
Ketika usia sudah diatas 40 tahun banyak fungsi organ-organ vital melemah
dan tubuh mulai mengalami kepekaan terhadap insulin. Bahkan pada wanita yang
sudah mengalami monopause punya kecenderungan untuk lebih tidak peka terhadap
hormon insulin.
5. Merokok
Asam rokok menimbulkan efek negatif terhadap kesehatan dan sifatnya sangat
komplek. Termasuk terhadap resiko seseorang mudah terserang penyakit diabetes
melitus. Merokok dapat menyebabkan intoleransi glukosa ,dengan kata lain tubuh
tidak bisa lagi menerima glukosa. Selain itu, merokok juga dapat meningkatkan resiko
resistensi terhadap insulin dan respon yang cukup terhadap sekresi insulin.
Garam yang berlebih memicu untuk seseorang teridap penyakit darah tinggi
yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan resiko untuk terserang penyakit
diabetes melitus. Hubungan antara hipertensi dengan diabetes mellitus sangat kuat
karena beberapa kriteria yang sering ada pada pasien hipertensi yaitu peningkatan
tekanan darah, obesitas, dislipidemia dan peningkatan glukosa darah. Hipertensi
adalah suatu faktor resiko yang utama untuk penyakit kardiovaskular dan komplikasi
mikrovaskular seperti nefropati dan retinopati. Prevalensi populasi hipertensi pada
diabetes adalah 1,5-3 kali lebih tinggi daripada kelompok pada non diabetes.
Diagnosis dan terapi hipertensi sangat penting untuk mencegah penyakit
kardiovaskular pada individu dengan diabetes. Pada diabetes tipe 1, adanya hipertensi
sering diindikasikan adanya diabetes nefropati. Pada kelompok ini, penurunan
tekanan darah dan angiotensin converting enzym menghambat kemunduran pada
fungsi ginjal. Pada diabetes tipe 2, hipertensi disajikan sebagai sindrom metabolit
(yaitu obesitas, hiperglikemia, dyslipidemia) yang disertai oleh tingginya angka
penyakit kardiovaskular.
9. Kehamilan
Pada saat hamil, plasenta memproduksi hormon yang mengganggu
keseimbangan hormon insulin dan pada kasus tertentu memicu untuk sel tubuh
menjadi resisten terhadap hormon insuline. Kondisi ini biasanya kembali normal selah
masa kehamilan atau pasca melahirkan. Namun demikian menjadi sangat beriso
terhadap bayi yang dilahirkan untuk kedepan punya potensi diabetes melitus.
10. Ras
Ada beberapa ras manusia di dunia ini yang punya potensi tinggi untuk
terserang diabetes melitus. Peningkatan penderita diabetes di wilawah Asia jauh lebih
tinggi dibanding di benua lainnya. Bahkan diperkirakan lebih 60% penderita berasal
dari Asia.
Konsumsi obatan kimia dalam jangka waktu yang lama akan memberika efek
negatif yang tidak ringan. Obat kimia ibarat pisau bermata dua. Di satu sisi mengobati
di sisi yang lain mengganggu kesehatan. Bahkan tidak sedikit kasus penyakit berat
seperti jantung dan liver serta diabetes diakibatkan oleh terlalu seringnya
mengkomsumsi obat kimia. Salah satu obat kimia yang sangat berpotentsi sebagai
penyebab diabetes adalah THIAZIDE DIURETIK dan BETA BLOKER. Kedua jenis
obat tersebut sangat meningkatkan resiko terkena diabetes melitus karena bisa
merusak pankreas.
ASPEK PENCEGAHAN
1. Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah suatu upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita diabetes
melitus, tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus. Pencegahan ini
merupakan suatu cara yang sangat sulit karena yang menjadi sasarannya adalah
orang-orang yang belum sakit artinya mereka masih sehat sehingga cakupannya
menjadi sangat luas (Noer, 1996). Yang bertanggung jawab dalam hal ini bukan hanya
profesi tetapi semua pihak, untuk mempromosikan pola hidup sehat dan menghindari
pola hidup beresiko, seperti : kampanye makanan sehat dengan pola tradisional yang
mengandung lemak rendah atau pola makan seimbang, menjaga berat badan agar
tidak gemuk dengan olah raga secara teratur. Cara tersebut merupakan alternatif
terbaik dan harus sudah ditanamkan pada anak-anak sekolah sejak taman kanak-
kanak. Hal ini merupakan salah satu upaya pencegahan primer yang sangat murah dan
efektif (Noer, 1996).
4. Riwayat melahirkan bayi dengan BB lahir bayi >4000 gram atau riwayat
pernah menderita DM gestasional (DMG).
5. Riwayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari 2,5 kg. Bayi yang
lahir dengan BB rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding
dengan bayi lahir dengan BB normal.
5. Diet tak sehat (unhealthy diet) yaitu diet dengan tinggi gula dan rendah serat
akan meningkatkan risiko menderita prediabetes/intoleransi glukosa dan
DM tipe 2.
1. Penderita Polycystic Ovary Syndrome (PCOS) atau keadaan klinis lain yang
terkait dengan resistensi insulin
d. Intoleransi Glukosa
2. Istilah ini diperkenalkan pertama kali pada tahun 2002 oleh Department of
Health and Human Services (DHHS) dan The American Diabetes
Association (ADA). Sebelumnya istilah untuk menggambarkan keadaan
intoleransi glukosa adalah TGT dan GDPT. Setiap tahun 4-9% orang dengan
intoleransi glukosa akan menjadi
diabetes.Intoleransi glukosa mempunyai risiko timbulnya gangguan
kardiovaskular sebesar satu setengah kali lebih tinggi dibandingkan orang
normal.
2. Diet sehat
3. Latihan Jasmani
4. Menghentikan merokok
c. dislipdemia
2. Pencegahan sekunder
Berikut adalah beberapa hal yang dapat dilakukan dalam pencegahan sekunder:
b. Menjaga berat badan agar tetap dalam batas normal, bila terlanjur melebihi
normal usahakan untuk menurunkan berat badan.
3. Pencegahan tersier
b. Mencegah progresi dari pada komplikasi itu supaya tidak menjadi kegagalan
organ
Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan
keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk
mencapai kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan
kesehatan holistik dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama di rumah sakit
rujukan. Kolaborasi yang baik antar para ahli di berbagai disiplin (jantung dan ginjal,
mata, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitasi medis, gizi, podiatris,
dll.) sangat diperlukan dalam menunjang keberhasilan pencegahan tersier.
KESIMPULAN
Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu masalah kesehatan yang berdampak
pada produktivitas dan dapat menurunkan sumber daya manusia. Terdapat 5 tahap dalam
riwayat alamiah penyakit diabetes melitus yaitu tahap prepatogenesis, tahap prediabetes,
tahap diabetes kimiawi, tahap klinis, dan tahap akhir penyakit. Adapun faktor resiko yang
dapat menyebabkan diabetes melitus yaitu riwayat keluarga, obesitas, usia yang semakin
bertambah, kurangnya aktivitas fisik, merokok, mengkonsumsi makanan berkolesterol tinggi,
stress dalam jangka waktu lama, hipertensi, kehamilan, ras, dan terlalu sering mengkonsumsi
obat-obatan kimia. Untuk pencegahan pengendalian penyakit diabetes melitus ada 3 tahap
antara lain pencegahan primer yaitu suatu upaya yang ditujukan pada orang-orang yang
termasuk kelompok resiko tinggi, yakni mereka yang belum menderita diabetes melitus,
tetapi berpotensi untuk menderita diabetes melitus, kemudian pencegahan sekunder yang
bertujuan agar penyakit diabetes mellitus yang sudah terlanjur timbul tidak menimbulkan
komplikasi penyakit lain, menghilangkan gejala dan keluhan penyakit diabetes. Dan
pencegahan tersier yang ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah
mengalami penyulit dalam upaya mencegah terjadinya kecacatan lebih lanjut.
SARAN
Diabetes melitus merupakan penyakit tidak menular yang prevalensinya tinggi dan
cenderung meningkat di Indonesia. Dengan menganalisis faktor resiko, penyebab dan riwayat
alamiah penyakit katarak maka dapat dilakukan tahan pencegahan sebelum penyakit tersebut
muncul dan terus bertambah. Upaya preventif merupakan cara paling efektif untuk mencegah
munculnya diabetes melitus, selain itu melakukan pola hidup sehat, menghindari pola hidup
beresiko, mengatur pola makan seimbang serta menjaga berat badan agar tidak gemuk
dengan olah raga secara teratur.
DAFTAR PUSTAKA
Made Sumarwati, Waluyo Sejati, Roisca Dyah Pramitasari. Eksplorasi Persepsi Penderit
Atent Ang Faktor-Faktor Penyebab dan Dampak Penyakit Diabetes Melitus di
Wilayah Puskesmas Purwokerto Barat, Kecamatan Purwokerto Barat, Kabupaten
Banyumas. 2008
Sesilia Andriani Keban, Lutfan Budi Purnomo, Mustofa. Evaluasi Hasil Edukasi
Farmasis Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Dr. Sardjito
Yogyakarta. 2013
Widyastuti, Winda. Hubungan Antara Depresi Dengan Kepatuhan Melaksanakan Diit Pada
Diabetisi di Pekalongan. 2012
Septrianti, Nur Elly. Hubungan Diabetes Melitus Dengan Kejadian Penyakit Jantung
Koroner Pada Pasien Di Poliklinik Jantung Rsud Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun
2010. 2012
Sekarsari, Anggita Putri. Pengaruh Status Diabetes Mellitus Terhadap Derajat Karies Gigi.
2012